Latar belakang perlawanan Pemerintah kolonial Belanda menganggap tradisi Hak Tawan
Karang tidak dapat diterima dan mengajukan untuk menghapus Hak Tawan Karang. Atas
bujukan Belanda, raja-raja di Bali dapat menerima perjanjian untuk menghapus Hukum
Tawan Karang. Namun, sampai tahun 1844 Raja Buleleng dan Karangasem masih menolak
penghapusan tersebut dan masih menerapkan Hak Tawan Karang.
Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, latar
belakang perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda adalah :
Kekalahan tersebut menyebabkan raja Buleleng I Gusti Ngurah Made dan Ketut
Jelantik mundur ke daerah Jagarag. Pihak Bali juga terpaksa menandatangani perjanjian
damai pada 6 Juli 1846. Penandatanganan perjanjian oleh pihak Bali merupakan salah satu
siasat untuk membangun kembali kekuatan demi melawan Belanda pada periode berikutnya.
Akhir perlawanan Belanda telah mengetahui pengingkaran perjanjian damai oleh Bali pada
1847. Pada tanggal 15 April 1849 semua kekuatan Belanda dikerahkan untuk menyerang
Jagaraga dari 2 sisi, depan dan belakang. Pertempuran di Jagaraga berlangsung selama 2 hari
dan kekuatan dari aliansi kerajaan Bali dapat dilumpuhkan oleh Belanda. Raja Buleleng dan
Ketut Jelantik melarikan diri menuju Karangasem untuk meminta bantuan dari Raja
Karangasem. Namun, Belanda dan pasukannya tetap mengejar Raja Buleleng dan Ketut
Jelantik. Mereka terbunuh dalam upaya mempertahankan diri dari Belanda.
Untung Suropati