Anda di halaman 1dari 2

Laurentia Kezia A

XI IPS/18

Perlawanan Regional Bali

Latar Belakang Perlawanan

Pemerintah kolonial Belanda menganggap tradisi Hak Tawan Karang tidak dapat
diterima dan mengajukan untuk menghapus Hak Tawan Karang. Atas bujukan Belanda, raja-raja
di Bali dapat menerima perjanjian untuk menghapus Hukum Tawan Karang. Namun, sampai
tahun 1844 Raja Buleleng dan Karangasem masih menolak penghapusan tersebut dan masih
menerapkan Hak Tawan Karang.
Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, latar belakang
perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda adalah : Dipaksakannya penghapusan Hak Tawan
Karang kepada kerajaan-kerajaan di Bali. Kerajaan Buleleng tidak terima atas tuntutan ganti rugi
yang diajukan oleh Belanda karena 2 kapal Belanda yang karam di perairan Bali diakuisisi oleh
Kerajaan Buleleng.

Proses Perlawanan

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid IV (1975) karya Sartono Kartodirdjo dkk,
disebutkan bahwa Belanda datang untuk menyerang Bali pada pertengahan 1846. Armada
Belanda terdiri dari 1.700 prajurit gabungan dari Batavia dan Surabaya dan dipimpin oleh
komandan tertinggi Van Den Bosch. Selama 2 hari, pasukan dari kerajaan Buleleng, Karangasem
dan Kalungkung bertempur mati-matian mempertahankan kedaulatan Bali. Namun, karena
persenjataan Belanda yg lebih lengkap dan modern, maka para pejuang mengalami kekalahan.
Kekalahan tersebut menyebabkan raja Buleleng I Gusti Ngurah Made dan Ketut Jelantik mundur
ke daerah Jagaraga.
Pihak Bali juga terpaksa menandatangani perjanjian damai pada 6 Juli 1846.
Penandatanganan perjanjian oleh pihak Bali merupakan salah satu siasat untuk membangun
kembali kekuatan demi melawan Belanda pada periode berikutnya.

Akhir Perlawanan

Belanda telah mengetahui pengingkaran perjanjian damai oleh Bali pada 1847. Pada
tanggal 15 April 1849 semua kekuatan Belanda dikerahkan untuk menyerang Jagaraga dari 2
sisi, depan dan belakang. Pertempuran di Jagaraga berlangsung selama 2 hari dan kekuatan dari
aliansi kerajaan Bali dapat dilumpuhkan oleh Belanda. Raja Buleleng dan Ketut Jelantik
melarikan diri menuju Karangasem untuk meminta bantuan dari Raja Karangasem. Namun,
Belanda dan pasukannya tetap mengejar Raja Buleleng dan Ketut Jelantik. Mereka terbunuh
dalam upaya mempertahankan diri dari Belanda.

Anda mungkin juga menyukai