Anda di halaman 1dari 4

Perlawanan

Perang Puputan

Lokasi
Bali

Waktu
1848-1849
Lawan
Belanda

Tokoh
Raja Kerajaan Buleleng I Gusti
Made Karangasem dan patihnya I
Gusti Ketut Jelantik

Latar Belakang
a.Pemerintah kolonial Belanda ingin menguasai Bali. Yaitu
berusaha untuk meluaskan daerah kekuasaannya.
Perjanjian antara pemerintah kaonial Belanda dengan
raja-raja Klungkung, Bandung, dan Buleleng dinyatakan
bahwa raja-raja Bali mengakui bahwa kerajaannya berada
di bawah kekuasaan negara Belanda. Raja memberi izin
pengibaran bendera Belanda di daerahnya.

b. Pemerintah kolonial Belanda ingin menghapuskan hak


Tawan Karang yang sudah menjadi tradisi rakyat Bali.
Hak Tawan Karang adalah hak raja Bali untuk merampas
perahu yang terdampar di pantai wilayah kekuasaannya.

Proses
Hak Tawan Karanglah yang memicu peperangan dengan
Belanda. Hak Tawan karang yaitu hak suatu negara
untuk mengakui dan memiliki kapal-kapal yang
terdampar di wilayah nya. Pada 1894, perahu dagang
Milik Belanda terdampar di Prancak, wilayah Kerajaan
Buleleng dan terkena Hukum Tawan Karang. Dengan
kejadian itu, Belanda memiliki alasan kuat untuk
melakukan serangan ke kerajaan Buleleng namun
rakyat Buleleng dapat menangkis serangan tersebut.
Akan tetapi, pada serangan yang kedua pada 1849,
pasukan Beranda yang dipimpin Jenderal Mayor A.v.
Michies dan Van Swieeten berhasil merebut benteng
pertahanan terakhir Kerajaan Buleleng di jagaraga.
Dengan serangan besar-besaran, rakyat Bali
membalasnya dengan perang habis-habisan guna
mempertahankan harga diri sebagai orang Bali.
Pertempuran untuk mempertahankan Buleleng itu
dikenal dengan Puputan Jagaraga. Puputan lainnya,
yaitu Puputan

Akhir
Mereka semuanya gugur dan pada tanggal 19
April 1849 Benteng Jagaraga jatuh ke tangan
Belanda. Mulai saat itulah Belanda menguasai
Bali Utara.

Anda mungkin juga menyukai