🌻 IRA ERMIYANTI
🌻 INAYATUL KARISMA
🌻 INAYATUL KARIMA
🌻 NUR MUSRIFA
Pada tahun 1844, di pantai Prancak dan pantai Sangsit (Pantai di Buleleng
bagian timur) terjadi perampasan kapal-kapal Belanda yang terdampar di
pantai itu. Timbul percecokan antara Buleleng dengan Belanda.
Belanda menuntut agar Kerajaan Buleleng melakukan perjanjian 1843, yakni melepaskan hak
Tawan Karang. Tuntutan Belanda tidak diindahkan oleh Raja Buleleng I Gusti Ngurah made
Karangasem. Belanda menggunakan dalih kejadian ini dan menyerang Kerajaan Buleleng.
Pantai Buleleng di blokade dan istana raja ditembaki meriam dari pantai.
Belanda mendaratkan pasukannya di pantai Buleleng. Perlawanan sengit dari
pihak kerajaan Buleleng dapat menghambat majunya laskar Belanda. Korban
berjatuhan dari kedua belah pihak. Akhirnya belanda berhasil menduduki satu
persatu daerah-daerah sekitar istana raja.
(Banjar Bali, Banjar Jawa, Banjar Penataran, Banjar Delodpeken, istana raja
sudah terkurung rapat). I Gusti Made Karangasem menghadapi situasi ini lalu
mengambil siasat pura-pura menyerah dan tunduk kepada Belanda.
Pertempuran sangit tidak dapat dielakkan lagi, terutama pada posisi dimana I
Gusti Ketut Jelantik berada.