Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KETERAMPILAN

PERLAWANAN RAKYAT BALI (1848- 1908)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

RAFIQ FATAHILLAH MUHSIN


KELAS = XI GREGOR MENDEL
NO. URUT = 29
NIS = 20122714

UPT SMAN 11 PANGKEP


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
 LATAR BELAKANG / PENYEBAB TERJADINYA PERANG
MELAWAN PENJAJAH
Pemerintah kolonial Belanda menganggap tradisi Hak Tawan Karang tidak
dapat diterima dan mengajukan untuk menghapus Hak Tawan Karang. Atas
bujukan Belanda, raja-raja di Bali dapat menerima perjanjian untuk menghapus
Hukum Tawan Karang. Namun, sampai tahun 1844 Raja Buleleng dan
Karangasem masih menolak penghapusan tersebut dan masih menerapkan Hak
Tawan Karang.
Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, latar
belakang perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda adalah :
 Dipaksakannya penghapusan Hak Tawan Karang kepada kerajaan-
kerajaan di Bali.
 Kerajaan Buleleng tidak terima atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh
Belanda karena 2 kapal Belanda yang karam di perairan Bali diakuisisi
oleh Kerajaan Buleleng.

 JALANNYA PERANG

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid IV (1975) karya Sartono


Kartodirdjo dkk, disebutkan bahwa Belanda datang untuk menyerang Bali pada
pertengahan 1846. Armada Belanda terdiri dari 1.700 prajurit gabungan dari
Batavia dan Surabaya dan dipimpin oleh komandan tertinggi Van Den Bosch.
Selama 2 hari, pasukan dari kerajaan Buleleng, Karangasem, dan Kalungkung
bertempur mati-matian mempertahankan kedaulatan Bali. Namun, karena
persenjataan Belanda yg lebih lengkap dan modern, maka para pejuang
mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut menyebabkan raja Buleleng I Gusti
Ngurah Made dan Ketut Jelantik mundur ke daerah Jagaraga.

Pihak Bali juga terpaksa menandatangani perjanjian damai pada 6 Juli 1846.
Penandatanganan perjanjian oleh pihak Bali merupakan salah satu siasat untuk
membangun kembali kekuatan demi melawan Belanda pada periode berikutnya.
 AKHIR PERANG

Gambaran perang Jagaraga

Akhir perlawanan Belanda telah mengetahui pengingkaran perjanjian damai


oleh Bali pada 1847. Pada tanggal 15 April 1849 semua kekuatan Belanda
dikerahkan untuk menyerang Jagaraga dari 2 sisi, depan dan belakang.

Pertempuran di Jagaraga berlangsung selama 2 hari dan kekuatan dari aliansi


kerajaan Bali dapat dilumpuhkan oleh Belanda. Raja Buleleng dan Ketut Jelantik
melarikan diri menuju Karangasem untuk meminta bantuan dari Raja
Karangasem. Namun, Belanda dan pasukannya tetap mengejar Raja Buleleng dan
Ketut Jelantik. Mereka terbunuh dalam upaya mempertahankan diri dari Belanda.

Pada tahun 1894 terjadi Puputan Kusamba, Belanda dipimpin oleh Mayor
Jenderal A.V. Michiels. Dalam pertempuran ini Michiels menderita luka-luka
akibat tembakan dari pasukan Klungkung. Namun akhirnya, Kusamba (sebagai
benteng pertahanan terakhir di daerah selatan) jatuh ke tangan Belanda.

Pada tahun 1906 terjadi Puputan Badung. Peristiwa ini diawali dengan
terdamparnya sebuah kapal di Pantai Sanur. Belanda menuntut ganti rugi kepada
raja Badung (Ida Cokorde Ngurah Gede Pamecutan). Oleh karena raja menolak,
terjadilah pertempuran antara Kerajaan Badung dan pasukan Belanda.
Dalam Puputan Badung ini dilakukan dengan cara unik, yaitu laki-laki,
perempuan, dan anak-anak berpakaian serbaputih dan membawa keris atau
tombak menyerbu tentara Belanda yang bersenjata lengkap. Tanpa rasa takut
mereka menyerbu, akhirnya semua gugur.

Setelah Belanda dapat menundukkan Badung, kemudian pada tahun 1906


Belanda menalukkan Kerajaan Tabanan. Dalam peristiwa tersebut Belanda
mendapat perlawanan, tetapi Kerajaan Tabanan tidak dapat bertahan dan takluk
kepada Belanda. Pertempuran tersebut dinamakan dengan Balikana Wongaya.
Pada tahun 1908 Kerajaan Kelungkung juga mengadakan perlawanan
terhadap Belanda. Dalam peristiwa tersebut raja dan seluruh kerabat kerajaan
gugur. Dengan dikuasainya Kerajaan Kelungkung, pemerintah kolonial Belanda
berhasil menguasai Pulau Bali.

Anda mungkin juga menyukai