PERLAWANAN DI BERBAGAI DAERAH KOLONOALISME & IMPERIALISME BELANDA Penyebab : 1. Penghapusan Hukum Tawan Karang yang dihendaki Belanda. 2. Belanda memaksakan kehendaknya untuk menghapus hak-hak kekuasaan kerajaan-kerajaan Bali diatasnya. 3. Adat agama, sute yang dianggap Belanda tidak berperikemanusiaan. Akan dihapus oleh Belanda. 4. Raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan pemerintah Hindia Belanda dan mengizinkan pengibaran bendera Belanda diwilayah Kerajaannya. • Jalannya Perang : Perlawanan Bali yang dipimpin Patih Ketut Jelantik mempersiapkan prajurit Buleleng dan memperkuat pos-pos pertahanan, dibantu oleh Kerajaan Karangasem dan Klungkung. Pada tanggal 27 Juni 1846 pasukan Belanda berkekuatan 1.700 orang pasukan darat langsung menyerbu kampung-kampung ditepi pantai serta pasukan laut yang datang dengan kapal-kapal sewaan dengan senjata lengkap. Para pejuang Buleleng semakin terdesak sehingga Benteng pertahanan Buleleng jebol dan ibu kota Singaraja dikuasi Belanda. Pasukan Belanda terus mendesak para pejuang dan memaksa Raja Buleleng untuk menandatangani perjanjian. Tanggal 6 Juli 1846 perjanjian ditandatangani yang berisi : 1. Dalam waktu 3 bulan, Raja Buleleng harus menghancurkan semua benteng Buleleng yang pernah digunakan dan tidak boleh membangun benteng baru. 2. Raja Buleleng harus membayar ganti rugi dari biaya perang yang telah dikeluarkan Belanda, sejumlah 75.000 gulden, dan raja harus meyerahkan I Gusti Ktut Jelantik kepada pemerintah Belanda. 3. Belanda di izinkan menempatkan pasukannya di Buleleng. Raja dan para pejuang pura-pura menerima isi perjanjian itu. Tetapi dibalik itu Raja dan Patih Ktut Jelantik memperkuat pasukannya. Dibangunlah benteng pertahanan yang kuat bagaikan gelar-supit urang di Jagaraga serta rakyat juga mempertahankan Hukum Tawan Karang. Namun, Belanda mengetahuinya. Sehingga Belanda memperkuat pasukannya. Akhir perang, perlawanan rakyat Bali merosot pada abad ke-19, setelah sebagian besar Kerajaan Bali ditaklukkan Belanda, dan diakhiri dengan perang habis-habisan yang dinamai dengan perang Puputan. Seluruh Bali dikuasai Belanda. Perang Banjar Penyebabnya: - Monopoli perdagangan oleh VOC. - Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan & pertambangan Kalimantan Selatan. - Campur tangan Belanda dalam Kerajaan. - Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan pertambangan batubara. Jalannya Perang : Pada tanggal 28 April 1859 orang-orang Muning dibawah komando Panembahan Aling dan putranya, Sultan Kuning menyerbu kawasan Tambang batu bara di Pengaron, tetapi gagal. Namun para pejuang Muning berhasil membakar kawasan tambang batu bara dan pemukiman orang-orang Belanda disekitar Pengaron. Banyak orang-orang Belanda yang terbunuh oleh gerakan orang-orang Muning ini. Mereka juga melakukan penyerangan perkebunan milik gubernemen di Gunung Jabok, Kalangan, dan Bangkal. Dengan demikian, berkobarlah Perang Banjar. Dengan peristiwa tersebut, keadaan pemerintahan Kesultanan Banjar semakin kacau. Mulai Saat itu Kesultanan Banjar berada dibawah dominasi Belanda. Akhir perang, rakyat masih bergerilya dengan sesekali menyerang atau melakukan penyerangan kepada Belanda sampai abad ke-20. Perlawanan Goa Penyebabnya: -Monopoli perdagangan oleh VOC - Belanda ikut campur dalam urusan Kerajaan Jalannya Perang: Tanggal 7 juli 1667 meletus perang Goa, tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon Spelman, dibantu pengikut Aru Palaka dan ditambah orang-orang Ambon dibawah pimpinan Jonker Van Manipa. Beberapa serangan VOC berhasil ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi, VOC berhasil mendesak pasukan Hasanuddin dengan pasukan gabungan serta senjata yang lengkap. Benteng pertahanan tentara Goa di Barombang dapat diduduki oleh pasukan Aru Palaka. Sehingga VOC menang atas kerajaan Goa. Kemudian Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya tgl 18 Nov 1667. Perjanjian Bongaya tersebut berisi : 1. Goa harus mengakui hak monopoli VOC. 2. Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Goa. 3. Goa harus membayar biaya perang. 4. VOC boleh mendirikan benteng di Makassar. 5. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Sultan Hassanuddin menolak perjanjian tersebut, karena isi perjanjian itu bertentangan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Goa/Makassar. Pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin mencoba Menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan kesewenang- wenangan VOC. Tetapi, perlawanan ini berhasil dipadamkan oleh VOC. Dan dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi perjanjian Bongaya. Bahkan benteng pertahanan rakyat Goa jatuh & diserahkan kepada VOC, yang kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng Rotterdam. Strategi Belanda : Politik Devide et impera Hukum Tawan Karang: Hak yang dimiliki kerajaan untuk menawan kapal-kapal yang terdampar dan diambil muatan barangnya. Adat sute (agama hindu) = upacara kematian, pada saat suami meninggal, istri harus ikut meninggal (sehidup semati). For your attention