Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok

1) Jannatul Firdausiyah Sukmaputri


2) Masrah
3) Saini
4) Siti Masliha

XI-IPS 1

SMA N 115 Jakarta Utara


PERLAWANAN DI BERBAGAI
DAERAH KOLONOALISME &
IMPERIALISME BELANDA
Penyebab :
1. Penghapusan Hukum Tawan Karang yang dihendaki Belanda.
2. Belanda memaksakan kehendaknya untuk
menghapus hak-hak kekuasaan kerajaan-kerajaan Bali diatasnya.
3. Adat agama, sute yang dianggap Belanda tidak
berperikemanusiaan. Akan dihapus oleh Belanda.
4. Raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan pemerintah Hindia
Belanda dan mengizinkan pengibaran bendera Belanda diwilayah
Kerajaannya.
• Jalannya Perang :
Perlawanan Bali yang dipimpin Patih Ketut Jelantik mempersiapkan
prajurit Buleleng dan memperkuat pos-pos pertahanan, dibantu
oleh Kerajaan Karangasem dan Klungkung.
Pada tanggal 27 Juni 1846 pasukan Belanda
berkekuatan 1.700 orang pasukan darat
langsung menyerbu kampung-kampung ditepi
pantai serta pasukan laut yang datang dengan
kapal-kapal sewaan dengan senjata lengkap.
Para pejuang Buleleng semakin terdesak
sehingga Benteng pertahanan Buleleng jebol
dan ibu kota Singaraja dikuasi Belanda. Pasukan
Belanda terus mendesak para pejuang dan
memaksa Raja Buleleng untuk menandatangani
perjanjian.
Tanggal 6 Juli 1846 perjanjian ditandatangani yang berisi :
1. Dalam waktu 3 bulan, Raja Buleleng harus menghancurkan semua
benteng Buleleng yang pernah digunakan dan tidak boleh
membangun benteng baru.
2. Raja Buleleng harus membayar ganti rugi dari biaya perang yang
telah dikeluarkan Belanda, sejumlah 75.000 gulden, dan raja harus
meyerahkan I Gusti Ktut Jelantik kepada pemerintah Belanda.
3. Belanda di izinkan menempatkan pasukannya di Buleleng.
Raja dan para pejuang pura-pura menerima isi perjanjian itu. Tetapi
dibalik itu Raja dan Patih Ktut Jelantik memperkuat pasukannya.
Dibangunlah benteng pertahanan yang kuat bagaikan gelar-supit
urang di Jagaraga serta rakyat juga mempertahankan Hukum Tawan
Karang. Namun, Belanda mengetahuinya. Sehingga Belanda
memperkuat pasukannya.
Akhir perang, perlawanan rakyat Bali merosot pada
abad ke-19, setelah sebagian besar Kerajaan Bali
ditaklukkan Belanda, dan diakhiri dengan perang
habis-habisan yang dinamai dengan perang Puputan.
Seluruh Bali dikuasai Belanda.
Perang Banjar
Penyebabnya:
- Monopoli perdagangan oleh VOC.
- Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang
mengusahakan perkebunan & pertambangan Kalimantan Selatan.
- Campur tangan Belanda dalam Kerajaan.
- Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena
daerah ini ditemukan pertambangan batubara.
Jalannya Perang :
Pada tanggal 28 April 1859 orang-orang Muning dibawah komando
Panembahan Aling dan putranya, Sultan Kuning menyerbu kawasan
Tambang batu bara di Pengaron, tetapi gagal. Namun para pejuang
Muning berhasil membakar kawasan tambang batu bara dan
pemukiman orang-orang Belanda disekitar Pengaron.
Banyak orang-orang Belanda yang terbunuh
oleh gerakan orang-orang Muning ini. Mereka
juga melakukan penyerangan perkebunan milik
gubernemen di Gunung Jabok, Kalangan, dan
Bangkal. Dengan demikian, berkobarlah Perang
Banjar. Dengan peristiwa tersebut, keadaan
pemerintahan Kesultanan Banjar semakin
kacau. Mulai Saat itu Kesultanan Banjar berada
dibawah dominasi Belanda.
Akhir perang, rakyat masih bergerilya dengan
sesekali menyerang atau melakukan penyerangan
kepada Belanda sampai abad ke-20.
Perlawanan Goa
Penyebabnya: -Monopoli perdagangan oleh VOC
- Belanda ikut campur dalam urusan Kerajaan
Jalannya Perang: Tanggal 7 juli 1667 meletus perang Goa,
tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon Spelman,
dibantu pengikut Aru Palaka dan ditambah orang-orang
Ambon dibawah pimpinan Jonker Van Manipa. Beberapa
serangan VOC berhasil ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi,
VOC berhasil mendesak pasukan Hasanuddin dengan
pasukan gabungan serta senjata yang lengkap. Benteng
pertahanan tentara Goa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Aru Palaka. Sehingga VOC menang atas kerajaan
Goa. Kemudian Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani
perjanjian Bongaya tgl 18 Nov 1667.
Perjanjian Bongaya tersebut berisi :
1. Goa harus mengakui hak monopoli VOC.
2. Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah
Goa.
3. Goa harus membayar biaya perang.
4. VOC boleh mendirikan benteng di Makassar.
5. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Sultan Hassanuddin menolak perjanjian tersebut, karena isi
perjanjian itu bertentangan dengan hati nurani dan semboyan
masyarakat Goa/Makassar. Pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin
mencoba Menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan
kesewenang- wenangan VOC. Tetapi, perlawanan ini berhasil
dipadamkan oleh VOC. Dan dengan sangat terpaksa Sultan
Hasanuddin harus melaksanakan isi perjanjian Bongaya. Bahkan
benteng pertahanan rakyat Goa jatuh & diserahkan kepada VOC,
yang kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng Rotterdam.
Strategi Belanda : Politik Devide et impera
Hukum Tawan Karang: Hak yang dimiliki kerajaan
untuk menawan kapal-kapal yang terdampar dan
diambil muatan barangnya.
Adat sute (agama hindu) = upacara kematian, pada
saat suami meninggal, istri harus ikut meninggal
(sehidup semati).
For your
attention

Anda mungkin juga menyukai