Anda di halaman 1dari 14

PERANG DAN

PERJUANGAN RAKYAT
BALI
Persentasi dari Kelompok 5, yang
beranggotakan:

1. Esti Nuriati (17)


2. Farhaan Habibi (18)
3. Insyatul Fitri (19)
4. Jiwangga Datan Ginggang Illahi (20)
Bali adalah sebuah pulau kecil yang terkenal di Indonesia.
Pada abad ke 19 bali belum banyak menarik perhatian orang-
orang. Baru tahun 1830 pemerintahan Hindia Belanda aktif
menanamkan pengaruhnya. Perkembangan dominasi
belanda menyulut api perlawanan rakyat bali “perang
puputan”.
Meskipun Bali merupakan pulau kecil dengan wilayah yang
sempit, tetapi pulau ini memiliki beberapa kerajaan seperti
Kerajaan Buleleng dan Karangasem sehingga pemerintah
Belanda ingin menguasai sebagian wilayah kekuasaan kerajaan
Bali. Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimulai sejak
tahun 1841 dan seluruh raja di Bali dipaksa untuk
menandatangani perjanjian yang isinya agar raja di Bali
mengakui dan tuntuk kepada pemerintah Belanda. Sikap
Belanda yang sewenang-wenang ini mendapat perlawanan dari
rakyat Bali. Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak
berhasil karena Bali masih bersifat konservatif (masih berlaku
adat atau tradisi), yaitu hak tawan karang yang dianggap oleh
Belanda sangat merugikan.
Mengapa terjadi Perang Puputan di Bali?
Abad ke 19 bali sudah berkembang kerajaan-kerajaan berdaulat.
Contohnya Kerajan Buleleng dll. Pada masa Gubernur Jenderal
Daendels ada kontak dengan kerajaan bali menyangkut
hubungan dagang dan sewa. Tapi Hindia Belanda ingin
menanamkan pengaruh dan berkuasa di bali. Pertama G.A
Granpre moliere misi ekonomi, kedua huskus koopman misi
politik. Misi ekonomi jauh lebih berhasil dari pada misi politik
namun terus di usahakan dan di capai perjanjian antara raja bali
dan belanda.perjanjian kontrak antara raja-raja bali dengan
belanda seputar hukum tawan karang agar di hapuskan.
Perang antara Belanda dengan kerajaan -
kerajaan Bali berlangsung dalam 3 tahap;

A. Tahun 1846
B. Tahun 1848
C. Tahun 1849
Perang tersebut dipicu oleh kegigihan raja Bali dalam
mempertahankan Hak Tawan Karang. Hak Tawan Karang adalah hak
yang dimiliki kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas seluruh muatan
beserta penumpang kapal-kapal asing yang karam di perairan Bali.
Adanya Hak Tawan Karang Bali ini merugikan pihak Belanda karena
banyak kapal-kapal Belanda yang berlayar di perairan Bali dan terdampar
di perairan Bali. Pada tahun 1839,Belanda meminta kepada semua raja di
Bali untuk menghapus hak Tawan Karang. Sebagai gantinya Belanda akan
membayar sejumlah uang untuk setiap kapal yang terdampar di pulau Bali.
Raja-raja Bali pun menyetujuinya, tetapi kenyataannya Belanda tidak
pernah membayar sejumlah uang untuk kapal-kapal Belanda yang
terdampar di perairan Bali. Pada tahun 1844 Raja Buleleng merampas kapal
Belanda secara kebetulan terdampar di Pulau Buleleng. Belanda
mengultimatum agar semua barang muatan kapal yang telah dirampas
dikembalikan kepada Belanda. Namun raja Buleleng dan patihnya I Gusti
Ketut Jelantik tidak menghiraukan ultimatum tersebut.
Isi ultimatum tersebut antara lain
sebagai berikut:

1. Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.


2. Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng.
3. Biaya perang harus ditanggung oleh Raja
Buleleng. I Gusti Ketut Jelantik
Tipu daya dilakukan oleh rakyat bali untuk berpura-pura
menerima isi ultimatum itu. Tapi dibalik itu Raja dan patih Ketut
Jelantik memperkuat pasukannya. Di Jagaraga dibangun
pertahanan yang kuat bagaikan gelar-supit urang. Rakyat juga
mempertahankan hukum tawan karang. Tahun 1847 kapal-kapal
asing terdampar dipantai kusumba Klungkung,dirampas oleh
kerajaan, hal itu menimbulkan amarah Belanda.belanda
memaksa untuk melaksanakannya tapi raja-raja bali tidak
menghiraukan rakyat justru dipersiapkan untuk berperang.
A. Fase Pertama, Buleleng (1846)
Pada tahun 1846,Belanda menyerang Bali. Karena kalah persenjataan
pasukan kerajaan Buleleng yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik tidak
mampu menahan serangan Belanda. Karena dirasa sudah menang,Belanda
menarik pasukannya kembali ke pulau Jawa. Kesempatan ini kemudian
dimanfaatkan oleh I Gusti Ketut Jelantik untuk melakukan persekutuan
dengan kerajaan - kerajaan lain seperti : Karangasem,
Klungkung,Mengwi,dan Badung. Dari banteng pertahanan yang ada di
Buleleng,maka pasukan kondisi ini kemudian menyerang pos-pos
Belanda. Di wilayah kerajaan tersebut serta menawan para serdadunya.
B. Fase Kedua, Tawanan (1848)
Belanda menuntut raja-raja Bali untuk membebaskan tentara nya yang
sudah ditawan. Dan juga belanda memerintah untuk membongkar benteng-
benteng Bali. Namun perintah ini tidak dihiraukan oleh Raja Bali. Belanda
lalu berupaya merebut kembali pos-pos pertahanannya yang hancur akibat
serangan pasukan raja-raja Bali. Namun,upaya ini mendapat perlawanan
yang gigih dari rakyat Bali. Dan dengan terpaksa Belanda menarik kembali
pasukannya.
C. Fase Ketiga, Pukulan Keras
(1849)
Belanda kembali mengirim pasukannya kembali. tetapi kali ini dengan
jumlah yang sangat besar. Pada tahun 1849,Belanda menyerang Kota
Singaraja yang merupakan pusat Kerajaan Buleleng,dan berhasil
menguasainya dalam waktu yang singkat. Lalu Belanda menyerang habis-
habisan Jagaraga. Di tempat inilah rakyat Bali bersumpah memerangi
Belanda sampai titik darah penghabisan. Karena sumpah ini, perang
tersebut dikenal dengan nama Perang Puputan yang berarti perang sampai
mati.
Karena kalah dalam hal pengalaman dan persenjataan,maka banyak
pasukan Bali yang gugur dalam pertempuran ini. Belanda yang menang
kemudian berhasil menguasai Jagaraga. Lalu di waktu yang bersamaan
Belanda menurunkan pasukannya di Pulau Cove yang terletak di bagian
timur pulau Bali dan berhasil menguasainya. Alhasil Belanda menyerang
Sumba tanpa ampun dan nyaris tidak ada perlawanan dari rakyat setempat.
Selanjutnya secara berturut-turut Belanda menguasai Jembrana,Badung,
Klungkung,Karangasem,dan Bangli

Anda mungkin juga menyukai