Anda di halaman 1dari 10

PERANG DAN

PERJUANGAN RAKYAT
BALI
Persentasi dari Kelompok 5, yang
beranggotakan:

1. Esti Nuriati (17)


2. Farhaan Habibi (18)
3. Insyatul Fitri (19)
4. Jiwangga Datan Ginggang Illahi (20)
Perang antara Belanda dengan kerajaan -
kerajaan Bali berlangsung dalam 3 tahap;

A. Tahun 1846
B. Tahun 1848
C. Tahun 1849
Latar Belakang
Perang tersebut dipicu oleh kegigihan raja Bali dalam
mempertahankan Hak Tawan Karang. Hak Tawan Karang adalah hak
yang dimiliki kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas seluruh muatan
beserta penumpang kapal-kapal asing yang karam di perairan Bali.
Adanya Hak Tawan Karang Bali ini merugikan pihak Belanda karena
banyak kapal-kapal Belanda yang berlayar di perairan Bali dan terdampar
di perairan Bali. Pada tahun 1839,Belanda meminta kepada semua raja di
Bali untuk menghapus hak Tawan Karang. Sebagai gantinya Belanda akan
membayar sejumlah uang untuk setiap kapal yang terdampar di pulau Bali.
Raja-raja Bali pun menyetujuinya, tetapi kenyataannya Belanda tidak
pernah membayar sejumlah uang untuk kapal-kapal Belanda yang
terdampar di perairan Bali. Pada tahun 1844 Raja Buleleng merampas kapal
Belanda secara kebetulan terdampar di Pulau Buleleng. Belanda
mengultimatum agar semua barang muatan kapal yang telah dirampas
dikembalikan kepada Belanda. Namun raja Buleleng dan patihnya I Gusti
Ketut Jelantik tidak menghiraukan ultimatum tersebut.
Isi ultimatum tersebut antara lain
sebagai berikut:

1. Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.


2. Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng.
3. Biaya perang harus ditanggung oleh Raja
Buleleng. I Gusti Ketut Jelantik
A. Fase Pertama, Buleleng (1846)
Pada tahun 1846,Belanda menyerang Bali. Karena kalah persenjataan
pasukan kerajaan Buleleng yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik tidak
mampu menahan serangan Belanda. Karena dirasa sudah menang,Belanda
menarik pasukannya kembali ke pulau Jawa. Kesempatan ini kemudian
dimanfaatkan oleh I Gusti Ketut Jelantik untuk melakukan persekutuan
dengan kerajaan - kerajaan lain seperti : Karangasem,
Klungkung,Mengwi,dan Badung. Dari banteng pertahanan yang ada di
Buleleng,maka pasukan kondisi ini kemudian menyerang pos-pos
Belanda. Di wilayah kerajaan tersebut serta menawan para serdadunya.
B. Fase Kedua, Tawanan (1848)
Belanda menuntut raja-raja Bali untuk membebaskan tentara nya yang
sudah ditawan. Dan juga belanda memerintah untuk membongkar benteng-
benteng Bali. Namun perintah ini tidak dihiraukan oleh Raja Bali. Belanda
lalu berupaya merebut kembali pos-pos pertahanannya yang hancur akibat
serangan pasukan raja-raja Bali. Namun,upaya ini mendapat perlawanan
yang gigih dari rakyat Bali. Dan dengan terpaksa Belanda menarik kembali
pasukannya.
C. Fase Ketiga, Pukulan Keras
(1849)
Belanda kembali mengirim pasukannya kembali. tetapi kali ini dengan
jumlah yang sangat besar. Pada tahun 1849,Belanda menyerang Kota
Singaraja yang merupakan pusat Kerajaan Buleleng,dan berhasil
menguasainya dalam waktu yang singkat. Lalu Belanda menyerang habis-
habisan Jagaraga. Di tempat inilah rakyat Bali bersumpah memerangi
Belanda sampai titik darah penghabisan. Karena sumpah ini, perang
tersebut dikenal dengan nama Perang Puputan yang berarti perang sampai
mati.
Karena kalah dalam hal pengalaman dan persenjataan,maka banyak
pasukan Bali yang gugur dalam pertempuran ini. Belanda yang menang
kemudian berhasil menguasai Jagaraga. Lalu di waktu yang bersamaan
Belanda menurunkan pasukannya di Pulau Cove yang terletak di bagian
timur pulau Bali dan berhasil menguasainya. Alhasil Belanda menyerang
Sumba tanpa ampun dan nyaris tidak ada perlawanan dari rakyat setempat.
Selanjutnya secara berturut-turut Belanda menguasai Jembrana,Badung,
Klungkung,Karangasem,dan Bangli

Anda mungkin juga menyukai