masing-masing mempunyai kekuasaannya tersendiri kerajaan- kerajaan tersebut antara lain Buleleng, Karangasem, Klungkung, Gianyar, Bandung, Tabanan, Mengwi, Bangli, dan Jembrana. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut yang gencar mengadakan perlawanan terhadap Belanda adalah Buleleng dan Bandung. 1.) Pemerintah kolonial 2.) Pemerintah kolonial Belanda ingin Belanda ingin menghapuskan menguasai Bali yaitu berusaha hak Tawan Karang yang sudah untuk memperluas daerah menjadi tradisi rakyat Bali. kekuasaannya. Perjanjian antara pemerintah kolonial Hak Tawan Karang adalah hak Belanda dengan raja-raja raja Bali untuk merampas Klungkung, Bandung, dan perahu yang terdampar di Buleleng dinyatakan bahwa pantai wilayah kekuasaannya. raja-raja Bali mengakui bahwa kerajaannya berada di bawah kekuasaan negara Belanda. Raja memberi izin pengibar bendera Belanda di daerahnya. Hukum tawan karang adalah hak Raja Bali yang akan dihapus Belanda. Raja harus melindungi perdagangan Belanda di Bali. Belanda diizinkan mengibarkan bendera di Bali. Adanya aturan-aturan yang ditetapkan Belanda tersebut membuat Raja Bali merasa diinjak-injak kekuasaannya oleh Belanda. Maka, dikobarkanlah perang anti-Belanda. Jalannya perang sebagai berikut. A. Perang Buleleng B. Perang Jagaraga tahun 1848 Menjelang akhir tahun 1846, Jagaraga telah berkumpul laskar yang beranggotakan sampai 8.000 orang dengan persenjataan lengkap. Akhirnya pada bulan Juni 1848, terjadilah perang antara laskar Buleleng dengan tentara Belanda. Selanjutnya, meletuslah perang Jagaraga II dan peperanagan ini, tentara Belanda yang dipimpin pelh Jenderal Van Der Wijk tidak mampu menahan serangan laskar Buleleng yang dipimpin oleh Patih Ketut Jelantik. Belanda tidak puas dengan kemenangan laskar Buleleng. Kemudian pada 31 Maret 1849, tentara Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Michels melancarkan tembakan meriam dari atas kapal. Akibatnya pada 16 April 1849, benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda, sehingga Patih Jelantik bersama pasukannya mundur ke Pegunungan Batur Kintamani. Tetapi Belanda melepaskan Patih Jelantik begitu saja. Belanda terus menyerang Patih Jelantik dan pasukannya hingga gugur. Perang ini dikenal dengan nama Perang Puputan Jagaraga artinya perang sampai titik darah penghabisan.