Anda di halaman 1dari 4

57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya

mengenai Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda Pada Tahun

1846-1849, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu ingin menguasai Indonesia

sepenuhnya termasuk Bali, upaya yang mereka lakukan adalah

dengan cara melaukan perjanjian-perjanjian yang mengikat kerajaan-

kerajaan yang ada di Bali yang termasuk kerajaan Buleleng.

Perjanjian yang pertama yaitu perjanjian tahun 1841 yang isinya

mengakui kerajaan-kerajaan di Bali di bawah kekuasaan Belanda

dan menghapus hukum Tawan Karang.

2. Perjanjian yang pertama ini gagal karena kerajaan Buleleng tidak

setuju merasa ada kejanggalan atas isi perjanjian tersebut dan

pemerintah Belanda tidak putus asa lalu mereka menawarkan konsep

perjanjian yang baru yaitu pada tahun 1843 yang isinya kerajaan-

kerajaan yang ada di Bali milik kekuasaan pemerintah Hindia

Belanda dan bersedia menghapus tawan karang dan menggantinya

dengan membantu kapal yang karam di wilayah perairan pulau Bali.

3. Perjanjian tahun 1843 yang gagal karena terjadi perampasan kapal

dagang berbendera Belanda di wilayah Buleleng yaitu di pantai


58

Prancah dan sangsit tahun 1844 yang menyebabkan pemerintah

Belanda marah dan geram karena kerajaan Buleleng tidak patuh

dengan isi perjanjian yang mereka sepakati terdahulu.

4. Perampasan kapal atau pelanggaran perjanjian 1843 ini adalah awal

mula aksi militer yang pertama pemerintah Belanda ke kerajaan

Buleleng yang terjadi tahun 1846. Aksi militer pertama ini penuh

persiapan matang sehingga kekuatan kerajaan Buleleng yang hanya

seadanya beberapa pucuk bedil, meriam dan sejata tradisional harus

mengakui kekalahan atas pemerintah Belanda. Setelah berakhirnya

perang pemerintah Belanda dan kerajaan Buleleng melakukan

perjanjian yang isinya Buleleng harus membayar ganti rugi sebesar

f300.000 yaitu buleleng membayar ¾ dan kerajaan Karangasem ¼

dikarenakan kerajaan Karangasem membantu Buleleng dan bersedia

menghapus tawan karang.

5. Kerajaan Buleleng mundur ke Jagaraga untuk menyusun kekuatan

melakukan serangan balasan terhadap Belanda ini merupakan aksi

militer ke-2. Pemerintah Belanda yang mengetahui Buleleng

menyusun kekuatan untuk melakukan serangan balasan ini tidak

tingal diam dan tahun 1848 melakukan penyerangan ke Jagaraga.

Penyerangan pertama ke Jagaraga ini gagal karena rintangan alam

yang sukar tetapi memudahkan Buleleng karena mengetahui kondisi

wilayah Jagaraga dan akhirnya Belanda kalah.

6. Tahun 1849 merupakan aksi militer ketiga dan juga awal pemerintah

Belanda berkuasa di Bali. Penyerangan besar-besaran ini


59

menghancurkan benteng Jagaraga yang terkenal kokoh dan kuat itu

rata seperti tanah. Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem besarta

Patih I Gusti Ketut Jelantik gugur beserta pengikutnya. Salah

seorang pejuang wanita juga tidak kenal takut ialah Jero Jempiring

yang merupakan isteri dari I Gusti Ketut Jelantik gugur.

Tiga aksi militer yang dilakukan pada 1846-1849 terhadap Buleleng untuk

menghukum raja-raja di Bali yang menentang pemerintah Belanda. Suatu

perang akan sangat berdampak luas dimana banyak jatuhnya korban,

kerugian finansial dan kelaparan. Begitu juga perang antara kerajaan

Buleleng dengan belanda sangatlah besar dampaknya terhadap masyarakat

dimana masyarakat dihantui rasa takut, banyaknya jatuh korban dipihak

Buleleng maupun Belanda, istana raja dan bangunan disekitar dihancurkan,

barang-barang yang ditemukan di istana raja dikuasai sebagai milik

pemerintah Hindia Belanda, dari pihak Buleleng membayar denda perang

yang dikeluarkan oleh pihak Hindia Belanda, anak-anak kecil korban perang

akan trauma atas kejadian apa yang mereka dapatkan.

Dari semua dampak tersebut kerajaan Buleleng yang sangat banyak terkena

kerugiannya dimana kekuasaan Buleleng menjadi lemah dan semua itu

disebabkan oleh perang tersebut.

5.2 SARAN
60

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai

saran yang peneliti sampaikan diantaranya yaitu:

1. Diharapkan kepada masyarakat Bali pada khususnya tahu bahwa

pada saat lampau kita mempunyai kerajaan yang cukup besar dan

sangat bersejarah bagi masyarakat Bali dan pada umumnya

Indonesia.

2. Sebaiknya pemerintah lebih melindungi peninggalan-peninggalan

perang Jagaraga dan pemerintah semestinya membuat museum

perang Jagaraga agar bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat

agar masyarakat bisa meneladani nilai-nilai yang terkandung di

dalam perang Jagaraga. Terutama agar masyarakat lebih menghargai

jasa-jasa pahlawan terutama untuk meningkatkan jiwa cinta tanah

air.

3. Kepada seluruh generasi muda diharapkan mencintai dan terus

belajar untuk mengetahui sejarah, dan selalu belajar dari sejarah

4. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat untuk peneliti, pembaca dan

masyarakat. Agar dapat saling membuka wacana untuk penelitian

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai