Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROTISTA MENYERUPAI HEWAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Biologi

Nama Guru : Dahlia Ulfah

Disusun oleh :
1. Bunga Syabillah
2. Riska Bararah
3. Farah Audina
4. Syifa Nadyva
5. Cut Kanza Jamalia

Tugas yang diberikan adalah mencari ciri-ciri, cara reproduksi dari ciliata,
sporozoan beserta contohnya.
PEMBUKAAN

• Pengertian Protista

Protista merupakan organisme eukariot pertama atau paling sederhana. Sebagai


organisme eukariotik, Protista memiliki membrane inti sel.

• Protista mirip hewan (Protozoa) adalah Protista Heterotrof yang memperoleh


makanan dari organisme lain dengan cara ”menelan” atau memasukkan makanan
tersebut ke dalam sel tubuhnya (Intraseluler). Protozoa meliputi kelompok
Mastigophora (Protista berbulu cambuk), Sarcodina (Protista berkaki semu),
ciliophora (Protista bersilia), dan Sporozoa (Protista berspora). Protozoa adalah
organisme uniseluler (bersel satu), eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus
oleh membran), tidak memiliki dinding sel, heterotrof, dan pada umumnya dapat
bergerak (motil). Protozoa dapat bergerak menggunakan alat geraknya, yaitu
pseudopodia (kaki semu), silia (rambut getar), atau flagela (bulu cambuk).

• Ciri-ciri Tubuh Protozoa

1. Ukuran dan Bentuk Tubuh Protozoa


Protozoa bertubuh mikroskopis dengan ukuran sekitar 10–200 um atau 0,01–0,2
mm, tetapi ada pula yang berukuran hingga 500 um. Protozoa dapat diamati atau
dilihat menggunakan mikroskop cahaya. Bentuk sel protozoa bervariasi ada yang
tetap dan ada pula yang berubah-ubah karena tidak memiliki dinding sel.
Protozoa bercangkang memiliki bentuk tubuh yang cenderung tetap, misalnya
radiolaria dan foraminifera, sedangkan amoeba merupakan contoh Protozoa yang
bentuk tubuhnya dapat berubah-ubah terutama pada saat bergerak mendekati
makanan.

amoeba
2. Struktur Tubuh Protozoa
Struktur sel protozoa terdiri atas sitoplasma yang diselubungi membran sel atau
membran plasma. Membran sel berfungsi sebagai pelindung dan mengatur
pertukaran zat di dalam sel dengan zat di luar sel. Pada beberapa jenis protozoa
selain membran plasma terdapat pelikel (selaput tubuh yang keras) yang
membantu mempertahankan bentuk tubuh protozoa agar selalu tetap. Membran
plasma pada beberapa jenis protozoa ada yang dilengkapi dengan silia atau flagel.
Keduanya berfungsi sebagai alat bergerak. Sitoplasma mengandung beberapa
organel sel yaitu, mitokondria ribosom, lisosom, nukleus (inti sel), vakuola
makanan, dan vakuola kontraktil (vakuola berdenyut). Paramecium memiliki
trikosis (struktur di bagian korteks tubuh berupa rongga dan benang panjang yang
bisa dikeluarkan sebagai respons stimuli) sebagai alat mempertahankan diri dari
musuh.

• Cara Hidup dan Habitat Protozoa


Protozoa merupakan organisme heterotrof yang memperoleh makanannya dengan
cara fagositosis, yaitu menelan dan mencerna mangsanya. Pada umumnya,
protozoa memangsa anggota protista lain, seperti jamur dan ganggang
mikroskopis, bakteri, maupun sisa-sisa organisme. Protozoa yang hidup bebas di
alam maupun hidup bersimbiosis dalam tubuh hewan multiseluler dan manusia.
Protozoa yang hidup bebas di alam dapat ditemukan di perairan atau di tempat
basah yang banyak mengandung sampah atau zat organik, misalnya seperti air laut,
Danau, sungai, sawah, dan kolam. Contoh protozoa yang hidup di alam bebas
misalnya seperti amoeba proteus dan paramecium caudatum.

Amoeba proteus paramecium caudatum

Protozoa yang hidup di dalam tubuh organisme multiseluler pada umumnya


bersifat parasitik (menyebabkan penyakit), misalnya plasmodium malariae
penyebab penyakit malaria dan entamoeba histolytica penyebab diare. Adapula
yang bersimbiosis mutualisme, misalnya ciliata yang hidup di usus hewan
pemakan rumput yang dapat membantu mencerna selulosa.

plasmodium malariae entamoeba histolytica

• Reproduksi Protozoa
Protozoa dapat bereproduksi secara aseksual (tak kawin) maupun secara seksual
(kawin). Reproduksi secara aseksual pada umumnya dilakukan dengan
pembelahan biner. Dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi 4 sel, dan
seterusnya. Pembelahan biner diawali dengan pembelahan inti (kariokinesis),
kemudian diikuti pembelahan sitoplasma (sitokinesis).

• Klasifikasi Protozoa
Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya terdapat empat filum
protozoa yaitu sebagai berikut.
1. Ciliata (ciliophora/infusoria) bergerak dengan silia (rambut getar). contohnya,
paramecium sp.
2. Rhizopoda (sarcodina) bergerak dengan pseudopodia (kaki semu). contohnya,
amoeba sp.
3. Flagellata (mastigophora) bergerak dengan flagella (bulu cambuk). contohnya,
trypanosoma sp.
4. Sporozoa (apicomplexa) tidak memiliki alat gerak. Contohnya Plasmodium sp.
➢ Disini kami akan menjelaskan langsung tentang tugas yang diberikan
kepada kelompok kami

1. Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Ciliata adalah Protozoa yang bergerak menggunakan silia (rambut getar). Ciliata
disebut juga infusoria (Latin, infundere = menuang), karena biasanya hidup di
dalam air buangan yang banyak mengandung zat organik.

a. Bentuk dan struktur tubuh Cilitia


Kelihatan memiliki bentuk tubuh yang tetap karena memiliki pelikel. Pelikel
merupakan selaput protein atau glikoprotein yang keras untuk menyokong
membran sel. Bentuk tubuh ciliata bervariasi, ada yang menyerupai sandal,
lonceng, terompet, atau oval. Tubuh ciliata meski rambut getar (silia) berukuran
pendek, yang membentuk barisan di seluruh permukaan tubuh atau hanya di bagian
bagian tertentu dari permukaan sel. Si lia berdiameter sekitar 0,25 um dengan
panjang 2–20 um. Jumlah si lia sangat banyak, akan mencapai ribuan. Silia
berkumpul dan bersatu di bagian tubuh tertentu dan membentuk cirri. Ciliata
memiliki alat untuk mempertahankan diri dari musuhnya, yaitu trikosis. Tubuh
ciliata mudah diamati menggunakan mikroskop cahaya biasa, tapi tidak dapat
dilihat dengan jelas.

Di dalam sitoplasma, terdapat organel sel, yaitu mitokondria, ribosom, lisosom,


nukleus (inti sel), vakuola makanan, dan vakuola kontraktil (vakuola berdenyut).
Alat pencernaan makanan terdiri atas bagian corong mulut atau celah mulut (oral
groove), sitostoma (mulut sel), sitofaring (gullet atau kerongkongan sel), vakuola
makanan, dan lubang anus pada bagian tertentu dari membran sel. Vakuola
kontraktil bentuknya mirip dengan kantong, berfungsi untuk osmoregulasi, yaitu
mengatur tekanan osmotik cairan di dalam tubuh.
Ciliata mempunyai dua jenis ciri nukleus yang unik. Nukleus Pada ciliata terdiri
atas satu inti berukuran besar (disebut makronukleus) dan beberapa inti yang
berukuran kecil (disebut mikronukleus). Makronukleus fungsinya untuk
menyintesis RNA, mengatur aktivitas dan pertumbuhan sel, alat reproduksi
aseksual (pembelahan biner). Sementara itu mikronukleus berfungsi sebagai alat
reproduksi seksual (konjugasi). Paramecium, terdapat 1 hingga 80 bentuk
mikronukleus.

b. Cara Ciliata menangkap dan mencerna makanan


Makanan ciliata berupa bakteri dan Serpihan bahan organik. Ciliata menggunakan
rambut getar di sekitar corong mulut untuk mendorong makanan agar masuk ke
dalam sitostoma. Kumpulan makanan dari sitostoma masuk ke sitofaring.
Makanan dari sitofaring akan masuk ke sitoplasma dan membentuk vakuola
makanan. Vakuola makanan akan bergabung dengan lisosom yang menghasilkan
enzim pencernaan makanan. Pada saat Makanan dicerna vakuola makanan
bergerak dari bagian interior (depan) ke bagian posterior (belakang). Sari makanan
hasil pencernaan yang berasal dari vakuola Makanan masuk ke sitoplasma secara
difusi. Sisa-sisa makanan yang tidak tercerna akan dilepaskan ke luar sel melalui
lubang anus atau pori-pori membran.

c. Reproduksi Ciliata
Ciliata dapat bereproduksi secara aseksual maupun secara seksual. Reproduksi
aseksual terjadi dengan cara pembelahan biner. Pembelahan biner diawali dengan
pembelahan makronukleus. Maknukleus memanjang, kemudian memilah menjadi
dua. Pada pembelahan biner, tidak terjadi pembuahan secara mitosis. Sitoplasma
membelah secara transversal (membujur) senja dah jelaskan dua sel anakan.

Reproduksi seksual terjadi dengan cara konjugasi. Arep produksi secara konjungsi
ini menghasilkan ciliata dengan sifat kombinasi baru (redkombinasi genetik).
Mekanisme konjugasi pada paramecium adalah sebagai berikut.

1) dua sel paramecium yang cocok untuk kawin saling berdekatan, kemudian
salingberlekatan pada sebagian tubuhnya.
2) Mikronukleus dengan kromosom diploid (2n) pada masing-masing sel membelah
secara meiosis sehingga masing-masing sel memiliki empat mikronukleus yang
haploid (n). Namun tiga mikronukleus akan hancur.
3) Satu mikronukleus haploid (n) yang tersisa, kemudian membelah secara mitosis
menjadi 2 mikronukleus yang haploid (n).
4) Pasangan mikronukleus pada setiap sel kemudian saling bertukar mikronukleus satu
sama lain.
5) Mikronukleus yang didapatkan dari sel lain akan menyatu dengan mikronukleus dari
sel asal, membentuk mikronukleus yang diploid (2n) dengan sifat genetik campuran
(rekombinasi genetik). Penyatuan mikronukleus dari individu yang berbeda tersebut
disebut singami.
6) Pasangan sel Paramecium kemudian berpisah. Mikronukleus diploid (2n) pada setiap
sel kemudian membelah secara mitosis tiga kali secara berturut-turut, sehingga
menghasilkan delapan mikronukleus yang diploid (2n).
7) Makronukleus yang asli pada masing-masing sel akan hancur. empat mikronukleus
diploid (2n) kemudian berkembang menjadi empat makronukleus diploid (2n) yang
baru dengan cara replikasi DNA berulang-ulang. Empat mikronukleus diploid (2n)
lainnya tetap sebagai empat mikronukleus diploid (2n).
8) Setiap sel kemudian membelah dua kali tanpa disertai pembelahan nukleus, sehingga
setiap satu sel akan menghasilkan empat sel anak yang identik, yang memiliki satu
makronukleus (2n) dan satu mikronukleus diploid (2n). Dari satu kali proses konjugasi
yang dilakukan oleh dua sel paramecium, dihasilkan delapan sel anak diploid (2n)
dengan kombinasi kromosom antara kedua induknya.
d. Habitat Ciliata
Sebagian besar ciliata hidup sebagai sel soliter di air tawar maupun air laut.
Kebanyakan ciliata banyak ditemukan di air sawah, air sungai, air kolam, dan air
selokan, terutama yang banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan dan hewan, atau
sampah organik. Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, Contohnya seperti
paramecium caudatum, vorticella, stentor, Didinium, dan stylonychia. Ada juga
beberapa jenis yang hidup di dalam tubuh hewan, sebagai parasit maupun
bersimbiosis mutualisme. Contohnya ciliata yang hidup parasit, yaitu Balantidium
coli. Kalau yang hidup bersimbiosis, yaitu yang hidup di usus Hewan pemakan
rumput dan dapat membantu mencerna selulosa.

e. Contoh Ciliata
➢ Paramecium caudatum berbentuk seperti sendal dengan silia berjumlah ribuan
yang menutupi permukaan tubuh dan di sekitar celah mulut. Paramecium
caudatum hidup bebas di air tawar sebagai pemangsa bakteri. Gambar nya
sebagai berikut:
➢ Balantidium coli hidup parasit di usus besar (kolon) hewan ternak dan manusia,
menyebabkan diare balantidiasis. Gambar sebagai berikut :

➢ Stentor roeseli berbentuk seperti terompet dengan Barisan silia Yang rapat di
sekeliling mulutnya dan memiliki tangkai yang melekat pada suatu tempat.
Stentor roeseli hidup di air sawah atau air yang menggenang yang banyak
mengandung bahan organik. Gambar sebagai berikut :
➢ Didinium merupakan predator uniseluler di perairan, sebagai pemangsa
paramecium. Gambar sebagai berikut :

➢ Vorticella berbentuk seperti lonceng dengan tangkai yang panjang berbentuk


lurus atau spiral, memiliki silia di sekitar corong mulutnya dan tangkai melekat
pada suatu tempat. Gambar sebagai berikut :

➢ Stylonychia memiliki silia yang hanya terdapat di sisi mulut dan di bagian
tertentu permukaan tubuhnya, dapat bergerak dengan cepat dan berputar pada
suatu tempat, dan memakan serpihan atau potongan bahan organik. stylonychia
banyak ditemukan pada permukaan daun yang terendam air. Gambar sebagai
berikut :
2. Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak dan memiliki bentuk
seperti Spora pada salah satu tahap dalam siklus hidupnya. Sporozoa
merupakan sel infektif sangat kecil yang disebut sporozoit. Salah satu ujung
selnya (apeks) memiliki organel-organel kompleks khusus yang berfungsi
untuk menembus sel dan jaringan tubuh Inang. Sebagian besar dari organisme
ini hidup sebagai parasit pada manusia dan menimbulkan penyakit yang serius,
misalnya malaria.

a. Bentuk dan struktur tubuh sporozoa


Tubuh sporozoa berbentuk bulat atau oval. Sporozoa tidak memiliki alat gerak,
tetapi dapat berpindah dari suatu jaringan tubuh Inang ke jaringan lainnya melalui
aliran tubuh darah tubuh Inang. Sporozoa memiliki sebuah nukleus, tetapi tidak
memiliki vakuola kontraktil. Protozoa ini dapat membentuk Sista berdinding
tebal pada saat berada di usus vektor (hewan perantara). Saat berada di jaringan
hati dan darah manusia, protein protein pada permukaan sel sporozoa mengalami
perubahan, sehingga menyebabkan perubahan efek terhadap sistem kekebalan
orang yang terinfeksi. Hal ini yang menyebabkan sulitnya menemukan vaksin
dan Obat penyakit malaria yang aman bagi pasien.

b. Cara hidup Sporozoa


Seluruh sporozoa hidup sebagai parasit di tubuh manusia dan hewan lainnya,
Misalnya burung, reptil, dan rodentia (hewan pengerat). Sporozoa masuk ke
dalam tubuh Inang dan ditularkan melalui hewan perantara. Contohnya,
Plasmodium sp. Penyebab penyakit malaria yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina, kemudian hidup di dalam jaringan darah dan hati
manusia. Nyamuk anopheles jantan bukan penyebab penyakit malaria karena
Nyamuk jantan tidak menghisap darah mamalia melainkan mengisap cairan
tumbuhan.

c. Reproduksi Sporozoa
Sporozoa bereproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara
aseksual dilakukan dengan pembelahan biner, sedangkan reproduksi secara
seksual dengan peleburan antara gamet jantan dan betina. Reproduksi secara
aseksual dan seksual terjadi secara bergilir dalam siklus hidup yang sangat rumit,
dan terjadi beberapa kali perubahan bentuk sporozoa pada saat berada di tubuh
hewan perantara maupun di tubuh Inang. Pergiliran reproduksi aseksual dan
seksual dalam siklus hidup plasmodium sp sebagai berikut.
Siklus hidup Plasmodium sp.
1. Nyamuk anopheles betina yang mengandung sporozoit Plasmodium sp.
Menggigit manusia dan meninggalkan sporozoit di dalam jaringan darah
manusia.
2. Melalui aliran darah sporozoit masuk ke jaringan hati (liver). Sporozoit
bereproduksi secara aseksual (pembelahan biner) berkali-kali, dan tumbuh
menjadi merozoit.
3. Merozoit menggunakan Kompleks Apeks (ujung sel) untuk menembus sel
darah merah (eritrosit) penderita.
4. Merozoit tumbuh dan bereproduksi aseksual (pembelahan biner) secara
berulang-ulang sehingga terdapat banyak merozoit baru. Merozoit baru ini
disebut juga tropozoit. Tropozoit keluar setelah memecah sel darah merah
dan menginfeksi sel darah merah lainnya secara berulang-ulang dengan
interval 48–72 jam (bergantung pada spesiesnya). Akibatnya, penderita
mengalami demam dan menggigil secara periodik.
5. Di dalam jaringan darah beberapa merozoit membelah dan membentuk
gametosit jantan (mikrogametosit) dan gametosit betina
(makrogametosit).
6. Jika nyamuk anopheles betina lainnya menggigit dan menghisap darah
penderita maka mikro gametosit maupun makrogametosit berpindah dan
masuk ke dalam saluran pencernaan nyamuk.
7. Di dalam saluran pencernaan nyamuk, mikrogametosit tumbuh menjadi
mikrogamet, sedangkan makrogametosit tumbuh menjadi makrogamet.
8. Mikro gamet dan makro gamet mengalami fertilisasi sehingga terbentuk
zigot diploid (2n) yang disebut juga ookinet. Peristiwa ini merupakan
reproduksi secara seksual.
9. Ookinet masuk ke dalam dinding usus nyamuk membentuk oosita yang
berdinding tebal. Di dalam oosista, berkembang ribuan sporozoit.
10. Sporozoit keluar dari dinding usus dan berpindah ke kelenjar ludah nyamuk.
Sporozoit akan mengalami siklus yang sama saat nyamuk menginfeksi
orang sehat lainnya.
d. Contoh Sporozoa
1. Plasmodium sp.
Plasmodium sp. Merupakan penyebab penyakit malaria. Pada tahun 1898,
Ronald Ross menemukan fakta bahwa Plasmodium terdapat di perut
nyamuk. Hasil penemuan tersebut mengantarkan Ronald Ros sebagai
pemenang hadiah Nobel pada tahun 1902. Penelitian Giovanni Batistta
Grassi (seorang Profesor dari Italia) menunjukkan bahwa penyakit malaria
(Italia, mal’aria’ = udara buruk) pada manusia hanya ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina.

Penyakit malaria dapat dicegah dan diobati dengan menggunakan obat yang
diekstraksi dari kulit batang tanaman kina. Saat ini sudah ditemukan lebih
dari 175 spesies Plasmodium sp., dan yang paling umum, anatara lain
sebagai berikut beserta gambarnya :

• Plasmodium falciparum Merupakan penyebab malaria Topika. Gejala yang


ditunjukkan, yaitu timbul demam tidak menentu. Penyakit ini berpotensi
menyebabkan kematian. Gambar sebagai berikut :
• Plasmodium Vivax merupakan penyebab malaria tertiana. Malaria tertiana
banyak ditemukan di Papua New Guinea. Malaria tertiana ditemukan pertama kali
oleh covell dan shute (tahun 1948) di jaringan hati manusia. Plasmodium Vivax
dapat tetap Dorman hingga bertahun-tahun di jaringan hati sehingga
memungkinkan penyakit tersebut dapat kambuh kembali. Gejala demam timbul
pada hari ke-3 dan berlangsung secara periodik setiap 48 jam. Gambar sebagai
berikut :

Plasmodium Ovale merupakan penyebab


malaria dengan gejala mirip malaria tertiana.
Gambar di samping :
• Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria kuartana. Gejala demam
timbul pada hari ke–4 dan berlangsung secara periodik setiap 72 jam. Gambar
sebagai berikut :

2. Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii merupakan penyebab toksoplasmosis. Toksoplasmosis pada
ibu hamil dapat menyebabkan cacat atau kematian janin yang dikandungnya.

Anda mungkin juga menyukai