Anda di halaman 1dari 19

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TIDAK MENULAR


(HIPERTENSI)

FIRA AULIANA
2107210002
DEFINISI HIPERTENSI

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh,

pembuluh darah utama dalam tubuh. Hipertensi adalah ketika tekanan darah terlalu tinggi.

Tekanan darah ditulis sebagai dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh

darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut. Angka kedua (diastolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah

saat jantung beristirahat di antara detak.

Hipertensi didiagnosis jika, ketika diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik

pada kedua hari adalah 140 mmHg dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah 90 mmHg.
Prevalensi Hipertensi di Dunia ( Who, 2019) Proporsi Penderita Hipertensi di Dunia Menurut Jenis Kelamin
(Who,2019)
Kisaran Tekanan Darah Normal dan Hipertensi Menurut WHO

Gejala Hipertensi
Berdasarkan penyebab, hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer yang tidak diketahui penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat ditentukan melalui tanda-tanda di antaranya kelainan

pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), dan penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme).
Prevalensi hipertensi pada Riskesdas 2018 diukur dengan wawancara dan pengukuran. Melalui

wawancara responden akan ditanyakan apakah pernah didiagnosis menderita hipertensi. Selain itu, juga

ditanyakan mengenai kepatuhan meminum obat hipertensi. Sehingga Riskesdas 2018 menghasilkan tiga angka

prevalensi, yaitu berdasarkan diagnosis (D), diagnosis atau sedang minum obat (D/O), dan pengukuran (U).

Metode pengukuran secara umum menghasilkan angka prevalensi yang lebih lebih besar karena berhasil

menjaring responden yang merupakan penderita hipertensi namun tidak menyadari jika mereka memiliki

tekanan darah yang tinggi. Sedangkan angka prevalensi berdasarkan diagnosis atau minum obat sangat

bergantung pada kemampuan mengingat responden, dan tidak mampu menjaring responden yang memiliki

tekanan darah tinggi namun tidak menyadarinya.


Prevalensi Hipertensi pada penduduk > 18 tahun Berdasarkan Pengukuran pada
Riskesdas Tahun 2018
Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019
Prevalensi Hipertensi di Indonesia di Indonesia pada Riskesdas
Tahun 2013 dan Tahun 2018
Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019

Keterangan :
- diagnosis (D)
- diagnosis atau
Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Diagnosis, Konsumsi Obat, sedang minum
dan Pengukuran pada Riskesdas Tahun 2007, 2013, dan 2018 obat (D/O),
(%) - pengukuran (U)
Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019
Faktor Risiko Hipertensi

Proporsi Hipertensi Berdasarkan Proporsi Hipertensi Berdasarkan Proporsi Hipertensi Berdasarkan


Pengukuran Menurut Jenis Kelamin Pengukuran Menurut Kelompok Pengukuran Menurut Kelompok
pada Riskesdas Tahun 2013 dan 2018 Umur pada Riskesdas 2013 Umur pada Riskesdas 2018

Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019


Proporsi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran Menurut Tingkat
Pendidikan pada Riskesdas Tahun 2013 dan 2018

Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019

Proporsi Hipertensi Berdasarkan Proporsi Hipertensi Berdasarkan


Pengukuran Menurut Jenis Pengukuran Menurut Jenis
Perkerjaan pada Riskesdas 2013 Perkerjaan pada Riskesdas 2018
Proporsi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran Proporsi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran
Menurut Tempat Tinggal pada Riskesdas 2013 Menurut Tempat Tinggal pada Riskesdas 2018

Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019


Persentase Perilaku Berisiko PTM pada Riskesdas Tahun 2013 dan 2018

Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019


Upaya Pengendalian Hipertensi

Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah dan menurunkan probabilitas kesakitan,


komplikasi, dan kematian. Langkah ini dapat dikelompokkan menjadi pendekatan farmakologis dan non-
farmakologis.

Pendekatan farmakologis merupakan upaya pengobatan untuk mengontrol tekanan darah penderita
hipertensi yang dapat diawali dari pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik. Terapi
farmakologis dimulai dengan obat tunggal yang mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat diberikan
sekali sehari dan dosisnya dititrasi. Obat berikutnya dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama selama
terapi dilakukan.

Jenis obat hipertensi terdiri dari diuretic, penyekat beta, golongan penghambat Angiotensin
Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB), golongan Calcium Channel Blockers
(CCB), dan golongan anti hipertensi lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan hipertensi antara lain :
• Pengobatan esensial dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dengan tujuan memperpanjang harapan
hidup dan mengurangi komplikasi.
• Pengobatan sekunder lebih ditujukan untuk mengendalikan penyebab hipertensi.
• Pemilihan kombinasi obat anti-hipertensi didasarkan pada keparahan dan respon penderita terhadap obat
yang diberikan.
• Pengobatan hipertensi dilakukan dalam waktu yang lama, bahkan mungkin sampai seumur hidup.
• Pasien yang berhasil mengontrol tekanan darah, maka pemberian obat hipertensi di puskesmas diberikan
pada saat kunjugan, dengan catatan obat yang baru diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa
keluhan baru.
• Penderita yang baru didiagnosis, disarankan melakukan kontrol ulang 4 kali dalam sebulan atau seminggu
sekali, bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100 mmH sebaiknya diberikan terapi
kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam 2 minggu) tekanan darah tidak dapat dikontrol.
• Kasus hipertensi atau tekanan darah tidak dapat dikontrol setelah pemberian obat pertama, maka langsung
diberikan terapi pengobatan kombinasi bila tidak dapat dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi.
Kepatuhan Minum Obat Hipertensi Alasan Tidak Minum Obat Hipertensi Secara Rutin
Penduduk > 18 Tahun pada Riskesdas 2018 Penduduk > 18 Tahun pada Riskesdas 2018

Sumber : Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019


Kerutinan Mengukur Tekanan Darah
Penduduk > 18 Tahun pada Riskesdas
2018
Kesimpulan :

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian prematur di
dunia. Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi
hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang
dari seperlima yang melakukan upaaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki.

Adapun Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Pengukuran pada Riskesdas Tahun 2018, Kalimantan selatan memiliki
prevalensi tertinggi pada terjadinya hipertensi yaitu 44,14%.

Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan bermakna antara penyakit tidak menular dengan faktor sosio
demografi, perilaku, kondisi fisik, dan riwayat penyakit lainnya. Hal ini sejalan dengan analisis lanjut yang
dilakukan terhadap hasil Riskesdas 2007 oleh Ekowati Rahajeng dan Sulistyo Tuminah. Studi tersebut
menunjukkan bahwa hipertensi berhubungan dengan faktor-faktor risiko seperti umur, jenis kelamin, tingkat
Pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, perilaku merokok, konsumsi alkohol, konsumsi sayur dan buah, konsumsi
makanan berkafein, dan aktifitas fisik.
World Health Organization. (2019). Hypertension.
<https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes, Kemenkes

Kementerian Kesehatan RI. 2009. Hipertensi: Prevalensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta: Ekowati
Rahajeng dan Sulistyo Tuminah
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai