Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN HIPERTENSI DIPUSKESMAS PASIR PANJANG


Oleh: Gusti Agung Made Wisnu DwiAntara a),
Magi Melia Tanggu Rame., S.Farm.,M.Farm., Apt b), Annisa Firdaus, S. Farm.,
Apt b)

a)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
b)
Dosen Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
Abstrak

Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan tekanan darah seseorang melebihi
ambang batas normal atau maksimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastolik Hipertensi disebut sebagai the silent disease karena seseorang atau penderita tidak
mengetahui bahwa dirinya mengidap hipertensi sebelum melakukan proses pemeriksakan tekanan
darah. Rasionalitas penggunaan obat adalah pemakaian obat - obatan yang telah terbukti
keamanan dan efektifitasnya dengan uji klinik. Kriteria pemakaian obat secara rasional meliputi
tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota
Kupang periode Januari – Maret 2018, yang dilihat dari 4 kriteria kerasionalitas penggunaan obat
yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis . Teknik pengumpulan sampel yang
digunakan adalah systematic sampling dengan memilih pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta
dan rentang usia pasien hipertensi > 18 tahun sebagai kriteria inklusi. Data yang diperoleh
sebanyak 77 data rekam medis yang kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel untuk
mendapatkan hasil presentasi dari tiap indikator kerasionalitas penggunaan obat. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa antihipertensi yang sering digunakan yaitu golongan Calcium Chanel
Blocker (CCB) (amlodipin) sebesar 75%. Angka kejadian hipertensi di Puskesmas Pasir panjang
lebih banyak dialami perempuan sebesar 65%, dan usia yang paling banyak mengalami hipertensi
yaitu usia 45-60 tahun sebesar 53%. Rasionalitas penggunaan antihipertensi dalam penelitian ini
diperoileh tepat pasien sebanyak 100 %, tepat indikasi sebanyak 100%, tepat obat sebanyak
100%, dan tepat dosis sebanyak 95%.

Kata Kunci : Evaluasi Rasionalitas, Pasien Hipertensi, Obat Antihipertensi.


Abstract

Hypertension is a condition or state of a person's blood pressure exceeding the normal


or maximum threshold that is 120 mmHg for systolic and 80 mmHg for diastolic. Hypertension is
referred to as the silent disease because a person or sufferer does not know that he has
hypertension before the blood pressure check process.The rationality of drug use is that have
proven safety and effectiveness with clinical trials. Criteria for rational use of drugs include the
right indications, the right drugs, the right patients. This research is a descriptive study with
retrospective data collection This study aimed to determine the Rationality of the Use of
Antihypertensive Medicines in the Pasir Panjang Public Health Center in Kupang City from
January to March 2018, which was seen from the 4 criteria for the rationality of drug use that is
the right patient, the right indication, the right medicine, and the right dose. The sampling
technique used was systematic sampling by selecting hypertensive patients without comorbidities
and with an age range of hypertensive patients > 18 years as inclusion criteria. The data
obtained were 77 medical records which were then processed using Microsoft Excel to get the
results of each indicator of drug use rationality. The results of this study indicate that the
antihypertensive that is often used is the Calcium Chanel Blocker (CCB) (amlodipine) of 75%.
The incidence of hypertension in the Pasir Panjang Public Health Center is more often
experienced by women by 65%, and the age of most hypertension is age 45-60 years by 53%. The
rationality of antihypertensive use in this study was obtained by 100% correct patients, 100%
correct indications, 100% right drugs, and 95% correct doses.
Keywords: Rationality Evaluation, Hypertension Patients, Antihypertensive Medication.

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan suatu adanya faktor genetik dalam
kondisi atau keadaan tekanan darah keluarga, kelebihan berat badan
seseorang melebihi ambang batas (obesitas), kurang berolahraga, dan
normal atau maksimal yaitu 120 mengkonsumsi makanan yang terlalu
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg berlemak dan mengkonsumsi
untuk diastolik. Hipertensi disebut makanan yang banyak mengandung
sebagai the silent disease karena kadar garam yang tinggi (Depkes,
seseorang atau penderita tidak 2008; Adam.R et al.,2018).
mengetahui bahwa dirinya Di Amerika, menurut National
mengidap hipertensi sebelum Health and Nutrition Examination
melakukan proses pemeriksakan Survey (NHNESIII), paling sedikit
tekanan darah (Purnomo, 2009). 30% pasien hipertensi tidak
Penyakit hipertensi sampai saat ini menyadari kondisi mereka, dan
belum diketahui penyebabnya hanya 31% pasien yang diobati
dengan jelas, tetapi ditemukan mencapai target tekanan darah yang
beberapa faktor risiko yang berperan diinginkan yaitu dibawah 140/90
menimbulkan hipertensi yaitu usia, mmHg. Di Indonesia sendiri angka
kejadian sangatlah tinggi ditunjukan karena Puskesmas sebagai tempat
dari tingkat prevalensi pada tahun pelayanan kesehatan masyarakat
2007 angka kejadian hipertensi yang terdapat disetiap kecamatan.
berada pada 7,6% dan pada tahun Obat antihipertensi yang sering
2013 terjadi peningkatan angka diberikan kepada pasien hipertensi di
kejadian hipertensi yaitu 9,5% Puskesmas adalah kaptopril,
(Riskesdas, 2013). Hasil Riskesdas amlodipin, dan HCT, ramipril,
tahun 2013 prevalensi hipertensi bisoprolol, valsatran, pemberian obat
hasil wawancara di seluruh provinsi antihipertensi di Puskesmas Pasir
NTT adalah 7,2% dan berada di Panjang kepada pasien sesuai dengan
bawah angka nasional yang ketersediaan obat di Puskesmas.
mencapai 9,4%. Di Kota Kupang
METODE PENELITIAN
sendiri hipertensi termasuk dalam 10
Instrumen penelitian.
peringkat penyakit terbanyak. Instrumen Penelitian yang
Hipertensi menduduki peringkat ke-4 dipakai pada penelitian ini adalah
dengan total kejadian sebanyak menggunakan rekam medis, form
21.856 kejadian atau 9,7 % (Dinkes pengambilan data, literatur yang
Kota Kupang, 2017). digunakan(JNC 8) dan alat tulis.
Rasionalitas penggunaan obat Populasi dan Sampel.
adalah pemakaian obat - obatan 1. Populasi penelitian ini adalah
yang telah terbukti keamanan dan semua pasien hipertensi tanpa
efektifitasnya dengan uji klinik. disertai penyakit penyerta rawat
Kriteria pemakaian obat secara jalan dan di Puskesmas Pasir
rasional meliputi tepat indikasi, Panjang Kupang periode Januari
tepat obat, tepat penderita, tepat – Maret 2018.
dosis dan cara pemakaian, serta 2. Sampel pada penelitian ini
waspada terhadap efek samping adalah pasien yang didagnosa
(Departemen kesehatan- kebijakan hipertensi tanpa penyakit
obat nasional, 2011). penyerta, dengan rentang usia
Peneliti memilih Puskesmas Pasir >18 tahun di Puskesmas Pasir
Panjang sebagai tempat penelitian, Panjang Kota Kupang data yang
diperoleh sebesar 229 data rekam Puskesmas Pasir Panjang 2018
medis sebagai populasi yang secara umum meliputi :
kemudian dilakukan systematic 1) Jenis Kelamin.
sampling dan didapatkan 77 data Berdasarkan hasil penelitian yang
rekam medis sebagai sampel. telah dilakukan diketahui, bahwa
Prosedur Penelitian penderita hipertensi di Puskesmas
Penelitian diawali dengan Pasir Panjang lebih banyak dialami
melakukan pengambilan data awal oleh pasien perempuan (65%) dari
Hipertensi di Puskesmas Pasir pada pasien laki-laki (32%), seperti
Panjang, data rekam medis pasien yang ditampilkan pada tabel 4.1.
yang memenuhi kriteria inklusi, Hasil ini sama dengan hasil survei
dikumpulkan, diolah dan di analisa yang dilakukan oleh badan
menggunakan Microsoft Excel. kesehatan nasional tahun 2018,
HASIL DAN PEMBAHASAN yang menyatakan bahwa jumlah
A. Deskripsi Sampel. pasien hipertensi perempuan lebih
Evaluasi penggunaan obat tinggi yaitu 36,9% dari pada jumlah
merupakan upaya yang dilakukan pasien hipertensi laki-laki yang
dengan tujuan untuk menilai hanya sebesar 31,3%.
apakah terapi yang diberikan Tabel 4.1. Karakteristik sampel Berdasarkan
Jenis kelamin.
memiliki efikasi dan keamanan
No Jenis Jumlah %
berdasarkan, tepat pasien, tepat Kelamin
1 Perempuan 50 65
indikasi, tepat obat, dan tepat dosis 2 laki-laki 27 35
(Kemenkes RI, 2011). Hasil Total 77 100

penelitian ini diperoleh dengan Faktor gender berpengaruh pada


mengolah 229 data rekam medis terjadinya hipertensi, dimana pria
sebagai populasi yang kemudian lebih banyak menderita hipertensi
dilakukan systematic sampling dan dibandingkan dengan wanita,
didapatkan 77 data rekam medis dengan rasio sekitar 2,29% untuk
sebagai sampel. Deskripsi sampel peningkatan tekanan darah sistolik.
dilakukan untuk mengetahui Pria diduga memiliki gaya hidup
karakteristik pasien hipertensi di yang cenderung meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan oksida nitrat, dan stimulasi sistem
wanita. Namun, setelah memasuki RAAS (Tariq, et al., 2018).
masa menopause, maka prevalensi 1) Usia.
hipertensi pada wanita mengalami Usia responden dalam penelitian
peningkatan (Depkes RI 2013). ini dikelompokan menjadi 3
Pada masa pramenopause wanita kelompok besar yang mengacu pada
mulai kehilangan sedikit demi pengelompokan usia menurut WHO
sedikit hormone estrogen, dimana (World Health Organization) yaitu
hormon estrogen memilikifungsi usia dewasa < 45 tahun, usia
untuk melindungi pembuluh darah pertengahan (middle age) 45-60
dari kerusakan (Kumar et al., 2005). tahun, dan lanjut usia > 60 tahun.
Laki-laki cenderung lebih besar Dari tabel 4.2 diketahui, bahwa
mengalami hipertensi dari pada kelompok usia yang paling banyak
perempuan, yang dipengaruhi oleh menderita hipertensi adalah pada
pola hidup yang kurang sehat kelompok usia 45-60 tahun dengan
seperti merokok dan mengkonsumsi jumlah 41 orang atau sebesar 53%.
alkohol. Dimana dalam rokok
Tabel 4.2. Karakteristik Sampel Berdasarkan
terdapat zat nikotin yang dapat yang Usia
dapat mengakibatkan peningkatan No Kategori Jumlah %
denyut jantung, meningkatkan Usia
1 <45 tahun 2 3
tekanan darah, menurunkan kadar 2 45-60 tahun 41 53
3 >60 tahun 34 44
kolesterol HDL, meningkatkan Total 77 100
kadar kolesterol LDL, dan
mempercepat arteriosklerosis (Arda, Golongan obat CCB lebih sering
2018). Dan asupan alkohol yang digunakan kerena golongan
dapat menyebabkan terjadinya Calcium Chanel Blocker (CCB)
hipertensi .Beberapa mekanisme bekerja dengan menurunkan influx
yang mungkin mempengaruhi ion kalsium kedalam sel miokard,
adalah stres oksidatif,gangguan sel-sel dalam sistem konduksi
baroreseptor, cedera pembuluh jantung, dan sel-sel otot polos. Efek
darah, berkurangnya produksi ini akan menurunkan kontraktilitas
jantung, menekan pembentukan dan golongan B-Blocker yaitu
propagasi impuls elektrik kedalam propanolol (4,61%).
jantung dan memacu aktivitas A. Interpretasi Hasil Rasionalitas
vasodilatasi, interferensi dengan Kriteria pemakaian obat secara
konstriksi otot polos pembuluh rasional meliputi tepat indikasi,
darah (Gomer, 2007). tepat obat, tepat penderita, tepat
Adanya terapi kombinasi yang dosis dan cara pemakaian, serta
didapatkan oleh pasien dilihat dari waspada terhadap efek samping
kondisi, diagnosis, serta tanda dan (Kementrian kesehatan- kebijakan
gejala dari pasien. Hal ini sesuai obat nasional, 2011). Evaluasi
dengan guidline JNC 8 dimana jika rasionalitas penggunaan obat
tekanan darah seseorang antihipertensi yang dilakukan dalam
>160/90mmHg maka akan penelitian ini dilakukan secara
mendapatkan terapi obat tunggal kualitatif ditinjau dari empat hal
(amlodipin/captopril/HCT) atau antara lain tepat pasien, tepat
terapi obat kombinasi dua (2) atau indikasi, tepat obat, dan tepat dosis,
lebih obat (ACEi + CCB/ CCB + dengan menggunakan Joint
diuretic tiazid). National Committee (JNC) 8
Hasil penelitian ini sejalan sebagai literatur pembanding.
dengan penelitian yang dilakukan Interpretasi hasil rasionalitasdalam
oleh Sefri (2016) yang hasilnya penelitianadalah sebegai berikut:
menujukan bahwa penggunaan 1) . Tepat Pasien
Golongan obat antihipertensi yang Tepat pasien adalah kesesuaian
paling banyak digunakan adalah pemilihan obat yang
Calcium Chanel Blocker (CCB) mempertimbangkan keadaan pasien
yaitu amlodipine (63,08%), sehingga tidak menimbulkan
golongan Angiotensin Cconversion kontraindikasi kepada pasien secara
Enzyme Inhibitors (ACEi) yaitu individu. Evaluasi ketepatan pasien
obat captopril (12,31%), golongan pada penggunaan antihipertensi
diuretic tiazide yaitu furosemid dilakukan dengan membandingkan
(7,69), HCT (3,08%), dan kontraindikasi obat yang diberikan
dengan kondisi klinis pasien yang diberikan kepada pasien sesuai
menurut diagnosis dokter dengan literatur yang dipakai(lihat
(Kemenkes RI, 2011). tabel.4.5) (JNC 8, 2014).
Tabel 4.4. Evaluasi Rasionalitas Tabel. 4.5 Pengobatan hipertensi tanpa
berdasarkan Tepat Pasien. penyakit penyerta menurut joint national
N Hasil Jumlah % committeeedition 8 (JNC 8) tahun 2014
o RM
1 Tepat pasien 77 100 No Usia Tekanan Terapi
(tahun) darah yang
2 Tidak tepat 0 0
(mmHg) diberikan
Pasien
1. >60 <150/90 Gol.
Total 77 100 Diuretic/A
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa CEi/CCB/
Kombinasi
seluruh peresepan obat 2. <60 <140/90 Gol.
Diuretic/A
antihipertensi untuk terapi CEi/CCB/
Kombinasi
hipertensi termasuk dalam kategori
tepat pasien atau dapat disimpulkan
2). Tepat Indikasi
sebagai 100% tepat pasien.
Evaluasi ketepatan indikasi
Peresepan obat yang dilakukan oleh
dilihat dari perlu tidaknya pasien
dokter dilihat dari tanda dan gejala
diberi obat antihipertensi
pasien seperti tegang pada bagian
berdasarkan tekanan darah yang
leher, pusing, nyeri pada kepala,
dilakukan sebanyak dua (2) kali
dan keram pada tangan dan kaki
dengan rentang waktu pengukuran
pasien. Serta diperkuat dengan
5 menit (Rasionalitas Penggunaan
dilakukannhya pengukuran tekanan
obat Kemenkes RI, 2011). Evaluasi
darah pada pasien dimana rentang
rasionalitas berdasarkan tepat
tekanan darah pasien hipertensi di
indikasi dapat dilihat pada Tabel
Puskesmas Pasir Panjang yaitu
4.6.
untuk tekanan darah sistolik 110-
Tabel 4.6. Evaluasi Rasionalitas
200 mmHg dan tekanan darah berdasarkan Tepat Indikasi.
N Hasil Jumlah %
diastolik 70-100 mmHg. Tujuan o RM
pemberian antihipertensi pada 1 Tepat 77 100
indikasi
pasien adalah untuk menjaga dan 2 Tidak 0 0
tepat
mengontrol kestabilan tekanan indikasi
darah pasien dan pemberian terapi Total 77 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat leher, mudah lelah, dan dan rentang
dilihat bahwa dari 77 data rekam hasil pengukuran tekanan darah.
medis diperoleh hasil 100% tepat Hasil ini berbeda dengan
indikasi. Penggunaan obat penelitian yang dilakukan oleh
antihipertensi ini dikategorikan Saftia Arizky (2018) mengenai
tepat indikasi karena obat evaluasi rasionalitas penggunaan
antihipertensi ACEi dan CCB obat antihipertensi diamana hasil
diberikan kepada pasien dengan penelitian yang dilakukan terhadap
diagnosis hipertensi stage 1, dan 37 rekam medik pasien hipertensi,
hipertensi stage 2. Berdasarkan tepat indikasi sebanyak 18 pasien
klasifikasi hipertensi Joint National (48,65%), sedangkan ketidaktepatan
Committee (JNC) 8 tahun 2014 indikasi sebanyak 19 pasien
dimana hipertensi stage 1 dengan (51,35%).
rentang tekanan darah yaitu < 3). Tepat Obat
159/99 mmHg dan hipertensi stage Tepat obat adalah kesesuaian
2 dengan rentang tekanan darah > pemberian obat antihipertensi yang
160/100 mmHg, sama-sama dapat ditimbang dari ketetapan kelas
mendapatkan pengobatan lini lini terapi, jenis dan kombinasi obat
pertama menggunakan obat bagi pasien hipertensi (Permenkes
antihipertensi golongan diuretik RI, 2011). Berdasarkan tabel 4.7
tiazid, atau ACEi, atau CCB tunggal dari 77 data rekam medis diperoleh
atau dengan kombinasi dua (2) atau ketepatan pemilihan obat
lebih golongan obat. antihipertensi berdasarkan tepat
Menurut panduan Praktik klinis indikasi yaitu 100%, dimana hasil
dan Clinical Patway(CP) dan penelitian ini dilihat berdasarkan
Pembuluh Darah (2016), pasien diagnosis dari pasien dan obat yang
hipertensi yang terdiagnosa dengan diresepkan kepada pasien dan
hipertensi stage 1 mempunyai dibandingkan dengan pedoman atau
tanda dan gejala yang dialami literature yang digunakan yaitu joint
pasien hipertensi stage 1 yaitu national commitee(JNC) 8.
pusing, kepala sakit, tegang pada
Tabel 4.7 Evaluasi Rasionalitas berdasarkan Tepat Obat
No Diagno Terapi yang Pedoman Menurut JNC 8 Kesesuaian obat
sis didapat (%)
Sesuai Tidak
1 Hipert Amlodipin/ Tunggal antara : 75 -
ensi Captopril HCT/Amlodipin/ captopril (97%)
Stage 1
2 Hipert 1. Tunggal 1. Tunggal : 2 (3%) -
ensi : HCT/Amlodipin/Ca
Stage 2 Amlodi ptopril
pin/
captopri
l
2. Kombin 2. Kombinasi:
asi: Captopril +
Captopr Amlodipin / HCT +
i+Amlo Captopril/ HCT +
dipin Amlodipin
Total 77
(100%
)

MenurutJoint sedangkan hipertensi


National stage 2 mendapatkan
Commitee(JNC) 8, obat tunggal yaitu
algoritma pengobatan captopril, amlodipin, da,
untuk hipertensi stage 1 HCT dan kombinasi
lini pertama yaitu Captopril +
mendapatkan obat Amlodipin / HCT +
tunggal yaitu captopril, Captopril/ HCT +
amlodipin, da, HCT, Amlodipin.
Hasil penelitian evaluasi obat antihipertensi dengan
rasionalitas berdasarkan rentang dosis terapi, ditinjau
ketepatan obat di Puskesmas dari dosis penggunaan per
Pasir Panjang Periode hari dengan didasari pada
Januari – Maret 2018 ini kondisi khusus pasien. Bila
berbeda dengan penelitian peresepan obat antihipertensi
yang dilakukan oleh Eka berada pada rentang dosis
Kartika Untari (2018) minimal dan dosis per hari
dimana terdapat 65 pasien yang dianjurkan maka
(70,65%) obat antihipertensi peresepan dikatakan tepat
yang diberikan sudah sesuai dosis. Dikatakan dosis
standar yang digunakan kurang atau dosis terlalu
yaitu JNC 7 dan terdapat 27 rendah adalah apabila dosis
pasien (29,35%) pemberian yang diterima pasien berada
obat antihipertensi yang dibawah rentang dosis terapi
tidak sesuai standar. yang seharusnya diterima
4). Tepat Dosis pasien (Kemenkes RI,
Tepat dosis adalah 2011).
kesesuaian pemberian dosis

Tabel 4.8 Evaluasi Rasionalitas berdasarkan Ketepatan Dosis.

Kesesuaian obat
Sesuai Tidak Sesuai
No Terapi yang Pedoman Frekuensi Persentas Frekuen Persentas
didapatkan Menurut (n) e (%) si (n) e (%)
JNC 8
1 Amlodipin 2,5- 57 74 1 1,3
5- 10mg/har
20mg/hari i
2 Captopril 25- 17 22,1 2 2,6
12,5- 50mg/har
75mg/hari i
Total 74 96,1 3 3,9
Berdasarkan tabel 4.7 darah melebihi kisaran terapi
diketahui bahwa dari 77 rekam menyebabkan keadaan munculnya
medis, terdapat 74 data rekam efek samping utama antihipertensi
medis yang menujukan tepat dosis yaitu hipotensi dan kemungkinan
(96,1%), dan terdapat 3 data rekam efek toksisitas lainnya ( Eka Kartika
medis yang tidak tepat dosis (3,9%), Untari, et al, 2018).
hal ini disebabkan karena dosis Hasil penelitian ini sejalan
yang diberikan atau diresepkan dengan penelitian yang dilakukan
kepada pasien melebih dosis oleh Pande Made Rama Sumawa
maksimum yang telah telah (2015) mengenai rasionalitas
ditetapkan dalam algoritma terapi penggunaan obat antihipertensi,
menurut Joint National Committee dimana terdapat 25 (64,10%)
(JNC) 8. pemberian obat antihipertensi yang
Berdasarkan Joint National No Hasil Jumlah %
Committee(JNC) 8 dosis maksimum RM
1 Rasional 73 95
amlodipin yaitu 2,5 – 10mg/hari dan 2 Tidak 4 5
rasioanal
dosis maksimum captopril yaitu 25 Total 77 100
– 50mg/hari. Dosis yang terlalu tepat dosis dan ditemukan 14
rendah dapat menyebabkan kadar (35,90%) pemberian obat
obat dalam darah berada dibawah antihipertensi yang tidak tepat dosis.
kisaran terapi sehingga tidak dapat 5) Jumlah Rasionalitas
memberikan respon yang Penggunaan obat Antihipertensi
diharapkan yaitu luaran terapi di Puskesmas Pasir Panjang
berupa penurunan tekanan darah Periode Januari – Maret 2018.
tidak tercapai. Sebaliknya dosis obat Pengobatan hipertensi yang
yang terlalu tinggi dapat ditemukan pada penelitian ini masih
menyebabkan kadar obat dalam ada yang belum rasional pada
kriteria tepat dosis dimana terdapat pelayanan pasien berpengaruh pada
4 rekam medis yang tidak tepat ketepatan diagnosis dan terapi untuk
dosis (5%) (dapat dilihat pada tabel pasien, serta informasi yang
4.10), hal ini dikarenakan pada seharusnya diterima oleh pasien
pemilihan obat untuk pasien agar pasien mengerti akan tujuan
hipertensi stage 2, pemberian dosis terapinya dan paham tentang
dan frekuensi pemakaian penggunaan obatnya.
antihipertensi yang tidak sesuai. Hal KESIMPULAN
tersebut dapat menyebabkan Gambaran rasionalitas
timbulnya dampak negatif penggunaan obat antihipertensi di
penggunaan obat yang tidak Puskesmas Pasir Panjang tahun
rasional sangat beragam dan 2018 adalah sebagai berikut : tepat
bervariasi tergantung dari jenis pasien (100%), tepat indikasi
ketidakrasionalan penggunaannya. (100%), tepat obat (100%), dan
Dampak negatif ini dapat saja hanya tepat dosis (95%). Obat
dialami oleh pasien yaitu berupa antihipertensi yang sering diberikan
efek samping dan biaya yang mahal kepada pasien hipertensi yaitu
maupun oleh populasi yang lebih Amlodipin dengan persentase yaitu
luas berupa mutu pengobatan dan 75% dan Captopril dengan
pelayanan (Kemenkes RI, 2011). persentase yaitu 72%.
Tabel 4.11. Jumlah Rasionalitas DAFTAR PUSTAKA
Penggunaan obat Antihipertensi di
Puskesmas Pasir Panjang Periode Januari– Arda Adhayani Zul et al. 2018.
Maret 2018.
Faktor yang mempengaruhi Journal of Public Health.

kerasionalan penggunaan obat Hipertensi dan Faktor

adalah pola peresepan, pelayanan Risikonya di Puskesmas

yang diberikan bagi pasien, dan Motolohu Kabupaten

tersedianya obat untuk diberikan Pohuwato. Volume 10. Hal

kepada pasien. Faktor peresepan 32-38.

berpengaruh langsung pada Bianti Nuraini. 2015. Journal of

ketepatan pemberian obat yang akan Pharmacy. Risk Factors Of

dikonsumsi oleh pasien. Faktor


Hypertension. Volume 4: hal (Riskesdas) Nasional tahun
10-19. 2007.CV Metronusaprima:
Budiman et al. 2015. Jurnal Jakarta.
Kesehatan Masyarakat Depkes RI. 2013 .Laporan hasil
Andalas. Hubungan Riset kesehatan dasar
Dislipidemia, Hipertensi dan (Riskesdas) Nasional tahun
DiabetesMelitus Dengan 2007 & 2013 .CV
Kejadian Infark Miokard Metronusaprima: Jakarta.
Akut. Volume 10. Hal 32-37. Farida Umamah. 2016. Hubungan
Darmawan Hasbullahet al. 2018. Pre-monepause dengan
Media Gizi Pangan. Asupan kejadian hipertensi pada
Natrium dan Status Gizi wanita di RT 11 RW 05
terhadap tingkat Hipertensi Kelurahan BanjarBendo
pada Pasien Rawat Jalan Di sidoarjo. Vol 9 No.1 : 82-87.
RSUD Kota Makasar. Volume Jayanti I Gusti Ayu Ninik et al.
25. Edisi 1. Hal 11-17. 2017. Jurnal gizi Indonesia.
Departemen Kesehatan RI.2006. Hubungan Pola Konsumsi
Pharmaceutical care untuk Minuman Beralkohol
penyakit Hipetensi. Jakarta. Terhadap Kejadian hipertensi
Departemen Kesehatan RI. (2011). pada Tenaga Kerja Pariwasata
Kebijakan obat nasional. Di kelurahan Legia. Volume 6
Jakarta: Departemen : 65-70.
Kesehatan RI. JNC VII. 2003. The seventh report
Dinkes kota kupang.2016. Profil of the joint National
Kesehatan Kota Kupan committee on prevention,
2016.Kota Kupang. detection, evaluation, and
Dinkes kota kupang.2017. Profil treatment of high blood
Kesehatan Kota Kupan pressure Hypertension.
2016.Kota Kupang. JAMA.
Depkes RI. 2008.Laporan hasil JNC VIII. 2014. The Eight Report
Riset kesehatan dasar of the joint National
Committee. Hypertension Palembang. Volume 8(3) :
Guidelines. An in-depth Hal 180-191.
Guide. Am J Manag Care. Sugiyono.2017.Metode Penelitian
Kartika Eka Untari et al.2018. Administras. Bandung :
Pharmaceutical Sciences and Alfabeta.
Research. Evaluasi Syahdrajat T. 2017. Panduan
Rasionalitas Penggunaan obat penelitian untuk skripsi
Anti hipertensi di Puskesmas kedokteran dan
siantar hilir Kota Pontianak kesehatan.Jakarta: Dian
Tahun 2015. Volume 5- Hal Rakyat Jakarta.
32-39. Tandililing Sefri dkk.(2016). Profil
Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Penggunaan Obat Pasien
Metode Penelitian Kesehatan. Hipertensi Esensial di
Jakarta: Rineka Cipta. Instalasi Rawat Jalan Rumah
PermenkesNo.269.,2008,”Rekam Sakit Umum Daerah Ilagaligo
Medis”, Jakarata: Indonesia. Kabupaten Luwu Tmur
Purnomo, H., 2009, “Pencegahan Periode Januari-Desember
dan Pengobatan Penyakit Tahun 2014. Journal of
Yang Paling Mematikan”, Pharmacy Vol. 3 (1) : 49 –
Buana Pustaka,Yogyakarta. 56.
Ramadhan Adam.R. dkk (2018). Weber MA, Schiffrin EL, White
Evaluasi Penggunaan Obat WB, Samuel MD, et al. 2014.
Antihipertensi Pada Pasien Clinical practice guidlines for
Hipertensi Rawat Jalandi the management of
Puskesmas Sempaja hypertension in the
Samarinda.Jurnal Sains dan community. The Journal of
Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. Clinical Hypertension.
Sartik et al.2017. Jurnal Kesehatan 16(1):14-26.
Masyarakat. Faktor-faktor World Health Organization
Resiko dan Angka Kejadian (WHO).2011. Hypertension
Hipertensi pada penduduk Fact Sheet. Department Of
Sustainaible Development
and Healthy Environments.
Regional Office For South-
East Asia. Hal 1-2

Anda mungkin juga menyukai