Anda di halaman 1dari 12

48

Jurnal Pharmascience, Vol. 9, No. 1, Februari 2022, hal: 48-59


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience
Research Article

Analisa Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi


pada Pasien Peserta Posyandu Lansia Kartini Surya
Khatulistiwa Pontianak
Syarifah N.Y.R.S. Asseggaf1*, Ridha Ulfah2
1
Departemen Farmakologi Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
Email: nurulyanti@medical.untan.ac.id

ABSTRAK

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi berupa


aneurisma, gagal jantung, sindrom metabolik yang memicu diabetes, penyakit jantung,
stroke, demensia, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan obat antihipertensi pada peserta Posyandu Lansia Kartini Madu II.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan data sekunder berupa rekam
medis pasien dengan total sampel sebanyak 48. Data berupa usia, jenis kelamin, jenis,
dosis dan frekuensi pemberian obat antihipertensi, serta kepatuhan terapi pasien yang
diukur dengan Medication Possession Ratio (MPR). Hasil penelitian ini menunjukkan
hampir semua responden berusia ≥56 tahun (lansia lanjut) yakni sebanyak 44 orang
(91,7%). Mayoritas pasien adalah pasien dengan hipertensi tingkat 2 yakni 29 orang
(60,41%). Obat antihipertensi yang digunakan adalah kaptopril sebanyak 37 orang
(77,08%) dan amlodipine sebanyak 11 orang (22,92%). Mayoritas pasien tidak patuh
terhadap terapi antihipertensi yakni sebanyak 30 orang (62,5%). Terdapat hubungan
bermakna derajat hipertensi terhadap kepatuhan minum obat pasien (p=0,0,040). Tidak
terdapat hubungan bermakna antara bermakna usia, jenis kelamin, jenis obat, dosis obat
dan frekuensi pemberian obat terhadap kepatuhan minum obat pasien (p>0,05).

Kata Kunci: Hipertensi, Obat Antihipertensi, Kepatuhan Terapi Pasien

ABSTRACT

Uncontrolled hypertension can lead complications including aneurysms, metabolic


syndrome that caused of diabetes, stroke, dementia, and etc. This study determined the use
of antihypertensive drugs in the participants of Posyandu Kartini Madu II. This study was a
analytic study using patient medical record as secondary data in a total sample of 48 patients.

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


49

Data collected were age, gender, type of doses and frequency antihypertensive drugs, and
patient compliance in treatment measured with Medication Possession Ratio (MPR). The
result of this study showed that almost all of patiens were ≥56 years old (91.7%). Majority of
patients were patients with hypertension grade II as many as 29 people (60.41%). The
antihypertensive drugs used were captopril by 37 people (77.08%) and amlodipine by 11
people (22.92%). Majority of patients as many as 30 people were not compliant with medical
treatment of antihypertensive drugs (62.5%). There was a significant relationship of
patient’s medication compliance with the degree of hypertension (p=0.040). There was no
significant relationship of patient’s medication compliance with age, sex, class, dose and
frequency of admistrasion of antihypertensive drug (p>0.05).

Keywords: Hypertension, Antihypertensive Drugs, Patient Compliance of Medical


Treatment

I. PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko


Hipertensi merupakan keadaan paling signifikan untuk penyakit
terjadiny peningkatan tekanan darah sistol kardiovaskular (Asdegom et al., 2018).
dan diastol. Tekanan darah sistolik berada Hipertensi yang tidak dikontrol dengan
pada tingkat ≥140 mmHg atau peningkatan baik dapat menimbulkan berbagai
tekanan diastolik pada tingkat ≥90 mmHg komplikasi seperti aneurisma, gagal
(Chobanian et al., 2003). World Health jantung, sindrom metabolik yang memicu
Organization (WHO) memperkirakan 1,13 diabetes, penyakit jantung, stroke,
miliar orang di seluruh dunia menderita demensia dan peningkatan risiko penyakit
hipertensi dan dua pertiganya adalah ginjal stadium akhir (ESRD) (Vasan et al,
penduduk negara berpenghasilan rendah 2001; Nafrialdi, 2012; Roy et al., 2013).
hingga menengah. WHO memperkirakan Upaya yang dapat dilakukan untuk
Asia akan berkontribusi besar pada mencegah terjadinya komplikasi pada
sebagian besar populasi di masa mendatang pasien yang menderita hipertensi adalah
(WHO, 2019). Data Riskesdas (2018), dengan memberikan terapi obat
prevalensi hipertensi di Indonesia pada antihipertensi pada pasien dengan
penduduk umur ≥ 18 tahun adalah 34,11%. hipertensi tingkat 1 atau lebih. Penurunan
Kalimantan Barat sendiri memiliki angka tekanan darah 20/10 mmHg pada pasien
prevalensi di atas rerata prevalensi hipertensi akan menurunkan 50% risiko
nasional, yakni sebesar 36,99%. Kota kejadian kardiovaskular. Ada beberapa
Pontianak berdasarkan Riskedas 2018 golongan obat antihipertensi, yaitu diuretik,
memiliki prevalensi hipertensi 32,82% angiotensin-converting enzyme inhibitor
(KEMENKES, 2018). (ACEI), angiotensin receptor blockers
(ARB), calcium channel blocker (CCB),

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


50

penghambat adrenergik; (β blockers, α penggunaan obat tersebut terhadap


blocker, adrenolitik sentral, penghambat kepatuhan.
saraf adrenergik, penghambat ganglion)
dan vasodilator (John et al., 2018). II. METODE
Sebagian besar pasien hipertensi A. Pengumpulan Sampel
yang telah mendapat obat terapi hipertensi Penelitian ini adalah analitik
gagal mencapai target level tekanan darah, observasional dengan desain cross
hal ini dikarenakan kurangnya kepatuhan sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada
penggunaan obat antihipertensi. Oleh bulan April-November 2020 di Posyandu
karena itu, kepatuhan terhadap terapi obat Kartini Madu II Lembaga Kartini Surya
antihipertensi adalah prediktor utama Khatulistiwa Tanjung Hilir Pontianak
keberhasilan pengobatan dan langkah Timur. Populasi penelitian adalah seluruh
efektif dalam mengendalikan TD dan peserta Posyandu yang mendapat terapi
mencegah komplikasi (Asdegom, et al, obat antihipertensi. Subjek penelitian ini
2018; Choi, 2018). adalah 48 pasien lansia yang sesuai kriteria
Lembaga Kartini Surya inklusi yaitu pasien dengan tekanan darah
Khatulistiwa telah ada sejak tahun 2009 sistol ≥140 mmHg atau diastol ≥90 mmHg
terletak di Tanjung Hilir, Pontianak Timur. yang tertulis di rekam medis Posyandu dan
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa pasien yang diberikan terapi obat
memiliki kegiatan rutin setiap bulannya, antihipertensi. Pasien yang rekam
salah satunya Posyandu lansia Kartini medisnya tidak lengkap identitas maupun
Madu II yang rutin dilaksanakan setiap obat, dieksklusikan dari penelitian.
bulannya pada tanggal sepuluh. Data penelitian ini merupakan data
Berdasarkan survei awal yang telah sekunder yang diperoleh dari rekam medis
dilakukan, penyakit yang paling banyak pasien hipertensi Posyandu Kartini Madu II
diderita oleh peserta posyandu lansia Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
adalah penyakit hipertensi yakni sebanyak Tanjung Hilir Pontianak Timur.
67 orang. Maka dari itu peneliti tertarik Pengukuran kepatuhan menggunakan
untuk mengetahui bagaimana penggunaan rumus Medication Possession Ratio
obat antihipertensi yang mencakup jenis (MPR), jika didapatkan nilai <80% maka
obat antihipertensi, dosis obat, frekuensi termasuk dalam kategori tidak patuh.
penggunaan obat, dan kepatuhan minum Penelitian ini telah mendapatkan lolos kaji
obat antihipertensi pada peserta Posyandu etik dengan No. 3291/UN22.9/TA/2020.
Lansia Kartini Madu II, serta analisis pola

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


51

B. Analisis Data orang (39,58%). Pada penelitian ini,


Analisis data yang digunakan golongan obat antihipertensi yang
adalah statistik deskriptif yang bertujuan diberikan pada pasien adalah golongan
untuk menggambarkan karakter data dari ACEI berupa kaptopril dan CCB berupa
subjek penelitian secara keseluruhan. amlodipin. Jenis antihipertensi digunakan
Karakteristik berupa umur, jenis kelamin, adalah kaptopril sebanyak 37 orang
jenis obat antihipertensi,dosis obat, (77,08%) dan amlodipin 11 orang
frekuensi minum obat dan kepatuhan (22,92%).
minum obat akan dideskripsikan dalam
jumlah (n) dan persentase (%) dan disajikan Tabel I. Karakteristik pasien peserta
Posyandu Lansia Kartini Madu II di
dalam bentuk tabel dan diagram. Hubungan
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
antara kepatuhan dengan pola penggunaan Jumlah Persentase
Karakter
di Analisa dengan uji chi-square (n) = 48 (%)
Usia
Lansia awal 4 8,3%
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Lansia akhir 44 91,7%
Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, dari 110 rekam
Laki-laki 5 10,41%
medis pasien lansia yang diperiksa, total Perempuan 43 89,58
sampel yang memenuhi kriteria inklusi Derajat Hipertensi
Hipertensi tingkat 1 19 39,58%
adalah sebanyak 48 orang. Berdasarkan
Hipertensi tingkat 2 29 60,41%
usia, pasien dikelompokan menjadi dua Jenis Antihipertensi
kelompok yakni lansia awal (pasien usia Kaptopril 37 77,08%
Amlodipin 11 22,92%
46-55 tahun) dan lansia lanjut (pasien usia
≥56 tahun). Hasil karakteristik peserta
Posyandu Lansia Kartini Madu II di
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
(Tabel 1) menunjukkan bahwa mayoritas
pasien yang menderita hipertensi adalah
pasien lansia akhir sebanyak 44 orang
Gambar 1. Dosis pemberian obat
(91,7%) sedangkan pasien lansia awal
antihipertensi pada peserta
sebanyak 4 (8,3%).
Posyandu Lansia Kartini
Hipertensi tingkat 2 adalah
Madu II di Lembaga Kartini
hipertensi yang paling banyak diderita
Surya Khatulistiwa
yakni sebanyak 29 orang (60,41%)
sedangkan hipertensi tingkat 1 sebanyak 19

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


52

Kepatuhan minum obat diukur


dengan MPR (Medication Possesion Ratio)
yakni pengukuran kepatuhan terapi pasien
dengan mengukur jumlah hari pasien
menggunakan obat (prescription refill)
dibagi dengan jumlah follow-up kemudian
Gambar 2. Frekuensi pemberian obat
dikali 100%. Pada penelitian ini jumlah hari
antihipertensi pada peserta
follow-up pasien dilihat dari kedatangan
Posyandu Lansia Kartini
pasien ke posyandu setiap bulannya selama
Madu II di Lembaga Kartini
kurun waktu 1 tahun. Hasil MPR
Surya Khatulistiwa
diklasifikasikan menjadi patuh jika jumlah
kedatangan pasien ≥80% atau ≥8 kali per
Jenis sediaan obat antihipertensi
tahun (tabel 2). Hasil penelitian
jenis kaptopril adalah tablet 12,5 mg dan
menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang
amlodipin tablet 10 mg. Karakteristik dosis
(62,5%) peserta Posyandu Lansia Kartini
dan frekuensi pemberian kedua jenis obat
Madu II di Lembaga Kartini Surya
tersebut dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
Khatulistiwa yang menderita hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis
tidak patuh dalam menjalankan terapi
terapi yang banyak diresepkan pada pasien
pemberian obat antihipertensi.
adalah kaptopril 12,5 mg sebanyak 32
Uji chi square dilakukan untuk
orang (66,67%) dan amlodipin 10 mg
melihat hubungan usia, jenis kelamin,
sebanyak 11 orang (22,92%), sedangkan
derajat hipertensi, jenis obat antihipertensi
frekuensi pemberian yang paling banyak
beserta dosis dan frekuensi pemberiannya
adalah kaptopril 2x1 sebanyak 23 (47,92%)
terhadap kepatuhan minum obat peserta
dan amlodipin 1x1 sebanyak 11 orang
Posyandu Lansia Madu II (tabel 3). Hasil
(22,92%).
penelitian ini menunjukkan terdapat
hubungan antara derajat hipertensi terhadap
Tabel II. Kepatuhan minum obat peserta
Posyandu Lansia Kartini Madu II di kepatuhan minum obat pasien (p=0,040).
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
Mayoritas pasien dengan hipertensi tingkat
Kepatuhan Jumlah (n) Persentase (%)
Patuh 18 37,5% 1 yakni sebanyak 11 orang (61,1%) patuh
Tidak patuh 30 62,5% minum obat, sedangkan mayoritas pasien
Total 48 100%
dengan hipertensi tingkat 2 tidak patuh
minum obat yakni sebanyak 22 orang
(73,3%). Tidak terdapat hubungan antara

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


53

usia, jenis kelamin, serta jenis, dosis dan terhadap kepatuhan pasien minum obat
frekuensi pemberian obat antihipertensi (p>0,05).

Tabel III. Hubungan karakteristik pasien terhadap kepatuhan minum obat peserta Posyandu
Lansia Kartini Madu II di Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
Patuh Tidak Patuh Nilai p
N % N %
Usia
Lansia awal 0 0 4 100 *0,282
Lansia akhir 18 40,9 26 59,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 40 3 60 *1,000
Perempuan 16 37,2 27 62,8
Derajat Hipertensi
Hipertensi tingkat 1 11 61,1 8 26,7 0,040
Hipertensi tingkat 2 7 38,9 22 73,3
Jenis Antihipertensi
Kaptopril 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 3 27,3 8 72,7
Dosis
Kaptopril 6.5 mg, 12.5 mg dan 25 mg 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 10 mg 3 27,3 8 72,7
Frekuensi
Kaptopril 1x, 2x dan 3x 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 1x1 3 27,3 8 72,7
*Uji Fisher

1. Usia sekitar 40%, dengan kematian sekitar 50%


Hasil penelitian menunjukkan pada usia di atas 60 tahun (Nurhidayati, et
bahwa mayoritas penderita hipertensi al., 2018)
adalah kelompok lansia akhir 44 orang Menurut data Riskesdas tahun
(91,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan 2018, ada peningkatan prevalensi
penelitian Adikusuma tahun 2015 yang hipertensi seiring dengan semakin tinggi
menyebutkan lansia ≥55 tahun memiliki kelompok umur (KEMENKES, 2018).
prevalensi hipertensi yang lebih banyak Elastisitas pembuluh darah akan semakin
dari pada lansia <55 tahun yakni sejumlah berkurang seiring dengan bertambahnya
32 orang (73%) (Adikusuma, et al., 2015). usia sehingga tekanan darah meningkat
Bertambahnya umur akan meningkatkan yang mengakibatkan pembuluh darah
resiko terkena hipertensi menjadi lebih cenderung menyempit. (Liberty, et al.,
besar sehingga prevalensi hipertensi 2017). Kelenturan pembuluh darah besar
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu yang berkurang menyebabkan tekanan

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


54

sistolik meningkat seiring dengan bukan merupakan faktor resiko terjadinya


bertambahnya umur hingga dekade ketujuh hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian
sedangkan tekanan darah diastolik Wahyuni dan Eksanoto (2013) bahwa
mengalami peningkatan hingga dekade tekanan darah tinggi memiliki resiko lebih
kelima dan keenam lalu kemudian menetap tinggi terjadi pada wanita setelah
atau cenderung menurun (Kumar, et al., menopause (di atas 45 tahun). Wanita
2007). menopause memiliki kadar estrogen yang
lebih rendah. Padahal, estrogen ini bekerja
2. Jenis Kelamin dengan cara meningkatkan kadar HDL
Penelitian yang dilakukan oleh yang berperan sangat penting dalam
Louisa, Sulistiyani, dan Joko (2018) menjaga kesehatan pembuluh darah,
memperlihatkan bahwa prevalensi sehingga tanpa pola hidup yang baik,
hipertensi pada pria lebih besar daripada terjadi penurunan kadar estrogen pada
wanita, yaitu 60%. Penelitian berbeda dari wanita pascamenopause akan mengikuti.
Setyanda, Sulastri dan Lestari (2015) lipoprotein densitas tinggi juga menurun.
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok Responden dalam penelitian ini mungkin
dan kejadian hipertensi ditemukan pada juga telah terpengaruh oleh penurunan
pria yang berusia 35-65 tahun. Rasio estrogen dan penurunan kadar HDL.
kenaikan tekanan darah pada pria mencapai HDL yang rendah dan LDL yang
2,29 untuk peningkatan tekanan darah tinggi akan mempengaruhi terjadinya
sistolik dan 3,76 untuk peningkatan tekanan aterosklerosis sehingga tekanan darah akan
darah diastolik. Ini karena denyut jantung tinggi meskipun jenis kelamin merupakan
istirahat dan indeks jantung pada pria lebih faktor yang mempengaruhi hipertensi. Hal
rendah dan tekanan perifer lebih tinggi ini mungkin disebabkan oleh banyaknya
daripada wanita. faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Pada penelitian Swandito terutama pada lansia selain jenis kelamin,
Wicaksono (2015) terlihat bahwa proporsi seperti umur dan aktivitas fisik (Daniati,
hipertensi pada kelompok sebesar 81,81% 2018). Menurut penelitian, jenis kelamin
dan kelompok wanita sebesar 61,90%. responden dalam penelitian hampir merata
Hasil analisis statistik dengan antara laki-laki dan perempuan yaitu
menggunakan uji chi square diperoleh nilai sebanyak 14 dan 15 (48% dan 52%).
p = 0,2483 yang berarti ada hubungan yang Mayoritas responden dalam penelitian ini
spesifik antara jenis kelamin dengan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 13
kejadian hipertensi. Artinya, jenis kelamin orang (45%) sedangkan sebagian besar

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


55

responden laki-laki sudah tidak bekerja meningkat dan berperan dalam efek
(31%). Nampaknya lansia yang menderita vasodilatasi ACEI. Vasodilatasi secara
hipertensi berat didominasi oleh perempuan langsung akan menurunkan tekanan darah,
(100%) sedangkan sisanya untuk hipertensi sedangkan berkurangnya aldosterone akan
ringan dan sedang memiliki jumlah yang menyebabkan ekskresi air dan natrium dan
sama. retensi kalsium. Kaptopril tidak
Dari hasil penelitian pada pasien menimbulkan efek samping edema atau
lansia di Posyandu Kartini Madu II di refleks takikardi. Pemberhentian ACEI
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa juga juga tidak menimbukan hipertensi rebound
ditemukan bahwa pasien lansia wanita (Nafrialdi., 2012).
lebih banyak terkena hipertensi yaitu Golongan CCB bekerja dengan
sebanyak 43 orang (89,58%) dibandingkan cara menghambat influks kalsium pada sel
dengan 5 pasien lansia pria (10,41%). otot polos pembuluh darah dan miokard
sehingga menimbulkan relaksasi pada otot
3. Obat Antihipertensi vaskular sehingga tekanan darah dapat
Pada penelitian ini, golongan obat menurun (Nafrialdi., 2012). CCB
antihipertensi yang diberikan pada pasien merupakan antihipertensi lini pertama yang
adalah golongan ACEI berupa kaptopril dianggap lebih mampu menurunkan
sebanyak 37 orang (77,08%) dan CCB tekanan darah pada lansia (James, et al.,
berupa amlodipin. sebanyak 11 orang 2014). Hal ini dikarenakan pada lansia
(22,92%). Hasil penelitian ini sejalan hipertensi yang sering terjadi adalah
dengan penelitian Lutfiyati (2017) yang hipertensi sistolik. Data menunjukkan
menyebutkan kaptopril lebih banyak bahwa golongan CCB golongan
diberikan pada pasien lansia yakni dihidropiridin lebih dapat menurunkan
sejumlah 115 orang (79,31%) sedangkan resiko hipertensi sistolik pada lansia
amlodipin sejumlah 24 orang (16,55%) dan (Dipiro, et al., 2008).
nifedipin, HCT dan furosemide masing- Menurut beberapa studi
masing sejumlah 2 orang (1,38%). penggunaan CCB dalam hipertensi secara
Golongan ACEI bekerja dengan umum tidak berbeda dalam efektifitas, efek
cara menghambat perubahan AngI menjadi samping, atau kualitas hidup dibandingkan
AngII sehingga terjadi vasodilatasi dan dengan obat antihipertensi lain. Ditinjau
penurunan sekresi aldosterone. Selain itu, dari mortalitas, tidak ada perbedaan
degradasi bradikinin juga dihambat bermakna antara antagonis kalsium,
sehingga kadar bradikinin dalam darah diuretik dan ACE inhibitor dalam

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


56

pengobatan hipertensi. Obat-obat golongan mencegah komplikasi. Kepatuhan minum


antagonis kalsium berguna untuk obat secara umum didefinisikan sebagai
pengobatan pasien hipertensi yang juga perilaku pasien dalam mengkonsumsi obat,
menderita asma, diabetes, angina dan atau mengikuti semua aturan dan
penyakit vaskular perifer (Tandililing, et nasihat.(Wahyuni dan Eksanoto., 2013).
al., 2016). Ada dua jenis ketidakpatuhan
pasien, ketidakpatuhan yang tidak
4. Kepatuhan Minum Obat disengaja dan ketidakpatuhan yang
Hasil penelitian menunjukkan disengaja. Ketidakpatuhan yang disengaja
bahwa kepatuhan minum obat peserta termasuk biaya pengobatan yang terbatas,
Posyandu Lansia Kartini Madu II di sikap tak acuh pasien, dan
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa masih ketidakpercayaan pasien terhadap
rendah, yakni sejumlah 30 orang (62,5%) efektivitas obat. Ketidakpatuhan yang tidak
lansia dengan hipertensi tidak patuh disengaja, antara lain pasien lupa
terhadap terapi obat antihipertensi. mengkonsumsi obat, tidak memahami
Berdasarkan penelitian Nurhidayati lansia instruksi pengobatan, dan kesalahan dalam
memiliki tingkat kepatuhan terapi yang membaca etiket. Alasan pasien tidak patuh
lebih rendah dibandingkan dengan dewasa minum obat adalah pasien sering lupa
yakni sejumlah 29,4% (Nurhidayati, et al., mengkonsumsi obat dan sengaja tidak
2018). mengkonsumsi obat karena
Ketidakpatuhan pasien hipertensi kesalahpahaman tentang penyakit yang
dalam melakukan kontrol (follow-up) rutin dideritanya. Pasien yang tidak patuh minum
akan mengakibatkan terjadinya vakum obat obat percaya bahwa ketika tekanan
hipertensi sehingga kemungkinan target darahnya turun maka penyakitnya juga
tekanan darah tidak dapat tercapai menjadi sudah sembuh, sehingga tidak perlu
lebih besar. Ketidakpatuhan kontrol pada mengkonsumsi obat lagi. Jika tekanan
pasien dapat disebabkan oleh beberapa darah pasien tinggi maka pasien akan
faktor diantaranya keterbatasan biaya mengkonsumsi obat antihipertensi.
pengobatan, jauhnya jarak dari rumah Ketidakpatuhan pemeriksaan
pasien ke pelayanan kesehatan. Kepatuhan ulang pada dokter dapat diakibatkan oleh
pasien merupakan penentu utama dalam keterbatasan biaya pengobatan untuk
keberhasilan pengobatan. Kepatuhan dan pasien hipertensi yang tidak mempunyai
pemahaman yang baik tentang pengobatan jaminan kesehatan. Ketidakpatuhan
dapat mempengaruhi tekanan darah dan tersebut juga meliputi ketidakpatuhan yang

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


57

disengaja dan dapat diatasi dengan pentingnya mengontrol tekanan darah


penggunaan frekuensi pemberian obat serta dengan terapi obat antihipertensi secara
pengkontrolan dengan interval waktu yang teratur untuk mencegah komplikasi
lebih panjang. Alasan lain yang mungkin hipertensi di masa mendatang.
dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol
pasien hipertensi, yaitu jarak rumah dengan IV. KESIMPULAN
rumah sakit. Pasien cenderung malas untuk Berdasarkan penelitian ini peserta
melakukan pemeriksaan ke pelayanan Posyandu Lansia Kartini Madu II di
kesehatan apabila terletak pada tempat Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
yang jauh (Burnier dan Egan., 2019). adalah lansia akhir sebanyak 44 orang
Analisis pada tingkat hipertensi (91,7%) dan lansia awal sebanyak 4 orang
terhadap kepatuhan minum obat peserta (8,3%). Mayoritas pasien adalah pasien
Mayoritas pasien hipertensi tingkat 1 patuh hipertensi tingkat 2 sejumlah 29 orang
minum obat yakni sebanyak 11 orang (60,41%) dan mayoritas pasien pasien
(61,1%), sedangkan mayoritas pasien hipertensi adalah wanita dengan total 43
hipertensi tingkat 2 yakni sebanyak 22 orang (89,58%). Jenis obat antihipertensi
orang (73,3%). Semakin tinggi derajat yang digunakan digunakan adalah kaptopril
hipertensi semakin rendah kepatuhan sejumlah 37 orang (77,08%) dan amlodpin
minum obat pasien. Asumsi peneliti sejumlah 11 orang (22,92%). Dosis obat
kepatuhan minum obat yang baik serta antihipertensi amlodipin adalah 10 mg
mengatur pola makan akan menurunkan sedangkan dosis kaptopril adalah 6,25 mg,
tekanan darah pasien sehingga mayoritas 12,5 mg, dan 25 mg. Frekuensi penggunaan
pasien yang patuh minum obat adalah obat antihipertensi dengan amlodipin
kelompok lansia dengan hipertensi tingkat adalah 1x1, sedangkan kaptopril diberikan
1. dengan frekuensi 1x0.5, 1x1, 1x2, 2x1, 2x2,
Hasil uji chi square pada dan 3x1. Mayoritas pasien tidak patuh
karakteristik lainnya menunjukkan tidak terhadap terapi pengobatan antihipertensi
terdapat hubungan antara usia, jenis yakni sejumlah 30 orang (62,5%). Terdapat
kelamin, serta jenis, dosis dan frekuensi hubungan bermakna derajat hipertensi
pemberian obat antihipertensi terhadap terhadap kepatuhan minum obat pasien
kepatuhan pasien minum obat (p>0,05). (p=0,040). Tidak terdapat hubungan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi bermakna usia, jenis kelamin, jenis obat,
kepatuhan minum obat adalah kesadaran dosis obat dan frekuensi pemberian obat
diri dan pengetahuan yang cukup akan

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


58

antihipertensi terhadap kepatuhan minum Pressure in Adults: [JNC8]. JAMA,


311(5), 507-20.
obat pasien(p>0,05).
John, M.F., David, C., Ernesto, L.S. (2018).
The New ACC/AHA Guideline for
the Prevention, Detection,
DAFTAR PUSTAKA
Evaluation, and Management of
Adikusuma, W., Qiyaam, N., Yuliana, F. High Blood Pressure in Adults.
(2015). Kepatuhan Penggunaan Hypertension American Jurnal of
Obat Antihipertensi di Pukesmas Hypertension, 31(6), e135.
Pagesangan Mataram. Jurnal Kementerian Kesehatan Republik
Pharmascienc, 2(2), 56-62. eISSN: Indonesia. (2018). Laporan Provinsi
2460-9560. Kalimantan Barat Riskesdas 2018.
Burnier, M. dan Egan, B.M. (2019). Pontianak: KEMENKES.
Adherence in Hypertension a Kumar, Vinay, Cotran, et al. (2007). Buku
review of Prevalence, Risk Factor, Ajar Patologi Anatomi Edisi 7 Vol.
Impact and Management. AHA 2. Jakarta: EGC.
Journal, 1124-1140. Liberty, I.A., Pariyana., Roflin, E., Waris,
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, L. (2017). Determinan Kepatuhan
H.R., et al. (2003). Seventh Report Berobat Pasien Hipertensi pada
of the Joint National Committee on Fasilitas Kesehatan Tingkat I.
Prevention, Detection, Evaluation, Jurnal Penelitian dan
and Treatment of High Blood Pengembangan Pelayanan
Pressure. Hypertention, 42(6), Kesehatan, 1(1), 58-65.
1206-52. Louisa, M., Sulistiyani, & Joko, T. (2018).
Choi, Hyo Yoon., et al. (2018). Factors Hubungan Penggunaan Pestisida
Affecting Adherence To dengan Kejadian Hipertensi pada
Antihypertensive Medication. Petani di Desa Gringsing
Korean J Fam Med, 39, 325-332. Kecamatan Gringsing Kabupaten
eISSN: 2092-6715. Batang. Jurnal Kesehatan
https://doi.org/10.4082/kjfm.17.00 Masyarakat (JKM E-Journal), 6(1),
41 654–661.
Daniati, Erawati (2018). Hubungan Roy, L., White-Guay, B., Dorais, M.,
Tekanan Darah dengan Kadar Dragomir, A., et al. (2013).
Kolesterol LDL (Low Density Adherence to Antihypertensive
Lipoprotein) pada Penderita Agents Improves Risk Reduction of
Penyakit Jantung Koroner dr RSUP. End-Stage Renal Disease. Clinical
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Investigation; International Society
Kesehatan Perintis, 5(2), 153-158. of Nephrology. Kidney
eISSN : 2622-4135. International, 84, 570-577.
https://doi.org/10.33653/jkp.v5i2.1 doi:10.1038/ki.2013.10.
46 Lutfiati, H., Yuliastiti, F., Khotimah, A.
Dipiro, J.T., Barbara, G.W., Terry, L.S., (2017). Pola Pengobatan Hipertensi
Cecily, V.D. (2008). pada Pasien Lansia di Puskesmas
Paharmacotheraphy Handbook Windusari Kabupaten Magelang,
Seventh Edition. New York: Kabupaten Magelang. Jurnal
McGraw-Hill. Farmasi Sains dan Praktis, 3(2),
James, P.A., Ortiz, E., et al. (2014). 2014 14-18.
Evidance Based Guideline for the Nafrialdi. (2012). Farmakologi dan Terapi
Management of High Blood Edisi 5: Antihipertensi. Jakarta;
Departemen Farmakologi dan

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience


59

Teraupetik Fakultas Kedokteran - (hipertensi) di dusun 1 desa


Universitas Indonesia. kembangseri kecamatan talang
Nurhidayati, I., Aniswari, A.Y., empat bengkulu tengah.
Sulistyowati, A.D., Sutaryono, S. Departemen Fisiologi Fakultas
(2018). Penderita Hipertensi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Dewasa Lebih Patuh daripada Universitas Bengkulu.
Lansia dalam Minum Obat Penurun Tandililing, S., Mukaddas A., Fautine, I.
Tekanan Darah. Jurnal Kesehatan (2016). Profil Penggunaan Obat
Masyarakat Indonesia, 13(2), 1-5. Pasien Hipertensi Esensial di
eISSN : 2613-9219. Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Saragi, S. (2011). Panduan Penggunaan Umum Daerah I Lagaligo
Obat. Jakarta: Rosemata Publisher. Kabupaten Luwu Timir Periode
Asdegom, S.W., Atey, T.M., Desse, T.A. Januari-Desember Tahun 2014.
(2018). Antihypertensive Journal of Pharmacy, 3(1), 49-56.
Medication Adherence and Vasan, R.S., et al. (2001). Impact of High
Associated Factors among Adult Normal Blood Pressure on the Risk
Hypertensive Patients at Jimma of Cardiovascular Disease. NEJM,
University Specialized Hospital, 345, 1291-1297.
Southwest Ethiopia. BMC Res Wahyuni, dan Eksanoto, D. (2013).
Notes, 11(1), 27. Hubungan Tingkat Pendidikan dan
https://doi.org/10.1186?s13104- Jenis Kelamin dengan Kejadian
018-3139-6. Hipertensi di Kelurahan Jagalan di
Styanda, Y.O.G., Sulatri, G., Lestari, Y. Wilayah Kerja Puskesmas Pucang
(2015). Hubungan Merokok dengan Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu
Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Keperawatan Indonesia, 1 (1), 79-
Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. 85.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), World Health Organization. (2019, Sept
434-440. eISSN: 2615-1138. 13). Hypertention. WHO Fact
htps://doi.org/10.25077/jka.v4i2.26 sheets. Diambil dari
8. http://www.who.int/news-
Wicaksono, S. (2015). Hubungan usia dan room/fact-
jenis kelamin lansia dengan sheets/detail/hypertension pada 31
peningkatan tekanan darah Maret 2020.

Volume 9, Nomor 1 (2022) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai