ABSTRAK
ABSTRACT
Data collected were age, gender, type of doses and frequency antihypertensive drugs, and
patient compliance in treatment measured with Medication Possession Ratio (MPR). The
result of this study showed that almost all of patiens were ≥56 years old (91.7%). Majority of
patients were patients with hypertension grade II as many as 29 people (60.41%). The
antihypertensive drugs used were captopril by 37 people (77.08%) and amlodipine by 11
people (22.92%). Majority of patients as many as 30 people were not compliant with medical
treatment of antihypertensive drugs (62.5%). There was a significant relationship of
patient’s medication compliance with the degree of hypertension (p=0.040). There was no
significant relationship of patient’s medication compliance with age, sex, class, dose and
frequency of admistrasion of antihypertensive drug (p>0.05).
usia, jenis kelamin, serta jenis, dosis dan terhadap kepatuhan pasien minum obat
frekuensi pemberian obat antihipertensi (p>0,05).
Tabel III. Hubungan karakteristik pasien terhadap kepatuhan minum obat peserta Posyandu
Lansia Kartini Madu II di Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa
Patuh Tidak Patuh Nilai p
N % N %
Usia
Lansia awal 0 0 4 100 *0,282
Lansia akhir 18 40,9 26 59,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 40 3 60 *1,000
Perempuan 16 37,2 27 62,8
Derajat Hipertensi
Hipertensi tingkat 1 11 61,1 8 26,7 0,040
Hipertensi tingkat 2 7 38,9 22 73,3
Jenis Antihipertensi
Kaptopril 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 3 27,3 8 72,7
Dosis
Kaptopril 6.5 mg, 12.5 mg dan 25 mg 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 10 mg 3 27,3 8 72,7
Frekuensi
Kaptopril 1x, 2x dan 3x 15 40,5 22 59,5 *0,499
Amlodipin 1x1 3 27,3 8 72,7
*Uji Fisher
responden laki-laki sudah tidak bekerja meningkat dan berperan dalam efek
(31%). Nampaknya lansia yang menderita vasodilatasi ACEI. Vasodilatasi secara
hipertensi berat didominasi oleh perempuan langsung akan menurunkan tekanan darah,
(100%) sedangkan sisanya untuk hipertensi sedangkan berkurangnya aldosterone akan
ringan dan sedang memiliki jumlah yang menyebabkan ekskresi air dan natrium dan
sama. retensi kalsium. Kaptopril tidak
Dari hasil penelitian pada pasien menimbulkan efek samping edema atau
lansia di Posyandu Kartini Madu II di refleks takikardi. Pemberhentian ACEI
Lembaga Kartini Surya Khatulistiwa juga juga tidak menimbukan hipertensi rebound
ditemukan bahwa pasien lansia wanita (Nafrialdi., 2012).
lebih banyak terkena hipertensi yaitu Golongan CCB bekerja dengan
sebanyak 43 orang (89,58%) dibandingkan cara menghambat influks kalsium pada sel
dengan 5 pasien lansia pria (10,41%). otot polos pembuluh darah dan miokard
sehingga menimbulkan relaksasi pada otot
3. Obat Antihipertensi vaskular sehingga tekanan darah dapat
Pada penelitian ini, golongan obat menurun (Nafrialdi., 2012). CCB
antihipertensi yang diberikan pada pasien merupakan antihipertensi lini pertama yang
adalah golongan ACEI berupa kaptopril dianggap lebih mampu menurunkan
sebanyak 37 orang (77,08%) dan CCB tekanan darah pada lansia (James, et al.,
berupa amlodipin. sebanyak 11 orang 2014). Hal ini dikarenakan pada lansia
(22,92%). Hasil penelitian ini sejalan hipertensi yang sering terjadi adalah
dengan penelitian Lutfiyati (2017) yang hipertensi sistolik. Data menunjukkan
menyebutkan kaptopril lebih banyak bahwa golongan CCB golongan
diberikan pada pasien lansia yakni dihidropiridin lebih dapat menurunkan
sejumlah 115 orang (79,31%) sedangkan resiko hipertensi sistolik pada lansia
amlodipin sejumlah 24 orang (16,55%) dan (Dipiro, et al., 2008).
nifedipin, HCT dan furosemide masing- Menurut beberapa studi
masing sejumlah 2 orang (1,38%). penggunaan CCB dalam hipertensi secara
Golongan ACEI bekerja dengan umum tidak berbeda dalam efektifitas, efek
cara menghambat perubahan AngI menjadi samping, atau kualitas hidup dibandingkan
AngII sehingga terjadi vasodilatasi dan dengan obat antihipertensi lain. Ditinjau
penurunan sekresi aldosterone. Selain itu, dari mortalitas, tidak ada perbedaan
degradasi bradikinin juga dihambat bermakna antara antagonis kalsium,
sehingga kadar bradikinin dalam darah diuretik dan ACE inhibitor dalam