Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN


HIPERTENSI DI PUSKESMAS
SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
SANDRA PUSPITA NINGRUM
1710201226

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS
SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
SANDRA PUSPITA NINGRUM
1710201226

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA1
Sandra Puspita Ningrum2, Tiwi Sudyasih3

ABSTRAK

Latar Belakang: Kepatuhan minum obat pasien hipertensi merupakan hal yang
harus diperhatikan karena hipertensi merupakan penyakit yang harus selalu
dikontrol. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
diabaikan, karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang cukup
berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Terdapat
60% pasien yang tidak patuh minum obat hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman
Yogyakarta.
Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
korelasi dan pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel berjumlah 59 responden pasien. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur kepatuhan minum obat yaitu kuesioner MMAS (Morisky
Medication Adherence Scale), dan dukungan keluarga adopsi dari kuesioner peneliti
sebelumnya. Analisis data yang digunakan uji Kendall Tau.
Hasil Penelitian: Dukungan keluarga baik sebanyak 33 responden (55,9 %),
dukungan keluarga cukup sebanyak 21 responden (35,6 %), dan dukungan keluarga
kurang sebanyak 5 responden (8,5 %). Kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 18
responden (30,5 %), kepatuhan minum obat sedang sebanyak 27 responden (45,8 %),
dan kepatuhan minum obat rendah sebanyak 14 responden (23,7 %). Hasil uji
kendall tau hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
menunjukkan p-value 0,000 (p< 0,05).
Simpulan dan Saran: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pasien hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta. Diharapkan
responden dapat meningkatkan kesadaran terhadap kepatuhan minum obat hipertensi,
dan pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan responden dalam
minum obat.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Hipertensi


Daftar Pustaka : 34 Buku (2009-2018), 30 Jurnal, 4 Naskah Publikasi, 8 Skripsi, 1
Tesis

__________________________________________________
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE COMPLIANCE IN TAKING MEDICATION
OF HYPERTENSION PATIENTS IN SEYEGAN
PRIMARY HEALTH CENTER OF
SLEMAN YOGYAKARTA1
Sandra Puspita Ningrum2, Tiwi Sudyasih3

ABSTRACT

Background: Compliance in taking medication of hypertension patients must be


taken seriously because hypertension is a disease that must always be controlled.
Family support is one of factors that cannot be ignored because it can be considered
as one of the significant factors and as a reinforcing factor that affects patients’
compliance. There are 60% of patients who did not adhere in taking hypertension
medication in Seyegan Primary Health Center of Sleman Yogyakarta.
Objective: The study aims to identify the correlation between family support and
compliance in taking medication of hypertension patients in Seyegan Primary Health
Center of Sleman Yogyakarta.
Method: This research was a quantitative study with cross sectional time design. The
sampling used purposive sampling technique. The samples were 59 respondents. The
instrument used to measure the compliance in taking medication was the MMAS
(Morisky Medication Adherence Scale) and family support questionnaire adopted
from previous research. The data were analyzed by Kendall Tau.
Research Results: The result showed that there were 33 respondents (55.9%) who
got good family support; 21 respondents (35.6%) got moderate family support; and 5
respondents (8.5%) got less family support. In addition, there were 18 respondents
(30.5%) who had high compliance with taking medicine; 27 respondents (45.8%) had
medium compliance; and 14 respondents (23.7%) had poor compliance. Kendall test
on the correlation between family support and compliance with taking medication
obtained p-value 0.000 (p <0.05).
Conclusion and Suggestion: There is a correlation between family support and
compliance with taking medication in hypertension patients in Seyegan Primary
Health Center of Sleman Yogyakarta. The respondents should increase awareness of
taking hypertension medication and the importance of family support to improve
their compliance with taking medication.

Keywords : Family Support, Compliance with Taking Medication,


Hypertension
References : 34 Books (2009-2018), 30 Journals, 4 Publication Papers, 8
Undergraduate Thesis, 1 Graduate Thesis

_________________ _____________
1
Thesis title
2
School of Nursing Student, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer of Nursing Student, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No.
Hipertensi merupakan salah 1575 Tahun 2005 dalam
satu kontributor yang menyebabkan melaksanakan pencegahan dan
penyakit jantung dan stroke, yang penanggulangan penyakit jantung dan
kemudian menjadi penyebab kematian pembuluh darah (Zurrahman, Wati, &
prematur dan kecacatan di dunia. Sari, 2014).
Hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 Masyarakat menganggap
juta kematian di seluruh dunia setiap penyakit hipertensi yaitu penyakit
tahunnya. Hipertensi menyebabkan hipertensi tidak perlu penangan serius,
setidaknya 45% kematian karena hipertensi mudah sembuh, hipertensi
penyakit jantung dan 51% kematian identik dengan pemarah, terlalu sering
karena penyakit stroke (Kementrian makan obat hipertensi akan
Kesehatan RI, 2014). mengakibatkan sakit ginjal, tidak perlu
Hipertensi merupakan suatu mengatur diet dan semakin tua
kondisi ketika tekanan darah di semakin tinggi batas tekanan darah
pembuluh darah meningkat secara normalnya. Anggapan tersebut
kronis (Rhosifanni, 2016). Hipertensi membuat penyakit hipertensi sering
yang tidak terkontrol akan diabaikan dan tidak perlu serius dalam
menimbulkan berbagai komplikasi, mengobatinya (Hermawan, 2014).
infark miokard, jantung koroner, gagal Salah satu faktor risiko yang
jantung kongestif, pada otak dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, angka kejadian hipertensi merupakan
dan gagal ginjal kronis, retinopati ketidakpatuhan pasien dalam
hipertensif. Dapat juga berdampak melaksanakan program terapi.
terhadap psikologis penderita yang Ketidakpatuhan pada program terapi
disebabkan kualitas hidup yang merupakan masalah yang besar pada
rendah (Nuraini, 2015). pasien hipertensi (Triguna, 2013)..
Pada tahun 2025, diprediksi Obat hipertensi terbukti dapat
29% penduduk di dunia akan mengontrol tekanan darah penderita
menderita hipertensi, dengan estimasi hipertensi. Sehingga, tingkat
sekitar 1,56 milyar orang dewasa keberhasilan pengobatan pasien
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). hipertensi yang ditandai dengan
Berdasarkan data Survei Indikator terkontrolnya tekanan darah
Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun dipengaruhi oleh kepatuhan pasien
2016, prevalensi hipertensi dalam minum obat hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan (Noorhidayah, 2016).
darah mencapai 30,9% (Kementrian Pada penderita yang tidak
Kesehatan RI, 2017). Hasil Riskesdan terkontrol tekanan darahnya, 50%
tahun 2013, menempatkan D.I diantaranya dikarenakan memiliki
Yogyakarta sebagai urutan ketiga masalah kepatuhan terhadap minum
dengan jumlah kasus hipertensi di obat (Harijianto, 2015). Tidak
Indonseia berdasarkan diagnosis dan terkontrolnya tekanan darah dalam
atau riwayat minum obat, yaitu waktu yang lama bisa menyebabkan
sebesar 12,9% (Kementrian Kesehatan komplikasi penyakit hipertensi seperti
RI, 2013). stroke dan penyakit jantung. Pasien
Pemerintah memberikan hipertensi yang berhenti minum obat
perhatian serius dalam pencegahan kemungkinan 5 kali lebih besar
dan penanggulangan hipertensi dengan terkena stroke (Harwandy, 2017).
dibentuknya Direktorat Pengendalian
Ketidakpatuhan pada minum khusus mengenai tingkat kepatuhan
obat hipertensi mencapai 30-50%, pasien dalam minum obatnya setiap
juga disebabkan oleh beberapa faktor harinya.
seperti pemilihan obat, biaya
pengobatan, kurangnya dukungan TUJUAN PENELITIAN
keluarga dan sosial, dan kondisi sosio-
ekonomi (Darnindro & Sarwono, Tujuan penelitian ini adalah
2017). diketahuinya hubungan dukungan
Dukungan keluarga merupakan keluarga dengan kepatuhan minum
salah satu faktor yang tidak dapat obat pasien hipertensi di Puskesmas
diabaikan begitu saja, karena Seyegan Sleman Yogyakarta.
dukungan keluarga merupakan salah
satu dari faktor yang memiliki METODE PENELITIAN
kontribusi yang cukup berarti dan
sebagai faktor penguat yang Penelitian ini merupakan
mempengaruhi kepatuhan pasien penelitian non-eksperimental, yang
(Zainuri, 2015). Keluarga memiliki merupakan penelitian kuantitatif
peranan penting dalam proses dengan desain korelasi menggunakan
pengawasan, pemeliharaan dan pendekatan waktu cross sectional.
pencegahan terjadinya komplikasi Jumlah populasi sebanyak 143 yang
hipertensi di rumah (Imran, 2017). mengikuti program prolanis. Teknik
Berdasarkan hasil studi yang digunakan non probability
pendahuluan yang dilakukan oleh sampling yaitu teknik purposive
peneliti pada 14-16 Maret 2018 di sampling. Jumlah sampel 59
Puskesmas Seyegan, hipertensi responden, dengan kriteria inklusi
menduduki peringkat satu dari 10 responden dengan hipertensi, mampu
besar penyakit di Puskesmas Seyegan baca tulis, komunikasi dengan baik,
pada tahun 2016 dengan angka tinggal bersama keluarga, berusis 45-
kejadian hipertensi 5179. Angka 64 tahun, bersedia menjadi responden.
kejadian pasien hipertensi di tahun Dan kriteria ekslusi yaitu tidak
2017 yaitu 4628. Tetapi, hipertensi bersedia menjadi responden.
masih menduduki peringkat nomor 1 Alat ukur dukungan keluarga
dalam 10 besar penyakit di Puskesmas dengan mengadopsi kuesioner Imran
Seyegan (2017) tanpa modifikasi, dan
Berdasarkah hasil wawancara kepatuhan minum obat menggunakan
kepada 10 pasien hipertensi yang kuesioner MMAS (Morisky
melakukan kunjungan, 6 (enam) Medication Adherence Scale)
diantaranya mengatakan tidak teratur berbahasa Indonesia. Uji analisis yang
minum obat karena lupa saat digunakan yaitu menggunakan uji
berpergian tidak membawa obat, statistik non parameteric koefisien
merasa kondisi tubuh membaik, tidak korelasi kendall tau.
nyaman dengan efek samping obat,
dan keluarga ada yang mengingatkan HASIL PENELITIAN
untuk minum obat, tapi ada yang tidak
mengingatkan. Sedangkan 4 (empat) Penelitian dilakukan pada saat
diantaranya mengatakan minum obat pertemuan rutin Prolanis Hipertens
secara teratur, karena keluarga pada tanggal 3 September 2018 di
mengingatkan untuk minum obat. Puskesmas Seyegan.
Serta dari pihak petugas Puskesmas
mengatakan belum menggali secara
Tabel 1 Karakteristik Responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Dukungan Keluarga
Pekerjaan, Pendidikan Terakhir. Dukungan Keluarga f %
Karakteristik f % Baik 33 55,9
Responden Cukup 21 35,6
Usia Kurang 5 8,5
45-54 tahun 17 28,8 Jumlah 59 100
55-64 tahun 42 71,2 Sumber: Data Primer, 2018
Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 2 dapat
Laki-laki 21 35,6 dijelaskan bahwa pasien hipertensi di
Perempuan 38 64,4 Puskesmas Seyegan Sleman
Pekerjaan
Yogyakarta memiliki dukungan
Bekerja 42 71,2
Tidak Bekerja 17 28,8
keluarga yang baik sebanyak 33
Pendidikan Terakhir responden (55,9%), dukungan
SD 18 30,5 keluarga yang cukup sebanyak 21
SMP 23 39,0 responden (35,6%), dan dukungan
SMK/SMA 17 28,8 keluarga yang kurang sebanya 5
Perguruan Tinggi 1 1,7 responden (8,5%).
Tinggal Bersama
Pasangan 44 74,6 Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Anak 12 20,3 Kepatuhan Minum Obat
Saudara 3 5,1 Kepatuhan Minum f %
Sumber: Data Primer, 2018 Obat
Berdasarkan Tabel 1 Tinggi 18 30,5
Berdasarkan usia, responden yang Sedang 27 45,8
paling banyak yaitu pada usia 55-64 Rendah 14 23,7
tahun sebanyak 42 responden (71,2%) Jumlah 59 100
dan usia 45-54 tahun sebanyak 17 Sumber: Data Primer, 2018
responden (28,8%). Berdasarkan jenis
kelamin, responden terbanyak yaitu Berdasarkan Tabel 3 dapat
perempuan dengan jumlah 38 dijelaskan bahwa pasien hipertensi di
responden (64,4%). Berdasarkan Puskesmas Seyegan Sleman
pekerjaan, responden yang bekerja Yogyakarta tingkat kepatuhan minum
yaitu 42 responden (71,2). obat yang terbanyak yaitu kategori
Karakteristik responden berdasarkan sedang sebanyak 27 responden
pendidikan terakhir, responden (45,8%), kemudian kategori tinggi
terbanyak yaitu dengan pendidikan sebanyak 18 responden (30,5%), dan
terakhir SMP yaitu 23 responden kategori rendah yaitu 14 responden
(39,0%). Responden tertinggi tinggal (23,7%).
bersama pasangan sebanyak 44
responden (74,6%).
Tabel 4 Hasil Uji Kendall Tau Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat Hipertensi
Kepatuhan Minum Obat Jumlah
Sig.
Dukungan Keluarga Tinggi Sedang Rendah
(p value)
f % f % f % f %
Baik 18 30,5 10 16,9 5 8,5 33 55,9
Cukup 0 0 17 28,8 4 6,8 21 35,6
0,000
Kurang 0 0 0 0 5 8,5 5 8,5
Jumlah 22 37,3 23 38,9 14 23,8 59 100
Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan Tabel 4 dapat memperhatikan, menghargai dan
dijelaskan bahwa dari 59 responden di mencintai anggota keluarganya
Puskesmas Seyegan Sleman (Setiadi, 2008). Penderita yang
Yogyakarta, didapatkan hasil tertinggi mendapat dukungan baik,
yaitu responden dengan dukungan menunjukkan bahwa keluarga
keluarga yang baik dan kepatuhan menyadari penderita sangat
minum obat yang tinggi, sebanyak 18 membutuhkan keluarga. Dukungan
responden (30,5%), sedangkan hasil dari keluarga membuat penderita tidak
terendah responden dengan dukungan merasa terbebani dengan penyakit
keluarga cukup dan kepatuhan minum yang dideritanya (Irnawati, 2016).
obat rendah yaitu sebanyak 4 Dukungan keluarga sebagai suatu
responden (6,8%). koping keluarga dalam menghadapi
Hasil analisis dengan metode masalah salah satu anggota
uji statistik non parameteric dengan keluarganya, sehingga keluarga dapat
uji Kendall Tau didapatkan hasil meningkatkan semangat dan motivasi
koefisien korelasi 0,426 dan nilai Sig. untuk berperilaku sehat.
atau p value 0,000. Hasil nilai Sig. Hasil penelitian menunjukkan
atau p value 0,000 < 0,05 21 responden (35,6%) memiliki
menunjukkan bahwa Ha diterima, dukungan keluarga yang cukup dan 5
artinya ada hubungan bermakna secara responden (8,5%) memiliki dukungan
statistik antara dukungan keluarga keluarga yang kurang. Hal ini
dengan kepatuhan minum obat pasien didukung oleh Nisfiani (2014) bahwa,
hipertensi di Puskesmas Seyegan kurangnya dukungan dari keluarga
Sleman Yogyakarta. Hasil koefisien terhadap responden dapat dipengaruhi
korelasi 0,426 menunjukkan keeratan oleh faktor kesibukan anggota kelurga
hubungan antara dukungan keluarga sendiri dalam melakukan aktivitas
dengan kepatuhan minum obat sehari-hari sehingga tidak bisa
mempunyai tingkat hubungan yang membantu atau mendukung pasien
sedang. secara maksimal.
Dukungan keluarga juga
PEMBAHASAN memiliki peran bersamaan dengan
manajemen diri dalam mengontrol
Dukungan Keluarga penyakit kronik. Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian memberikan peranan penting dalam
diketahui bahwa dari 59 responden, mendorong dan memperkuat perilaku
dukungan keluarga pada pasien pasien (Efendi, 2017)
hipertensi di Puskesmas Seyegan
Sleman Yogyakarta terbanyak dalam Kepatuhan Minum Obat
kategori baik sebanyak 33 responden Berdasarkan hasil penelitian
(55,9%). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa dari 59 responden,
dilihat bahwa responden mayoritas kepatuhan minum obat pasien
memiliki dukungan keluarga yang hipertensi di Puskesmas Seyegan
baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sleman Yogyakarta terbanyak dalam
Dewi (2018) bahwa dukungan kategori sedang sebanyak 27
keluarga pada pasien hipertensi dalam responden (45,8%), diikuti dengan
kategori baik sebanyak 22 responden kategori tinggi sebanyak 18 responden
(73,33%). (30,5%), dan katehori rendah
Hal ini menunjukkan masih sebanyak 14 responden (23,7%). Hal
berfungsinya keluarga untuk ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden telah memiliki kepatuhan dibandingkan yang berpendidikan
dalam kategori sedang atau cukup. rendah (Arindari, 2017).
Hal ini tetapi tidak sejalan Menurut Niven (2013), salah
dengan penelitian yang dilakukan oleh satu faktor yang menyebabkan
Noorhidayah (2016), bahwa ketidakpatuhan dalam minum obat
kepatuhan minum obat pasien yaitu sebagian besar pasien tidak
hipertensi mayoritas patuh atau memahami instruksi yang diberikan,
kepatuhan tinggi sebanyak 82 karena kegagalan profesional
responden (78,8%). Tetapi, penelitian kesehatan dalam memberikan
ini sejalan dengan penelitian yang informasi yang lengkap, penggunaan
dilakukan oleh Imran (2017), istilah-istilah medis dan banyaknya
didapatkan kepatuhan pasien dalam instruksi yang harus diingat oleh
pengendalian hipertensi sebagian pasien. Hal ini diperkuat oleh Susanto
besar dalam kategori sedang sebanyak (2015) bahwa kurangnya pemahaman
54 repsonden (77,41%). Hal ini pasien tentang hipertensi dan tujuan
dikarenakan kepatuhan sedang adalah terapi hipertensi dapat mempengaruhi
tahap pertama dari perubahan perilaku kepatuhan pasien dalam pengobatan
dimana pada tahap ini masih perlu hipertensi.
pengawasan. Hal ini didukung oleh
Kepatuhan pada diri seseorang Noorhidayah (2016) bahwa terdapat
dapat muncul ketika seseorang hubungan yang bermakna antara
memiliki kemauan untuk mencapai kepatuhan minum obat antihipertensi
suatu hal yang diharapkan. Kepatuhan dengan tekanan darah. Hal ini
pasien dapat diartikan sebagai bentuk diperkuat penelitian yang dilakukan
aplikasi seorang pasien pada terapi oleh Hairunisa (2014) bahwa,
pengobatan yang harus dijalani dalam terdapat hubungan yang bermakna
kehidupannya. Kepatuhan minum obat antara tingkat kepatuhan minum obat
sangatlah penting dilakukan agar dan diet dengan tekanan darah
pasien segera pulih dari kondisi terkontrol serta menjelaskan bahwa
sakitnya (Sulistyarini & Hapsari, penyebab kontrol tekanan darah yang
2015). tidak baik karena pasien tidak
Berdasarkan hasil penelitian, menjalankan terapi dan tidak
38 responden (64,4%) responden meminum obat yang diberikan.
penelitan adalah perempuan, hal ini
dapat mempengaruhi tingkat Hubungan Dukungan Keluarga
kepatuhan responden menjadi sedang dengan Kepatuhan Minum Obat
dalam penelitian ini. Dalam hal Berdasarkan hasil uji analisa
memperhatikan kesehatan, perempuan dukungan keluarga dengan kepatuhan
lebih memperhatikan kesehatan minum obat dengan menggunakan uji
dibandingkan laki-laki Puspita (2016). Kendall Tau, hasilnya menunjukkan
Selain hal tersebut, kepatuhan besarnya nilai p value 0.000 yang
minum obat dalam tingkat sedang nilainya lebih kecil dari 0,05, maka
dapat dipengaruhi pula oleh tingkat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
pendidikan. Berdasarkan hasil diterima yang artinya terdapat
penelitian, tingkat pendidikan dengan hubungan antara dukungan keluarga
jumlah tertinggi yaitu tingkat dengan kepatuhan minum obat pasien
pendidikan SMP yaitu 23 responden hipertensi di Puskesmas Seyegan
(39,0%). Pasien yang berpendidikan Sleman Yogyakarta. Menurut asumsi
tinggi akan mempunyai informasi peneliti semakin baik dukungan
yang lebih tentang kepatuhan keluarga yang diberikan maka dalam
menjalankan kepatuhan minum obat dukungan keluarga dengan kategori
pada pasien hipertensi semakin baik. cukup tetapi kepatuhan minum obat
Hasil penelitian ini sejalan dalam kategori rendah sebanyak 4
dengan hasil penelitian Dewi (2018) responden (6.8%). Menurut Nisfiani
bahwa ada hubungan dukungan (2014), hal ini dapat terjadi karena
keluarga dengan kepatuhan berobat bantuan dari keluarga bagi responden
pada pasien penderita hipertensi, yang sebenarnya baik tidak selalu
karena dengan dukungan keluarga, diterima oleh responden dengan baik.
pasien akan merasa bahwa ada yang Persepsi anggota keluarga yang telah
memperhatikan dan mengawasi dalam memberikan bantuan berbeda dengan
menjalani pengobatan. Hal ini sesuai persepsi responden yang seharusnya
dengan penelitian yang dilakukan telah mendapatkan bantuan, sehingga
Ahda (2016), bahwa terdapat sering kali bantuan dari keluarga di
hubungan antara dukungan keluarga salah artikan oleh responden.
dan kepatuhan minum obat pasien Pengobatan pasien yang tidak patuh
hipertensi dengan keeratan hubungan disebabkan oleh peranan anggota
yang tinggi, dengan arah hubungan keluarga yang tidak sepenuhnya
yang positif, berarti semakin tinggi mendampingi penderita karena
dukungan keluarga reponden maka kesibukan anggota keluarga dalam
semakin tinggi kepatuhan minum obat melakukan aktivitas sehari hari seperti
pada pasien hipertensi. bekerja.
Hal ini juga didukung oleh Pasien membutuhkan
Efendi (2017) yang menyatakan dukungan keluarga dalam menghadapi
bahwa dukungan keluarga memiliki penyakit. Hubungan dukungan
dasar sebagai menghambat keluarga yang harmonis akan
progresivitas penyakit hipertensi, memberikan ketenangan dan
dikarenakan dukungan keluarga mengurangi beban yang dirasakan.
memiliki hubungan yang erat dengan Sehingga dukungan keluarga dalam
kepatuhan minum obat sehingga bentuk dukungan informasi, dukungan
dukungan keluarga diharapkan dapat emosional, dukungan penilaian dan
ditingkatkan untuk menunjang dukungan instrumental akan membuat
keberhasilan terapi hipertensi. Hal ini pasien hipertensi memiliki kepatuhan
sesuai dengan pendapat Niven (2013), yang baik dalam pengendalian
keluarga dapat menjadi faktor yang hipertensi (Imran, 2017). Menurut
sangat berpengaruh dalam Trianni (2013), keluarga memotivasi
menentukan keyakinan dan nilai pasien untuk patuh dalam
kesehatan individu serta menentukan menjalankan program pengobatan dan
program pengobatan yang dapat penenderita mempunyai perilaku
mereka terima. Dukungan keluarga untuk mengembangkan perasaan
sebagai motivasi yang mampu untuk mampu, bisa mengontrol diri dan
menggerakkan diri meningkatkan percaya diri dalam menyelesaikan
kepatuhan pasien dalam menjalani masalahnya. Apabila hal tersebut
pengobatan (Susanto, 2015). berjalan dengan baik, maka dukungan
Terdapat responden yang keluarga akan sangat egektif dalam
memiliki dukungan keluarga yang mendukung kepatuhan penderita
baik tetapi kepatuhan minum obat dalam menjalani pengobatan
dalam kategori sedang sebanyak 10 Selain hal tersebut, kepatuhan
responden (16,9%), kepatuhan minum minum obat yang rendah dapat
obat dalam kategori rendah sebanyak disebabkan karena faktor lain.
5 responden (8,5%). Adapun Menurut Harwandy (2017), faktor
yang mempengaruhi kepatuhan SARAN
minum obat menjadi rendah yaitu
tingkat pendidikan yang rendah, orang Berdasarkan hasil penelitian
yang sibuk bekerja, pengetahuan yang diperoleh, maka disarankan
rendah Menurut Sulistyarini & beberapa hal sebagai berikut:
Hapsari (2015) kurangnya kemauan 1. Bagi Responden
dan dorongan dari dalam diri pasien Responden dapat meningkatkan
penderita hipertensi untuk mematuhi kesadaran terhadap kepatuhan
jadwal minum obat dapat minum obat hipertensi, dan
mempengaruhi kepatuhan minum obat pentingnya dukungan keluarga
menjadi rendah. dalam meningkatkan kepatuhan
responden dalam minum obat.
SIMPULAN 2. Bagi Puskesmas Seyegan
Pihak Puskesmas Seyegan
Berdasarkan hasil penelitian khususnya perawat komunitas
yang dilakukan di Puskesmas Seyegan Puskesmas Seyegan untuk
Sleman Yogyakarta tahun 2018 mendorong dan mendukung pasien
tentang “Hubungan Dukungan hipertensi untuk meningkatkan
Keluarga dengan Kepatuhan Minum kepatuhan dalam minum obat
Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas pasien hipertensi yang masih
Seyegan Sleman Yogyakarta” dapat dalam kategori sedang dan rendah.
disimpulkan bahwa: 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Dukungan keluarga pada pasien Peneliti selanjutnya disarankan
hipertensi di Puskesmas Seyegan untuk meneliti faktor-faktor lain
Sleman Yogyakarta menunjukkan yang mempengaruhi kepatuhan
bahwa pasien hipertensi yang minum obat, serta memperluas
dengan kategori dukungan rentang usia responden sehingga
keluarga baik sebanyak 33 hasil penelitian dapat mewakili
responden (55,9 %), dukungan seluruh usia yang mengalami
keluarga cukup sebanyak 21 hipertensi.
responden (25,6 %), dan 4. Bagi Institusi Pendidikan
dukungan keluarga kurang Diharapkan dapat memberikan
sebanyak 5 responden (8,5 %). referensi tambahan tentang
2. Kepatuhan minum obat pada dukungan keluarga dan kepatuhan
pasien hipertensi di Puskesmas minum obat bagi mahasiswa
Seyegan Sleman Yogyakarta Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
menunjukkan bahwa pasien
hipertensi dengan kategori DAFTAR PUSTAKA
kepatuhan minum obat tinggi
sebanyak 18 responden (30,5 %), Ahda, M. H. (2016). Pengaruh
kepatuhan minum obat sedang Tingkat Pendidikan dan
sebanyak 27 responden (45,8 %), Dukungan Keluarga Terhadap
dan kepatuhan minum obat rendah Tingkat Kepatuhan Minum
sebanyak 14 responden (23,7 %). Obat Pada Pasien Hipertensi
3. Ada hubungan antara dukungan di RSUD Kajen Kab.
keluarga dengan kepatuhan minum Pekalongan. Skripsi Tidak
obat pasien hipertensi di Dipublikasikan. Semarang:
Puskesmas Seyegan Sleman Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Semarang.
Arindari, D. R. (2017). Hubungan di Puskesmas Gamping.
Dukungan Keluarga Terhadap Naskah Publikasi. Yogyakarta:
Kepatuhan Minum Obat Pada Universitas ‘Aisyiyah
Pasien Hipertensi Di Wilayah Yogyakarta.
Kerja Puskesmas Punti Kayu Imran, A. (2017). Hubungan
Palembang. Naskah Publikasi. Dukungan Keluarga Dengan
Palembang: STIK Khadijah. Kepatuhan Pengendalian
Darnindro, N., & Sarwono, J. (2017). Hipertensi Pada Lansia Di
Prevalensi Ketidakpatuhan Puskesmas Pandak 1 Bantul.
Kunjungan Kontrol pada Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Pasien Hipertensi yang Yogyakarta: Universitas
Berobat di Rumah Sakit Jenderal Achmad Yani.
Rujukan Primer dan Faktor- Irnawati, N. M. (2016). Pengaruh
Faktor yang Memengaruhi. Dukungan Keluarga Terhadap
Jurnal Penyakit Dalam Kepatuhan Minum Obat Pada
Indonesia, 4(3), 123-127. Penderita Tuberkulosis Di
Dewi, A. R. (2018). Hubungan Puskesmas Motoboi Kecil
Dukungan Keluarga Dengan Kota Kotamobagu. Jurnal
Kepatuhan Berobat Pada Kedokteran Komunitas dan
Pasien Penderita Hipertensi di Tropik, IV(1), 59-64.
Puskesmas Dau Kabupaten Kementrian Kesehatan RI. (2013).
Malang. Nursing News, 3(1), Pedoman Teknis Penemuan
459-469. dan Tatalaksana Hipertensi.
Efendi, H. (2017). Dukungan Jakarta: Kementrian Kesehatan
Keluarga dalam Manajemen RI.
Penyakit Hipertensi. Majority, Kementrian Kesehatan RI. (2013).
6(1), 34-40. Riset Kesehatan Dasar.
Hairunisa. (2014). Hubungan Tingkat Jakarta: Kementrian Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat dan RI.
Diet dengan Tekanan Darah Kementrian Kesehatan RI. (2014).
Terkontrol Pada Penderita Situasi Kesehatan Jantung.
Hipertensi. Jurnal Mahasiswa Jakarta: Kementrian Kesehatan
PSPD FK Universitas RI Pusat Data dan Informasi.
Tanjungpura, 1(1). Kementrian Kesehatan RI. (2017).
Harijianto, W. (2015). Pengaruh Profil Penyakit Tidak Menular
Konseling Motivational Tahun 2016. Jakarta:
Interviewing terhadap Kementrian Kesehatan RI.
Kepatuhan Minum Obat Nisfiani, A. D. (2014). Hubungan
Penderita. Jurnal Kedokteran Dukungan Keluarga Dengan
Brawijaya, 28(4), 345-353. Kepatuhan Diit Hipertensi
Harwandy. (2017). Pengaruh Edukasi Pada Lanjut Usia Di Desa
Terhadap Tingkat Kepatuhan Begajah Kecamatan Sukoharjo
Pada Pasien Hipertensi di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi
Puskesmas Kasihan Bantul. Tidak Dipublikasikan.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surakarta: Universitas
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammadiyah Yogyakarta. Niven, N. (2013). Psikologi
Hermawan, F. (2014). Hubungan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Tingkat Stress dengan Tekanan Noorhidayah, S. (2016). Hubungan
Darah pada Lansia Hipertensi Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi Terhadap Puskesmas Petang II.
Tekanan darah Pada Pasien Universitas Udayana, 3-4.
Hipertensi di Desa Salamrejo. Zainuri, I. (2015). Hubungan
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Pendampingan Keluarga
Yogyakarta: Universitas Terhadap Kepatuhan Minum
Muhammadiyah Yogyakarta. Obat Anti Hipertensi Pada
Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Penderita Hipertensi di Desa
Hypertension. J MAJORITY, Watukosek. Stikes Bina Sehat
4(5), 10-19. PPNI Mojokerto.
Puspita, E. (2016). Faktor-Faktor Zurrahman, Wati, L., & Sari, K.
Yang Berhubungan dengan (2014). Pengaruh Rebusan
Kepatuhan Penderita Belimbing Wuluh Terhadap
Hipertensi Dalam Menjalani Penurunan Tekanan Darah
Pengobatan. Skripsi Tidak Pada Penderita Hipertensi Di
Dipublikasikan. Semarang: Posyandu Lansia Camar
Universitas Negeri Semarang. Puskesmas Sei Jang
Rhosifanni, S. (2016). Risiko Tanjungpinang. Jurnal
Hipertensi Pada Orang Dengan Keperawatan Stikes Hang
Pola Tidur Buruk. Jurnal Tuah Tanjungpinang, 4(1),
Berkala Epidemiologi, 4(3), 450-466.
408–419.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulistyarini, T., & Hapsari, M. F.
(2015). Delapan Faktor
Penting Yang Mempengaruhi
Motivasi Kepatuhan Minum
Obat Pasien Hipertensi. Jurnal
STIKES, 8(1), 11-22.
Susanto, Y. (2015). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Cuka
Kabupaten Tanah Laut. Jurnal
Ilmiah manuntung, 1(1), 62-
67.
Trianni, L. (2013). Hubungan Antara
Tingkat Pendidikan Dan
Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Berobat Pada
Penderita HIpertensi Di
Puskesmas Ngaliyan
Semarang. Jurnal STIKES
Telogorejo Semarang .
Triguna, I. B. (2013). Gambaran
Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi Pada Pasien
Hipertensi Di Wilayah Kerja

Anda mungkin juga menyukai