Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah
suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi yaitu
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg yang menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi tekanan darah makan semakin
berat kerja jantung. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis
dengan prevalensi tinggi diantara penyakit lainnya. Menurut WHO,
hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian prematur dunia.
Diperkirakan 1,13 milyar orang yang mengalami hipertensi, kurang dari 1
dalam 5 orang yang kondisi penyakitnya terkontrol. Penyebab utama dari
peningkatan kasus hipertensi ini adalah diet yang tidak sehat, aktifitas fisik
yang kurang serta konsumsi alkohol dan tembakau. Guna mencapai target
pengurangan prevalensi hipertensi sebesar 25% di tahun 2025, WHO dan
pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat telah
mengeluarkan Global Hearts Initiative di tahun 2016 (World Health
Organization, 2019).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
2018, prevalensi hipertensi yang didapat melalui pengukuran pada umur
≥18 tahun sebesar 34,11%, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
atau riwayat minum obat hanya sebesar 8,36%. Hal ini menandakan bahwa
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan. Hipertensi juga merupakan penyebab
kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur dengan proporsi kematian
6,8%(Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
diantaranya adalah faktor fisiologi, konsumsi makan, gaya hidup dan
psikososial. Faktor fisiologi terdiri dari umur, jenis kelamin, genetik,
lingkar pinggang, obesitas. Faktor konsumsi makan terdiri dari asupan
natrium, kalium, serat, lemak. Faktor gaya hidup terdiri dari kebiasaan
olahraga, kebiasaan merokok, durasi tidur, kecemasan, dan faktor
psikososial terdiri dari (pengetahuan, sikap). Dalam penelitian ini
difokuskan pada faktor gaya hidup dan psikososial.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Herwati terhadap 78 orang penderita hipertensi di Puskesmas Padang
Pasir bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga
dengan terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi (p <0,001)
(Herwati, 2014).
Kepatuhan yang rendah masih menjadi masalah yang dihadapi dalam
pengobatan pasien saat ini. Laporan nasional di Amerika memaparkan
bahwa kepatuhan menggunakan obat dari penduduk yang disurvei sebagai
berikut : Hanya 24 persen responden yang masuk dalam kategori A yakni
benar-benar patuh; sebesar 24% responden masuk dalam kategori B yaitu
sebagian besar batuh (memiliki 1 dari 9 perilaku tidak patuh); sebanyak
20% kategori C (memiliki 2 dari 9 perilakau tidak patuh); 16% kategori D
(memiliki 3 dari 9 perilaku tidak patuh); dan 15 % lainnya dengan
kategori sebagian besar tidak patuh (memiliki 4 atau lebih dari 9 perilaku
tidak patuh) (National Community Pharmacist association, 2013).
Penelitian yang dilakukan di Hawassa Referral Hospital di Kota
Hawassa Etiopia melaporkan bahwa pasien yang masuk dalam kategori
patuh dalam minum obat antihipertensi mereka sebesar 67% (Getenet et
al., 2019).
Penelitian di rumah sakit umum di Sao Paulo Brazil dengan jumlah
159 pasien menemukan bahwa pasien yang patuh terhadap pengobatan
hipertensinya dibawah 60% (Valassi et al., 2019). Hasil yang serupa juga
dilaporkan pada survei yang dilakukan pada 12 apotek di Latvia dimana
terdapat 46,20% pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan yang
sedang mereka jalani. Pasien yang paling patuh adalah pasien dengan
kelompok usia yang paling tua(Gavrilova et al., 2019). Masalah ketidak
patuhan ini juga dilaporkan pada beberapa penelitian di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas kota Medan menemukan bahwa
sebanyak 58% pasien memiliki tingkat kepatuhan yang rendah (Wahyuni
et al., 2019)
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia, angka prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dari tahun
ke tahun, Hipertensi di Indonesia mencapai 34,1% pada 2018, dengan
prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,3% dan terrendah di
Provinsi Papua sebesar 22,2%.
Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai Provinsi
dengan kasus Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6%
(Kemenkes RI, 2019). Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di
Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dalam tiga tahun terakhir, dimana
pada tahun 2017 terdapat 40.916 kasus, tahun 2018 terdapat 64.097
kasus dan tahun 2019 terdapat 99.404 kasus (Dinkes Ciamis, 2019).
UPTD Puskesmas Payungsari merupakan salah satu UPTD
Puskesmas yang ada di Kabupaten Ciamis, dengan angka kejadian
hipertensi yang masih tinggi. Tahun 2020 terdapat 564 kasus, tahun 2021
angkanya meningkat menjadi 341 kasus dan tahun 2022 mengalami
peningkatan lagi menjadi 545 kasus. Kejadian hipertensi pada bulan
oktober di UPTD Puskesmas Payungsari sebanyak 168 kasus (Puskesmas
Payungsari 2022).
Pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan penderita
mengkonsumsi obat darah tinggi dan melakukan modifikasi gaya hidup,
Kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan hipertensi
sangat diperlukan agar didapatkan kualitas hidup penderita hipertensi
yang lebih baik (Harijanto,2015).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan minum
obat antara lain pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan
kenyamanan obat, terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan
yang telah dicapai, komunikasi antara pasien dengan dokter atau
apoteker, memberikan sikap yang positif atau negatif bagi pengguna
obat, faktor ekonomi, kepercayaan atau persepsi pasien terhadap penyakit
dan pengobatannya, faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus-
menerus akibat lamanya pasien menderita penyakit hipertensi
(Harijanto,2015)..

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada dilatar belakang masalah, peneliti dapat
merumuskan masalah yang ada yaitu “Apakah ada hubungan kepatuhan
minum obat Anti Hipertensi terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan hubungan kepatuhan minum obat terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi
b) Mengidentifikasi indikator tekanan pada penderita hipertensi
c) Menganalisis hubungan kepatuhan minum obat terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi atau bahan kajian
dalam bidang khususnya keperawatan dan sebagai evidence based
penderita hipertensi.
1) Manfaat praktis
a. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan perbandingan serta dijadikan dasar pemikiran
didalam melaksanakan penelitian selanjutnya
b. Manfaat bagi masyarakat
Manfaat yang bisa diperoleh bagi responden terutama
masyarakat adalah diharapkan agar tetap menjaga kesehatan
dalam upaya mempersiapkan masa tua, yaitu dengan
mengontrol tekanan darah.
c. Manfaat bagi perawat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan intervensi pada lansia penderita hipertensi meliputi
aspek psiko sosio spiritual
d. Manfaat bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan dan
pengetahuan dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut
mengenai peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi
secara umum disemua usia
.

Anda mungkin juga menyukai