Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era sekarang terjadi perubahan pola penyakit yang terjadi pada

masyarakat. Hal ini ditandai dengan mendominasinya penyakit tidak menular

sebagai penyakit morbiditas dan mortalitas tertinggi didunia Hipertensi

merupakan salahsatu penyakit tidak menular yang dianggap sebagai

permasalahan serius. Penyakit ini dikenal sebagai the silent killer karena

tidak adanya tanda dan gejala yang dilihat dari luar sedang berkembang

secara perlahan, tetapi secara potensional sangat berbahaya (Aziza,

Mufatihatul 2022).

Hipertensi adalah suatu keadaan pada proses naiknya tekanan darah

bersifat kronis (jangka waktu lama) berpotensi menjadikan sakit yang

luarbiasa ataupun kematian mendadak. Individu yang divonis menderita

hipertensi apabila terdapat indikasi tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan

tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Jika tidak dilakukan dengan intens dan

pengobatan sejak dini, maka dapat memiliki resiko tinggi menimbulkan

penyakit seperti retinopati, penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal,

jantung koroner, pecahnya pembuluh darah, stroke dan bisa menyebabkan

kematian secara mendadak (Saifudin, Ahmad 2022)

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2016

menyebutkan penderita hipertensi sebanyak 1,13 milyar, artinya satu dari

tiga orang didunia menderita hipertensi. Diperkirakan pada tahun 2025

1
2

penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,5 milyar orang dan

diperkirakan 10,44 juta akan meninggal setiap tahunnya akibat hipertensi

serta komplikasi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat baik di negara

maju maupun negara berkembang. Data Riskesdas tahun 2018 menyatakan

bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat menjadi 34,1 %. dari

data sebelumnya tahun 2013 sebanyak 25%. menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) jumlah penduduk di Kota Malang pada tahun 2020 sebesar 843.810

orang. Sedangkan jumlah kasus hipertensi yang berusia diatas 15 tahun

pada tahun 2020 sebanyak 223.255 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi penduduk kota Malang pada usia diatas 15 tahun

sebesar 26,69% dan menduduki peringkat ketiga di Jawa Timur (Rahmawati,

Siti 2022)

Upaya mengurangi dan mencegah komplikasi dari penyakit

hipertensi, diantaranya melalui pengobatan farmakologis dan

nonfarmakologis salah satunya pengobatan terapi komplementer. Fenomena

yang lainpun ditemukan, dimana obat-obatan kimiawi yang memiliki efek

samping jangka panjang masih cukup tinggi digunakan sebagai pilihan terapi

penderita hipertensi yakni sebesar 14,5%. kejadian tersebut dianggap oleh

masyarakat akibat efek kimia jangka panjang dan ketidakmampuan untuk

membeli obat-obatan hipertensi, sehingga mereka akan memilih pengobatan

herbal ataupun alternatif dengan biaya yang lebih terjangkau. Hal ini diuji

coba kan pada salah satu terapi komplementer seperti bekam pada

penderita hipertensi (Nuridah dan yodang 2021).

Bekam / hijama adalah pengobatan kuno yang ada sebelum masa

Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasulullah, namun bekam telah


3

ditetapkan sebagai sebuah pengobatan yang di syari’atkan oleh Allah SWT

melalui Nabi Muhammad SAW ketika beliau isra dan mi’raj. Sebagaimana

dalam hadits yang berbunyi : “pada malam aku di isra’ kan, aku tidak berlalu

dihadapan sekelompok malaikat, kecuali mereka mengatakan, “ Wahai

Muhammad, perintahkan umatmu agar berbekam!” (HR Ibnu Majjah)

(Bariroh, Sa’diyah 2022 ).

Pengobatan ini bukan hanya sekedar ikhtiar berobat saja, melainkan

jika niat dan tujuan untuk mengamalkan sunnah maka kita akan

mendapatkan pahala sunnah dan pahala ibadah karena kita mengerjakan

apa yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam hadits berbunyi :

“ kesembuhan itu ada tiga hal, yaitu : minum madu, berbekam , dan

menggunakan besi panas “kay”. Namun aku melarang umatku untuk

menggunakan besi panas “kay”. (HR Bukhari) (Bariroh, Sa’diyah 2022)

Kepatuhan pasien terhadap pengobatan terbukti menjadi faktor

utama yang berkontribusi terhadap kontrol tekanan darah. Secara global

45,2% pasien hipertensi tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi yang

diberikan. Kepatuhan pasien hipertensi di Indonesia masih sangat rendah

dari 8,8% penderita hipertensi, terdapat 32,3% penderita hipertensi tidak

rutin minum obat, dan 13,3% sama sekali tidak minum obat. Dari Dinas

Kesehatan Tahun 2020 tercatat hanya 27,05% penderita hipertensi yang

melakukan pengobatan di Puskesmas Kota Malang (Rahmawati, Siti 2022)

Dari fenomena yang terjadi, bahwa masyarakat khususnya di Kota

Malang yang menderita penyakit hipertensi ada yang melakukan pengobatan

ke fasilitas kesehatan ada pula yang melakukan pengobatan herbal, dan ada
4

pula yang tidak melakukan tindakan pengobatan apapun di akibatkan

minimnya pengetahuan tentang tanda dan gejala hipertensi. Permasalahan

ini tentu akibat dari pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan

sehat secara keseluruhan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di klinik Griya Bekam yang

berada di Jl. Bareng Tengah 5 B No. 820 Kecamatan Klojen Kota Malang.

Penulis melakukan wawancara pada therapis penanggungjawab disana

menyatakan bahwa kasus penyakit tertinggi setiap bulannya yang di terapi

bekam adalah hipertensi. Dan hasil studi pendahuluan kepada 3 orang

pasien hipertensi yang hendak berbekam. Pasien mengatakan sebelumnya

belum pernah melakukan bekam , dan 2 pasien mengatakan jarang

melakukan bekam namun setelah satu kali dibekam langsung badan terasa

enteng, dan nyeri kepala sedikit berkurang.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Asuhan Keperawatan gangguan rasa nyeri kepala

dengan pemberian terapi bekam pada pasien hipertensi di Griya Sehat

Malang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana asuhan

keperawatan gangguan rasa nyeri kepala dengan pemberian terapi bekam

pada pasien hipertensi di Griya Sehat Malang

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
5

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi

bekam terhadap pasien hipertensi di Griya Sehat Malang

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pada pasien hipertensi

b. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas pada

pasien hipertensi

c. Merencanakan asuhan keperawatan secara continue pada pasien

hipertensi dengan metode pembekaman

d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara continue pada pasien

hipertensi dengan metode pembekaman

e. Melakukan evaluasi asuhan yang telah dilakukan pada pasien

hipertensi dengan metode pembekaman

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

pasien hipertensi dengan metode pembekaman

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan

teori-teori yang berhubungan dengan Pengaruh Bekam Terhadap

Pasien Hipertensi di Griya Sehat Malang

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memperoleh

pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan tentang Pengaruh

Bekam Terhadap Pasien Hipertensi di Griya Sehat Malang

b. Bagi Institusi Kesehatan


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

data dan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai Pengaruh

Bekam Terhadap Pasien Hipertensi di Griya Sehat Malang

c. Bagi Masyarakat/responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan pada masyarakat tentang Pengaruh Bekam

Terhadap Pasien Hipertensi di Griya Sehat Malang

Anda mungkin juga menyukai