Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi

merupakan kondisi yang paling umum dijumpai dalam perawatan primer,

dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu

tekanan darah sistolik 140 mmHg dan 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik.

Penyakit hipertensi ini dikategorikan sebagai the silent diseases karena tidak

diketahui oleh penderita bahwa dirinya menderita hipertensi sebelum

memeriksakan tekanan darahnya.

Hipertensi merupakan masalah utama tidak hanya di Indonesia tapi

seluruh dunia, karena hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyakit

jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke. Sekitar 1,13 miliar orang didunia

menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.

Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan

pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan

diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasi (WHO, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun

2018 prevalensi hipertensi berdasarkan pusat data dan informasi kesehatan

kemenkes RI adalah sebesar 34,1% tertinggi pada Kalimantan Selatan 44,1%

dan terendah di Papua sebesar 22,2% dan di Jawa Tengah terletak pada
peringkat 4 dengan presentase 37,6%. Peringkat tersebut di peroleh karena

hipertensi dari tahun ke tahun semakin bertambah. Selain itu hipertensi banyak

terjadi pada usia 35-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), dan umur

55-64 tahun (55,2%). Demikian pula data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Purbalingga (2018) kasus penyakit hipertensi dipuskesmas dan rumah sakit

Kabupaten Purbalingga pada tahun 2018, yaitu sejumlah 29.363(17,39%) dari

168.805 orang dengan usia 18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah

tinggi.

Berdasarkan angka prevelensi hipertensi sebesar 34,1% tersebut

didapatkan sejumlah data 13,3% diketahui tidak minum obat serta 32,3%, tidak

rutin minum obat. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita

hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak

mendapatkan pengobatan. Alasan penderita tidak minum obat antara lain

karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke

fasyankes (31,3%), minum obat n tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain

(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat

efek samping obat (4,5%) dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%)

(Riskeskdas, 2018).

Masalah-masalah yang terjadi pada penderita hipertensi muncul karena

disebabkan oleh beberapa faktor seperti keturunan, jenis kelamin, kegemukan,

stress, mengkonsumsi minuman alkohol dan kafein, pola hidup tidak sehat,

yang berdampak pada timbulnya sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas,
gelisah, mual, muntah. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka kesakitan,

kurang produktivitas dan masalah-masalah yang lainnya.

Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang disebabkan oleh

hipertensi yang menimbulkan nyeri kepala karena terjadinya spasme pada

pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) diotak. Lokasi nyeri

biasanya terletak pada daerah kepala sampai tengkuk. Untuk mengatasi tanda

dan gejala diatas diperlukan penanganan atau terapi secara umum yang dapat

dikelompokan menjadi terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi

farmakologi sendiri adalah terapi dengan menggunakan obat atau senyawa

yang dapat berpengaruh pada penurunan tekanan darah pasien. Terapi non

farmakologi adalah terapi tanpa menggunakan obat atau senyawa yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada pasien(Triyanto, 2014).

Masalah yang telah diuraikan diatas merupakan penyebab yang harus

mendapatkan penanganan lebih lanjut untuk itu penulis tertarik untuk

mengangkat kasus dengan judul “Pengelolaan Nyeri Akut Pada Lansia Dengan

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah

dalam proposal studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Pengelolaan Nyeri Akut

pada Lansia dengan Hipertensi?”


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendiskripsikan atau menggambarkan pengelolaan nyeri akut pada

lansia dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pengelolaan keperawatan nyeri akut

pada lansia dengan hipertensi.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan nyeri akut pada lansia dengan

hipertensi.

c. Menyusun intervensi keperawatan nyeri akut pada lansia dengan

hipertensi.

d. Melaksanakan implementasi keperawatan nyeri akut pada lansia

dengan hipertensi.

e. Melakukan evaluasi keperawatan nyeri akut pada lansia dengan

hipertensi.

f. Menganalisis antara teori dan praktek yang telah dilakukan sebelum

dan sesudah pengelolaan nyeri akut pada lansia dengan hipertensi

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu

sebagai panduan perawat dalam pengelolaan nyeri akut pada pasien

lansia dengan hipertensi


2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan keterampilan

perawat dalam melakukan pengelolaan nyeri akut pada lansia

dengan hipertensi.

b.Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

mahasiswa program studi DIII Keperawatan Purwokerto

khususnya dalam pengelolaan nyeri akut pada lansia dengan

hipertensi.

c. Bagi Klien dan Keluarga

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

keterampilan bagi pasien dan keluarga tentang bagaimana

pengelolaan nyeri akut pada klien sehingga dapat diterapkan

secara mandiri di rumah.

Anda mungkin juga menyukai