Anda di halaman 1dari 3

BAB I

1. Latar belakang
Hipertensi dapat diartikan sebagai peningkatan tekanan
darah ≥140/90 mmHg (Tanto, Hustrini, 2014). Hipertensi
merupakan kelainan tekanan darah yang paling sering dijumpai,
hipertensi juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang
serius, namun penyebab umumnya belum dapat diketahui
(Sherwood, 2012).
WHO memaparkan bahwa diperkirakan 1,3 milyar
penduduk dunia mengalami hipertensi, 2 dari 3 dari angka tersebut
berasal dari negara dengan masyarakat berpendapatan rendah dan
sedang, dan pada tahun 2015 1 dari 4 pria dan 1dari 5 wanita di
seluruh dunia terdiagnosis hipertensi (WHO, 2015). Sampai
sekarang ini prevalensi hipertensi atau sering disebut tekanan darah
tinggi di Indonesia masih sangatlah tinggi. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 memperlihatkan bahwa sebagian
besar masyarakat yang mengalami hipertensi tidak menyadari atau
tidak pernah di diagnosis hipertensi. Prevalensi hipertensi pada
umur ≥18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,36 persen, sedangkan yang
pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat
hipertensi sendiri sebesar 8,84 persen. Jadi, terdapat 0,48 persen
penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh nakes. Prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun pada
tahun 2018 sebesar 34,11 persen (kemenkes, 2018).
Peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas
(Nurrahmani, 2012). Saat ini terdapat berbagai metode pengukuran
antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai screening
obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa
tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Malope,
2012). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012). Indeks
Massa Tubuh didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter (kg/m2) (Irianto,
2017)
Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui
apakah ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu peneliti sangat
tertarik menemukan jawabannya dengan melakukan pembuktian
secara ilmiah melalui sebuah penelitian yang difokuskan untuk
mengetahui apakah ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan tekanan darah pada penderita hipertensi yang berada di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini yaitu adakah hubungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah pasien hipertensi
di RSUD Arifin Achmad bulan xx hingga bulan xx 202x?
3. Hipothesis
Salah satu faktor penentu status gizi adalah Indeks Massa
Tubuh, Lansia yang memiliki Nilai IMT diatas Ideal dikategorikan
sebagai Obesitas, diduga pada orang yang Obesitas terjadi
peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan
meningkatkan tekanan darah.
4. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
tekanan darah pasien usia Lansia di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
bagi pemerintah, dalam usaha menurunkan prevalensi pasien
hipertensi di Indonesia
b. Bagi peneliti lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya
demi kemajuan ilmu pengetahuan
c. Peneliti
Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam hal
penelitian, sekaligus sebagai media bagi peneliti untuk memperluas
wawasan dan juga untuk memenuhi syarat untuk medapatkan gelar
sarjana.

Anda mungkin juga menyukai