Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring

meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. WHO, 2013 membagi

3 penyebab utama kematian yaitu:- Penyakit jantung koroner- Diare- Stroke. Di

Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke

penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Terjadinya

perubahan pola penyakit ini dapat berkaitan dengan beberapa hal, yaitu:

Perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke industri Perubahan struktur

penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk

usia lanjut karena keberhasilan KB dan Perubahan gaya hidup menyebabkan

terjadinya peregeseran dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif yang

dapat berkembang menjadi penyakit kronik, salah satu dari sekian penyakit

kronik adalah Penyakit Tekanan Darah Tinggi atau dengan Istilah medis dikenal

dengan hipertensi.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &

Wilson, 2005). The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

VII) mengemukakan bahwa klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi

menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, disusul oleh

1
2

merokok dan dislipidemia. Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang terlibat

dalam proses terjadinya mortalitas dan morbiditas dari penyakit kardiovaskular.

Prevalensi hipertensi pada tahun 2008 adalah 40% dari jumlah populasi

dewasa di seluruh dunia. Jumlah ini mengalami peningkatan dari sekitar 600 jiwa

pada tahun 1998 menjadi sekitar satu miliar jiwa pada tahun 2008. (WHO, 2013)

Hipertensi mengalami peningkatan prevalensi di wilayah Asia Tenggara.

Hipertensidi wilayah ini bervariasi yaitu 20% dari jumlah populasi dewasa di

Bangladesh dan Korea Utara serta 45% dari jumlah populasi dewasa di Indonesia

dan Myanmar. Kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular di

wilayah Asia Tenggara selama tahun 2008 sebanyak 7,9 juta kematian, sekitar 3,6

juta diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal

inidiperkirakan meningkat menjadi 12,5 juta kematian pada tahun 2030.

Hipertensi diderita oleh sekitar sepertiga dari populasi manusia di wilayah Asia

Tenggara. (WHO, 2012)

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% dari jumlah total

populasi berusia ≥18 tahun. Prevalensi ini mengalami penurunan sebesar 5,9%

dari hasil Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 31,7% dari jumlah total populasi

berusia ≥18 tahun. Prevalensi hipertensi mengalami penurunan dapat terjadi

karena berbagai faktor, diantaranya alat pengukur tekanan darah yang berbeda

maupun akibat peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya hipertensi.

(Riskesdas, 2013)

Obesitas dan pertambahan berat badan merupakan faktor risiko yang kuat

untuk hipertensi. Penelitian terdahulu mengemukakan bahwa sekitar 60%

penderita hipertensi mengalami kelebihan berat badan hingga 20%.


3

Framingham menjelaskan bahwa hipertensi essensial 65% pada wanita

dan 78% pada pria berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan

obesitas. Jean Vague merupakan ilmuwan pertama yang menyatakan adanya

hubungan erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh

dengan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko obesitas.

Hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa peningkatan

lemak tubuh secara signifikan terjadi di atas usia 30 tahun. Peningkatan

maksimum terjadi pada usia 35 hingga 44 tahun pada laki- laki, sedangkan pada

perempuan hal ini terjadi 10 tahun lebih lama.

Studi prospektif menyatakan bahwa obesitas tubuh bagian atas (obesitas

sentral) berhubungan lebih kuat dengan intoleransi glukosa/ diabetes melitus,

hiperinsulinemia, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan gout dibandingkan obesitas

tubuh bagian bawah. Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa

perubahan metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya

produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit atau

pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme ini memberikan gambaran tentang

pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak tubuh.

Secara nasional prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan

sebesar 7,8% dari sekitar 18,8% pada tahun 2007 menjadi 26,6% pada tahun

2013. Prevalensi obesitas sentral nasional pada tahun 2013 didapatkan lebih

banyak pada perempuan (42,1%) dibandingkan laki- laki (11,3%). Prevalensi

obesitas sentral untuk Provinsi Aceh pada tahun 2013 adalah 26%, sedikit lebih

rendah dari prevalensi obesitas sentral nasional. (Riskesdas, 2013)

Obesitas diketahui sebagai salah satu penyebab hipertensi. Ada beberapa

metode untuk mengetahui status obesitas diantaranya adalah Indeks Massa


4

Tubuh, Persen Lemak Tubuh dan Lingkar Pinggang. Berat badan merupakan

faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua

umur. Menurut National Institutes for Health USA, prevalensi tekanan darah

tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)>30 (obesitas) adalah 38%

untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk

pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT<25 (status gizi normal

menurut standar internasional). Rata-rata, seseorang yang memiliki berat badan

20 pound di atas berat badan ideal, tekanan darah akan naik sekitar 2-3 mmHg

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal (Pickering,1997 ).

Cara mengetahui tingkat obesitas seseorang adalah dengan mengukur

Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Untuk mencapai kesehatan

optimal, BMI rata-rata menurut World Health Organization (WHO) di kisaran

18,5 sampai 24,9 kg/m2. Berbagai metode pengukuran antropometri tubuh dapat

digunakan sebagai skrining obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran

indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan,

serta perbandingan lingkar pinggang.

Lingkar pinggang dapat menjadi parameter pilihan untuk memprediksi

sindrom metabolik dibandingkan dengan IMT dan rasio lingkar pinggang

panggul. Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan

untuk menentukan obesitas sentral. Kriteria ukuran lingkar pinggang untuk Asia

Pasifik yaitu ≥90 cm untuk pria, dan ≥80 cm untuk wanita. Pengukuran lingkar

pinggang dapat menggambarkan keberadaan lemak berbahaya dalam dinding

abdomen tiga kali lebih besar dibandingkan IMT. Pengukuran lingkar pinggang

dapat digunakan sebagai salah satu indeks distribusi lemak tubuh serta dapat
5

digunakan untuk mengidentifikasi individu dengan kelebihan berat badan dan

obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. (Boivin et

al., 2007)

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap pasien

dengan peningkatan darah tinggi atau hipertensi di RS PMI Bogor didapatkan

hasil bahwa dari 10 pasien yang di diagnosa memiliki peningkatan darah

tinggi atau hipertensi sebanyak 4 pasien laki-laki dengan usia > 35 tahun

diantaranya memiliki lingkar pinggang 95-100 cm, 4 pasien perempuan

dengan usia lebih dari >35 tahun memiliki lingkar pinggang 110-115 cm, 2

orang diantaranya memiliki lingkar pinggang 115 cm. jika dikaitkat dengan

ukuran antropometri normal atau ideal pada ukuran lingkar pinggang untuk ras

Asia maka dari ke-8 pasien tersebut diatas memiliki lingkar pinggang melebihi

nilai toleransi ukuran normal atau ukuran ideal.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian Hubungan Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul dengan tekanan darah pada pasien di Instalasi Rawat Inap

Ruang Melati RS PMI Bogor Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Pergeseran epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif

yang akan berlangsung menjadi penyakit kronik, salah satunya adalah

peningkatan tekanan darah yang disebabkan akibat terjadinya perubahan

kebiasaan pola hidup yang menyebabkan obesitas sebagai faktor presipitasi dari

penyakit hipertensi, dimana salah satu metode untuk mengetahui obesitas adalah

dengan cara pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Antropometri yang

salah satunya adalah pengukuran Lingkar Pinggang dan panggul, maka muncul
6

pertanyaan dan rumusan masalah “ apakah ada Hubungan Lingkar Pinggang dan

Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan tekanan darah pada pasien di Instalasi

Rawat Inap Ruang Melati RS PMI Bogor Tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan tekanan

darah pada pasien di Instalasi Rawat Inap Ruang Melati RS PMI Bogor

Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar

Pinggang Panggul responden di Instalasi Rawat Inap Ruang Melati RS

PMI Bogor Tahun 2019.

b. Untuk mengetahui Rasio Lingkar Pinggang Panggul Pada Pasien Rawat

Inap di Ruang Melati RS PMI Bogor Tahun 2019.

c. Untuk mengetahui Hubungan Lingkar Pinggang Dengan tekanan darah

Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Ruang Melati RS PMI Bogor Tahun

2019.

d. Untuk mengetahui hubungan rasio lingkar pinggang panggul dengan

tekanan darah pada pasien di ruang rawat inap melati rs pmi bogor.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan pada perawat

khususnya di ruangan rawat inap dalam memberikan asuhan keperawatan


7

untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap pola hidup dan status

kesehatannya.

2. Manfaat Teoritis

Peneitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

referensi dalam meningkatkan perkembangan ilmu keperawatan

khususnya dalam praktik keperawatan pada pasien dengan tekanan darah

tinggi yang dipengaruhi obesitas.

3. Manfaat Metodologis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan data

tambahan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dalam ruang

lingkup yang sama melalui jenis dan metode penelitian lainnya.

Anda mungkin juga menyukai