Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Azwar, 2010). Seiring dengan
perkembagan zaman, perhatian terhadap perkembangan penyakit tidak menular semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Perubahan
pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil pada
perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan sosial ekonomi, yang akhirnya memicu peningkatan
penyakit tidak menular (Bustan,2007).
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang patut di waspadai. Di Indonesia,
selain karena prevalensinya yang tinggi, hipertensi merupakan masalah yang serius karena
penyakit yang diakibatkan sangat fatal, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-
lain (Sugiharto dkk,2006). Hipertensi merupakan penyakit degeneratif dengan prevalensi 8-
18% di Asia dan Indonesia sebesar 15-20% pada tahun 2009 (Ariani,2013). Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan
hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Diperkirakan terdapat 15 juta penderita dan
hanya 4% dengan hipertensi terkontrol, 50% penderita hipertensi tidak menyadari diri bahwa
menderita hipertensi. Sebanyak 90% adalah penderita hipertensi esensial yang tidak
diketahui seluk-beluk penyebabnya (Bustan,2007).

B. Tujuan
1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem manajemen,
prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang khususnya di Instalasi
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah (problem solving) di tempat magang.
3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan dalam bidang
Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat yang digeluti.
4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat
bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.

C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan Bidang Ilmu
Kesehatan Masyarakat, terutama di bidang Epidemiologi.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap
permasalahan yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama sesuai
bidang minat yang digeluti.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah
kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.
































BAB II
PEMBAHASAN

A. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan
diastoliknya lebih dari 90 mmHg, yang diukur menggunakan spymomanometer (Anggreany
dkk,2009).
1. Jenis dan Klasifikasi Hipertensi
Jenis Hipertensi :
Dikenal berbagai pengelompokan hipertensi :
1) Menurut kausanya
a. Hipertensi esensil (hipertensi primer), hipertensi yang tidak jelas penyebabnya
b. Hipertensi sekunder, hipertensi kausa tertentu

A. Menurut gangguan tekanan darah
a. Hipertensi sistolik, peningkatan tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi diastolik, peningkatan tekanan diastolik saja

B. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat
Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut
hipertensi. Untuk itu WHO memakai batasan berikut. HT jika TDS > 160 mm Hg atau
TDD > 95 mm Hg. Macam hipertensi yaitu : HT ringan : TDD 90-110, HT sedang : TDD
110-130, HT berat : TDD >130.
Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg,
dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, da diantara nilai tersebut digolongkan
normal tinggi. Seventh Report of the Joint National Committee VII (JNC VII) on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memberikan
klasifikasi tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu
tertentu.

Tabel 11. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal <120 <80
Pra Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140 90
Stadium 1 140-159 90-99
Stadium 2 160-180 100-110

B. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang pada tahun 2025. Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di
seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10
penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Dalam penelitian Ekowati Rahajeng, Sulistyowati Tuminah tentang Prevalensi Hipertensi
dan Determinannya di Indonesia yang merupakan hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007 dimana ditemukan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran
termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2% dan prevalensi
tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat
(20,1%).Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan pengukuran saja adalah 28,3%, Provinsi
dengan prevalensi tertinggi tetap Kalimantan Selatan (35,0%) dan terendah Papua Barat
(17,6). Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat, prevalensi secara
nasional hanya 7,7% dan yang tertinggi didapatkan di Provinsi Sulawesi Utara (11,4%) serta
yang terendah di Papua (4,2%). Sedangkan untuk cakupan tenaga kesehatannya secara
nasional sebesar 24,2% dimana Sulawesi Utara (37,4%) dan Papua Barat (35,3%) adalah
cukup tinggi dibandingkan Sulawesi Barat yang hanya sebesar 13,9%
(Rahajeng,Tuminah,2009). Sebagian besar kasus hipertensi belum terdiagnosis, dapat dilihat
dari pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% saja yang sudah mengetahui tentang hipertensi
dan hanya 0,4 kasus yang minum obat hipertensi (Kemenkes,2012).

C. Faktor Risiko
Dalam berbagai penelitian faktor risiko hipertensi dapat di bedakan menjadi dua yaitu
faktor yang dapat dikontrol seperti konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak,
perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktifitas fisik, dan untuk faktor yang tidak dapat
dikontrol yaitu riwayat keluarga, jenis kelamain, dan umur (Kartikasari,2009). Dalam
penelitian Sigarlaki (2006) di Desa Bocor, Jawa Tengah, faktor risiko hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah penghasilan, jumlah anak dan
faktor stress.
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah
satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi. Jenis kelamin juga berpengarih terjadinya hipertensi karena laki-laki
secara umum memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan wanita, hal ini berkaitan
dengan hormone seks yang mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Umur pasien yang
telah memasuki usia lanjut mendukung terjadinya hipertensi akan bertambah seiring
bertambahnya umur. Riwayat merokok menjadi faktor penyebab hipertensi selanjutnya,
sebab merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung serta menaikkan tekanan darah
(Ariani,2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Margaret M. Harris, dkk. menunjukkan
bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh akan berisiko terserang
hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi lemak
jenuh. Untuk aktifitas fisik, dalam penelitian Aris Sugiharto bahwa orang yang tidak biasa
berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang
yang memiliki kebiasaan olahraga ideal dan orang yang biasa melakukan olahraga tidak ideal
memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 3,46 kali dibandingkan dengan orang yang
memiliki kebiasaan olahraga ideal (Kartikasari,2009).

Berdasarkan analisis po
D. Pencegahan Hipertensi
Tabel 12. Pencegahan Hipertensi Berdasarkan Level Patogenesis
Level
Patogenesis
Level Pencegahan Perjalanan HT Intervensi Pencegahan



Prepatogenesis
Level I :
- Primordial
- Promotif
- Proteksi
spesifik

-Sehat/normal
-Interaksi trias
epidemiolgi
-Belum ada
gejala tapi ada
resiko

-Meningkatkan derajat
kesehatan dengan gizi
dan perilaku hidup sehat
-Pertahankan
keseimbangan trias
epidemiologi
-Turunkan atau hindari
risiko


Patogenesis
Level II :
-Diagnosa awal
-Pengobatan yang
tepat

- HT
Ringan
- Ht
Sedang
- Ht
Berat

- Pemeriksaan
periodik tekanan darah
- Hindari
lingkungan yang stres

Post-
Patogenesis
Level III :
Rehabilitasi
- Komplikasi
- Kronis
- Meninggal

- Jaga Kualitas
hidup optimum
Sumber : Bustan,2007

Adapun perencanaan manajemen pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan dan
manajemen hipertensi dalam komunitas dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Perencanaan Manajemen Pelayanan Kesehatan
1 Besar masalah Survei populasi tekanan darah dan kontrol hipertensi
2 Etiologi Penelitian ekologi (garam dan tekanan darah)

Penelitian observasional (berat badan dan tekanan
darah)

Penelitian eksperimental (penurunan berat badan)

Randomized controlled trials
3 Efektivitas Evaluation program screening

Studi kepatuhan (complience)
4 Efisiensi Penelitian cost-effectiveness
5 Implementasi Pengendalian pelaksanaannya di lapangan
6 Monitoring Program kontrol nasional
7 Reassesment Assessment personal dan peralatan

Efek kualitas hidup

Pengukuran kembali tingkat tekanan darah populasi
Sumber : Bustan,2007

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengelolah
penyakit hipertensi dan penyakit tidak menular lainnya yaitu:
a. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining)
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui Posbindu PTM
c. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas
untuk pengendalian PTM melalui peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang
professional dan kompeten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, peningkatan manajemen pengendalian
PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik, serta peningkatan
ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana diagnostik dan
pengobatan (Kemenkes RI, 2012).









DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A D dkk, 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni
2008, Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Annonymous, 2011, Profil Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, Manado
Annonymous, 2011, Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis RSJ. Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang, Buku 1, Manado
Annonymous, 2012, LPPD Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, Manado
Ariani,AD, 2013, Hipertensi Grade II dengan Prediabetes pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia,
Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Azwar, Azrul, 2007, Pengantar Administrasi Kebijakan Kesehatan Edisi Ketiga, Tangerang:
Bina Rupa Aksara
Bustan M M, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta: Rineka Cipta
Data Registrasi Poliklinik Interna RSJ Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Tahun 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2014, Buku Panduan Magang Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unsrat, Manado: FKM Unsrat
Kartikasari,A.N, 2009, Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul,
Kabupaten Rembang, Semarang: Universitas Diponogoro
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, (online) diakses
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 pada 27 Februari 2013
Rahajeng, Tuminah, 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Jakarta :
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Sugiharto, Aris dkk, 2013, Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar), Semarang : Universitas Diponogoro

Anda mungkin juga menyukai