HIPERTENSI
NPM : 0432950119004
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Malakouti, et.al 2009 menyatakan bahwa jumlah lanjut usia (lansia)
semakin meningkat setiap tahunnya baik di dunia maupun di Indonesia. Total lansia di
dunia pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 8,1% dengan jumlah total 1,8 juta
lansia jika dibandingkan dengan tahun 2012 World Health Organization (WHO), pada
tahun 2014 mengalami World Population Ageing (WPA)(Zaenurrohmah &
Rachmayanti, 2017)
Agustin 2012 mengmukakan bahwa di daptakan suatu sensus data berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia
mencapai 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa
(9,77%). Tahun 2020 diprediksi akan berjumlah 28,8 juta orang (11,34%). (Alhogbi,
2017)
Undang – Undang No 13 tahun 1998 yang berisi Lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas, Semakin bertambahnya usia, maka semakin
banyak kemungkinan besar seseorang akan mengalami permasalahan-permasalahan
yang akan muncul terutama pada fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.
(Iswahyuni, 2017)
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di
negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
(Sinaga & Sembiring, 2018)
Hipertensi yang terjadi pada lansia umumnya adalah hipertensi dengan sistolik
terisolasi dimana arteri kehilangan elastisitasnya. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi dua macam yaitu hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar
dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih 90 mmHg serta hipertensi
sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho, 2008).(Wulandhani et al., 2014)
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017)
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang
mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu
faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia
senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi
merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/
multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal(Ferri,
2017)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan menurut para peneliti
maka dapat diambil kesimpulan bahwa rumusan masalah mengenai angka kejadian
peningkatan lansia setiap tahunnya dengan hipertensi akan selalalu mengalami
peningkatan dengan nilai dan sesnsus yang telah dilakukan oeleh para ahli peneliti
dalam angka kejadian pada kasus lansia dengan hipertensi.
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
a. Apa Itu Definisi Hiprtensi ?
b. Apa Saja Etiologi Hipertensi ?
c. Apa Itu Klasifikasi Hipertensi ?
d. Apa Saja Faktor Resiko Dari Hipertensi ?
e. Apa Saja Phatofisologi Hipertensi ?
f. Apa Saja Manifestasi Klinis Hipertensi ?
g. Apa Saja Penatalaksanaan Hipertensi ?
h. Apa Saja Komplikasi Hipertensi ?
i. Apa Saja Pencegah Dari Hipertensi ?
2. TUJUAN KHUSUS
a. Dapat Mengetahui Definisi Hiprtensi ?
b. Dapat Mengetahui Etiologi Hipertensi ?
c. Dapat Mengetahui Klasifikasi Hipertensi ?
d. Dapat Mengetahui Faktor Resiko Dari Hipertensi ?
e. Dapat Mengetahui Phatofisologi Hipertensi ?
f. Dapat Mengetahui Manifestasi Klinis Hipertensi ?
g. Dapat Mengetahui Penatalaksanaan Hipertensi ?
h. Dapat Mengetahui Komplikasi Hipertensi ?
i. Dapat Mengetahui Pencegah Dari Hipertensi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi di Indonesia menjadi masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%. Prevalensi
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), Gorontalo (29,4%) dan
Sumatera Utara (25%). Prevalensi hipertensi meningkat dikarenakan tidak
mendapat penanganan yang baik sehingga menyebabkan komplikasi seperti
stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan
(KemenkesRI, 2014; Sinaga & Sembiring, 2018)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu :
1) Coar ctation aorta,yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.
3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal.Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia(pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral
yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal
setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal
dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
8) Kehamilan
9) Luka bakar
10) Peningkatan tekanan vaskuler
11) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan
denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang kemudian
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Kusuma, 2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160
mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Kusuma, 2016)
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.5)Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization-
International Society of Hypertension), dan ESH-ESC (European Society of
Hypertension-European Society of Cardiology), 2014 (Ferri, 2017)
Menurut American Heart Association, dan Joint National ComitteVIII (AHA &
JNC VIII, 2014), klasifikasi hipertensi yaitu
(Depkes; 2016)
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan darah arteri
yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak. Supaya pembuluh
darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak mengalami kekurangan
oksigen/normal, MAP yang dibutuhkan yaitu 70-100 mmHg. Apabila < 70
atau > 100 maka tekanan darah rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu
dengan meningkatkan atau menurunkan tekanan darah pasien tersebut
(Wahyuningsih, 2016;Ferri, 2017).
Rumus menghitung
MAP : MAP = sistol + 2 (diastol)
3
Hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP (Mean
Arterial Pressure).Rentang normal MAP adalah 70-100
mmHg(Wahyuningsih, 2016; Hamilton, & Ferri, 2017)
Table 2.4 Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada JNC VIII
(2014)
3) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia
atau Amerika Hispanik.
b. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam
otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan
memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013;Octavian et al., n.d.).
2) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktifitas fisik merupakan faktorrisiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).
3) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat
lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K.,
Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
8) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang
cenderung meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress telah berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
5. Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total
resistensi/tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac
Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah
yang dipompa dari ventrikel jantung) denganhearth rate (denyut jantung).
Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan
pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua
faktor tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi periferyang juga meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teori-teori
tersebut antara lain (Kowalak, 2011) .
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri
yang mengakibatkan retensi perifermeningkat.
b. Terjadipeningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yangabnormal dan
berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.
c. Bertambahnyavolume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II
yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume
darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar
kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi
dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu
aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih
lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga
timbul angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal ginjal,
aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal.
Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan
tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus
otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah dialami cukup
lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan
struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika
interna dan terjadi hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi
dan hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Halini dapat diperjelas dengan adanya
sklerosis koroner (Riyadi, 2011).
6. Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi
pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur,
sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignata vicius, Workman, &
Rebar, 2017).
7. Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan
pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
a. Pendekatan non_farmakologis mencakup penurunan berat
badan; pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan
relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013)
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
sebagai terapi lini pertama : diuretikdan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks
(Smeltzer, 2013).
a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi.
b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting(short actingtidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
8. Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut
(Irwan, 2016):
a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler,
ensefalopati.
b. Mata: retinopati hipertensif.
c. Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik
dan berakhir pada gagal jantung (heart failure)
d. .Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
e. Arteri perifer: klaudikasio intermiten.
9. Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan
sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi, bukan
target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah kelompok
yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit kardiovaskular. Di
populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden pre hipertensi sekitar 30
%. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi
hipertensi permanensehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk
merubah gaya hidup (lifestyle modification) agar tidak menjadi progresi ke TOD
(Setiati, 2015).
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011
untuk mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan
garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana
dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah
lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari
tanaman, juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi
alkohol, mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 –24,9 kg/m2 (Setiati,
2015). Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian,
yaitu :
a. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata,
adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
4) Melakukan exerciseuntuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa
dilakukan berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruhbagi penderita baik dengan obat
maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal atau stabil mungkin.
3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.
4) Batasi aktivitas.
B. Lansia
1. Definisi Lansia
penyakit(Wijaya, 2011)
Usia lanjut itu dimana fase akan menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yangdi mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi man usia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
(Alhogbi, 2017)
terutama pada fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu
kesehatan terjadi di dalam tubuh atau system kekebalan tubuh, hal ini akan
terjadi terus menerus dengan cara bergantian yang akan terja di secara cepat
atau lambat. Proses penuaan merupakan suatu proses biologis dan alamiah
secara keseluruhan yang tidak mungin bisa untuk di hindari, hal ini di
a. Menurut WHO (1999) yang di kutip pada suatu jurnal (Ruíz, 2015 :3) yang
b. Menurut Depkes RI (2005) yang di kutip dalam suatu jurnal (Ruíz, 2015:3)
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
3. Perubahan Lansia
a. Perubahan fisik
b. Perubahan Psikososial
terjadi akibat adanya gangguan fungsional maupun kecacatan pada lansia. Hal
et al., 2019;17)
c. Perubahan Spritual
cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. (Jwing-
tidur dan terjaga yang dikaitkan dengan faktor pertambahan usia. Faktor
ekstrinsik, seperti pensiun, juga dapat menyebabkan perubahan yang tiba- tiba
mengarah pada perubahan pada kebutuhan tidur dan perubahan peran yang
kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap kesehatan fisik dan
mental. Penuaan atau dikenal dengan aging berarti merupakan tahap lanjut
tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan memimbulkan
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi
positif.
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
5. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia
di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
Pendekatan pada lansia di bagaikan menjadi tiga bagian yaitu sabagai berikut
(Ruíz, 2015:8) :
a. Pendekatan fisik
lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian:
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan psikologis
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin
a. Perubahan social