A. Teori
I. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi
di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh yang mengangkut darah
dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ
tubuh. Tekanan darah tinggi bukan berarti tegangan emosi yang
berlebihan, meskipun tegangan emosi dan stress dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
(Muhammadun, 2010).
Menurut The Eighth Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC 8) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa (18 tahun dan lebih tua) didasarkan pada rata-rata dua atau
lebih diukur dengan benar pembacaan tekanan darah dari dua atau
lebih kunjungan klinis. Jika tekanan darah sistolik dan nilai-nilai
tekanan darah diastolik jatuh ke dalam kategori yang berbeda,
klasifikasi keseluruhan ditentukan didasarkan pada lebih tinggi dari
dua tekanan darah. Tekanan darah adalah diklasifikasikan ke dalam
salah satu dari empat kategori: normal, prehipertensi, hipertensi
derajat 1 dan hipertensi derajat 2. Prehipertensi tidak dianggap
sebagai penyakit, namun mengidentifikasi mereka yang cenderung
untuk maju ke tahap 1 atau Tahap 2 HTN di masa depan.
Klasifikasi Tekanan Tekanan darah Tekanan darah
Darah Sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal <180 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-95
Hipertensi Derajat I 140159 Atau 90-99
Hipertensi Derajat II ≥160 Atau ≥100
2. Etiologi
Berdasarkan etiologi, hipertensi diklasifikasikan menjadi
1) Hipertensi primer/esensial (insidens 80-95%):
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Tanto,
Hustrini, 2014). Hipertensi semacam ini dikenal
sebagai hipertensi idiopatik. Hipertensi primer
adalah suatu kategori umum untuk peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh beragam
penyebab yang tidak diketahui dan bukan suatu
entitas tunggal. Orang dapat memperlihatkan
kecenderungan genetik yang kuat mengidap
hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau
diperburuk oleh faktor kontribusi misalnya
kegemukan, stres, merokok, atau kebiasaan makan
(Sherwood, 2012).
2) Hipertensi sekunder akibat suatu penyakit atau
kelainan mendasari, seperti stenosis arteri renalis,
penyakit-penyakit parenkim ginjal,
hiperaldosteronisme, dan sebagainya (Tanto,
Hustrini, 2014). Beberapa contoh hipertensi
sekunder antara lain: (1)Hipertensi ginjal. Sebagai
contoh lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam
lumen suatu arteri renalis atau penekanan eksternal
pembuluh ini oleh suatu hormon dapat mengurangi
aliran darah ke ginjal. Ginjal berespons dengan
mengaktifkan jalur hormon yang melibatkan
angiotensin II. Jalur ini mendorong retensi garam
dan air sewaktu pembentukan urin sehingga volume
darah bertambah untuk mengompensasi
berkurangnya aliran darah ginjal. Angiotensin II
merupakan vasokontriktor kuat. Meskipun kedua
efek ini (peningkatan volume darah dan
vasokontriksi yang dipicu oleh angiotensin) adalah
mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran
darah ke arteri renalis yang menyempit namun
keduannya juga menjadi penyebab meningkatnya
tekanan darah arteri secara keseluruhan.
(2)Hipertensi endokrin. Sebagai contoh,
feokromositoma adalah suatu tumor medulla
adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan
nonepinefrin secara berlebihan. Peningkatan
abnormal kadar kedua hormon ini menyebutkan
peningkatan curah jantung dan vasokontriksi perifer
generalisata, di mana keduanya berperan
menyebabkan hipertensi khas pada penyakit ini.
(3)Hipertensi neurogenik. Salah satu contoh adalah
hipertensi yang disebabkan oleh kesalahan kontrol
tekanan darah karena defek di pusat kontrol
kardiovaskular (Sherwood, 2012).
3. Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan
peningkatan hipertensi esensial antara lain :
1) Curah Jantung dan Tahanan Perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan
perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan
tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi
esensial, curah jantung biasanya normal tetapi
tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh kosentrasi sel otot halus yang
terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi
sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan
konsentrasi otot halus ini semakin lama akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol
yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang
menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible.
2) Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui
peningkatan volume cairan ekstraseluler dan
ekskresi renin. Sistem Renin-Angiotensin
merupakan sistem endokrin yang penting dalam
pengontrolan tekanan darah. Renin diekskresi oleh
juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon
glomerulus underperfusion atau penurunan asupan
garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatik.
3) Sistem saraf otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatik dapat
menyebabkan vasokontriksi dan dilatasi arteriol.
Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang
penting dalam mempertahankan tekanan darah.
Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonon dan sistem renin-angiotensin
bersama-sama dengan faktor lain termasuk natrium,
volume sirkuasi, dan beberapa hormon.
4) Disfungsi endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai
peran yang penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal, yaitu molekul oksida nitrit dan
peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak
terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis
pengobatan dengan antihipertensi menunjukan
perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.
5) Substansi Vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang
mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekanan darah pada keadaan
normal. Bradikinin merupakan vasodilator yang
potensial, begitu endothelin. Endothelin dapat
meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah
serta mengaktifkan sistem rein-angiotensin lokal.
Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang
diproduksi di atrium jantug dalam merespon
peningkatan volum darah. Hal ini dapat
meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal
yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan
dan hipertensi.
6) Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan
ketidaknormalan dari dinding pembuluh darah
(disfungsi endotelium atau kerusakan sel
endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis,
patelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat
menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang
semakin lama akan semakin parah dan merusak
organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah
dengan pemberian obat anti-hipertensi.
7) Disfungsi Diastolik
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan
ventrikel tidak dapat beristirahat ketika terjadi
tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama
pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan
atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan
ventrikel.
4. Penyebab Hipertensi
Telah dikemukakan di atas bahwa penyebab hipertensi
yang telah diketahui adalah hipertensi sekunder, sedangkan
penyebab hipertensi esensial belum diketahui secara pasti. Adapun
penyebab dari hipertensi sekunder antara lain kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), dan penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosterorisme). Menurut Dalimartha (2012)
penyebab hipertensi, yaitu:
1) Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi
yang harus mendapat perhatian khusus.
Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal
(stenosis arteri ginjal) menyebabkan tekanan darah
menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri). Pada
dilatasi, sebuah tabung fleksibel dengan balon kecil
di ujung dimasukkan ke dalam arteri di
selangkangan. Balon diletakkan tepat pada bagian
arteri yang menyempit.
Balon selanjutnya dipompa sehingga
memekarkan daerah yang sempit sehingga aliran
darah ke ginjal dan sekitarnya kembali lancar.
Fungsi ginjal seringkali meningkat jika pembedahan
dan proses dilatasi berhasil. Apabila telah dilakukan
balonisasi dan tekanan darah masih tinggi maka
tekanan darah tersebut dapat diturunkan dengan
pemberian obat.
2) Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga
membutuhkan perawatan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini
terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam
mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh.
Apabila penderita menjalankan perawatan
dialisis (cuci darah), biasanya tekanan darahnya
sudah dapat dikendalikan. Namun, sebagian
penderita masih tetap harus minum obat untuk
menjaga tetap normal.
3) Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya
adalah gangguan kelenjar adrenal. Penyebab ini
jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk
gangguan yang dapat disembuhkan.
Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas tiap-
tiap ginjal. Kelenjar adrenal mempunyai lapisan
dalam dan luar yang dapat mengeluarkan berbagai
horrnon ke dalam aliran darah. Bagian dalam
kelenjar disebut medula yang mengeluarkan
adrenalin atau hormon yang dihasilkan sebagai
akibat rasa takut, marah, dan latihan. Adrenalin
dapat meningkatkan denyut jantung. Selain itu,
medula juga menghasilkan hormon noradrenalin
yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan
meningkatkan tekanan darah.
Kadang-kadang tumor jinak adrenal
(phaeochromocytoma) juga menyebabkan
peningkatan tekanan darah dari akibat kelebihan
noradrenalin dalam darah. Gejala serangan berupa
banyak keringat, palpitasi, dan sakit kepala hebat,
tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.
Diagnosis ditegakkan dengan tes darah dan
air seni yang sederhana. Selain itu, pembesaran
kelenjar adrenal juga dapat terlihat pada
pemeriksaan sidik tubuh (body scan). Hipertensi
akibat terlalu banyak noradrenalin dapat
dikendalikan dengan obat, tetapi untuk
kesembuhannya, diperlukan tindakan bedah
(Dalimartha, 2012).
4) Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan suatu kedaan yang
sangat jarang terjadi. Keadaan ini sebagai akibat
adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan
dari lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini,
dihasilkan hormon stres lain yaitu kortisol atau
hormon lain yang disebut aldosteronhormon yang
mengakibatkan ginjal menahan garam (sodium) dan
melepaskan kalium.
Terlalu banyak kortisol (hormon stres) dapat
memicu suatu kondisi yang dikenal sebagai
sindroma cushing (sama dengan nama ahli bedah
Amerika yang menemukannya). Sindroma cushing
mengakibatkan pertambahan berat badan yang amat
cepat, tekanan darah ilnggi, dan kadang-kadang
memicu diabetes.
Bentuk sindrom yang sering ditemukan
merupakan akibat tumor jinak kelenjar hipofise di
dasar otak yang merangsang kelenjar adrenal untuk
menghasilkan kortisol. Pengobatan biasanya dengan
pembedahan. Hasil pengobatannya cukup efektif.
Selain sindrom cushing, produksi aldosteron
(hormon yang mengakibatkan ginjal menahan
garam dan melepaskan kalsium) yang berlebihan
atau aldosteronisme dapat menyebabkan hipertensi
dengan kadar kalium yang rendah dalam darah.
Kadar kalium yang rendah menimbulkan kelemahan
otot dan hilangnya kemampuan memekatkan air
seni. Diagnosis ditegakkan dengan tes darah dan
kelenjar adrenal yang abnormal diangkat melalui
tindakan bedah (Dalimartha, 2012).
5) Alkohol
Pada beberapa keadaan, hipertensi
tampaknya dikaitkan dengan konsumsi alkohol
berlebihan dan hipertensi cenderung turun bila
konsumsi alkohol dihentikan atau dibatasi. Adanya
konsumsi alkohol yang berlebihan kadang-kadang
diketahui setelah pemeriksaan darah rutin.
Pada umumnya, orang yang menderita
hipertensi harus membatasi konsumsi alkohol. Batas
yang masih aman mungkin berkisar 2 unit sehari 1
unit dapat berupa 1 seloki minuman keras, segelas
anggur, atau seperempat liter bir), Namun, akan
lebih baik bila penderita hipertensi tidak
mengonsumsi alkohol sama sekali.
6) Stres
Mungkin hanya sedikit orang yang tidak
segera menghubungkan hipertensi dengan stres.
Namun, peranan stres sebagai faktor penyebab
hipertensi tidak diragukan lagi, stres dapat
meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu
pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan
sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan
darah secara otomatis.
Stres dalam kaitannya dengan pengukuran
tekanan darah di rumah sakit telah dibicarakan
dalam bab sebelumnya. Stres sulit untuk diberi
batasan atau diukur karena peristiwa yang
menimbulkan stres pada seseorang belum tentu
sama. Tidak dapat ditentukan apakah ada sedikit
peningkatan tekanan akibat stres yang berulangkali
hingga pada akhirnya akan menyebabkan tekanan
darah tinggi yang menetap. Namun, beberapa
pntunjuk dari hasil penelitian ahli mendukung
pendapat tersebut (Dalimartha, 2012).
II. Lansia
1. Batasan-batasan Lansia
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
(Nugroho, 2008). Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia adalah sebagai berikut :
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada
empat tahapan yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59
tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut
usia dikelompokan menjadi usia lanjut(60-69 tahun)
dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan)
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1) Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59
tahun
2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau
lebih
3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
C. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi
Pola Makan
usia
Aktivitas
Jenis kelamin
Fisik
Hipertensi Kebiasaan Merokok
Etnis
Konsumsi Alkohol
Riwayat Keluarga
Konsumsi Kafein
Keadaan Stress
Status Gizi
D. Hipotesis Kerja
semakin meningkat indeks massa tubuh pada pasien
hipertensi usia lansia di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada
bulan X hingga X 202X maka tekanan darah pada pasien tersebut
juga akan meningkat.