TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap ≥ 140/90 mmHg
(Dharmeizar, 2012). Menurut JNC VII (2006), terdapat empat kategori tekanan darah,
normal, prehipertensi, hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II.
Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana
tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.
Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan
gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan
asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra
persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-
rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih
tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan
berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter & Perry, 2005).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Eigth Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC8) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok prehipertensi, hipertensi
derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada gambar dibawah (Bell, K et al.2015).
Gambar 2.1 Klasifikasi hipertensi
5. Patosifisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan
darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam
terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Anonima, 2006).
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress
psikososial, produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor,
asupan natrium (garam) berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium,
meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen
oksida (NO), dan peptide natriuretik, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk
gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, diabetes mellitus,resistensi insulin,
obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular, dan berubahnya transpor ion
dalam sel.
6. Penatalaksaan
a. Terapi Non Farmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi
pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Anonima, 2006).
Pengobatan non-farmakologik yang utama terhadap hipertensi adalah pembatasan
garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi minuman alkohol.
Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendirisendiri atau dalam kombinasi.
Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan darah diastolik antara 90-95
pada penderita dengan usia < 50 tahun yang tidak mempunyai faktor-faktor resiko
kardiovaskuler lainnya seperti: hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, laki-laki, kulit
hitam, riwayat keluarga, atau bukti-bukti adanya kerusakan organ target. Pengobatan non
farmakologis diberikan sebagai tambahan pada penderita-penderita yang mendapat terapi
dengan obat-obat (Tagor, 1996).
1. Pembatasan Garam Dalam Makanan Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang
peka terhadap garam ( salt-sensitive ) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita – penderita yang peka terhadap garam cenderung menahan natrium, barat
badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam.
Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan
dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau tinggi. Reaksi
terhadap garam ini menerangkan mengapa beberapa orang yang mempunyai
panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam makanan,
sedang pada orang lain tekanan darah tetap tidak berubah. Dari penelitian diketahui
bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/ hari, dapat menurunkan rata-
rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 7-16
mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg natrium/ hari dianjurkan untuk
pengelolaan diet pada kebanyakan penderita hipertensi.
2. Mengurangi Berat Badan
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-penderita yang
gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang cukup
besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti
menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg dapat
mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat hubungan yang
erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah dengan ramalan
tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.
3. Pembatasan Alkohol
Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai
tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang
berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder
paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12% dari kasus mengurangi
minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah ( Tagor, 1996).
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet (Anonima , 2006):
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat
badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan
pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium.
b. Terapi Farmakologis
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi
tidak ada respon baik maka diberikan terapi kombinasi 2/ lebih obat.
Blocker kenal kalsium golongan - Edema perifer (akumulasi cairan dan pembengkakan di mata
non-dihydropyridine misalnya kaki)
ticdiem - Pembesaran gusi dan konstipasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%
lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit
dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan ).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai
penyaring racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan
tubuh, penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu
dengan biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari
sebagai akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan
kebutaan atau gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya
kesadaran kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan
muntah.Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000).
Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior).Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya)
hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Roger, 1974).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
Hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. (Arif
Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit
dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter
dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat Hipertensi dan lama menderitanya, riwayat
dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab Hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan
(merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi
antiHipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio Hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari
bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada
kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak
mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat Hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh,
penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan
biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat
tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan
penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada Hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)