Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap ≥ 140/90 mmHg
(Dharmeizar, 2012). Menurut JNC VII (2006), terdapat empat kategori tekanan darah,
normal, prehipertensi, hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II.
Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana
tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.
Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan
gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan
asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra
persisten.diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-
rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih
tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan
berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter & Perry, 2005).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Eigth Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC8) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok prehipertensi, hipertensi
derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada gambar dibawah (Bell, K et al.2015).
Gambar 2.1 Klasifikasi hipertensi

3. Penyebab Penyakit Hipertensi


Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab khusus,
dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen
maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentiikasi, hipertensi
pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Anonima , 2006).
a. Hipertensi Primer (Essensial)
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivasi susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin,
efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Cl intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan
dalam 4 kategori :
a. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkata kronik resistensi
perifer total yang disebabkan oleh ateroslerosis.
b. Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi parsial arteri
renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.
1). Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen arteri renalis atau kompresi
eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal.
Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan
angiotensin II. Jalur ini meningkatkan retensi garam dan air selama pembentukan
urin, sehingga volume darah meningkat untuk mengkompensasi penurunan aliran
darah ginjal. Ingatlah bahwa angiotensin II juga merupakan vasokontriktor kuat.
Walaupun kedua efek tersebut (peningkatan volume darah dan vasokontriksi akibat
angiotensin) merupakan mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran darah
ke arteri renalis yang menyempit, keduanya juga menyebabkan peningkatan
tekanan darah arteri keseluruhan.
2). Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeleminasi
beban garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduksi retensi air, sehingga
volume plasma bertambah dan timbul hipertensi.
c. Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan endokrin dan sindrom
cronn
1). Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinefrin
dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan abnormal kadar
kedua hormon ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi
umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk penyakit ini.
2). Sindrom conn berkaitan dengan peningkatan pembentukan oleh korteks adrenal.
Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam
dan air oleh ginjal. beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat
peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf
1). Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat
kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor.
2). Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap
penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap ganguan ini, muncullah
suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan
darah kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat (Sherwood, 2001).

4. Gejala Penyakit Hipertensi


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai
bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat akan
mengalami edema pupil. Corwin, (2000), menyebutkan bahwa sebahagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun (Rohaendi, 2008) :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi. c. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat susunan saraf pusat
telah rusak d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala
lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain.

5. Patosifisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan
darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam
terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Anonima, 2006).
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress
psikososial, produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor,
asupan natrium (garam) berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium,
meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen
oksida (NO), dan peptide natriuretik, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk
gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, diabetes mellitus,resistensi insulin,
obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular, dan berubahnya transpor ion
dalam sel.

6. Penatalaksaan
a. Terapi Non Farmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi
pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Anonima, 2006).
Pengobatan non-farmakologik yang utama terhadap hipertensi adalah pembatasan
garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi minuman alkohol.
Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendirisendiri atau dalam kombinasi.
Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan darah diastolik antara 90-95
pada penderita dengan usia < 50 tahun yang tidak mempunyai faktor-faktor resiko
kardiovaskuler lainnya seperti: hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, laki-laki, kulit
hitam, riwayat keluarga, atau bukti-bukti adanya kerusakan organ target. Pengobatan non
farmakologis diberikan sebagai tambahan pada penderita-penderita yang mendapat terapi
dengan obat-obat (Tagor, 1996).
1. Pembatasan Garam Dalam Makanan Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang
peka terhadap garam ( salt-sensitive ) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita – penderita yang peka terhadap garam cenderung menahan natrium, barat
badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam.
Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan
dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau tinggi. Reaksi
terhadap garam ini menerangkan mengapa beberapa orang yang mempunyai
panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam makanan,
sedang pada orang lain tekanan darah tetap tidak berubah. Dari penelitian diketahui
bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/ hari, dapat menurunkan rata-
rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 7-16
mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg natrium/ hari dianjurkan untuk
pengelolaan diet pada kebanyakan penderita hipertensi.
2. Mengurangi Berat Badan
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-penderita yang
gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang cukup
besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti
menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg dapat
mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat hubungan yang
erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah dengan ramalan
tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.

3. Pembatasan Alkohol
Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai
tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang
berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder
paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12% dari kasus mengurangi
minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah ( Tagor, 1996).
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet (Anonima , 2006):
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat
badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan
pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium.

b. Terapi Farmakologis
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi

Berdasarkan JNC 8, penatalaksanaan hipertensi dibedakan secara umum yaitu


berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit penyerta yaitu diabetes dan gagal ginjal
kronis. Untuk pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dibedakan berdasarkan usia (>60
tahun atau <60 tahun) dan ras kulit hitam atau non kulit hitam.
Tahap awal terapi diawali dengan lifestyle modification dan dilanjutkan dengan obat-
obatan sesuai kondisi pasien. Terapi awal yang diberikan adalah monoterapi, apabila

tidak ada respon baik maka diberikan terapi kombinasi 2/ lebih obat.

Gambar 2.3. Obat Antihipertensi


Terapi farmakologi terdapat 6 golongan yaitu Diuretik (Furosemide,
Hidroclorothiazide), Angiotensin Converting Enzime Inhibitor/ACEInhibitor
(Captopril), Beta bloker (Bisoprolol, propranolol), Calcium Chanel Blocker
(verapamil), Vasodilator (terazosin, hydralazine), dan Centrally-acting Agents
(clonidine, methyldopa).

Tabel 2.1. Efek samping Obat Anti Hipertensi


Golongan obat Efek samping

Thiazide/diuretic menyerupai - Kadar kalium dalam darah rendah (dideteksi dengan


thiaziae misalnya aprinox pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar glukosa darah diatas
normal) terutama jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL, trigliserida dan asam urat
(cek darah dan urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
- Gout (radang pada persendian akibat peningkatan kadar
gula)
Alfa blocker - Inkontinensia
(misalnya cardura) - Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker - Kadar glukosa tidak terkontrol
- Latargi (lesu)
(misalnya cardicor)
- Gangguan memori dan kosentrasi
- Gejala penyakit arteri perifer memburuk, sirkulasi yang buruk
pada tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk
- Fungsi ginjal memburuk
(misalnya capoten)
- Hipotensi (akut, penurunan tekanan darah tiba-tiba)
- Ruam

Blocker kenal kalsium golongan - Edema perifer (akumulasi cairan dan pembengkakan di mata
non-dihydropyridine misalnya kaki)
ticdiem - Pembesaran gusi dan konstipasi

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%
lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit
dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan ).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai
penyaring racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan
tubuh, penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu
dengan biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari
sebagai akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan
kebutaan atau gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya
kesadaran kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan
muntah.Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000).
Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior).Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya)
hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Roger, 1974).

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
Hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. (Arif
Mansjoer dkk, 2001).

8. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit
dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter
dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat Hipertensi dan lama menderitanya, riwayat
dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab Hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan
(merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi
antiHipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio Hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari
bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata.Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada
kegagalan jantung.Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak
mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat Hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh,
penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan
biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat
tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan
penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada Hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)

Anda mungkin juga menyukai