Anda di halaman 1dari 7

BAB I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi
ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan
nyawa jika dibiarkan. Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah
yang sering terdapat pada usia setengah umur atau lebih tua. Menurut WHO, batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah
sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi merupakan
suatu keadaan tekanan darah yang abnormal di dalam arteri yang menyebabkan
meningkatkan risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal (Martha, 2012) .
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian /mortalitas (Trianto, 2014). Hipertensi ini merupakan
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh beberapa
faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan
darah secara normal.
Tekanan darah normal pada istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas)
100-140 mmHg dan diastolic 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-
menerus berada pada 140/90 mmHg (Ramdhani, 2014).
Jenis- jenis hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi 2 jenis yakni hipertensi primer (esensial ) dan
hipertensi sekunder. Adapun perbedaannya adalah (Ramdhani, 2014):
a. Hipertensiprimer
Hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena
hipertensi ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang
belum jelas atau belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan
faktor gaya hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan
hipertensi yang paling banyak terjadi ,yaitu sekitar 90 % dari kejadian
hipertensi (Bumi, 2017).
b. Hipertensisekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan obat tertentu
(Bumi,2017). Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri , jantung,
atau system endokrin menyebabkan 5-10 % kasus lainnya (hipertensi
sekunder).Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan
hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti
penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya obesitas pada dada dan
perut , intoleransi glukosa , wajah bulat seperti bulan , punuk kerbau.
Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan
mempunyai gejala dan tanda yang khas. Besar perut mungkin
mengidikasikan stenosis arteri renalis ( Penyempitan arteri yang
mengedarkan darah ke ginjal) (Ramdhani, 2014).
Kriteria penyakit Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg


Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140 -159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg

B. Komplikasi
a. Jantung
Komplikasinya berupa serangan jantung, gagal jantung, aneurisma, dan penyakit
arteri perifer.
b. Ginjal
ika dibiarkan tanpa penanganan, tekanan darah tinggi juga dapat merusak pembuluh
darah di ginjal dan mengganggu kemampuan organ tersebut untuk berfungsi dengan
baik. Lama-kelamaan, hipertensi yang tidak terkontrol bisa menyebabkan komplikasi
berupa gagal ginjal.
c. Otak
Komplikasi berupa penurunan daya ingat, stroke dan serangan iskemik.
d. Mata
Tingginya tekanan darah dapat mengganggu fungsi retina dan saraf mata, sehingga
berpotensi membuat penglihatan
Seseorang yang terlalu berlebihan mengkomsumsi garam (NaCl) ini dapat
menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya
jantung harus bekerja keras dan tekanan darah menjadi naik.
3. Makanan dan gaya hidup
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan makanan. Sebagian
faktor gaya hidup yang menyebabkan hipertensi, antara lain mengkonsumsi kopi
berlebihan, minum alkohol, kurang olahraga, stres, dan merokok. Sedangkan faktor
makanan mencakup kegemukan, konsumsi rendah garam, konsumsi garam yang
berlebihan, dan tingginya asupan lemak.

D. Manifestasi Klinis
Gejala hipertensi tidak selalu ada hubungannya dengan berat ringannya hipertensi.
Penyakit hipertensi ringan pasien akan sakit kepala karena vasokontriksi atau epitaksis
dari perdarahan kapiler basial. Pada hipertensi ringan juga ada kelompok pasien yang
sama sekali tidak memberikan keluhan-keluhan. Demikian pula hipertensi yang sedang
dan berat, ada pasien yang tidak mengeluh apa-apa dan ada pasien yang sudah
memberikan keluhan yang begitu berat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik karena
sangat terganggu. Pada umumnya manifestasi klinis tekanan darah tinggi yaitu sakit
kepala, tengkuk terasa berat, perdarahan di hidung, pusing yang terkadang juga terjadi
pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan
tidak terobati, dapat timbul gejalagejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak nafas, gelisah, pandangan kabur (karena adanya kerusakan pada otak, dan mata).

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula saraf
simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yanng mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi (Price).

F. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi
berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
kerusakan pada pembuluh darah arteri.
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri
atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah).

G. Penatalaksanaan
Terapi pada penyakit hipertensi menurut Marya (2013) dibagi menjadi dua yaitu
terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
b. Diuretic
Peranan sentral retensi garam dan air dalam proses terjadinya hipertensi essensial,
penggunaan diuretic dalam pengobatan hipertensi dapat masuk akal. Akan tetapi,
akhir-akhir ini rasio manfaat terhadap resikonya masih belum jelas. Efek samping
yang ditimbulkan dari penggunaan diuretic seperti hypokalemia, hipereurisemia,
dan intoleransi karbohidrat dapat meniadakan efek manfaat obat tersebut dalam
menurunkan tekanan darah tinggi.
c. Vasodilator
Peningkatan resistensi perifer merupakan kelainan utama hipertensi essensial,
maka pemberian obat vasodilator dapat menjawab kelainan ini. Obat-obat
vasodilator akan menyebabkan vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah yang
akan menurunkan tekanan darah.
1. Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi, yaitu :
a. Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor seperti stress, merokok dan
obesitas
b. Melakukan aktivitas olahraga aerobic secara teratur
c. Membatasi asupan jumlah kalori, garam, kolesterol, lemak dan lemak
jenuh dari makanan.

H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses yang sistematis dalam
pengumpulan dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengitifikasi stres
kesehatan klien. Pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Identitas klien teridiri dari nama, umur, agama, suku, pekerjaan, pendidikan,
alamat, status perkawinan, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, dan tanggal
pengkajian.
b. Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, jenis kelamin dan alamat
c. Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk
Alasan yang mendasari pasien masuk ke rumah sakit.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyertai biasanya :
sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri
dada.
4) Riwayat kesehatan terdahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga terdapat riwayat penyakit hipertensi
6) Riwayat alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi pada makanan atau obat-obatan
tertentu.
d. Pengkajian pola fungsional
1) Kebutuhan persepsi dan kognisi
Merupakan persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya, persepsi
terhadap arti kesehatan, persepsi terhadap pemeliharaan kesehatan dan
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien seperti adanya alergi
2) Kebutuhan konsep diri

Daftar Pustaka
Nurhaedah. 2020. Studi Kasus Pada Keluarga Ny. S dengan Hipertensi di Kelurahan Barombong
Kecamatan Lamalate Kota Makasar. Jurnal : Halaman 1366-1374.

Rosalina, Nur Mei. 2018. Asuhan Keperawatan Hipertensi dengan Fokus Studi Nyeri Akut Pada
Tn. D dan Ny. Y Di RSUD Tidar Kota Magelang. Karya Tulis Ilmiah. Magelang:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Sari, Novia Puspita. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi yang di Rawat di Rumah
Sakit. Karya Tulis Ilmiah. Samarinda: Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

Sitorus, Arpul. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkinang Kota Kabupaten Kampar. Karya Tulis Ilmiah. Pekanbaru:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau.

T Belleh 2021. STUDI KASUS “Asuhan Keperawatan Ny. D.A Dengan Hipertensi.Karya Tulis Ilmiah
Di Puskesmas Napan Kecamatan Bikomi Utara.

AA Pertiwi. 2019. Tinjauan Pustaka. Konsep Dasar Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai