Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL

PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


DI RSUD RA KARTINI JEPARA

Amifta Cindy Laura


2019012163

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA
KUDUS 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang Intensif atau dikenal dengan Intensive Care Unit merupakan ruang
perawatan khusus dalam merawat dan mengobati pasien dengan kebutuhan
khusus, yaitu pada kondisi dimana pasien dapat cepat memburuk pada keadaan
kritis sehingga dapat menyebabkan kematian. Pasien kritis sendiri adalah pasien
dengan kondisi secara fisiologis tidak stabil, sehingga dapat mengalami respon
hipermetabolik komplek terhadap suatu trauma, mengubah metabolisme tubuh,
hormonal, imunologis serta homeostatis nutrisi. Keadaan pasien tersebut tentu
dapat mengakibatkan meningkatnya proses metabolisme dan katabolisme
sehingga dapat mengakibatakan malnutrisi pada pasien. (Menerez, 2012).
Pasien kritis merupakan pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga
mengalami respon hipermetabolik komplek terhadap trauma, sakit yang dialami
yang dapat mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan
homeostatis nutrisi (De Souza rt al2012;28(3):267–70). Keadaan pasien tersebut
tentu dapat mengakibatkan meningkatnya proses metabolisme dan katabolisme
sehingga dapat mengakibatakan malnutrisi pada pasien.
Nutrisi merupakan komponen yang sangat penting dan harus diperhatian
dalam perawatan pasien kritis. Pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU)
memiliki penyakit berbeda-beda dan sangat membutuhkan nutrisi yang tepat
baik secara komposisi dan frekuensi sebagai pendukung dalam proses
penyembuhan. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi pada
pasien adalah adanya peningkatan proses katabolisme yang terjadi sebagai akibat
dari respon penyakit yang dialami yang dapat menyebabkan malnutrisi pada
pasien kritis. (Martin, Smith, & Gabrielli, 2013)
Untuk pasien kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sering kali
dan banyak yang menerima nutrisi adekuat yang dikarenakan salah dalam
memperkirakan kebutuhan nutrisi pada pasien serta juga dapat diakibtakan oleh
keterlambatan (timing) memulai pemberian nutrisi.
Dukungan nutrsisi yang tepat akan mempertahankan status nutrisi agar tidak
makin menurun, mencegah atau mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi
metabolik maupun infeksi, mencegah adanya komplikasi mekanik serta
meminimalisir kontraindikasi antara interaksi obat dan bahan gizi.
Adanya dukungan nutrisi yang tepat diharapkan mampu menurunkan angka
mordibitas dan mortalitas, serta dapat memperpendek lamanya perawatan di
ruang ICU. Salah satu penatalaksanaan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi dan
cairan pada pasien kritis dapat dilakukan dengan cara enteral. Nutrisi enteral atau
enteral nutrition adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan
melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin
(gastrostomy dan jejunum percutaneous). (Pearce, 2016).
Nutrisi enteral dan parenteral untuk pasien sakit kritis memiliki banyak
keuntungan. Nutrisi parenteral, yaitu pemberian nutrisi, obat-obatan, atau cairan
secara intravena, dapat membantu penderita disfungsi pencernaan, seperti:
Pasien dengan malabsorpsi atau operasi saluran cerna baru-baru ini. Selain itu,
nutrisi enteral melalui nasogastrik pada pasien sakit kritis dapat mencegah atrofi
mukosa, mempertahankan integritas mikrobiota usus, dan mempertahankan
kompetensi imun. Aliran darah ke saluran cerna dapat ditingkatkan, sehingga
menurunkan angka kematian pasien ke tingkat yang lebih rendah (Kresnoadi E.
2013;1–11).
Dukungan nutrisi secara enteral merupakan elemen penting dalam perawatan
pasien sakit kritis. Dalam keadaan hipermetabolik, nutrisi mempertahankan
massa tubuh tanpa lemak dan keseimbangan unsur-unsur penting dalam tubuh.
Nutrisi enteral (EN) khususnya memodulasi respon imun. Dengan demikian,
pedoman untuk merawat orang yang sakit kritis menekankan pentingnya
memulai EN dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah masuk. Namun, hambatan
medis dan terkait proses untuk memberi makan sering kali mencegah pasien
memenuhi target energi dan protein. (Tian F et al. 2018;10(3):1144–6).
Pemberian nutrisi enteral secara gravity drip adalah sebuah cara pemberian
nutrisi enteral sesuai dengan pemberian yang ditetapkan dengan bantuan
gravitasi, dilakukan diatas ketinggian lambung dan kecepatan pemberian
ditentukan oleh gravitasi. Pemberian dengan cara gravity drip menyebabkan
lambung yang penuh akan memperlambat motalitas lambung dan pengosongan
lambung yang lambat atau jumlah residu semakin banyak. Pemberian nutrisi
secara Intermitten feeding adalah sebuah cara pemberian nutrisi enteral
menggunakan pompa elektronik dengan aturan pemberian yang telah ditetapkan,
dengan mengatur tetesan cairan per jam dan diberikan sesuai dengan dosis atau
jangka waktu tertentu. Keuntungan dari metode ini adalah kesiapan lambung
yang diberikan secara bertahap akan mempermudah lambung mencerna makanan
dan pengosongan lambung akan lebih cepat (Hellena, 2018).
B. Rumusan Masalah

Pasien kritis yang dirawat di Ruang ICU sering mengalami malnutrisi, sehingga
penatalaksanaan dalam mencukupi nutrisi juga harus diperhatikan. Peningkatan
residu lambung merupakan salah satu tanda dan gejala adanya gangguan
motilitas gastrointestinal. Hal tersebut yang dapat dirumuskan sebagai masalah
kebutuhan nutrisi untuk peneliti ingin merumuskan bagaimana “Gambaran
karakteristik residu pada pasien kritis yang mendapatkan nutrisi enteral melalui
NGT menggunakan metode Intermitten feeding di ruang ICU RSUD ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran karakteristik residu pada pasien kritis yang


mendapatkan nutrisi enteral melalui NGT dengan menggunakan metode
Intermitten feeding.
2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien ICU dengan pemberian nutrisi enteral


dengan metode intermittent feeding.
b. Untuk mengetahui karakteristik perubahan jumlah dan warna residu tiap
pasien pemberian nutrisi enternal dengan metode intermittent feeding
pada jam ke 2, ke 3 dan ke 4 setelah pemberian nutrisi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien

Nutrisi pada pasien kritis di ICU dapat terpenuhi dengan menggunakan


metode pemberian yang sesuai, sehingga dapat mengurangi lama perawatan
di ruang ICU
2. Bagi Perawat

Perawat dapat mengetahui metode pemberian nutrisi yang efektif pada


pasien di ruang ICU, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pemberian nutrisi enteral pasien.
3. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai bahan acuan atau bahan
tambahan teori untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan pada penelitian ini.
4. Bagi Institusi

Manfaat penelitian bagi institusi kesehatan khususnya Rumah Sakit adalah


data dan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan suatu tolak
ukur serta upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas serta pemberian
nutrisi eternal pada pasien ICU
5. Bagi Masyarakat

Masyarakat mengetahui terkait pemeberian nutrisi eternal yang diberikan


pada pasien ICU yang sedang dirawat dirumah sakit sekaligus menambah
ilmu pengetahuan terhadap masyarakat itu sendiri.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan


pada peneliltian ini diantaranya :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama Penelitian Rancangan Variabel Penelitian Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian

1. Fitri Asriani (2009) Kuantitatif, metode Penyebab Dari hasil penelitian


deskriptif interupsi ini diperoleh bahwa
observasional dan pada penyebab, frekuensi,
pendekatan pemberian dan lamanya
prospektif nutrisi enteral interupsi pemberian
nutrisi enteral pada
pasien kritis dengan
ventilasi mekanik
yang paling umum
adalah masalah
gastrointestinal
dengan mean 6,19
kali (SD 7,083) dan
mean lamanya 10,31
jam (SD 12, 268).
Jenis dan jumlah
kalori nutrisi
pengganti saat
interupsi pemberian
nutrisi enteral pada
pasien kritis dengan
ventilasi mekanik
yang paling umum
adalah dekstose 5%
(D5%)
500cc/pemberian
dengan jumlah kalori
85 kkal/l

2. Setianingsih dan review terhadap 19 hasil penelitian, Perlu diperhatikan


Anastasi Anna penelitian lain, mengidentifikasi dan bahwa pemberian
(2013) dengan analisis isi membedakan tema – nutrisi yang kurang
tema dari penelitian / atau lebih dari
jurnal kebutuhan akan
merugikan pasien.
Hampir semua
pasien kritis
mengalami anoreksia
atau tidak mampu
makan karena
penurunan
kesadaran,
pemberian sedasi
atau terintubasi
melalui saluran nafas
bagian atas sehingga
menyebabkan
malnutrisi. Jika
support nutrisi
diberikan secara dini
yaitu energi, protein
dan nutrisi-nutrisi
lain yang diperlukan
mampu
mengoptimalkan
sistem imun,
meningkatkan
penyembuhan luka,
mengurangi risiko
kematian dan
komplikasi serta
memperpendek lama
rawat, biaya dan
waktu penyembuhan
pasien di ICU.

3. Made Wiryana Metode populasi Malnutrisi dan Tujuan terapi gizi


(2007) Status gizi pada pasien sakit
kritis adalah untuk
menunjang
metabolisme, bukan
untuk memenuhi
kebutuhannya pada
saat itu.
pasien sakit kritis
tidak ada kondisi
metabolik yang
dapat
memetabolisme
jumlah total kalori
untuk memenuhi
kekurangan
pengeluaran energi.
Idealnya, rangkaian
terapi nutrisi mampu
menyediakan nutrisi
dengan morbiditas
minimal. Setiap rute
(parenteral dan
enteral) memiliki
keuntungan dan
kerugian, dan pilihan
tergantung pada
kondisi pasien.
4. Nasrun Pakaya, Literature Review jurnal/artikel Pemberian nutrisi
Fatra Lapagulu, dari beberapa penelitian yang dini secara enteral
Ibrahim Suleman, jurnal/artikel masuk dalam kriteria dan parenteral dapat
Jerwati Yunus menggunakan inklusi digunakan pada
(2022) metode Quasi pasien kritis selama
Eksperiment menjalani
perawatan. Early
enteral & parenteral
nutrition sangat
efektif jika
dilakukan dengan
cara yang benar dan
sesuai dengan SOP
5. Dian Irawati, deskriptif pasien yang Setelah dilakukan
Suwarman, Ike Sri observasional, yang dicatat pengamatan selama
Redjeki (2015) dilakukan secara dalam 72 jam, sebanyak
prospektif lembar 23 subjek
penelitian penelitian (58,87%)
oleh peneliti/ tidak tercapai
residen kebutuhan nutrisi
anestesi idealnya. Hasil
penelitian ini
diharapkan data
dasar dalam
menentukan
prosedur
pemberian nutrisi
di ICU Rumah
Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung
dengan pembuatan
protokol
pemberian nutrisi
yang dapat
digunakan sebagai
pedoman atau
acuan dalam
pemberian nutrisi
sehingga akan
meningkatkan
kepatuhan dalam
pemberian nutrisi
di ICU Rumah
Sakit Dr. Hasan
Sadikin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian Teori

Pengertian Nutrisi Eternal

Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrisi lewat saluran cerna


dengan menggunakan slang khusus (feeding tube). Cara pemberiannya bisa
melalui jalur hidung lambung (nasogastric tube) atau hidung-usus
(nasoduodenal tube atau nasojejunal route). Pemberian nutrisi enteral juga bisa
dilakukan dengan cara bolus atau cara infuse lewat pompa infuse enteral.
Perkembangan ilmu kedokteran, menjadikan gizi enteral sebagai salah satu
intervensi dalam pemenuhan nutrisi pada pasien yang tidak dapat
mengkonsumsi makanan lewat oral. Pemberian nutrisi enteral yang dini akan
memberikan manfaat antara lain memperkecil respon katabolik, mengurangi
komplikasi infeksi, memperbaiki toleransi pasien, mempertahankan integritas
usus dan memberikan sumber energi yang tepat bagi usus pada waktu sakit.
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin. Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,
transpilorik, perkutaneus. .( Bawono.PF.,2018)
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan
asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau
absorbsi fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga
berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan,
trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama.(
Bawono.PF.,2018)
Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya keadaan
dimana saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya, kelainan anatomi saluran
cerna, iskemia saluran cerna, dan peritonitis berat. Pemberian nutrsi enteral
terkadang mengalami hambatan. Beberapa hambatan yang terjadi diantaranya
adalah:
1. Gagalnya pengosongan lambung

2. Aspirasi dari isi lambung

3. Sinusitis

4. Esophagitis

5. Salah meletakkan pipa

Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah


dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu
seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam
waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena
kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri (Bawono, 2018).
Formula enteral/makanan enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang
dapat diberikan secara oral maupun melalui pipa selama saluran pencernaan masih
berfungsi dengan baik. Formula enteral diberikan pada pasien yang tidak bisa
makan melalui oral seperti dalam kondisi penurunan kesadaran, gangguan
menelan (disfagia), dan kondisi klinis lainnya atau pada pasien dengan asupan
makan via oral tidak adekuat. Pemberian nutrisi enteral pada pasien dapat
meningkatkan berat badan, menstabilkan fungsi hati/liver, mengurangi kejadian
komplikasi infeksi, jumlah/frekuensi masuk rumah sakit dan lama hari rawat di
rumah sakit. Pemilihan formula enteral ditentukan berdasarkan kemampuan
formula dalam mencukupi kebutuhan gizi, yang dipengaruhi oleh faktor – faktor
sebagai berikut yaitu kandungan/densitas energi dan protein dalam formula
(dinyatakan dalam kkal/ml, g/ml, atau ml Fluid/L), fungsi saluran cerna,
kandungan mineral seperti Natrium, Kalium, Magnesium, dan Posfor dalam
formula terutama bagi pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, dan
gangguan liver. Bentuk dan jumlah protein, lemak, karbohidrat, dan serat dalam
formula, efektivitas biaya, cost to benefit ratio(Mahan & Raymond, 2019).
Jenis – jenis Formula Enteral

Jenis formula enteral dikelompokkan berdasarkan bentuk & komposisi zat


gizi makronya, antara lain :
1) Formula polimerik, yaitu formula dengan komposisi zat gizi makro (protein,
lemak, karbohidrat) dalam bentuk utuh/intak. Kandungan energi 1-2 kkal/ml,
dan pada umumnya bebas laktosa.Formula enteral dengan densitas energi yang
tinggi (1,5 – 2 kkal/ml) diperlukan bagi pasien yang membutuhkan
pembatasan cairan seperti paseian gangguan jantung, gangguan paru – paru,
gangguan hati/liver, gangguan ginjal, dan pasien yang tidak mampu menerima
makanan dalam volume tertentu (Mahan&Raymond, 2017). Formula ini dapat
dikelompokkan lagi menjadi formula standar dewasa, formula standar anak,
dan formula khusus untuk penyakit tertentu seperti formula DM, formula
rendah protein, dll
2) Formula elemental (monomeric)/ semi- elemental (oligomeric), yaitu formula
dengan komposisi zat gizi dalam bentuk sederhana (mudah serap) terdiri dari
asam amino tunggal, glucose polymers, rendah lemak 2-3% dari kalori terdiri
dari LCT (long chain triglycerides). Formula semi-elemental terdiri dari
peptida, gula sederhana, MCT (medium chaintriglycerides). 3) Formula
blenderized, yaitu formula yang dibuat dengan menghaluskan makanan
menjadi bentuk cair sehingga bisa masuk melalui pipa Naso Gastric Tube
(NGT). Mengandung zat gizi lengkap seperti diet via oral, lebih murah, namun
tidak dapat diberikan kepada pasien dengan immunocompromised, pasien
yang menggunakan jejunostomy, tidak dapat masuk pada pipa NGT ukuran <
10 French dan pasien dengan multialergi makanan. (Mahan & Raymond,
2019).
3) Formula Blenderized juga dikenal dengan Domiciliary Enteral Nutrition
Theraphy (DENT). Formula ini lebih murah dibandingkan dengan formula
polimerik dan formula elemental karena terbuat dari bahan makanan
konvensional yang biasa digunakan di rumah. Sehingga lebih mudah diterima,
lebih nyaman, dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.Selain itu
formula blenderized dapat meningkatkan toleransi dalam pemberian makan
dan mengurangi komplikasi gastrointestinal (Bobo, 2016). Akan tetapi
karakteristik fisik dan kimiawi formula enteral tetap harus diperhatikan karena
sangat berpengaruh langsung terhadap aliran formula di dalam selang
4) Thickened Enteral Formula (TEF) Dari hasil pengkajian mengenai efek
samping pemberian formula enteral, saat ini di Jepang mulai mengembangkan
Thickened Enteral Formula (TEF), yaitu formula enteral yang viskositasnya
secara sengaja ditingkatkan dengan menambahkan bahan pengental.
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi terkait pemberian komplikasi
dalam pemberian formula enteral seperti diare, mual, muntah, dan
Gastroesophageal Reflux (GER). TEFcocok digunakan oleh pasien yang
sudah lama menjalani terapi nutrisi enteral baik di rumah sakit maupun di
rumah. Viskositas TEF berkisar antara 9 – 20 cP. Beberapa penelitian
melaporkan adanya hubungan antara viskositas formula enteral dengan
mekanisme pengosongan lambung dimana formula dengan viskositas >16 cP
dapat memperlambat pengosongan lambung (Wawang, 2018).

Metode Pemberian

Metode pemberian formula enteral ditentukan berdasarkan kondisi klinis


pasien (Mahan & Raymond, 2017), terdiri dari :
1. Bolus, yaitu dengan cara memasukkan formula sekaligus maksimal
sebanyak 500 ml, biasa digunakan bagi pasien dalam kondisi stabil.
Lama pemberian 5 – 20 menit, diberikan 4 – 6x/hari.
2. Intermitten dan siklik, dimasukan kedalam kantong atau botol yang
dilengkapi dengan klem pengatur tetesan per menit (gravity feeding),
lama pemberian selama 20 – 60 menit.
3. Kontinyu (continous), yaitu memasukkan formula menggunakan
pompa. Digunakan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
gastrointestinal akibat penyakit, pembedahan, terapi kanker, dan lain –
lain. pemberian antara 10-25 ml/jam setiap 8-24 jam.
Intensive Care Unit (ICU)

Pasien kritis memiliki perbedaan dengan pasien biasa. Pasien kritis


memerlukan perawatan intensif karena mengalami perubahan penyakit dan
peningkatan komplikasi yang sangat cepat. Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu
bagian dari rumah sakit memiliki staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan, terapi pasien yang menderita penyakit akut, cedera,
komplikasi yang mengancam nyawa atau memiliki potensi mengancam nyawa dengan
prognosis tidak menentu yang diharapkan masih dapat kembali (Kemenkes
Indonesia).
Syarat Formula Enteral

Prinsip/syarat Formula Enteral standar adalah kandungan energi ± 1,0 – 2


kkal/ml, protein 12 – 20 %, lemak 30 – 40 %, dan karbohidrat 40 – 60 %. Formula
enteral spesifik terkait diagnosa penyakit mempunyai proporsi komposisi yang
berbeda. Formula untuk pasien dengan gangguan ginjal atau Chronic Kidney Disease
(CKD) dibuat dengan proporsi protein ≤ 10 %. Pasien dengan gangguan profil lemak
darah (dislipidemia), atherosklerosis, malabsorbsi lemak, gangguan kantung empedu,
dan gangguan konstipasi membutuhkan formula enteral dengan penambahan serat
dengan proporsi lemak < 30 % (Khan et al, 2018). Syarat penting lainnya adalah
viskositas dan osmolaritas. Formula enteral harus dapat mengalir dalam pipa makanan
ukuran 8 – 14 French. Penelitian Aitonam menyebutkan viskositas makanan cair DM
komersial di RS Cipto Mangunkusumo berkisar 7 – 13,5 cP. Penelitian lain
melaporkan viskositas optimum formula enteral(blenderized) berkisar antara 3.5 – 10
cP (Itoh et al, 2018). Osmolaritas sama dengan cairan tubuh 350 –400 mOsm/L atau
osmolalitas 290 mOsm/kg.
Hubungan Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang , objek ,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
Adapun pada penelitian ini , penulis menggunakan satu variabel yaitu :

Gambaran Pemberian Nutrisi Enteral Pada Pasien Di Intensive Care Unit


(ICU) RSUD RA. Kartini Jepara.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan


untuk menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2018, p. 83). Pada penelitian ini, peneliti akan
meneliti Gambaran Pemberian Nutrisi Enteral Pada Pasien Di Intensive
Care Unit (ICU) RSUD RA. Kartini Jeapara

Gambaran Pemberian Nutrisi


Enteral Pada Pasien Di
Intensive Care Unit (ICU)
RSUD RA. Kartini Jeapara

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian


yang belum tentu benar. Kemudian, harus dicari atau diteliti.
Pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian nutrisi eternal secara dini pada pasien sakit
kritis diruang ICU .
2. H1 : Terdapat pengaruh pemberian nutrisi eternal secara dini pada pasien sakit kritis
diruang ICU .
Jenis Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif


adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan
suatu keadaan secara obyektif (Notoatmojo, 2010). Desain Observasional dengan pendekatan
kohort prospektif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi.
Lokasi dan Waktu Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan


menggunakan studi deksriptif, studi deskriptif adalah penelitian yang diarahkan
untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam suatu komunitas
atau masyarakat (Notoadmojo, 2018). Pada penelitian yang dilakukan ini bertujuan
untuk menggambarkan Pemberian Nutrisi Enteral Pada Pasien Di Intensive Care
Unit (ICU) RSUD RA. Kartini Jepara.
Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ruang ICU RSUD RA Kartini Jepara

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2019) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas: obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dari penelitian ini adalah Pasien ICU dirumah sakit yang akan diberikan
nutrisi etermal dalam dosis tertentu.
Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel ini diambil karena penelitian ini tidak mungkin diteliti
seluruh anggota populasi konsumen (Jasmalinda, 2021). Pencarian sampel ini
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n = (Z1−a/2) 2 pq *
n =
𝑑2

Keterangan :

n = Besar sample

p = perkiraan populasi berdasarkan literature (prevalensi)

q = 1-p Z1-a/2 = stastistik Z pada distribusi normal, pada tingkat kemaknaanalfa 0,05
(1,96) dengan derajat kemaknaan 95%
d = presisi absolut yang diinginkan (misal 5%)

𝑁
atau rumus Slovin : n =
𝑛.𝑑2+1

keterangan : n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

N = Jumlah populasi, targetd = Tingkat siginifikan (derajat


kemakanaan) = 5% (0.05)
1) Kriteria inklusi Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan
kriteria inklusi seperti:
a) Pasien yang dirawat diruangan ICU
b) Pasien setuju berpartisipasi dalam penelitian.

2) Kriteria ekslusis Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek


yang memenuhi criteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
a) Pasien menolak berpartisipasi.

b) Pasien mengalami komplikasi penyakit lain.

c) Pasien yang tidak masuk ruangan ICU .

Tekhnik Sampling

Menurut (Sugiyono, 2019) “karena pengambilan anggota sampel dari populasi


dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian bila anggota populasi dianggap homogen”. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Rescoe dalam bukunya
Research Methods For Business sebagai berikut:
1) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta


dan lain2) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi berganda misalnya), maka anggota sampel minimal 10 kali jumlah variabel
yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka
jumlah anggota sampel 10 x 5 = 50 4) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana,
yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah
anggota sampel masing-masing antara 10 sampai 20. Berdasarkan pendapat diatas
maka sampel dalam penelitian ini merujuk kepada jumlah variabel, yaitu 1 variabel
dependen dan 1 variabel independent , jika ditotal sampel yang diambil sebanyak = 2
varibel x 15 responden = 30 sampel.

Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk membatasi ruang lingkup atau pembagian


variabel yang diamati/diteliti serta mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo 2018).Dari penelitian
berikut dapat dibuatkan operasional variabel sebagai berikut :
a. Parenteral nutrisi adalah nutrisi yang diberikan berupa makronutrien
dan mikronutrien yang diberikan melalui vena sentral dan perifer
pada pasien di ICU Rumah Sakit
b. Volume pemberian adalah banyaknya nutrisi etermal yang
diberikan (ml/hari).
c. Total volume yang dibutuhkan adalah kecukupan cairan setiap hari
yang diperlukan oleh pasien ICU sesuai dengan penyakit yang
diderita (ml/hari).
d. Waktu tinggal adalah keberadaan pasien ICU di rumah sakit
minimal 3 hari tinggal dan maksimal 10 hari tinggal.
e. Kebutuhan kalori adalah jumlah kalori yang dibutuhkan setiap
pasien dalam waktu 24 jam (kkal/hari).
f. Pedoman acuan adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian dalam
mengkaji kesesuaian pemberian nutrisi misalnya volume cairan
yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu berupa junal dan buku
(ASPEN, ESPEN, Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient, ,
Farmasi Klinis).
g. Data catatan medis adalah data pengobatan dan perawatan yang
tertulis pada catatan medis pasien ICU rumah sakit Panti Rapih
Yogyakarta seperti, umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosa di
ICU, nutrisi yang diberikan dan waktu perawatan di ICU.
Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman ASPEN (American


Society for Parenteral and Enteral Nutrition), ESPEN (The European Society for
Clinical Nutrition and Metabolism), Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient
(2019)
Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen penelitian dapat dinyatakan valid apabila setiap


item pertanyaan yang ada pada kuesioner dapat digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Indikator
dalam kuesioner dapat dikatakan valid apabila nilai r hitung hasilnya lebih
besar dari r tabel. Jika nilai validitas setiap jawaban yang didapatkan ketika
memberikan daftar pertanyaan nilainya lebih besar dari 0,3 maka item
pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid (Sugiyono, 2019).
1. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas pada suatu instrumen penelitian adalah sebuah uji yang
digunakan untuk mengetahui apakah suatu kuesioner yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian sudah dapat dikatakan reliabel atau tidak. Pada
uji reliabilitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Alpha
Cronbach. Dimana apabila suatu variabel menunjukkan nilai Alpha
Cronbach >0,60 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut dapat
dikatakan reliabel atau konsisten dalam mengukur .

Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari serta menyusun data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan bahan-bahan lain secara sistematis
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuan tersebut dapat diinformasikan
kepada orang lain. (Sugiyono, 2021) Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif
dimana suatu analisis berdasarkan data yang sudah diperoleh yang selanjutnya
dikembangkan menjadi sebuah hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di
lapangan.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam dalam sebuah analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas.
Berikut beberapa komponen dan langkah-langkah dalam analisis data kualitatif yaitu:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan
observasi, wawancara dengan narasumber serta dokumentasi atau gabungan dari
ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data memungkinkan peneliti memperoleh data
yang sangat banyak dan bervariasi terhadap situasi sosial/objek baik yang dilihat
maupun yang didengar.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yaitu merangkum, memilah dan memilih hal-hal pokok serta
memfokuskan pada hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang telah
dikumpulkan di lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan dapat
memberikan gambaran yang yang lebih jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk
mengumpulkan data selanjutnya.
3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, flowchart, tabel, hubungan
antar kategori dan sebagainya yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data hasil
penelitian secara menyeluruh maka akan mempermudah peneliti dalam merencanakan
tindakan selanjutnya sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan berdasarkan apa yang
telah dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk
mendapatkan penemuan baru yang belum dilakukan oleh orang lain berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek sehingga setelah diteliti penemuan tersebut dapat diketahui
dengan jelas dan dipahami oleh seluruh pembaca. Kesimpulan mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang sejak awal sudah disusun sebab rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif bersifat sementara.
Etika Penelitian

Dalam dunia kesehatan etika sangat dibutuhkan, ini dikarena proses yang
dilakukan berkaitan langsung dengan manusia. Berikut adalah etika – etika yang harus
difahami dalam dunia keperawatan :
1) Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi
yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2) Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan adalah masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3) Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.

Jadwal Penelitian

Berikut adalah tabel rencana dari jadwal penelitian yang akan dilakukan
diantaranya :
Januari Februari Maret April
No Uraian Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan
Penelitian
2. Perencanaan

3. Pelaksanaan
Siklus I
4. Pelaksanaan
Siklus II
5. Pelaksanaan
Siklus III
6. Pengolahan
Data
7. Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, N., Khan, M. S., Mahmood, T., Khan, H. M. S., Iqbal, M., dan Bashir, S.

2018. Formulation Development and Moiturising Effects of a Topical.

Amylase and Thickener to Blenderized Rice Provides Suitable Viscosity for Use in
Nutritional
Support. J Nutri Health. Vol 2 (1).

Bawono. P.F., (2018). Makalah Pemberian Nutrisi Eternal.

Hellena Delli. (2018). Hubungan antara Status Nutrisi dan Penggunaan Alat. Bantu Nafas
pada
Pasien di ICU. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
Itoh, M , Nishimoto, Y, Maui, H, Etani, Y, Takagishi, K, et al. 2018. Addition of Alpha-

Mahan, L., & Raymond, J. (2019). Krause's Food & the Nutrition Care Process (14th Edition
ed.). Canada: Elsevier.
Peraturan Kementerian Kesehatan Indonesia

Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta

Sugiyono, (2021). METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF dan R&D


(M.Dr. Ir. Sutopo, S.Pd (ed); ke2 ed)

Wawang. S., (2018). Karakterisasi Fisik dan Kimiawi Formula Enternal Buah Berdasarkan
Formulasi Bahan. Universitas Muhamadiyah Semarang
Michael J. Muray. 2015. Nutrition. STOELTING’S : Pharmacology & Physiology in
Anesthetic Practice. Edisi 5. Hal 716-731. USA : Wolters Kluwer Health.
Contoh Hipotesis Penelitian Kuantitatif. 8 Mei 2021 https://kumparan.com/berita-

unik/contoh-hipotesis-penelitian-kuantitatif-1vhGOu0wFqC

Anda mungkin juga menyukai