A. Latar Belakang
Ruang Intensif atau dikenal dengan Intensive Care Unit merupakan ruang
perawatan khusus dalam merawat dan mengobati pasien dengan kebutuhan
khusus, yaitu pada kondisi dimana pasien dapat cepat memburuk pada keadaan
kritis sehingga dapat menyebabkan kematian. Pasien kritis sendiri adalah pasien
dengan kondisi secara fisiologis tidak stabil, sehingga dapat mengalami respon
hipermetabolik komplek terhadap suatu trauma, mengubah metabolisme tubuh,
hormonal, imunologis serta homeostatis nutrisi. Keadaan pasien tersebut tentu
dapat mengakibatkan meningkatnya proses metabolisme dan katabolisme
sehingga dapat mengakibatakan malnutrisi pada pasien. (Menerez, 2012).
Pasien kritis merupakan pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga
mengalami respon hipermetabolik komplek terhadap trauma, sakit yang dialami
yang dapat mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan
homeostatis nutrisi (De Souza rt al2012;28(3):267–70). Keadaan pasien tersebut
tentu dapat mengakibatkan meningkatnya proses metabolisme dan katabolisme
sehingga dapat mengakibatakan malnutrisi pada pasien.
Nutrisi merupakan komponen yang sangat penting dan harus diperhatian
dalam perawatan pasien kritis. Pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU)
memiliki penyakit berbeda-beda dan sangat membutuhkan nutrisi yang tepat
baik secara komposisi dan frekuensi sebagai pendukung dalam proses
penyembuhan. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi pada
pasien adalah adanya peningkatan proses katabolisme yang terjadi sebagai akibat
dari respon penyakit yang dialami yang dapat menyebabkan malnutrisi pada
pasien kritis. (Martin, Smith, & Gabrielli, 2013)
Untuk pasien kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sering kali
dan banyak yang menerima nutrisi adekuat yang dikarenakan salah dalam
memperkirakan kebutuhan nutrisi pada pasien serta juga dapat diakibtakan oleh
keterlambatan (timing) memulai pemberian nutrisi.
Dukungan nutrsisi yang tepat akan mempertahankan status nutrisi agar tidak
makin menurun, mencegah atau mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi
metabolik maupun infeksi, mencegah adanya komplikasi mekanik serta
meminimalisir kontraindikasi antara interaksi obat dan bahan gizi.
Adanya dukungan nutrisi yang tepat diharapkan mampu menurunkan angka
mordibitas dan mortalitas, serta dapat memperpendek lamanya perawatan di
ruang ICU. Salah satu penatalaksanaan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi dan
cairan pada pasien kritis dapat dilakukan dengan cara enteral. Nutrisi enteral atau
enteral nutrition adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan
melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin
(gastrostomy dan jejunum percutaneous). (Pearce, 2016).
Nutrisi enteral dan parenteral untuk pasien sakit kritis memiliki banyak
keuntungan. Nutrisi parenteral, yaitu pemberian nutrisi, obat-obatan, atau cairan
secara intravena, dapat membantu penderita disfungsi pencernaan, seperti:
Pasien dengan malabsorpsi atau operasi saluran cerna baru-baru ini. Selain itu,
nutrisi enteral melalui nasogastrik pada pasien sakit kritis dapat mencegah atrofi
mukosa, mempertahankan integritas mikrobiota usus, dan mempertahankan
kompetensi imun. Aliran darah ke saluran cerna dapat ditingkatkan, sehingga
menurunkan angka kematian pasien ke tingkat yang lebih rendah (Kresnoadi E.
2013;1–11).
Dukungan nutrisi secara enteral merupakan elemen penting dalam perawatan
pasien sakit kritis. Dalam keadaan hipermetabolik, nutrisi mempertahankan
massa tubuh tanpa lemak dan keseimbangan unsur-unsur penting dalam tubuh.
Nutrisi enteral (EN) khususnya memodulasi respon imun. Dengan demikian,
pedoman untuk merawat orang yang sakit kritis menekankan pentingnya
memulai EN dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah masuk. Namun, hambatan
medis dan terkait proses untuk memberi makan sering kali mencegah pasien
memenuhi target energi dan protein. (Tian F et al. 2018;10(3):1144–6).
Pemberian nutrisi enteral secara gravity drip adalah sebuah cara pemberian
nutrisi enteral sesuai dengan pemberian yang ditetapkan dengan bantuan
gravitasi, dilakukan diatas ketinggian lambung dan kecepatan pemberian
ditentukan oleh gravitasi. Pemberian dengan cara gravity drip menyebabkan
lambung yang penuh akan memperlambat motalitas lambung dan pengosongan
lambung yang lambat atau jumlah residu semakin banyak. Pemberian nutrisi
secara Intermitten feeding adalah sebuah cara pemberian nutrisi enteral
menggunakan pompa elektronik dengan aturan pemberian yang telah ditetapkan,
dengan mengatur tetesan cairan per jam dan diberikan sesuai dengan dosis atau
jangka waktu tertentu. Keuntungan dari metode ini adalah kesiapan lambung
yang diberikan secara bertahap akan mempermudah lambung mencerna makanan
dan pengosongan lambung akan lebih cepat (Hellena, 2018).
B. Rumusan Masalah
Pasien kritis yang dirawat di Ruang ICU sering mengalami malnutrisi, sehingga
penatalaksanaan dalam mencukupi nutrisi juga harus diperhatikan. Peningkatan
residu lambung merupakan salah satu tanda dan gejala adanya gangguan
motilitas gastrointestinal. Hal tersebut yang dapat dirumuskan sebagai masalah
kebutuhan nutrisi untuk peneliti ingin merumuskan bagaimana “Gambaran
karakteristik residu pada pasien kritis yang mendapatkan nutrisi enteral melalui
NGT menggunakan metode Intermitten feeding di ruang ICU RSUD ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai bahan acuan atau bahan
tambahan teori untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan pada penelitian ini.
4. Bagi Institusi
E. Keaslian Penelitian
3. Sinusitis
4. Esophagitis
Metode Pemberian
Variabel penelitian dalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang , objek ,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
Adapun pada penelitian ini , penulis menggunakan satu variabel yaitu :
Hipotesis Penelitian
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian nutrisi eternal secara dini pada pasien sakit
kritis diruang ICU .
2. H1 : Terdapat pengaruh pemberian nutrisi eternal secara dini pada pasien sakit kritis
diruang ICU .
Jenis Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian
Populasi Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel ini diambil karena penelitian ini tidak mungkin diteliti
seluruh anggota populasi konsumen (Jasmalinda, 2021). Pencarian sampel ini
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n = (Z1−a/2) 2 pq *
n =
𝑑2
Keterangan :
n = Besar sample
q = 1-p Z1-a/2 = stastistik Z pada distribusi normal, pada tingkat kemaknaanalfa 0,05
(1,96) dengan derajat kemaknaan 95%
d = presisi absolut yang diinginkan (misal 5%)
𝑁
atau rumus Slovin : n =
𝑛.𝑑2+1
Tekhnik Sampling
Definisi Operasional
Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari serta menyusun data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan bahan-bahan lain secara sistematis
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuan tersebut dapat diinformasikan
kepada orang lain. (Sugiyono, 2021) Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif
dimana suatu analisis berdasarkan data yang sudah diperoleh yang selanjutnya
dikembangkan menjadi sebuah hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di
lapangan.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam dalam sebuah analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas.
Berikut beberapa komponen dan langkah-langkah dalam analisis data kualitatif yaitu:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan
observasi, wawancara dengan narasumber serta dokumentasi atau gabungan dari
ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data memungkinkan peneliti memperoleh data
yang sangat banyak dan bervariasi terhadap situasi sosial/objek baik yang dilihat
maupun yang didengar.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yaitu merangkum, memilah dan memilih hal-hal pokok serta
memfokuskan pada hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang telah
dikumpulkan di lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan dapat
memberikan gambaran yang yang lebih jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk
mengumpulkan data selanjutnya.
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, flowchart, tabel, hubungan
antar kategori dan sebagainya yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data hasil
penelitian secara menyeluruh maka akan mempermudah peneliti dalam merencanakan
tindakan selanjutnya sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan berdasarkan apa yang
telah dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk
mendapatkan penemuan baru yang belum dilakukan oleh orang lain berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek sehingga setelah diteliti penemuan tersebut dapat diketahui
dengan jelas dan dipahami oleh seluruh pembaca. Kesimpulan mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang sejak awal sudah disusun sebab rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif bersifat sementara.
Etika Penelitian
Dalam dunia kesehatan etika sangat dibutuhkan, ini dikarena proses yang
dilakukan berkaitan langsung dengan manusia. Berikut adalah etika – etika yang harus
difahami dalam dunia keperawatan :
1) Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi
yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2) Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan adalah masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3) Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
Jadwal Penelitian
Berikut adalah tabel rencana dari jadwal penelitian yang akan dilakukan
diantaranya :
Januari Februari Maret April
No Uraian Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Penelitian
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
Siklus I
4. Pelaksanaan
Siklus II
5. Pelaksanaan
Siklus III
6. Pengolahan
Data
7. Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, N., Khan, M. S., Mahmood, T., Khan, H. M. S., Iqbal, M., dan Bashir, S.
Amylase and Thickener to Blenderized Rice Provides Suitable Viscosity for Use in
Nutritional
Support. J Nutri Health. Vol 2 (1).
Hellena Delli. (2018). Hubungan antara Status Nutrisi dan Penggunaan Alat. Bantu Nafas
pada
Pasien di ICU. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
Itoh, M , Nishimoto, Y, Maui, H, Etani, Y, Takagishi, K, et al. 2018. Addition of Alpha-
Mahan, L., & Raymond, J. (2019). Krause's Food & the Nutrition Care Process (14th Edition
ed.). Canada: Elsevier.
Peraturan Kementerian Kesehatan Indonesia
Wawang. S., (2018). Karakterisasi Fisik dan Kimiawi Formula Enternal Buah Berdasarkan
Formulasi Bahan. Universitas Muhamadiyah Semarang
Michael J. Muray. 2015. Nutrition. STOELTING’S : Pharmacology & Physiology in
Anesthetic Practice. Edisi 5. Hal 716-731. USA : Wolters Kluwer Health.
Contoh Hipotesis Penelitian Kuantitatif. 8 Mei 2021 https://kumparan.com/berita-
unik/contoh-hipotesis-penelitian-kuantitatif-1vhGOu0wFqC