Anda di halaman 1dari 52

REFERAT

Nutrisi Parenteral dan Enteral

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Doni Damara, S.Ked


NIM :120611050

Preseptor :
dr. Mawaddah Fitria, Sp. PD

DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “NUTRISI PARENTERAL DAN ENTERAL” sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
dr.MAWADDAH FITRIA, Sp.PD sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya
memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di bagian/SMF Penyaki Dalam
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
kasusini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
masukan yang membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi semua pihak.

Lhokseumawe, Juli 2019

Doni Damara, S.Ked

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................... 1

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA................................................. 5

BAB 3KESIMPULAN .............................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 52

3
BAB I
PENDAHULUAN

Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya

yaitu membentuk energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses

kehidupan. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya

fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan

makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum

faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan

metabolisme basal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu

pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya

kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung

melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan. Nutrisi parenteral diberikan

apabila pasien tidak dapat menelan atau karena sesuatu hal, misalnya: Malformasi Kongenital

Intestinal,Enterokolitis Nekrotikans, dan Distres Respirasi Berat.

Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien di rumah sakit. Hal

ini dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, mengganggu proses penyembuhan

luka, meningkatkan komplikasi, meningkatkan respon terhadap terapi medis, operasi yang

kurang optimal, dan mengarah pada hasil klinis yang jelek. Banyak penyakit yang

menurunkan nafsu makan, meningkatkan kebutuhan nutrisi, menyebabkan obstruksi saluran

pencernaan dan infeksi pada mulut sehingga makan menjadi sulit dan menyakitkan.. Selain

itu obat dapat menyebabkan kehilangan selera makan, mual dan muntah sehingga pemberian

nutrisi secara parenteral perlu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah timbulnya

malnutrisi pada pasien di rumah sakit.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nutrisi Parenteral

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya

fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh . Status nutrisi normal menggambarkan

keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi

memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan

sistem tubuh .

Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi

parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan

dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi,penderita dan

keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan

fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih

berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus

dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah

mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan

enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.

Diet enteral mempunyai efek enterotropik tidak langsung dengan menstimulasi

hormon usus seperti gastrin, neurotensin enteroglucagon. Gastrin mempunyai efek tropik

pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan integritas

usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gut-associated

lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus.

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung

melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya

5
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui

intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total,

namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu

pemberian makanan melalui pembuluh darah.Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada

penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi .

Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan

untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang

peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai

contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini

dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.

Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula

juga sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih

awal dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.Berdasarkan cara

pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas :

2.1.1 Nutrisi Parenteral Sentral.

a) Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.

b) Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai <

4minggu.

c) jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access

device.

2.1.2 Nutrisi Parenteral Perifer.

a) PPN diberikan melalui peripheral vena.

b) PPN digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika pasien perlu

konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein.

6
c) PPN digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic solution.High

hypertonic solution dapat menyebabkan sclerosis,phlebitis dan bengkak.

2.2 DASAR PEMBERIAN PARENTERAL NUTRITION

a. Prabedah pada pasien yang mengalami emasiasi, deplesi nutrien yang berat, atau

yang kehilangan berat badan sampai lebih dari 10% berat badan semula.

b. Pasca bedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal selama lima hari

atau lebih.

c. Keadan trauma seperti luka bakar atau fraktur multipel dengan komplikasi lain

seperti sepsis yang kebutuhan nutriennya sangat tinggi.

d. Penyakit kanker, khususnya sebagai terapi penunjangan pada terapi utama yang

terdiri atas pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

e. Malnutrisi protein atau protein-kalori atau kalau berat badan tanpa edema atau

sepsis turun sampai 10% lebih di bawah berat badan idealnya.

f. Penolakan atau ketidak mampuan makan seperti pada keadaan koma, anoreksia

nervosa, atau kelainan neurologis seperti para lisis pseudobular yang membuat

pasien tidak dapat memakan makanan secara normal.

2.3 TUJUAN
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya

saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.

2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,

pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative

colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer.

3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan

katabolisme energi.

7
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.

2.4 MANFAAT PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

Manfaat dari pemberian nutrisi parenteral antara lain:

a. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya

saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.

b. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan

katabolisme energy.

c. Mempertahankan kebutuhan.

2.5 Pengkajian Nutrisional.

Pengkajian nutrisional didefinisikan oleh American Society of Enteral and

Parenteral Nutrition sebagai “evaluasi komprehensif untuk mendefinisikan status nutrisi,

termasuk riwayat medis, riwayat diet, pemeriksaan fisik, pengukuran-pengukuran

anthropometric dan data-data laboratorium.” Tujuan-tujuan dari pangkajian nutrisional

yaitu :

1. Menyediakan data untuk mendesain rencana asuhan nutrisional yang akan mencegah

dan atau mengurangi terbentuknya malnutrisi,

2. menciptakan data patokan awal untuk mengevaluasi keberhasilan asuhan nutrisional,

dan

3. untuk mengidentifikasi individu-individu yang kurang terawat atau berada pada resiko

terbentuknya malnutrisi.

Langkah pertama dalam mengevaluasi status nutrisional seorang pasien adalah

penapisan (screening) untuk menentukan apakah terdapat potensi untuk resiko

nutrisional. Penapisan nutrisional yang minimum melibatkan pengambilan riwayat

kesehatan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang mungkin mengganggu dengan

asupan makanan yang cukup, pengukuran tinggi dan berat, dan tes-tes laboratorium

8
rutin..Pengkajian nutrisional yang komprehensif direkomendasikan untuk semua individu

dengan faktor-faktor resiko nutrisional yang terkonfirmasi. Pengkajian komprehensif

seperti itu berkembang melebihi informasi yang terkumpul selama penapisan dan

meliputi riwayati diet dan informasi asupan, pemeriksaan fisik atau tanda-tanda klinis,

mengukur anthropometrical, dan tes-tes laboratorium. Tingkatan pengkajian nutrisional

ini tidak secara rutin dilakukan oleh farmasis, akan tetapi hasil umumnya diterjemahkan

oleh farmasis rumah sakit dalam pelayanan nutrisional.

Pengkajian diet yang lengkap terbentuk dari empat tahapan yaitu :

1. pengukuran konsumsi makanan,

2. kalkulasi kandungan nutrien dari makanan yang dimakan,

3. pengkajian dari asupan yang diabsorpsi, dan evaluasi asupan nutrien.

2.6 Indikasi Nutrisi Parenteral

Indikasi Pemerian Nutrisi Parenteral pada Orang Dewasa

1. Ketidakmampuan untuk menyerap nutrisi melalui saluran pencernaan


karena satu atau lebih dari hal berikut:

a. Besarnya reseksi usus kecil: biasanya pasien dengan kurang dari 100
cm distal ligamentum kecil dari Treitz tanpa kolon, atau kurang dari 50
cm dari usus kecil dengan kolon utuh.

b. Muntah yang hebat ketika pemerian nutrisi enteral selama 7- 14 hari

c. Diare yang berat

d. Obstruksi usus

e. Fistula GI : Nutrisi parenteral diindikasikan ketika tidak adanya asupan


nutrisi selama 5-7 hari bagi yang tidak bisa diberikan nutrisi enteral

2. Kanker : terapi antineoplastic, terapi radiasi , atau HSCT

a. Nutrisi parenteral dapat diberikan untuk pasien malnutrisi berat yang


aktif menerima pengobatan antikanker yang tidak bisa diberikan
nutrisi enteral

b. Nutrisi parenteral tidak secara rutin diberikan bagi yang gizi baik

9
maupun yang mengalami malnutrisi selama pasien yang menjalani
operasi, kemoterapi dan terapi radiasi

c. Nutrisi parenteral tidak mungkin bermanfaat bagi pasien dengan


kanker stadium lanjut yang ganasyaitu pasien yang tidak responsif
terhadap pengobatan. Namun, penggunaannya mungkin lebih hati-hati
bagi pasien tertentu yang telah gagal pengujian invasif dan terapi
medis memiliki status kinerja yang baik, harapan hidup diperkirakan
lebih dari 40 - 60 hari, dengan dukungan sosial dan keuangan yang
kuat

3. Pankreatitis : Nutrisi parenteral dapat diberikan bagi pasien yang mengalami


pankreatitis hebat ketika tidak adanya asupan nutrisi selama 5-7 hari bagi yang
tidak bisa diberikan nutrisi enteral. Nutrisi parenteral harus diberikan ketika nutrisi
enteral memperparah nyeri abdomen, ascites, atau output fistula

4. Perawatan kritis

a. Nutrisi parenteral harus digunakan pada pasien yang kontraindikasi terhadap


nutrisi enteral dan tidak memungkinkan mendapatkan asupan gizi yang
memadai selama 5-10 hari

b. Kegagalan organ (hati, ginjal, atau pernapasan): Nutrisi parenteral harus


digunakan pada pasien yang sedang mengalami katabolisme parah ketika
nutrisi enteral tidak dapat diberikan

c. Luka bakar, nutrisi parenteral harus digunakan pada pasien yang tidak bisa
menerima nutrisi enteral dan tidak memungkinkan mendapatkan asupan gizi
yang memadai

selama 4-5 hari

5. Nutrisi Parenteral Sebelum operasi

a. Pra operasi: selama 7-14 hari untuk pasien dengan gizi buruk hebatyang
sedang menjalani operasi besar saluran cerna, jika operasi dapat dengan
amanditunda

b. Pascaoperasi: Nutrisi parenteral harus digunakan pada pasien yang


dikontraindikasikan nutrisi enteral atau tidak memungkinkan mendapatkan
asupan gizi yang memadai selama7-10 hari

6. Hiperemesis gravidarum: ketika nutrisi enteral tidak dapat diberikan

7. Gangguan makan: Nutrisi parenteralharus dipertimbangkan untukpasien


dengananoreksianervosa danmalnutrisiparah yang tidak mampuatau tidak
dapatmenelannutrisi yang cukup

10
Indikasi Pemerian Nutrisi Parenteral pada anak-anak

1. Bila nutrisi enteral tidak memungkin untuk menyediakan kebutuhan gizi yang
cukup

a. BayiPrematurdalam waktu 24-48 jam

b. Pasien pediatrik lainnya dalam waktu 5-7 hari

2. Ketikasaluran pencernaantidak berfungsiatau tidak dapat digunakan

a. Reseksi besar pada usus halus yang mengakibatkan sindrom usus pendek

b. Neonatalnecrotizingenterocolitis

c. Penyakit pembengkakan usus yang hebat

d. Diare dan/atau muntah-muntah

e. Penyakit Graft-versus-host

f. Poskemoterapi

3. Bayi dan anak yang memerlukan oksigenasi membran extrakorporeal

4. Kegagalan organ (hati, ginjal, atau pernapasan): Nutrisi parenteral harus


digunakan pada pasien anak yang sedang mengalami katabolisme parah ketika
nutrisi enteral tidak dapat diberikan.

2.7 Jenis Nutrisi Parenteral

a. Cairan

1. Volume Cairan

Jumlah cairan sebanyak 2-2,5 liter per hari sering diberikan melalui nutrisi parenteral,

tetapi kebutuhannya dapat beragam. Sebagai contoh, pada pasien dengan pengeluaran cairan

fistula intestinal dalam jumlah besar, perdarahan, muntah atau diare, hati dan jantung dan

pasien yang mengalami hipoalbuminaemia (secondary hyperaldosteronism) pembatasan

11
pemberian cairan perlu dilakukan. Pasien lanjut usia, pada umumnya membutuhkan cairan

dalam jumlah yang lebih kecil dan pemberian obat secara parenteral merupakan pemasukan

cairan yang cukup berarti.

a. Perhitungan Kebutuhan Cairan:

Jumlah cairan yang diperlukan oleh tubuh dapat diperkirakan dengan

memberikan 1500 ml untuk 20 kg pertama, ditambah dengan 20 ml setiap kg berat badan

berikutnya (lihat rumus dibawah). Perkiraan kebutuhan cairan juga dapat dihitung dengan

asumsi kebutuhan 30-35 ml cairan per kg berat badan per hari.

Tambahan cairan harus diberikan untuk mengganti kehilangan cairan akibat diare,

muntah, nasogastric aspirates, cairan yang dikeluarkan oleh fistula, dehidrasi (e.g. kadar urea

serum terlalu tinggi sehingga tidak sebanding dengan kreatinin serum), kehilangan darah

9misalnya pembedahan, luka, trauma) dan kehilangan cairan lain yang cukup bermakna

(misalnya, demam, luka bakar).

b. Osmolalitas Cairan

Osmolalitas menyatakan jumlah partikel (solute) yang dilarutkan dalam cairan.

Merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan karena larutan hipertonik mengiritasi

dinding pembuluh (vessels) dan pada penggunaan infuse vena perifer sering mengakibatkan

inflamasi pembuluh vena (phlebitis) dan oklusi vena. Larutan ini harus diinfuskan secara

perlahan-lahan ke dalam pembuluh darah besar yang aliran darahnya baik. Komplikasi

tromboembolik dapat dikurangi dengan menginfuskan larutan yang osmolalitasnya lebih

rendah (misalnya, volume yang lebih besar, glukosa lebih sedikit, dan lebih banyak lemak

karena emulsi lemak mempunyai osmolalitas yang hamper sama dengan osmolalitas darah).

Sebagai petunjuk, osmolalitas sediaan (campuran) untuk infus perifer tidak boleh lebih dari

700 – 800 mOsm/kg.

Di lain pihak, osmolalitas larutan nutrisi parenteral sentral kira-kira 2000 mOsmol/kg

12
tetapi karena larutan tersebut diencerkan secara cepat dalam vena sentral, maka risiko

tromboplebitis berkurang.

b. Nitrogen

Pasien rata-rata menerima 9-14 g nitrogen per hari. Jumlah yang sesungguhnya

dibutuhkan, bagaimanapun tergantung pada situasi klinis dan derajat malnutrisi. Kebutuhan

pasien akan nitrogen kira-kira 0,15-0,3 g/kg/hari (1-2 g asam amino/kg/hari) tergantung pada

status metaboliknya seperti dibawah ini:

Keadaan Metabolik Nitrogen (g/kg/hari)


Normal 0,17 (0,14-0,20)
Hipermetabolik
5-25% 0,20 (0,17-0,25)
25-50% 0,25 (0,20-0,30)
>50% 0,30 (0,25-0,35)
Kehabisan cadangan 0,30 (0,20-0,40)

Perhitungan kebutuhan nitrogen pada orang dewasa dapat dilakukan sbb:

1. Sesuai dengan table diatas

2. Berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu: IMT = berat

badan (kg) / [tinggi badan (m)]2

IMT Interpretasi
< 16 Kekurangan berat badan parah
16-19 Kekurangan berat badan
20-25 Berat badan normal
26-30 Kelebihan berat badan sedikit
31-40 Kelebihan berat badan sedang
>40 Kelabihan berat badan parah

C. Energi Karbohidrat dan Lemak

Kalori adalah unsur yang mutlak harus diberikan cukup. Sumber kalori yang utama dan

harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa ini setiap

saat. Jika tidak tersedia cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis dari substrat lain. Sumber

13
kalori adalh karbohidrat dan lipid.

Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan dari berat badan. Howard Lyn6

menyerdehanakan perhitungan kalori menjadi:

· 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stres

· 30 kkal/kgBB, untuk stres ringan

· 35 kkal/kgBB, untuk stres sedang

· 40 kkal/kgBB, untuk stres berat

Sumber kalori yang utama adalah karbohidrat dan lemak. Tetapi bila kebutuhan NP

hanya dipenuhi oleh karbohidrat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama bila

cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu:

1. Trombosis

2. Meningkatkan kebutuhan insulin

3. Bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis dihentikan mendadak

4. Meningkat BMR

5. Meningkatkan produksi CO2

Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori nonprotein dapat digantikan

dengan emulsi lemak karena produksi CO2 akan ditekan. Jangan menggunakan protein

sebagai sumber energi, karena protein sangat penting untuk regenerasi sel dan sintesis protein

viseral seperti enzim, albumin dan imunoglobulin.

D. Karbohidrat

Glukosa merupakan sumber karbohidrat selain non-glukosa, namun glukosa

merupakan pilihan yang terbaik, karena non-glukosa (fruktose, xylitol, sorbitol, maltose dan

oligosakharida) lebih menyebabkan gangguan metabolik dari pada glukosa. Selain itu

glukosa juga lebih dipilih karena,glukosa merupakan substrat paling fisiologis, secara natural

ada dalam darah, banyak persediaan, murah, dan dapat diberikan dalam berbagai konsentrasi

14
dengan nilai kalori 4 kkal/g. Untuk dapat memberikan pengaruh maksimum terhadap

keseimbangan nitrogen, minimal diperlukan 100-150 g glukosa. Kebutuhan tersebut juga

digunakan untuk memenuhi energi yang diperlukan oleh susunan saraf pusat dan perifer,

eritrosit, leukosit, fibrolas yang aktif dan fagosit tertentu yang menggunakan glukosa sebagai

satu- satunya sumber energi.

Untuk menghindari hiperglikemia yang tiba- tiba, peningkatan konsentrasi glukosa, misal 5%

menuju 20% harap bertahap, (start slowand go slow). Kecepatan infus yang dianjurkan

adalah 6- 7mg/kgBB/menit. Beban glukosa akan merangsang pankreas mengeluarkan insulin.

Pada keadaan produksi insulin menurun, seperti pada sepsis, infus glukosa yang berlebihan

atau kecepatan infus lebih dari yang dianjurkan berakibat lipogenesis, yang akan

memperburuk keadaan. Bila terjadi hiperglikemia, selanjutnya lebih baik mengurangi

kecepatan infus glukosa debanding dengan pemberiaan insulin. Jika cairan glukosa diselingi

cairan yang lain, besar kemungkinan kadar glukosa darah fruktuasi karena over shoot insulin

dari waktu ke waktu.Agar fluktuasi seminimal mungkin, larutan karbohidrat dibagi rata

sepanjang 24 jam.

Fruktosa. Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial karenatidak memerlukan

insulin untuk masuk ke dalam sel, lebih sedikit teriritasi vena,dimetabolisme lebih cepat di

hati dan mempunyai efek hemat nitrogen lebih baik. Tetapi kebanyakkan jaringan tidak

menggunakan fruktosa secara langsung. Perubahan menjadi glukosa terutama terjadi dalam

hati, dan jaringan hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Kerugian lain

menggunakan fruktosa ialah bila infus terlalu cepat atau berlebihan dapat menyebabkan

asidosis laktat, hipoposfatemia, penurunan nukleotida adenin hati, peningkatan bilirubin dan

asam urat.

Gula alkohol (sorbitol dan xylitol). Jenis ini juga tidak memerlukaninsulin untuk

menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat digunakan langsung sebelum diubah menjadi

15
glukosa di dalam hati. Mengingat adanya resiko asidosis laktat, peningkatan asam urat darah

dan diuresis osmotik, gula alkohol ini tidak mempunyai keunggulan dibanding glukosa.

Untuk mendapatkan efek positif, xylitol diberikan dalam kemasan kombinasi dengan glukosa

dan fruktosa (GFX= Glukosa-Fruktosa-Xylitol) dengan perbandingan 4:2:1 yang dianggap

ideal secara metabolik.

Maltosa. Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagaikarbohidrat alternatif,

terutama pada pasien DM, karena:

 Mengandung 2 molekul glukosa.

 Tidak memerlukan insulin saat menembus dinding sel.

 Isotonis, sehingga dapat diberikan melalui vena perifer dan dapat dicampur dengan

cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan osmolaritas).

Meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel, tetapi proses intraselular mutlak

masih memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan efisien adalah 1,5 g/kgBB/hari.

Infus yang berlebihan menyebabkan pemborosan melalui urin, bisa sampai eksresi melebihi

25% dari maltosa yang diinfuskan.

Nilai normal maksimum glukosa yang dapat digunakan adalah 5 g/kgBB/hari.

Kandungan kalori dan osmolitas larutan glukosa (dinyatakan dalam glukosa anhidrat) dapat

dilihat pada tabel berikut:

Konsentrasi Energi Energi Osmolitas


Larutan (kkal/l) (kJ/l) (mOsm/kg)
Glukosa (b/v)
5% 190 794 278

16
10 % 380 1588 556
15 % 570 2382 834
20 % 760 3177 1112
40 % 1520 6352 2224
50 % 1900 7942 2780

e. Lemak

Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai sumber energi dengan nilai 9

kkal/g, lebih tinggi nilai energinya per unit volume dibanding karbohidrat. Emulsi lemak

adalah emulsi minyak dalam air yang mengandung minyak kacang kedelai (atau kombinasi

minyak kacang kedelai dan safflower) dalam konsentrasi 10, 20 dan 30% b/v. Emulsi lemak

adalah sumber asam lemak essensial (asam linoleat dan asam linolenat) dan asam lemak lain

(asam oleat, asam palmitat dan asam stearat) dan dapat berfungsi sebagai medium pembawa

vitamin yang larut dalam lemak. Ada juga infus yang mengandung trigliserida rantai

panjang (long chain triglycerides, LCT) dan kombinasi trigliserida rantai panjang dan rantai

sedang (long and medium chain triglycerides, LCT/MCT).

Lemak penting untuk integritas dinding sel, sintesis prostaglandin dan sebagai

pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk

jangka panjang menyebabkandefisiensi asam lemak essensial yang terlihat sebagai

alopepsia, dermatits, perlemakan hati dan gangguan fungsi imunitas. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa pemberian emulsi lemak sebesar 30- 40% dari kalori total merupakan

juml;ah optimal. Untuk mencegah defisiensi asam lemak essensial, perlu diberikan asam

lemak essensial sebanyak 4- 8% dari kalori total sehari. Emulsi lemak 10% dan 20% tidak

hipertonis, dapat diberikan melalui vena perifer. Kecepatan infus emulsi lemak tidak

melebihi 0,5 g/kgBB/jam. Sesuai dengan batas maksimal kemampuan ambilan lemak. Tiap

500 ml diberikan dalam waktu 6- 8 jam, dapat diteteskan bersama karbohidrat dan asam

amino. Perkiraan kandungan energi berbagai konsentrasi emulsi lemak sebagai berikut:

17
Konsentrasi lemak Volume (ml) Perkiraan kandungan energi
(b/v) (kkal)

10 % 500 550
20 % 500 1000
30 % 333 1000

Emulsi lemak mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan glukosa :

1. Kandungan energi per unit volume tinggi.

2. pH netral.

3. Iso-osmotik dengan plasma.

4. Isotonis, memungkinkan infus perifer.

5. Mencegah defisiensi asam lemak essensial.

6. Sumber vitamin E yang larut dalam lemak.

7. Mengurangi resiko hipoglikemia karena adanya lemak sebagai sumber energi maka

dosis glukosa dapat dikurangi.

8. Mempunyai keuntungan metabolik spesifik, misal oksidasi lemak menghasilkan lebih

sedikit CO2/kkal dari pada glukosa, hal ini penting bagi pasien yang mengalami gagal

napas.

9. Efek perlindungan pada vena.

Beberapa kerugian berkaitan dengan penggunaan emulsi lemak antara lain:

1. Reaksi dapat berubah demam sesekali dan respon anafilaksis yang jarang.

2. Tetesan lemak dapat mempengaruhi sejumlah pemeriksaan darah rutin.

3. Endepan lemak pada organ tubuh utama, termasuk pada paru- paru (dapat mengganggu

pertukaran gas), pada pasien yang kemampuannya membersihkan lemak dari peredaran

darah berkurang.

4. Terjadi “infusional hyperlipidaemia”, terutama pada pasien yang klirens

lemaknyakurang dari normal (misalnya pada pasien gagal hati dan ginjal, diabetes dan

18
pada pasien yang sudah mempunyai gangguan hiperlipidemia sebelumnya).

5. Reaksi tipe hipersensitivitas sementara akibat penginfusan emulsi dingin.

Sebagai sumber kalori, lemak perlu dikombinasikan dengan kalori

karbohidrat dalam perbandingan 1:1. Keuntungan kombinasi lemak-karbohidrat :

1. Larutan kaya energi dengan rasio energi/ volume tinggi.

2. Sistem energi ganda secara metabolik lebih efisien dari pada sistem energi tunggal.

3. Efek nitrogen-sparing.

4. Lebih sedikit kalori yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan nitrogen.

5. Mencegah komplikasi akibat hanya menggunakan glukosa.

6. Lebih sedikit retensi air.

7. Stres metabolik berkurang.

f. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi perhari tergantung pada kondisi klinis pasien dan energi yang

digunakan. Kebutuhan energi orang dewasa dapat dihitung dengan memeprhatikan faktor-

faktor berikut :

1. Laju metabolik basal (Basal metabolic rate, BMR)

Laju energi yang dikeluarkan oleh tubuh untuk kerja eksternal dan internal disebut

sebagai laju metabolik. Laju metabolik bervariasi, tergantung pada ada atau tidak adanya

beberapa faktor, seperti olahraga, konsumsi makanan, demam, dan kegelisahan. Laju

metabolik basal adalah energi yang diperlukan untuk memelihara fungsi tubuh dasar

pada saat istirahat. Ini dapat diperkirakan dari tabel di bawah dengan mempertimbangkan

jenis kelamin, usia dan berat badan.

Tabel Persamaan untuk memperkirakan laju metabolik basal.

19
Wanita kkal/hari Pria kkal/hari
15-18 th 13,3 B + 690 15-18 th 17,6 B + 656
18-3o th 14,8 B + 485 18-3o th 15,0 B + 690
30-60 th 8,1 B + 842 30-60 th 11,4 B + 870
Lebih dari 60 9,0 B + 656 Lebih dari 60 11,7 B + 585
Th th
B (berat badan) = dalam kg

2. Faktor Stress

Kebutuhan energi juga tergantung pada tingkatan stress pasien tersebut

Tabel 14.8

Tingkat stress % peningkatan dari


garis dasar
Kelaparan sebagian (penurunan berat -5 hingga +15%
badan lebih dari 10%)
Luka bakar ringan, kurang dari 4 hari +10 %
sesudah operasi, patah tulang (fraktur)
tunggal, inflammatory bowel disease)
Infeksi (demam dengan peningkatan suhu +5% hingga 10%
o
tubuh > 1 C +10 % hingga 30%
Luka bakar sedang, patah tulang, panjang
multiple (multiple long bone fractures) +25%
Infeksi (demam dengan peningkatan suhu +20% hingga 50%
o
>2 C
Sepsis parah, ruda paksa multiple, pasien +20% hingga 70%
yang menggunakan alat respirator
Luka bakar yang berat
Catatan : jika lebih dari satu faktor stress, masing-masing nilai stress ditambahkan

sebagai faktor stress.

3. Faktor aktivitas

Aktivitas pasien dan mobilitas merupakan faktor-faktor yang penting untuk

dipertimbangkan. Makin banyak aktivitas pasiean, makin besar energi yang dikeluarkan

dan makin besar pula kebutuhan energi perhari pasien tersebut.

Tabel 14.9

20
Terbaring ditempat tidur dan tidak bergerak +10%
Terbaring di tempat tidur dan bergerak atau +15% hingga 20%
dapat duduk
Bergerak di ruangan +25%

4. Sasaran terapi nutrisi parenteral

Tergantung pada kondisi klinis pasien, sasaran terapi nutrisi parenteral meliputi

penambahan berat badan, penyembuhna luka dan mengurangi resiko komplikasi

malnutrisi. Jika diperlukan peningkatan cadangan energi, ditambahkan 400-1000

kkal/hari. Jika diperlukan pengurangan cadangan energi, masukan energi dikurangi 400-

1000 kkal/hari. Dalam hal ini, penting untuk mempertimbangkan berat badan ideal pasien,

BBI (Berat Badan Ideal/ Ideal Body Weight)

Perhitungan BBI (dalam kg)

 Jika satuan tinggi dalam kaki dan inci maka,

BBI pria = 50 kg + 2,3 kg/inci > 5 kaki

BBI wanita = 45,5 kg + 2,3 kg/inci > 5 kaki

 Jika satuan tinggi dalam cm

maka : (Dimana T = tinggi)

BBI pria

Jika T > 152, 5 cm = 50 + [(T- 152,4) x 0,89]

Jika T < 152,5 cm = 50 – [(152,4 – T) x 0,89] BBI wanita

Jika T > 152, 4 cm = 45,5 + [(T- 152,4) x 0,89] Jika T < 152, 4 cm = 45,5 + [(152,4

- T) x 0,89]

4. Jumlah kebutuhan energi

Merupakan penjumlahan berbagai faktor yang telah dibicarakan diatas :

LMD =

Faktor stress =

21
Faktor aktivitas =

Penyesuaian penambahan atau pengurangan untuk mencapai sasaran perubahan berat

badan (+/- 400 hingga 1000 kkal) =

JUMLAH = kkal/hari

Catatan : Metode lain yang lebih sederhana, diterima secara luas tetapi kurang akurat,

dapat digunakan memperkirakan kebutuhan kalori.

Perhitungannya adalah sebagai berikut : Kebutuhan energi

= 30 hingga 35 kkal/kg/hari

g. Elektrolit

Elektrolit digunakan untuk mengoreksi gangguan dalam homeostasis cairan dan

elektrolit atau keseimbangan asam-basa dan mengembalikan keseimbangan osmotic ion-ion

spesifik. Dalam praktek klinis, konsentrasi solut diukur per liter larutan dan dinyatakan

sebagai milimol (mmol) per liter atau kadang-kadang dalam miliekivalen (mEk) per liter.

Miliekivalen diubah menjadi milimol dengan membaginya dengan valensi ion.

Ketidaknormalan cairan dan elektrolit harus dikoreksi sedapat mungkin sebelum

mulai memberikan nutrisi parenteral. Kandungan elektrolit dalam nutrisi parenteral

cenderung empiris tergantung pada hasil pemantauan dalam urin dan darah. Elektrolit yang

biasa ditambahkan dalam nutrisi parenteral adalah: natrium, kalium, magnesium, kalsium,

klorida, asetat (merupakan precursor metabolic bikarbonat dan lebih stabil dalam larutan),

dan fosfat (infuse glukosa dapat menimbulkan hipofosfatemia).

Pemberian dosis pemeliharaan elektrolit sering dilakukan kecuali bila pasien

mengalami:

 Kehilanhan cairan dalam jumlah yang signifikan

 Kehilangan elektrolit dalam jumlah yang signifikan

 Disfungsi hati

22
 Disfungsi ginjal

 Gangguan asam-basa

Tabel elektrolit- - fungsi dan kebutuhannya

Elektrolit
(kadar Rata-rata
normal dalam Fungsi utama kebutuhan per
serum, mmol/l) hari (mmol)
Natrium Kation ekstraseluler utama 80 – 120
(135-145) Regulasi keseimbangan air
Kontraklitas neuromuskuler
Kalium Kation ekstraseluler utama 80 – 120
(3,5 - 5,0) Regulasi keseimbangan
asam-basa
Kontraklitas neuromuskuler

Magnesium Kofaktor sistem enzim 5 – 14


(0,7 – 1,0) Kontraklitas neuromuskuler

Kalsium* Mineralisasi: tulang dan gigi 5 – 10


(2,2 – 2,6) Kontraklitas neuromuskuler

Fosfat Anion intramuskuler utama 10 – 30

(0,8 – 1,4) Keseimbangan asam-basa

Klorida Energi bervariasi,


menurun jika
(95 – 105) Anion ekstaseluler utama
asidosis

Bikarbonat Keseimbangan asam - basa Bervariasi- asetat


lebih stabil
(23 – 30)

(diadaptasi dari Malone 1999)

Kalsium terikat pada albumin luas. Hanya hasil kalsium “terkoreksi” yang

memperhitungkan kadar albumin yang digunakan. Untuk menghitung konsentrasi kalsium

dalam plasma yang “terkoreksi”:

Jika konsentrasi albumin plasma sebesar [alb]g/l dan konsentrasi kalsium total terukur

23
sebesar [Ca]mmol/l, maka

Untuk [alb]<40, kalsium terkorelasi = [Ca] + 0,02 {40 - [alb]}mmol/l

Untuk [alb]>45, kalsium terkorelasi = [Ca] - 0,02 {[alb] - 45}mmol/l

Sebagai contoh, [Ca] = 2,1 mmo/l

[alb] = 30 g/l

Kalsium koreksi = 2,1 + (0,02x10)

h. Mineral dan Unsur Hara

Adalah komponen enzim dan ko-enzim esensial dalam berbagai proses biokimia

dalam tubuh (misalnya, sintesa, asam nukleat, transport membran dan pencegahan kerusakan

radikal bebas oleh bahan-bahan oksigen aktif). Pemberian mineral biasanya dimulai sejak

awal pemberian NPT untuk mencegah dan mungkin juga untuk mengobati defesiensi yang

ada. Jumlah mineral yang diberikan secara intravena harus lebih sedikit dari pada yang

diberikan per oral karena bila diberikan per oral hanya sebagian yang dapat diabsorpsi oleh

usus.

Magnesium

24
• Magnesium mengaktivasi banyak sistem enzim (misalnya alkali fosfatase, leusin

aminopeptidase) dan merupakan kofaktor yang penting pada fosforilasi oksidatif,

pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot dan kepekaan saraf.

• Hipomagnesemia meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi neuromuskuler. Pada

keadaan defisiensi berat mengakibatkan tetani dan konvulsi.

Kalium

• Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation

utama dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan

keseimbangan dan volume cairan tubuh.

• Hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung

protein. Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah terapi diuretik terutama

tiazid.

• Penyebab hipokalemia lain adalah diare yang berkepanjangan terutama pada anak,

hiperaldosteronisme, terapi cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi,

penggunaan kortikosteroid atau laksan jangka lama.

• Hiperkalemia disebabkan gangguan ekskresi kalium oleh ginjal yang dapat terjadi

pada pasien dengan insufisiensi korteks adrenal, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik

terminal, suplementasi vitamin K yang tidak sesuai dosis atau indikasinya, atau

penggunaan

antagonis aldosteron

Natrium

• Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan

tubuh.

• Kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatik.

• Pembatasan natrium seringkali dianjurkan pada pasien gagal jantung kongestif, sirosis

25
hati dan hipertensi.

Klorida

• Klorida merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan keseimbangan

elektrolit.

• Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah muntah yang lama atau

penggunaan diuretik berlebihan.

• Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai kehilangan berlebihan natrium.

Sulfur

• Beberapa asam amino, tiamin dan biotin mengandung sulfur.

Fluor

• Fluor terdapat pada gigi dan bermanfaat untuk menurunkan insidens karies dentis

terutama pada anak. Selain itu fluor juga membantu retensi kalsium pada tulang.

• Fluoridasi air minum dengan kadar optimum 0,7-1,2 ppm merupakan cara yang paling

efisien dan ekonomis untuk menjamin

asupan fluor yang cukup.

Seng (Zn)

• Zn kofaktor lebih dari 100 enzim & penting untuk metabolisme asam nukleat dan

sintesis protein.

• Absorpsi dipercepat oleh ligan berat molekul rendah yg berasal dari pankreas. ±20-

30% Zn peroral diabsorpsi pada duodenum & usus halus bagian proksimal.

• Didistribusikan keseluruh tubuh dan kadar tertinggi didapat pada koroid mata,

spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan prostat.

• Ekskresi terutama melalui feses (kurang lebih 2/3).

Selenium

26
• Selenium merupakan unsur enzim glutation peroksidase yang terdapat pada

sebagian besar jaringan tubuh.

• Diperkirakan asupan selenium melalui makanan telah mencukupi kebutuhan.

• Selenium 0,05-0,2 mg/hari aman untuk orang dewasa.

Yodium

• Merupakan bagian dari hormon tiroid: tetrayodotironin (tiroksin) & triyodotironin.

• Defisiensi menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi kelenjar tiroid (goiter endemik).

• Dibutuhkan 100-300 µg/hari sampai 1 mg/hari.

• Kebutuhan meningkat pd anak yg sedang tumbuh & wanita hamil dan laktasi.

Kromium

• Kromium trivalen berperan sebagai kompleks kofaktor untuk insulin dan berperan

pada penggunaan glukosa secara normal di dalam tubuh.

Mangan

• Terdapat pada mitokondria sel, terutama pada kelenjar hipofisis, hati, pankreas,

ginjal dan tulang.

• Pada orang dewasa asupan 2-5mg aman dan cukup jumlahnya.

Molibden

• Diabsorpsi dgn baik dan terdapat dalam tulang, hati, ginjal.

• Molibden 0,15-0,5 mg/hari diperkirakan cukup dan aman untuk orang dewasa dan

dapat dipenuhi oleh makanan sehari-hari.

i. Vitamin

Vitamin adalah substansi organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil

pada berbagai proses metabolik. Vitamin tidak disintesa tubuh atau disintesa dalam jumlah

yang kecil atau tidak mencukupi.

27
Vitamin dapat dibagi menjadi vitamin yang larut dalm lemak dan vitamin yang

larut dalam air. Vitamin yang lart dalam lemak (kelompok vitamin A, D, E, K) disimpan

dalam tubuh dan kecil kemungkinan kekurangan vitamin tersebut dalam waktu yang

pendek. Vitamin yang larut dalam air (kelompok vitamin B dan C) diekskresi melalui

ginjal tidak disimpan dalamjumlah yang besar. Defisiensi vitamin dapat terjadi dengan

cepat pada pasien kekurangan gizi (malnourished).

Vitamin Fungsi Fisiologis Kebutuhan (iv) per


hari yang
Disarankan (dewasa)
Thiamin, B1 Metabolisme 3 mg
karbohidrat Ko-enzim
dekarboksilasi
Riboflavin, B2 Bagian dari beberapa 3,6 mg
enzim flavoprotein
Niasin Komponen NAD dan 40 mg
NADP
Sintesa asam lemak
Glikolisis
Respirasi jaringan
Piridoksin, B6 Ko-enzim pada 4 mg
transformasi metabolik
asam amino
Asam folat o-enzim pada sintesa 400 µg
purin dan pirimidin
Sianokobalamin, B12 Sintesa DNA 5µg
Pemeliharaaan fungsi
normal sumsum tulang
(bone marrow) dan
sistem syaraf
Asam pantotenat Bagian dari ko-enzim A 15 mg
Metabolisme
karbohidrat, lemak dan
protein
Sintesa asam lemak,
sterols dan hormon
steroid
Biotin Proses karboksilasi 60 µg
Siklus urea
Sintesa aspartat
Asam askorbat Hidroksilasi prolin 100 mg
Pembentukan kolagen
Vitamin A Penglihatan normal 3300 I.U.
Fungsi sel epitel

28
Vitamin D Pemeliharaan 200 I.U.
homeostasis kalsium
dan fosfat
Struktur tulang normal
Vitamin E Antioksidan 10 I.U.
Memelihara struktur
dan integritas semua
membrane
Vitamin K Sintesa prothrombin 5 I.U.
dan faktor koagulasi
lainnya

2.8 Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral

1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.

Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900

mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi

tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya

digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan t

cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat

merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih

dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum

memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat

disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein

trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.

2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup.

Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak

memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat

lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr)

untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel,

sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori,

29
agar asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram

Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25

gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300

gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan

kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum

dipenuhi.

3. Tidak melakukan perawatan aseptik.

Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi

infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa

masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infus.

2.9 Jenis-jenis cairan nutrisi parenteral

2.9.1 ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam

berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

 Na 130 mEq

 K 4 mEq

 Cl 109 mEq

 Ca 3 mEq

 Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

30
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati

2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih

baik dibanding RL pada neonatus

3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran

4. Mempunyai efek vasodilator

5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000

ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil

risiko memperburuk edema serebral

2.9.2 KA-EN 1B

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus

emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

2. < 24 jam pasca operasi

3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya

300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

31
Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral

terbatas

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam).

3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A.

4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B.

2.9.3 KA-EN MG3

Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral

terbatas.

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam).

3. Mensuplai kalium 20 mEq/L.

4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L.

2.9.4 KA-EN 4A

Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak.

2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai

.kadar konsentrasi kalium serum normal.

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.

Komposisi (per 1000 ml):

32
 Na 30 mEq/L.

 K 0 mEq/L.

 Cl 20 mEq/L.

 Laktat 10 mEq/L.

 Glukosa 40 gr/L.

2.9.5 KA-EN 4B

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun.

2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia.

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.

Komposisi:

o Na 30 mEq/L.

o K 8 mEq/L.

o Cl 28 mEq/L.

o Laktat 10 mEq/L.

o Glukosa 37,5 gr/L.

2.9.6 Otsu-NS

Indikasi:

1. Untuk resusitasi

2. Kehilangan Na > Cl, misal diare.

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi

adrenokortikal, luka bakar).

33
2.9.7 Otsu-RL

Indikasi:

1. Resusitasi.

2. Suplai ion bikarbonat.

3. Asidosis metabolic.

2.9.8 MARTOS-10

Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic.

2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,

stres berat dan defisiensi protein.

3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam.

4. Mengandung 400 kcal/L.

2.9.9 AMIPAREN

Indikasi:

1. Stres metabolik berat.

2. Luka bakar.

3. Infeksi berat.

4. Kwasiokor.

5. Pasca operasi.

6. Total Parenteral Nutrition.

7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit.

2.9.10 AMINOVEL-600

34
Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI.

2. Penderita GI yang dipuasakan.

3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi).

4. Stres metabolik sedang.

5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm).

2.9.11 PAN-AMIN G

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan.

2. Nitrisi dini pasca operasi.

3. Tifoid.

3.1 Definisi Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral merupakan salah satu bentuk “artificial nutrition”, juga disebut

asupan tabung, adalah salah satu cara untuk memberikan makanan melalui tabung

35
yang ditempatkan di hidung, perut, atau usus kecil. Sebuah tabung dalam hidung

disebut tabung nasogastrik atau nasoantral. Sebuah tabung yang masuk melalui kulit

ke dalam perut disebut tabung gastrostomi atau gastrostomi endoskopi perkutan

(PEG). Sebuah tabung ke dalam usus kecil disebut tabung jejunostomi atau

jejunostomi endoskopi perkutan.

Pada dasarnya nutrisi enteral ini aman, efektif dan secara umum terapi nutrisi

ini dapat ditoleransi pada pasien dengan fungsi gastrointestinal normal.

3.2 Tujuan Nutrisi Enteral

Tujuan utama pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi, untuk

pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan

energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan untuk mencukupi seluruh

kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan sama sekali, selain dari pada itu tujuan

pemberian nutrisi enteral untuk mencegah atau mengobati malnutrisi.

3.3 Indikasi Pemberian Nutrisi Enteral

Secara umum indikasi pemberian nutrisi enteral untuk menjaga atau

memperbaiki status nutrisi yaitu :

 Pasien malnutrisi yang diperkirakan tidak akan dapat makan dalam waktu

lebih dari 5 – 7 hari ke depan

 Pasien dengan status gizi normal yang diperkirakan tidak akan dapat makan

dalam waktu lebih dari 7-9 hari ke depan

 Fase adaptif dari short bowel syndrome

 Peningkatan kebutuhan gizi yang tidak bisa dipenuhi bila hanya melalui intake

oral (misal pada kasus burn injury, trauma )

36
 Kurangnya intake oral yang menyebabkan memburuknya status gizi atau

memperlambat proses penyembuhan dari penyakit.

3.4 Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Enteral

Kontraindikasi pemberian nutrisi enteral menurut ESPEN adalah terdapat

insufisiensi fungsi gastrointestinal, kondisi gangguan metabolik berat dan terdapatnya

gangguan sirkulasi. Beberapa keaadaan tersebut adalah :

 Pankreatitis akut berat

 Fistula proximal high output

 Ketidakmampuan untuk melakukan akses

 Diare atau muntah - muntah berat yang terus menerus

 Terapi agresif tidak diperlukan

 Resusitasi yang tidak adekuat atau buruknya status hemodinamik

 Buruknya status metabolik

 Ileus .

 Obstruksi intestinal

 Pendarahan traktus intestinal berat

3.5 Akses / Jalur Nutrisi Enteral

37
Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui

selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh peroral. Yang harus

diperhatikan pada saat memilih alat untuk jalur nutrisi enteral;

 Underlying disease

 Prognosis klinis

 Perkiraan durasi pemakaian alat

 Patensi dan motilitas dari saluran cerna

 Resiko terjadinya aspirasi dari isi lambung

 Pengalaman dan kemampuan yang memberikan jalur nutrisi

Terdapat beberapa teknik yang tersedia untuk akses enteral. Saat ini digunakan

metode dan indikasi pilihan dirangkum dalam sebuah table.

Tabel 1. Pilihan Akses dari Nutrisi Enteral

Pilihan Akses Penjelasan


Nasogastric Tube Penggunaan jangka pendek; risiko aspirasi; trauma nasofaring;
sering menyangkut.
Nasoduodenal/nasojejunal Penggunaan jangka pendek; risiko aspirasi rendah pada jejunum;
adanya tantangan dalam menempatkannya (bantuan radiografi
sering diperlukan)
Percutaneous endoscopic Diperlukan keterampilan endoskopi; dapat digunakan untuk
gastrostomy (PEG)
dekompresi lambung atau bolus feed; risiko aspirasi; bisa bertahan
12-24 bulan; tingkat komplikasi sedikit lebih tinggi yaitu
disebabkan cara penempatan dan kebocoran pada lokasi
penempatan.
Operasi gastrostomi Membutuhkan anestesi umum dan laparotomi kecil; mungkin
dapat dibuat penempatan feeding port duodenum jejunum yang
diperpanjang ; dapat ditempatkan secara laparoskopik
Gastrostomi fluoroskopi Penempatan jarum dan garpu T sebagai jangkar ke perut; dapat
menyisipkan kateter kecil melalui gastrostomy ke duodenum /
jejunum menggunakan fluoroskopi

38
PEG-jejunal tube Ditempatkan pada jejunum dengan endoskopi biasa yang
tergantung pada keahlian operator; jejunum sering tersangkut
retrograde; prosedur dua tahap dengan penempatan PEG, diikuti
dengan konversi fluoroskopi dengan tabung pengisi jejunum
melalui PEG
Direct percutaneous Menempatkan melalui endoskopik langsung dengan enteroscope;
endoscopic jejunostomy adanya tantangan dalam penempatan; risiko cedera lebih besar
(DPEJ)
Operasi Jejunostomi Umumnya diterapkan saat laparotomi; anestesi umum;
penempatan laparoskopi biasanya membutuhkan asisten untuk
penyisipan kateter; laparoskopi menawarkan visualisasi langsung
dari penempatan kateter
Fluoroscopic jejunostomy Pendekatannya sulit dengan risiko cedera; tidak umum dilakukan

Gambar: Pemilihan Rute Nutrisi Enteral

Beberapa pilihan selang makanan:

a. Selang nasogastric

39
1) Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.

Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya

tahan dipakai maksimal 7 hari.

2) Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french,

kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasipneumonia makanan dan tidak

terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan

dipakai maksimal 14 hari.

3) Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-

macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.

4) Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang iniberukuran 7 french

dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b. Selang nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam namun

lebih panjang dari pada selang nasogastrik.

c. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai untuk

pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster.

3.6 Kecepatan Administrasi Nutrisi Enteral

1. Bolus Feedings

 Definisi

Pemberian formula enteral dalam kurun waktu 5 hingga 20 menit, dengan

kecepatan maksimal 30 ml/min, dengan frekuensi pemberian 3-8x/hari,

menggunakan gravitasi atau syringe pump

 Indikasi

 Untuk penggunaan gastric feeding

 Fungsi gaster baik

 Reflex muntah baik

40
 Tidak terjadi muntah atau diare

2.Continuous Feedings

 Definisi

Pemberian formula enteral dalam kurun waktu 3 hingga 24 jam, dengan

frekuensi pemberian 1x/hari, menggunakan gravitasi atau syringe pump

 Indikasi

 Untuk pasien-pasien dengan penyakit akut

 Fungsi gaster kurang baik

 Bolus feedings kurang dapat ditoleransi (terjadi muntah / diare)

3. Intermittent Feedings

Definisi

Pemberian formula enteral di waktu-waktu yang spesifik, dengan volume yang

lebih besar dari bolus feedings namun lebih kecil dari continous feedings,

dalam kurun waktu 30 hingga 60 menit, dengan frekuensi pemberian 3-

4x/hari, menggunakan gravitasi atau syringe pump

Indikasi

 Untuk mempersiapkan pasien-pasien yang akan melakukan rehabilitasi atau

pulang dari rumah sakit

 Bolus feedings kurang dapat ditoleransi (terjadi muntah / diare)

4. Cyclic Feedings

Definisi

Pemberian formula enteral pada waktu malam hari, dalam kurun waktu 8 hingga

12 jam, dengan frekuensi pemberian 1x/hari, menggunakan syringe pump.

Indikasinya adalah pada masa transisi pemberian nutrisi enteral menjadi nutrisi

oral

41
3.7 Jenis Formula Makanan Pada Nutrisi Enteral

a. Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini dibuat dari

beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan

blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada

setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui

pipa sonde yang agak besar, harganya relatif murah.

Contoh:

1) Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah

laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).

2) Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,maizena)

3) Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4) Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendahpurin untuk

penyakit gout, diet diabetes)

b. Makanan / nutrisi enteral formula komersial: Formula komersial ini berupa bubuk yang

siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan. Nilai gizinya sesuai

kebutuhan, konsistensi danosmolaritasnya tetap, dan tidak mudah terkontaminasi.

Contoh:

1) Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran

gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral,fresubin)

2) Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elementar yang

mengandung asam amino dan lemak yang langsung diserap usus untuk pasien dengan

gangguan fungsi saluran gastrointestinal (pepti 2000).

3) Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin),diabetes

(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein(peptisol).

4) Diet enteral tinggi serat (indovita).

42
3.8 Kelebihan Nutrisi Enteral dibandingkan Nutrisi Parenteral

Nutrisi enteral memberi hasil lebih baik karena prosesnya berlangsung faali.

Nutrisi enteral lebih disukai daripada nutrisi parenteral atas dasar kurangnya biaya

yang harus dikeluarkan dan risiko yang terdapat jika diberikan secara intravena.

Pemberian nutrisi secara enteral telah menghasilkan beberapa manfaat klinis yang

spesifik, termasuk mengurangi kejadian komplikasi infeksi pasca operasi dan

peningkatan respon penyembuhan luka. Nutrisi enteral dapat memiliki efek

menguntungkan lain, termasuk mengubah eksposur antigen dan mempengaruhi

oksigenasi dari mukosa usus.

Secara garis besar, kelebihan nutrisi enteral dibandingkan dengan parenteral adalah :

 Mempertahankan fungsi saluran cerna

 Menurunkan kemungkinan translokasi bakteri

 Mempertahankan fungsi imunologis dari saluran cerna

 Menurunkan biaya

 Komplikasi infeksi lebih rendah

 Lebih aman dan lebih cost effective

 Intake lebih mudah dan dapat dimonitor secara lebih akurat

 Dapat memfasilitasi pemberian nutrisi ketika pemberian oral tidak dapat dilakukan

 Menurunkan resiko yang berkaitan dengan penyakitnya

3.9 Nutrisi Enteral Pada Kondisi Khusus

 Nutrisi Enteral pada trauma

43
Pasien trauma cenderung mengalami malnutrisi protein akut karena

hipermetabolisme yang persisten, yang mana akan menekan respon imun dan

peningkatan terjadinya kegagalan multi organ (MOF) yang berhubungan dengan

infeksi nosokomial. Pemberian substrat tambahan dari luar lebih awal akan dapat

memenuhi kebutuhan akibat peningkatan kebutuhan metabolik yang dapat

mencegah atau memperlambat malnutrisi protein akut dan menjamin outcome

pasien. Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih dipilih dari pada

Total Perenteral Nutrition (TPN) karena alasan keamanan, murah, fisiologis dan

tidak membuat hiperglisemia. Pemberian TPN secara dini tidak diindikasikan

kecuali pasien mengalami malnutisi berat. Komplikasi TEN dapat terjadi, yaitu

muntah, distensi atau cramping abdomen, diare, keluarnya makanan dari selang

nasogastrik.

 Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.

Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral dibandingkan

parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan masih dapat melalui

mulut dan esophagus. Nutrisi enteral perselang makanan diberikan bila makanan

tak dapat diberikan melalui mulut dan esofagus atau melalui gastrostomi esofagus

atau melalui jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena

dapat mencegah atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus

enterosit, dan kolonosit.

Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan

sumber energy asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa polimer,

sumber lemak trigliseril.

 Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker

44
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi

merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien kanker

yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3

jalur pemberian yang umum, yaitu oral, nasoenterik atau enterik.

 Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal

Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau

rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit ginjal

kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia protein yang diberikan dalam

bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial) 20g per hari. Pada pasien

gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang menjalani dialisis)

kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa normal. Keseimbangan

nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi yang mengandung asam amino

esensisal 0,55-0,60gram / kgBB/hari dan kalori energi 35 kkal/KgBB/ hari. Pada

pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi dan nitrogen

lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita gagal ginjal. Pada

pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau hipofosfatemia dilakukan pembatasan

kalium atau diberikan fosfor. Pada pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia

perlu diberikan magnesium dan pada kalsemia diberikan kalsium.

2.10 Komplikasi Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral adalah metode yang disukai dari dukungan nutrisi ketika

saluran cerna fungsional dan pasien tidak mampu atau tidak mau untuk

mengkonsumsi diet lisan yang memadai. Rute efisien dan hemat biaya, namun

tidak selalu semudah seperti yang terlihat. Komplikasi gastrointestinal, mekanik,

dan metabolik dapat terjadi. Hal ini penting untuk benar-benar menilai pasien

45
sebelum memulai makan melalui tabung dan memonitor mereka untuk

mengidentifikasi potensi masalah.

Gambar : Komplikasi dari Nutrisi Enteral

A. Komplikasi gastrointestinal

- Mual dan muntah

Sekitar 20% dari pasien yang menerima pemberian makanan enteral tube

mengalami mual dan muntah. Muntah meningkatkan risiko aspirasi. Penyebab

yang multifaktorial tapi tertunda pengosongan lambung adalah yang paling umum.

Jika menduga penyebabnya tertundanya pengosongan lambung, pertimbangkan

mengurangi obat narkotika, beralih ke formula rendah lemak, pemberian solusi

makan pada suhu kamar, mengurangi tingkat administrasi, dan mengelola agen

promotility. Jika pasien tampak buncit, periksa residu lambung sebelum makan

bolus berikutnya, atau setiap empat jam untuk makan terus menerus. Jika residual

lambung yang rendah namun tetap ada mual, pertimbangkan obat antiemetik.

 Diare

Diare adalah umum pada pasien tabung makan, yang terjadi di 2% sampai 63%

dari pasien. Definisi diare apabila feses > 200 gr/24 jam dan frekuensi lebih dari 3

46
x dalam 24 jam. Jika diare klinis yang signifikan berkembang selama enteral tube

feeding, pertimbangkan pilihan berikut:

o formula enteral dengan serat yang mudah larut

o Mengubah rumus

o Menggunakan agen anti-diare

Gambar : Penyebab Diare dari Nutrisi Enteral


 Konstipasi

Konstipasi atau sembelit disebabkan oleh imobilisasi, penurunan motilitas usus,

penurunan asupan cairan, impaksi, atau kurangnya serat makanan. Sembelit

biasanya ditingkatkan melalui hidrasi dan penggunaan diet yang mengandung

serat formula, pelunak feses, atau stimulan usus yang memadai.

 Malabsorpsi

Malabsorpsi didefinisikan sebagai gangguan penyerapan dari satu atau lebih zat

gizi. Manifestasi klinis meliputi penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan, steatorrhea, diare, anemia, tetani, nyeri tulang, pendarahan, neuropathi,

glositis, atau edema. Penyebab malabsorpsi banyak dan termasuk gluten

enteropati sensitif, penyakit Crohn, penyakit divertikular, enteritis radiasi, fistuals

enterik, HIV, insufisiensi pankreas, dan sindrom usus pendek. Pengetahuan

tentang sejarah pasien dan pemilihan produk yang tepat enteral harus membantu

mengurangi atau mencegah malabsorpsi. Tergantung pada luasnya penyakit,

nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

47
B. Komplikasi Mekanik

- Aspirasi

Aspirasi paru adalah komplikasi yang sangat serius dari makanan enteral dan

dapat pada pasien malnutrisi yang mengancam jiwa. Insiden pneumonia aspirasi

klinis signifikan adalah 1% sampai 4%. Gejala aspirasi termasuk dyspnea,

takipnea, mengi, rales, takikardia, agitasi, dan sianosis. Aspirasi dari sejumlah

kecil susu formula tidak dapat menyebabkan gejala langsung.

- Tabung malposisi

Komplikasi yang mungkin timbul selama penempatan tabung makan dapat

menyebabkan perdarahan trakea, parenkim perforasi, dan saluran pencernaan

perforasi. Penempatan tabung oleh tenaga terlatih dan menggunakan montoring

pasca penempatan yang sesuai dapat meminimalkan komplikasi ini. Kehadiran

tabung pengisi sendiri dapat menyebabkan komplikasi saluran napas atas dan

bawah, pecahnya varises esofagus, selulitis, necrotizing fasciitis, fistula, dan

infeksi luka.

- Tabung tersumbat

Tabung tersumbat lebih sering terjadi dengan produk protein utuh dan produk

kental. Hal ini dapat dicegah dengan flushing rutin tabung makan, penggunaan

teknik bersih untuk meminimalkan kontaminasi susu formula, dan sangat hati-hati

ketika pemberian obat melalui selang makanan. Direkomendasikan untuk melepas

sumbatan tabung adalah dengan menggunakan air hangat yang ditambah tekanan

manual sedikit.

C. Komplikasi Metabolik

48
Komplikasi metabolik nutrisi enteral yang mirip dengan yang terjadi selama

TNP. Pemantauan dengan cermat dapat meminimalkan atau mencegah komplikasi

metabolic.

Tabel : Komplikasi metabolik

Problem Cause Treatment

Change formula
Hyponatremia Overhydration
Restrict fluids

Hypernatremia Inadequate fluid intake Increase free water

Diarrhea Evaluate causes of diarrhea


Dehydration
Inadequate fluid intake Increase free water

Too many calories Evaluate caloric intake


Hyperglycemia
Lack of adequate insulin Adjust insulin

Refeeding syndrome Replace K


Hypokalemia
Diarrhea Evaluate causes of diarrhea

Excess K intake
Hyperkalemia Change formula
Renal insufficiency

D. Refeeding syndrome

- Refeeding pasien gizi buruk dapat mengakibatkan "refeeding syndrome" dimana

ada penurunan akut pada tingkat kalium, magnesium, dan fosfat dalam darah.

Gejala dari sindrom refeeding termasuk disritmia jantung, gagal jantung, gagal

pernafasan akut, koma, kelumpuhan, nefropati, dan disfungsi hati. Saran terbaik

ketika memulai dukungan nutrisi adalah untuk "memulai rendah dan pergi

lambat".

- Rekomendasi untuk mengurangi risiko refeeding syndrome meliputi:

49
Gambar 7. Sindroma Refeeding
Kenali pasien berisiko

a. Anorexia nervosa

b. Klasik kwashiorkor atau marasmus

c. Alkoholisme kronis

d. Puasa berkepanjangan

e. Hidrasi IV berkepanjangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulai memberikan terapi

enteral adalah :

- Periksa keseimbangan elektrolit yang benar sebelum memulai dukungan nutrisi.

- Mengelola volume dan energi secara perlahan.

- Pulsa Monitor, I / O, elektrolit erat.

- Memberikan suplemen vitamin yang tepat.

- Hindari overfeeding.

50
BAB III
KESIMPULAN

1. Nutrisi memiliki peranan yang penting yang tidak dapat dipisahkan dalam terapi

preoperasi, postoperasi pada pasien bedah.

2. Penilaian status gizi pasien saat pasien masuk rumah sakit memiliki peranan yang

sangat penting untuk mengetahui kondisi gizi pasien.

3. Dasar dari nutrisi suportif merupakan pemberian nutrisi pada pasien yang tidak dapat

melakukan intake secara per oral, dengan tujuan memperbaiki status nutrisi baik dengan

cara enteral maupun parenteral.

4. Nutrisi enteral memberi hasil lebih baik karena prosesnya berlangsung faali. Nutrisi

enteral lebih disukai daripada nutrisi parenteral atas dasar kurangnya biaya yang harus

dikeluarkan dan risiko yang terdapat jika diberikan secara intravena

51
DAFTAR PUSTAKA

1. F Charles,Dana K, Andersen, Timothy, David , John G et all. Schwartz’s Principles Of Surgery

. Tenth Edition. Mc Graw Hill ;2015

2. Approach to oral and Enteral Nutrition In Adults. Available from URL: www. Espen.0rg ; 2011

3. Robin B ; Enteral Nutrition Practice Recommendation . Available from URL : www.

ASPEN.com, 2011

4. Nutrition in Perioperative Periode. Availablle from URL : . Espen.0rg ; 2008

5. Nutrition Assessment and Technique. Availlable from URL : www. Espen.0rg ; 2007

6. Graham L. Hill . Buku Ajar Nutrisi Bedah. Jakarta . Edisi ke 2. Faramedia . 2009

7. Susan L. Brantley. Implementation of the Enteral Practice Recommendations. Sage

Publications, University of Tennesee Medical Center, Alcoa Hwy, Knoxville. 2010

8. R Sjamsuhidayat ; Wim de Jong . Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta , Edisi ke 2 ;EGC ; 2003

9. Godoy DA; Intensive Care in Neurology and Neurosurgery. Italy, First Edition ;SEEd ; 2013

10. Oertel MF et all. Parenteral and enteral nutrition in the management of neurosurgical

patients in the intensive care unit. J Clin Neurosci. 2009

11. Tianheng Zheng et all. Impact of early enteral nutrition on short term prognosis after

acute stroke. J Clin Neurosci. 2015

52

Anda mungkin juga menyukai