Anda di halaman 1dari 12

INTERVENSI PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL TOTAL (TPN)

KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN AKUT

Dosen Pengampu:
Ns. Andrye Fernandes, M. Kep, Sp. Kep. An

Oleh:
Kelompok 21
Ummy Raudhatul Karim (2120242085)
Vivia Jovancha (2120242086)

PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur atas nikmat-Nya penulis makalah dapat menyelesaikan tugas
nya dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “INTERVENSI PEMBERIAN NUTRISI
PARENTERAL TOTAL (TPN) ” dibuat oleh kelompok untuk memenuhi syarat penilaian
tugas kuliah mata ajar “KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT”, harapan
penulis agar makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah
wawasan.

Bukittinggi, 12 Mei 2023

Kelompok 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi parenteral total dapat didefenisikan sebagai cara pemberian
nutrisimelalui rute parenteral guna memenuhi kebutuhan metabolisme dan
pertumbuhan (Chaudhari & Kadam, 2006). Cara ini umumnya digunakan pada
kondisi dimana pemberian nutrisi melalui saluran cerna baik secara oral maupun
enteral masih belum mencukupi atau tidak diperbolehkan (Rampertab, Fischer, &
Mullin, 2013; Heimburger & Ard, 2006). Terapi ini merupakan salah satu cara
pemberian nutrisi yang optimal baik pada pasien neonatus, pediatrik, maupun pasien
dewasa pada kondisi tertentu (Freitas, Nogueira, Saron, Lima, & Hessel, 2014;
Heimburger & Ard, 2006; Ragab, Al-Hindi, & Alrayees, 2016). Disisi lain pemberian
obat secara intravena atau IV juga menjadi metode yang telah digunakan secara luas
karena berbagai alasan, seperti tercapainya onset yang cepat dan bioavailabilitas yang
tinggi (Hanifah, Ball, Kennedy, & Lambert, 2014). Karena alasan tersebut, pasien
yang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan parenteral nutrisi seringkali
mendapat pengobatan secara intravena (Bouchoud, Fonzo-christe, Klingmüller, &
Bonnabry, 2012).

Nutrisi parenteral total merupakan salah satu jenis terapi yang digunakan
dalam pengobatan neonatus pada kondisi kritis, sehingga secara umum tersedia di
Neonatal Intensive Care Unit atau NICU (Nghiem-Rao et al., 2016). Hal ini
dikarenakan kebanyakan neonatus yang lahir prematur maupun yang memiliki bobot
tubuh rendah (<1500 g) belum mampu untuk menerima asupan nutrisi secara oral atau
enteral karena saluran cerna yang belum sempurna (Fox, Wilder, & Foushee, 2013;
Wood et al., 2003). Kebutuhan nutrisi pada pasien neonates tidaklah sama dengan
pasien dewasa (Fox et al., 2013). Dimana kebutuhan cairan, nutrisi, dan energi pada
bayi prematur dan neonatus lebih besar, selain itu campuran nutrisi parenteral total
yang diberikan umumnya memiliki komposisi yang berbeda dan pH yang lebih asam
(Fox et al., 2013; Fusch et al., 2009; Hardy & Messing, 2005).

Larutan nutrisi parenteral merupakan larutan yang bersifat kompleks dan


mengandung berbagai komponen yang reaktif. Stabilitas fisikokimia larutan ini sangat
penting dalam keamanan proses pengobatan. Terjadinyan inkompatibilitas fisikokimia
dapat menimbulkan pengendapan (presipitasi), hancurnya emulsi, dan perubahan
warna larutan, tergantung pada sifat fisikokimia obat yang diberikan (Bouchoud et al.,
2012). Reaksi ini dapat mempengaruhi efek obat dan meningkatkan resiko timbulnya
efek yeng merugiakan, memicu terbentuknya zat toksik, serta menurunkan
bioavailabilitas zat aktif (Bertsche et al., 2008). Kasus inkompatibilitas yang telah
dilaporkan diantaranya pemberian seftriakson secara intravena bersama infus produk
yang mengandung kalsium seperti nutrisi parenteral total pada neonatus dan bayi,
dimana dari sembilan kasus yang dilaporkan, tujuh
diantaranya meninggal dunia (Bradley, Wassel, Lee, & Nambiar, 2009).

Salah satu peranan ahli farmasi yang dibutuhkan adalah untuk memeriksa
kompatibilitas obat injeksi yang diberikan secara paralel pada jalur akses vena yang
sama dengan parenteral nutrisi. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara teliti sebagai
alternatif terakhir guna mencegah terjadinya reaksi inkompatibilitas fisikokimia
(Miranda & Ferraresi, 2016). Beberapa unit kesehatan memang telah mempekerjakan
ahli farmasi untuk membantu tenaga kesehatan dan medis lainnya, tetapi hal ini
umumnya tidak diterapkan di seluruh rumah sakit (Kalikstad, Skjerdal, & Hansen,
2010). Selain itu, untuk melakukan proses pemeriksaan dibutuhkan sumber informasi
yang sesuai, tetapi data yang dibutuhkan untuk membuktikan kompatibilitas obat
terpisah-pisah dan sulit untuk di saring. Disisi lain, ketersediaan akses informasi yang
tepat masih terbatas bagi dokter dan perawat (Kalikstad et al., 2010). Sementara itu,
dalam mempercepat proses penetapan terapi diperlukan
keahlian dan pengalaman untuk menghindari kesalahan dalam peresepan ataupun
penatalaksanaan pada pasien yang menerima nutrisi parenteral (Mirtallo,
Hawksworth, & Payne, 2009)

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi TPN
b. Apa indikasi pemberian TPN
c. Apa kontraindikasi pemberian TPN
d. Apa saja akses dalam permerian TPN
e. Apa saja jenis terapi TPN
f. Bagaimana cara pemberian TPN

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa definisi dari TPN
b. Untuk mengetahui indikasi pemberian TPN
c. Untuk mengetahui apa saja kontra indikasi pemberian TPN
d. Untuk mengetahui akses apa saja dalam pemberian TPN
e. Untuk mengetahui apa saja jenis terapi TPN
f. Untuk mengetahui bagaimana cara dalam pemberian TPN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi ini
dapat diberikan kepada orang yang tidak mampu menyerap nutrisi melalui saluran
pencernaan karena muntah yang tidak terhenti, diare berat, atau penyakit usus.
Nutrisi parenteral (NP) merupakan salah satu alternatif dukungan nutrisi yang
telah terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak selama sakit. NP
diindikasikan untuk anak sakit yang tidak boleh atau tidak dapat mengkonsumsi
makanan secara oral/enteral. Mengingat komplikasinya maka pemberian NP harus
benar-benar memperhitungkan risk and benefit. Langlah-langkah pada tatalaksana
NP meliputi: penentuan status nutrisi (klinik, antropometrik & laboratorik),
perhitungan kebutuhan nutrisi (energi, cairan dan nutrien), pemilihan dan
perhitungan cairan yang akan digunakan serta cara pemberiannya (masing-masing
atau all in one/three in one), penentuan akses NP (sentral atau perifer), pelaksaan
pemberian dan pemantauan komplikasi.

B. Indikasi Nutrisi Parenteral


Secara umum, indikasi pemberian nutrisi parenteral adalah untuk pasien
malnutrisi dan berisiko mengalami malnutrisi yang kontraindikasi/ tidak dapat
menerima makanan melalui saluran cerna. Selain itu, juga bagi pasien yang
kebutuhan nutrisinya tidak dapat tercukupi hanya dengan pemberian nutrisi melalui
saluran cerna.

Penentuan kondisi malnutrisi dan risiko malnutrisi dapat melalui perhitungan


Nutritional Risk Screening (NRS) 2002. Beberapa kondisi yang berisiko mengalami
malnutrisi dan mungkin memerlukan nutrisi secara intravena antara lain:

1. Gangguan penyerapan atau kehilangan nutrisi


Contohnya adalah sindrom usus pendek (short bowel syndrome), pengeluaran
cairan fistula saluran cerna >500 ml/hari, serta gangguan mukosa usus halus yang
disebabkan oleh radiasi atau kemoterapi, enteropati akibat autoimun, atau diare
pada bayi yang sulit sembuh.

2. Obstruksi usus mekanis


Sumbatan lumen usus dapat terjadi karena penyempitan, perlekatan, inflamasi,
kanker peritoneum, serta superior mesenteric artery syndrome (penekanan
duodenum oleh aorta dan arteri superior mesenteric). Oleh karena itu, pasien
dengan obstruksi usus mekanis akan mengalami muntah berulang dan terbatas
dalam menerima asupan secara oral.

3. Pembatasan asupan oral atau enteral


Kondisi ini terjadi apabila pasien dengan iskemik usus dan pankreatitis berat.

4. Gangguan motilitas
Gangguan motilitas dapat terjadi pada ileus berkepanjangan, pseudoosbtruction,
dan gangguan perlekatan usus yang berat.

5. Ketidakmampuan mempertahankan akses enteral


Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami perdarahan aktif saluran
cerna, atau pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

6. Pasien kritis
Society of Critical Care Medicine (SCCM) dan American Society for Parenteral
and Enteral Nutrition (A.S.P.E.N.) merekomendasikan pemberian nutrisi
parenteral segera pada pasien ICU yang kontraindikasi dengan pemberian nutrisi
enteral, mengalami malnutrisi berat, atau termasuk kategori high nutrition risk
(NRS >3). Selain itu, rekomendasi pemberian nutrisi parenteral sebagai tambahan
nutrisi enteral juga untuk
pasien yang tidak dapat mencapai setidaknya 60% kebutuhan energi dan protein
setelah 7-10 hari perawatan di ICU. Rekomendasi waktu pemberian nutrisi secara
intravena sebagai tambahan tidak bersifat mutlak, bergantung pada keparahan
penyakit dan risiko malnutrisi pada pasien.

7. Pasienkanker
Ketika pemberian makanan secara oral atau enteral tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan kalori. Contohnya pada pasien enteritis radiasi yang berat,
mengalami malabsorpsi berat, obstruksi usus kronis, atau kanker peritoneum.
Pemberian nutrisi parenteral merupakan kontraindikasi bagi pasien dengan saluran
cerna yang dapat berfungsi dengan baik untuk mengabsorpsi makronutrien dan
mikronutrien secara adekuat. Kontraindikasi relatif lainnya adalah akses vena
yang sulit, risiko pemberiannya lebih besar dari manfaatnya, dan kondisi pasien
tidak memungkinkan untuk menerima dukungan nutrisi secara agresif.

C. Kontraindikasi Nutrisi Parenteral


Kontraindikasi :
1) Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
2) Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
3) Pankreatitis akut ringan.
4) Kolitis akuta.
5) AIDS.
6) Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
7) Luka bakar.
8) Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).

D. Akses Pemberian
Pemberian Nutrisi parenteral bisa melalui vena perifer atau vena sentral.
Pertimbangan pemilihan jenis vena berdasarkan pada:

 Osmolaritas dan pH larutan nutrisi parenteral


Vena perifer tidak dapat menoleransi larutan yang bersifat hipertonis karena dapat
menyebabkan iritasi pada vena, nyeri, phlebitis, dan thrombosis. Oleh karena itu,
vena perifer hanya dapat digunakan untuk larutan nutrisi parenteral dengan
osmolaritas <900 mOsm/L dan pH >5 dan <9.
 Aksesvena
Vena sentral digunakan pada pasien dengan akses vena perifer yang rapuh atau
sulit ditemukan. Apabila dukungan nutrisi diberikan tidak lebih dari 14 hari maka
dapat digunakan rute perifer, sebaliknya rute sentral digunakan bila NP
direncanakan diberikan lebih dari 14 hari.

 KondisiPasien
Pemberian nutrisi melalui vena sentral diperlukan pada pasien yang menggunakan
beberapa lumen untuk pemberian infus dan obat intravena, serta pada pasien
dengan pembatasan cairan yang membutuhkan nutrisi dengan kalori tinggi karena
nutrisi parenteral dengan kalori tinggi dan volume sedikit memiliki osmolaritas
yang besar.

 Komposisi dan jumlah kalori larutan nutrisi parenteral yang akan diberikan
Kandungan asam amino >5% dan dextrose >10% tidak dapat ditoleransi oleh vena
perifer karena memiliki osmolaritas yang tinggi. Sementara itu, kandungan lemak
dapat menurunkan osmolaritas dan memiliki efek proteksi pada endotel pembuluh
darah sehingga larutan nutrisi parenteral yang mengandung emulsi lemak lebih
cocok diberikan melalui vena perifer dibanding larutan dengan kalori yang hanya
bersumber dari glukosa. Vena sentral dapat dipilih untuk pemberian nutrisi
parenteral dengan kalori tinggi.

E. Jenis Terapi Parenteral


1. Terapi Parenteral Jangka Pendek
Terapi parenteral jangka pendek (3 sampai 5 hari pada pasien tanpa
defisit gizi) setelah prosedur bedah tanpa komplikasi sering diberikan dengan
cairan hipokalorik, nonnitrogen glukosa-elektrolit. Sebagai contoh, cairan
glukosa, 5% sampai 10% dengan suplemen natrium, klorida, dan elektrolit
lainnya umum diberikan untuk terapi jangka pendek.
Cairan ini memberikan kebutuhan elektrolit dan cairan total dan kalori
yang cukup untuk mengurangi katabolisme protein dan mencegah ketosis.
Sebagai contoh, infus harian 150 g glukosa mempertahankan metabolisme
otak dan eritrosit dan mengurangi katabolisme protein dari otot skelet dan
organ dalam. Asam amino dapat memiliki efek hemat-protein yang lebih besar
dibandingkan glukosa, tapi asam amino tanpa glukosa tidak sepenuhnya
mencegah balans nitrogen 9 negatif setelah operasi mayor. Lebih mahalnya
cairan asam amino dibanding potensi manfaatnya telah mencegah popularitas
penggunaannya menggantikan glukosa untuk terapi jangka pendek. Infus
perifer emulsi lemak dapat diberikan sebagai sumber kaloti nonprotein untuk
menambah cairan yang disuplai glukosa.

2. Terapi Parenteral Jangka Panjang


TPN (hiperalimentasi IV) adalah teknik memberikan kebutuhan nutrisi
total dengan infus asam amino digabungkan dengan glukosa dan sejumlah
lemak yang beragam. Massa tubuh tanpa lemak dijaga, penyembuhan luka
ditingkatkan, dan mungkin ada juga perbaikan pada mekanisme respon imun
yang terganggu. Cairan TPN mengandung proporsi kalori dari glukosa yang
besar sehingga bersifat hipertonik. Karena hal ini, cairan ini harus diinfuskan
melalui vena sentral dengan aliran darah yang tinggi untuk memberikan dilusi
yang cepat. Kateter biasanya dipasang secara perkutan ke vena subklavia dan
diarahkan ke atrium kanan. Cairan nutrisi parenteral biasanya diinfuskan
secara terus-menerus selama 24 jam. Karena cairan yang digunakan saat ini
tidak hipertonik dan hiperkalorik seperti dulu, tidak ada kekhawatiran bahwa
pasien akan menjadi hipoglikemi jika infus diberhentikan secara tiba-tiba tapi
tetap harus dipertimbangkan. Elektrolit serum, konsentrasi gula darah, dan
blood urea nitrogen harus diukur secara periodik selama TPN. Tes fungsi
hepar dan ginjal juga direkomendasikan tapi dapat dilakukan dalam interval
yang lebih jarang.

F. Cara Pemberian Nutrisi Parenteral


1. Persiapan Alat
a. Alat steril
1) Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril
2) Infus set steril
3) Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai
4) Korentang dan tempatnya
5) Kom tutup berisi kapas alcohol

b. Alat tidak steril


1) Standart infuse
2) Perlak dan alasnya
3) Pembendung (tourniquet)
4) Plester
5) Gunting verban
6) Bengkok
7) Jam tangan

c. Obat-obatan
1) Alcohol 70%
2) Cairan sesuai anjuran dokter.

2. Persiapan Pasien Dan Lingkungan


a. Persiapan Pasien
1) Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan yang
akan dilakukan
2) Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi supine)
b. Persiapan Lingkungan
Memasang sketsel(Pembatas Ruangan atau Penyekat Ruangan).

3. Prosedur Pelaksanaan
a. Fase Orientasi:
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien
b. Fase Kerja
1) Mengisi selang infus:
1.1 Perawat mencuci tangan dan memakai handscoon
1.2 Desinfeksi karet penutup botol
1.3 Menusukkan infus set ke dalam botol infuse
1.4 Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah
tempat tetesan
1.5 Menggantungkan botol infuse di standart infus
1.6 Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam)
1.7 Selang infus diisi cairan infus dan dikeluarkan udaranya

2) Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di


lengan bawah)
2.1 Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang
akan dipungsi
2.2 Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan
dipungsi
2.3 Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi
2.4 Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alcohol 70%
pada lokasi vena tempat masuk kateter dan sekitarnya
2.5 Regangkan kulit kearah distal. Tusukkan jarum dengan
sudut 20 terhadap permukaan kulit. Lubang menghadap
keatas. Masukkan jarum sesuai dengan arah garis vena.
2.6 Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah
keluar berarti kanula telah masuk ke vena. Tahan jarum
dan dorong kanula kateter
2.7 Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi
2.8 Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah
dipersiapkan sebelumnya
2.9 Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester
2.10 Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai
intruksi
2.11 Tutup kulit dengan kassa steril
2.12 Merapikan pasien
2.13 Melepas handscoon dan mencuci tangan
2.14 Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan
macam cairan

3) Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan:
 Tanyakan keadaaan dan kenyamanan pasien setelah
tindakan
 Obsevasi adanya komplikasi setelah pemasangan
infus/ terapi intravena (flebitis, infiltrasi, iritasi
vena, hematoma, tromboflebitis, thrombosis, spasme
vena, dan kerusakan syaraf, tendon dan ligament).
 Pencegahan komplikasi pemasangan terapi
intravena
a) Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan
gunakan set infus baru
b) Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam
dan evaluasi tanda infeksi
c) Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus
atau komplikasi lain
d) Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi
pada lokasi penusukan
e) Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
f) Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa
steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa
ujung kateter terhadap adanya embolus
g) Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik.
Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas
alcohol
h) Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan,
dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infuse
i) Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah
yang infeksi, vena yang telah rusak, vena pada
daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
j) Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus
dengan tepat
k) Penghitungan cairan yang sering digunakan
adalah penghitungan millimeter perjam (ml/h)
dan penghitungan tetes permenit
2. Dokumentasi

3. Menyampaikan tindak lanjut, jika ada keluhan bisa


menghubungi perawat di ruangan

4. Berpamitan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nutrisi parenteral merupakan pemberian nutrisi secara intravena diluar dari
tractus gastrointestinal(tanpa melalui tractus gastrointestinal),atau dengan lain kata
yaitu pemberian nutrisi yang bergantung pada jalur intravena. Pemberian secara
parenteral ditujukan pada pasien dengan kondisi malnutrisi dan yang berisiko
mengalami malnutrisi / tidak dapat menerima makanan melalui saluran cerna.
Selain itu, juga bagi pasien yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat tercukupi hanya
dengan pemberian nutrisi melalui saluran cerna.

Metode pemberian nutrisi parenteral bisa melalui vena perifer dan vena
central, dengan mempertimbangkan dari kondisi pasien seperti osmolaritas dan pH
larutan nutrisi parenteral, komposisi dan jumlah kalori larutan yang akan
diberikan. Sebelum pemberian nutrisi, perlu juga dilakukan perhitungan kalori
dari karbohidrat, lipid, protein dan komponen mikronutrien (vitamin dan
elektrolit) serta cairan parenteral yang akan diberikan pasien.

Selama pemberian terapi parenteral, pasien perlu dimonitoring setidaknya 1-2


hari agar menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan seperti
komplikasi metabolic yaitu hiperglikemia dan komplikasi infeksi seperti sepsis
yang paling sering terjadi.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap para pembaca memberikan
saran serta masukan agar makalah ini dapat lebih memperupdate ilmu
pengetahuan yang semakin maju kedepan nya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/312175376_Aspek_Praktis_
Nutrisi_Parenteral_pada_Anak
http://repository.uki.ac.id/9663/1/BahanKuliahNutrisiParenteral.pdf
https://docplayer.info/45774801-Standart-operasional-prosedur-
pemberian-nutrisi-parenteral-sop.html

Anda mungkin juga menyukai