Anda di halaman 1dari 14

nutrisi enteral dan parietal

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Nutrisi adalah ikatan kimia diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo,
2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan utnuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
nutrisi. Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organism
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada orang yang sakit kritis dapat menurunkan
angka kematian. Terdapat dua tinjauan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu :

1.

Mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas, yaitu starvation dan


infrastruktur.

2.

Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada orang sakit kritis hendaknya
dilakukan berulang-ulang untuk menentukan kecakupan nutrisi dan menentukan tunjangan
nutrisi berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian dari Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?

2.

Apa saja indikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?

3.

Apa saja kontraindikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?

4.

Apa saja manfaat dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?

5.

Bagaimana prosedur pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral?


6.

Apa saja Asuhan Keperawatan yang perlu diberikan pada pasien dengan pemenuhan nutrisi
total Enteral dan Parenteral?

C. Tujuan

1.

Mengetahui Pengertian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.

2.

Mengetahui indikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.

3.

Mengetahui kontraindikasi dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.


4.

Mengetahui manfaat dari pemberian manfaat dari pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi
Parenteral.

5.

Mengetahui prosedur pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.


6.

Mengetahui Asuhan Keperawatan yang perlu diberikan pada pasien dengan pemenuhan
Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral


Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam

lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun
dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi
enteraladalah faktor resiko independent pnemoni 13 nosokomial yang berhubungan dengan
ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan
menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan
membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah
peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk
dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care
Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic,
infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis.
Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi
(Wiryana, 2007).
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral
diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital
intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral
diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan
bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk 14
memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk
dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari
diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia
dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi
parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000).
Ada 3 macam metode pemberian nutrisi parenteral, yaitu:
1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.
Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral.
Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino
2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan
nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan
adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang

mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak
seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

B. Indikasi Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral


1. Indikasi Enteral
Pemberian nutrisi enteral diperlukan pada penderita yang memerlukan asupan nutrien
dengan saluran cerna yang masih berfungsi seperti pada penyakit AIDS atau HIV (yang
disertai malnutsi), kakeksia pada penyakit jantung/ kanker, penurunan kesadaran/ koma,
disfagia/ obstruksi esophagus, anoreksia pada infeksi yang berat/ kronis/ malnutrisi,
pembedahan/ kanker pada kepala/ leher dan gangguan psikologis seperti depresi berat/
anoreksi nervosa. Keadaan hypermetabolisme (luka bakar, trauma, infeksi HIV), asupan oral
yang tidak mencukupi, inflamasi usus/ penyakit kronik, intubasi/ ventilasi, upaya
mempertahankan keutuhan usus, seperti panda pancreatitis juga memerlukan nutrisi enteral.
Bahkan pada kasus-kasus berat sperti pembedahan dan trauma dengan resiko sepsis
diperlukan pemberian nutrisi enteral secara dini yang dapat disertai suplementasi nutrient
yang berperan dalam proses pergantian sel-sel jonjot usus seperti glutamine. Selain itu juga
diindikasikan untuk gangguan seperti di bawah ini:
a.

Gangguan menguyah dan menelan

b. Prematuritas
c.

Kelainan bawaan saluran nafas, saluran cerna, dan jantung

d. Refluks gastroesofagus berat


e.

Penyakit kronik dan keganasan

2. Indikasi Parenteral
a.

Gangguan absorbs makanan seperti fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis


infeksiosa, obstruksi usus halus.

b.

Kondisi dimana usus harus diistirahatkan sperti pada pankrestitis berat, status preoperative
dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare berulang.

c.

Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.

d.

Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum


(Wiryana, 2007).

C. Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral


1. Kontraindikasi Enteral
a.

Kondisi yang mengakibatkan perubahan fungsi saluran cerna (osbtruksi menyeluruh pada
saluran cerna bagian distal, perdarahan saluran cerna yang hebat, fistula enterokutan highoutput, intractable diarrhea, kelainan congenital pada saluran cerna).

b. Gangguan perfusi saluran cerna (instabilitas hemodinamik, syok septic)


2. Kontraindikasi Parenteral
a.

Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.

b. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.


c.

Pankreatitis akuta ringan.

d. Kolitis akuta.
e.

AIDS.

f.

Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.

g. Luka bakar.
h. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).

D. Manfaat Pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral


1. Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:
a.

Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus

b. Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna


c.

Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna

d. Mengurangi proses katabolic


e.

Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna

f.

Mempercepat penyembuhan luka

g. Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral


h.

Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan dengan Nutrisi
Parenteral

2. Manfaat dari pemberian nutrisi parenteral antara lain:


a.

Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya saluran
cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan

b.

Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme
energi

c.

Mempertahankan kebutuhan nutrisi

E. Prosedur Pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral


1. Prosedur pemberian nutrisi enteral
a.

Cuci tangan
R: mengurangi transmisi mikroorganisme

b. Auskultasi bising usus


R: bising usus menandakan adanya peristaltik dan kemampuan saluran untuk mencerna
nutrien
c.

Pastikan pesanan dokter untuk formula, kecepatan, rute, dan frekuensi


R: pemberian makan dengan selang harus sesuai instruksi dokter

d. Siapkan kantung dan selang untuk memberikan formula


R: selang harus bebas dari kontaminasi untuk mencegah pertumbuhan bakteri, penempatan
formula melalui selang mencegah kelebihan udara masuk ke saluran pencernaan
e.

Jelaskan prosedur pada klien


R: mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja sama antara klien dan perawat

f.

Baringkan klien dalam posisi Fowler


R: mengurangi resiko aspirasi

g. Pastikan penempatan selang NGT


R: mengurangi risiko aspirasi isi gastric ke dalam saluran pernafasan
h. Mulai memberi makan
Ada 2 macam metode pemberian makan yaitu sebagai berikut:
1) Metode bolus (intermitten)
a) Pijat usus proksimal selang makan
b) Hubungkan spuit ke ujung selang dan tinggikan 45 cm di atas kepala klien
c) Isi spuit dengan formula. Biarkan spuit kosong secara bertahap
2) Metode drip (kontinyu)
Merupakan metode yang dirancang untuk pemberian makan perselang dengan kecepatan
perjam yang dipesankan. Metode ini mengurangi risiko diare. Klien yang menerima pesanan
makanan drip kontinyu harus diperiksa setiap 4 jam.
a) Gantungkan kantung gavage pada tiang IV
b) Hubungkan ujung kantung ke ujung proksimal selang

c) Hubungkan pompa infus dan atur kecepatan


i. Bila selang makan tidak sedang digunakan, kelm ujung proksiamal salang makan
R: mencegah udara masuk ke lambung diantara pemberian makanan
j. Berikan air melalui selang makan secara bersamaan diantar makan
R: memberikan klien sumber air untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
k. Bilas kantung dan selang makan dengan air hangat setelah pemberian semua bolus makanan
R: membersihkan selang makan dan mencegah pertumbuhan bakteri
l. Tingkatkan makanan per selang
R: untuk mencegah diare dan intoleransi gastrik terhadap formula
m. Klien tetap pada posisi fowler tinggi atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30o atau
lebih selama 30 menit setelah memberikan makan melalui selang. Dengan makan kontinyu
klien harus dalam satu posisi ini selama makan
R: untuk membantu mempertahankan formula dalam saluran GI. Posisi itu mengurangi
risiko klien aspirasi
n. Catat jumlah dan jenis makanan, pastikan letak selang, patensi selang, respon klien terhadap
makanan, dan adanya efek merugikan
R: mendokumentasikan status selang makan dan respon klien

2. Prosedur pemberian nutrisi parenteral


a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Gunakan cara aseptik dalam perawatan kateter
d. Ganti balutan tiap 24- 48 jam
e. Ganti set infuse maksimal 2x24 jam
f. Ganti posisi pemasangan infuse maksimal 3 x 24 jam (perifer)
g. Perhatikan tanda phlebitis, inflamasi, dan thrombosis
h. Jangan gunakan untuk pengambilan sampel darah dan pemberian obat
i. Lakukan pemantauan selama pemberian nutrisi parenteral, antara lain:
a) Pemeriksaan laboratorium seperti BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit dan faal hepar
b) Timbang berat badan pasien
c) Periksa reduksi urine
d) Observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
e) Cairan jangan di gantuk lebih dari 24 jam

f)

Pemberian asam amino harus bersamaan dengan karbohidrat dengan harapan kalori yang di
butuhkan akan di penuhi karbohidrat

j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


F.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pemberian Nutrisi Enteral dan Nutrisi
Parenteral

1. Pengkajian
a. Pola istirahat/ aktivitas
penurunan otot, ekstremitas, kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
b. Sirkulasi
takikardi, bradikardi, diaforensis, sianosis
c. Eliminasi
diare, konstipasi
d. Kebutuhan cairan
BB menurun > 10 % dari bb dalam 6 bulan sebelumnya
e. Neurosensori
letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma.
f. Pernapasan
peningkatan frekuensi pernapasan, distress pernapasan, dispnea, peningkatan produksi
sputum. Bunyi napas : krekels (defisiensi protein akibat perpindahan cairan).
g. Keamanan
adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi) rambut rapuh, kasar, alopesia, penurunan
pigmentasi
h. Seksualitas
kehilangan libido, amenorea
i. Penyuluhan/pembelajaran
riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut. Misal: malabsorpsi atau
sindrom usus pendek dengan peningkatan diare, pancreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka
basah, cedera termal.

2. Pemeriksaan diagnostik
a. Antropometrik : pengukuran BB, TB
b. Protein visceral : albumin serum, transferin, ikatan tiroksin prealbumin, sifat asam amino
c. Tes sistem imun : hitung jumlah limfosit total

d. Tes mikronutrien : kalium, natrium, fosfor, magnesium, kalsium, zink


e. Tes yang menunjukkan kehilangan protein (nitrogen) : pemeriksaan keseimbangan nitrogen,
ekskresi kreatinin 24 jam
f. Tes fungsi : meliputi tes schilling, tes D-xylose, lemak feses 72 jam, seri GI: menentukan
malabsorpsi
g. Sinar dada : normal / menunjukan efusi pleural : bayangan jantung kecil
h. EKG : mungkin normal, menunjukkan voltase darah, disritmia, pola menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit
3. Prioritas keperawatan
a. Meningkatkan masukan perkiraan kebutuhan kalori dan protein konsisten
b. Mencegah komplikasi
c. Meminimalkan kehilangan/kebutuhan energy
d. Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

4. Diagnosa keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
b. Perubahan volume cairan b.d ketidakmampuan mendapat/mencerna makanan
c. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik
d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
e. Risiko tinggi aspirasi b.d pemasangan selang GI
f. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
g. Risiko cidera b.d lingkungan eksternal dan komplikasi karena kateter

5. Intervensi keperawatan
Dx 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia
a.

Kaji status nutrisi secara kontinyu selama perawatan. Perhatikan tingkat energi: kondisi kulit,
kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan.
R: memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien
dan mempengaruhi pilihan intervensi

b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan
R: membuat data dasar membantu dan memantau keefektifan aturan terapeutik dan
menyadarkan

perawat

penambahan berat badan.

terhadap

ketidaktepatan

kecenderungan

dalam

penurunan/

c.

Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat control infus sesuai
kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran.
R: ketentuan dukungan nutrisi didasarkan oleh perkiraan kebutuhan kalori dan protein.
Kecepatan konsisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek
samping lebih sedikit.

d. Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi


R: mengubah energy atau menurunkan kebutuhan kalori
e.

Perenteral: observasi ketepatan waktu penggantungan dari larutan parenteral ke protocol


R: keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam

f.

Pantau gula/ aseton urine atau glukosa tusuk jari per protocol
R: kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelelahan pankreas,
memerlukan penggunaan suplemen insulin untuk mencegah HHNC.

g.

Enteral: kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enteral : catat bising usus,
keluhan mual/ muntah, ketdaknyamanan abdomen, adanya diare/ konstipasi dan terjadinya
kelemahan, sakit kepala, diaphoresis, takikardi, kram abdomen
R: karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira-kira setiap 3 hari, saluran GI
berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atrofi pada penyakit dan malnutrisi. Intoleran terhadap
formula/

adanya

sindrom

dumping

memerlukan

pengubahan

kecepatan

pemberian/konsentrasi formula atau perubahan pemberian parenteral


h.

Periksa residu gaster bila pemberian makan bolus dilakukan, dan bila diindikasikan: tunda
pemberian makan/kembalikan aspirat per protocol untuk tipe/kecepatan pemberian makan
yang digunakan bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.
R: pelambatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses penyakit khusus. Missal: ileus
paralitik/ pembedahan, syok: oleh terapi obat (narkotik), atau kandungan protein/ lemak dari
formula individu.

i.

Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas dengan air hangat/
sesuai indikas
R: formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silicon
lebih mungkin daripada selang poliuretan) yang memerlukan pembuangan/ pergantian selang.

j.

Kolaborasi dengan tim nutrisi/ ahli diet


R: membantu dalam identifikasi deficit nutrient dan kebutuhan terhadap intervensi nutrisi
parenteral/enteral.

k. Infuskan penyerta emulsi lemak bila larutan 3 in 1 tidak digunakan


R: bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan kalori berlebihan

Dx 2: Perubahan volume cairan b.d ketidakmampuan mendapat/mencerna makanan


a.

Kaji tanda klinis dehidrasi atau kelebihan cairan


R: deteksi dini dan intervensi dapat mencegah kekambuhan/kelebihan fluktuasi pada
keseimbangan cairan

b. Berikan air tambahan/bilas selang sesuai indikasi


R: dengan formula kalori lebih tinggi, tambahan air diperluka untuk mencegah dehidrasi/
HHNC
c.

Catat masukan dan pengeluaran, hitung keseimbangan cairan. Ukur berat jenis urine
R: kehilangan urinarius berlebihan dapat menunjukkan terjadinya HHNC. Berat jenis adalah
indicator hidrasi dan fungsi renal

d. Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium. Missal : kalium, Ht, Albumin serum


R: menunjukkan keseimbangan cairan

Dx 3: Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic


a.

Pantau respons fisiologis terhadap aktifitas. Misal: perubahan TD atau frekuensi jantung/
pernapasan
R: toleransi sangat bervariasi, tergantung pada proses penyakit, status nutrisi, dan
keseimbangan cairan.

b. Berikan latihan rentang gerak pasif/ aktif pada pasien yang terbaring ditempat tidur
R: perkembangan massa otot sehat tergantung pada ketentuan baik latihan isotonic atau
isometrik
c.

Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan, bantu ambulasi
R: melindungi pasien dari cidera selama aktivitas

d. Bantu dalam kebutuhan perawatan diri sesuai kebutuhan


R: kelemahan membuat AKS hampir tidak mungkin diselesaikan pasien
e.

Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi


R: adanya anemia atau hipoksemia menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan seluler
dan memperberat kelelahan

f.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi


R: latihan harian terprogram dan aktivitas membantu pasien mempertahankan/ meningkatkan
kekuatan dan tonus otot dan meningkatkan rasa sejahtera

Dx 4: Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

a.

Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral/ enteral


R: dapat mengalami ansietas mengenai ketidakmampuan untuk makan dan tidak memahami
nilai nutrisi dari NPT yang diberikan/ pemberian makan per selang.

b. Tinjau ulang penggunaan/ perawatan alat pendukung nutrisi


R: pemahaman pasien dan kerja sama adalah kunci untuk pemasangan aman dan
pemeliharaan alat akses dukungan nutrisi serta pencegahan komplikasi
c.

Diskusikan penanganan, penyimpangan, persiapan yang tepat dari larutan nutrisi atau
makanan yang diblender, juga diskusikan teknik aseptic atau bersih untuk perawatan sisi
pemasangan dengan pembalutan
R: menurunkan resiko kompikasi metabolik dan infeksi

d. Demonstrasikan pemasangan ulang selang makan gastric


R: selang dapat diganti dengan rutin atau hanya dipasang selama makan. Pemberian makan
intermitten meningkatkan mobilitas pasien dan membantu dalam transisi pada pola
pemberian makan regular
e.

Instruksikan pasien atau orang terdekat pada pemantauan glukosa bila diindikasikan
R: pengenalan terhadap perubahan tepat waktu dalam kadar gula darah menurunkan resiko
reaksi hipoglikemia pada paaseen dengan hyperalimentasi.

f.

Diskusikan tanda/ gejala serta pengobatan pada hyperglikemia/ hypoglikemia


R: hyperglikemia lebih umum untuk pasien yang mendapat makan parenteral yang
mempunyai penyakit pancreas atau hepar ataun dosis besar dari kortikosteroid. Hypoglikemia
rebound dapat terjadi bilaa pemberian makan dihentikan dengan tiba- tiba

g. Anjurkan latihan/ aktivitas setiap hari terhadap toleransi, jadwal periode istirahat adekuat
R: meningkatkan motilitas gaster untuk pemberian makan enteral/ transisi, meningkatkan
perasaan sejahtera dan mencegah kelelahan yang tidak perlu.

Dx 5: Resiko tinggi aspirasi b/d pemasangan selang GI


a.

Pastikan penempatan selang pemberian makan nasoenteral. Tentukan posisi selang


pemberian makan dalam lambung denagn sinar-x, pastikan pH 2 atau 3 dari cairan lambung
yang diaspirasi melalui selang, atau auskultasi udara yang diinejksikan sebelumnya untuk
pemberian makan intermitten. Observasi untuk kemampuan bicara/ batuk
R: kesalahan penempatan selang makan nasoenteral dapat meningkatkan aspirasi formula
enteral. Pasien pada resiko tertentu meliputi mereka yang diintubasi atau akut, setelah CSV
atau pembedaha kepala artau leher, sistem GI atas

b. Pertahankan kewaspadaan aspirasi selama pemberian makan enteral

R: aspirasi formula enteral mengiritasi parenkim paru dan dapat mengakibatkan pneumonia
dan penurunan pernafasan
c.

Pantau residu lambung setelah pemberian makan bolus


R: adanya residu lambung dapat menimbulkan inkompeten sfingter esophagus menimbulkan
muntah dan aspirasi

d. Tinjau ulang sinar abdomen


R: memastikan selang makan GI terdapat pada posisi yang tepat

Dx 6: Risiko infeksi b.d prosedur invasif


a.

Mempertahankan lingkungan aseptic optimal selama pemasangan dari kateter vena sentral
ditempat tidur dan selama penggantian botol NPT dan pemberian selang
R: sepsis karena kateter dapat diakibatkan dari enteri mikroorganisme pathogen melalui
saluran pemasangan kulit atau dari kontaminasi sentuhan selama manipulasi sistem NPT

b.

Amankan bagian eksternal dari kateter / pemberian selang pada balutan dengan plester.
Perhatikan keutuhan jahitan kulit
R: manipulasi kateter masuk atau keluar sisi pemasangan dapat mengakibatkan trauma
jaringan pada potensial entri organism kedalam jalur kateter

c.

Pertahankan manipulasi sistem pemberian makan enteral minimum dan cuci tangan sebelum
membuka sistem.
R: kontaminasi sentuhan pemberi perawatan selama pemberian formula enteral terbukti
menyebabkan konstaminasi formula.

d. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NGT jangka panjang
R: menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal
e.

Berikan perhatian setiap hari / prn pada pemasangan selang makan per abdomen
R: sekresi GI yang bocor melalui atau disekitar selang gastrotomi / jejunostomi dapat
menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan pelepasan selang makan

f.

Beri tahu dokter bila ada tanda infeksi. Ikuti protocol untuk mendapatkan specimen kultur
yang tepat
R: untuk mengidentifikasi sumber infeksi dan terapi yang tepat. Perlu pembuangan jalur NPT
dan kultur ujung kateter

g. Berikan antibiotik sesuai indikasi


R: dapat diberikan dengan profilaktik untuk organism yang teridentifikasi secara khusus

Dx 7: Risiko cedera b.d lingkungan eksternal:komplikasi karena kateter

a.

Pertahankan sistem IV sentral tertutup dengan menggunakan sambungan/plester Luer-lok


pada semua sambung.
R: Pemutusan tidak disengaja dari sistem IV sentral dapat mengakibatkan emboli udara
mematikan

b. Berikan larutan NPT yang tepat melalui rute perifer atau vena sentral
R: Larutan yang mengandung dekstrosa konsentrasi tinggi(lebih besar dari 10%)harus
diberikan melalui vena sentral karena dapat mengakibatkan flebitis kimia bila diberikan
melalui vena perifer kecil
c.

Pantau terhadap potensial interaksi nutrient/obat


R: Berbagai interaksi mungkin terjadi contohnya digoksin(dalam hubungannya dengan terapi
diuretic)dapat

menyebabkan

hipomagnesemia:hipokalemia

dapat

diakibatkan

dari

penggunaan laksatif,mineralokortikoid,diuretic,atau amfoterisin


d. Inspeksi sisi kateter NPT perifer secara rutin dan ubah sisi sedikitnya setiap 3 hari atau per
protocol
R: Larutan NPT perifer(meskipun sedikit hiperosmolar)dapat mengiritasi vena kecil dan
menyebabkan fleditis
e.

Selidiki keluhan nyeri dada hebat/batuk.balik pasien miring kiri pada posisi trendelenburg
bila diindikasikan dan beritahu dokter
R: Menunjukkan adanya emboli udara yang memerlukan intervensi segera untuk mengubah
posisi udara ke apeks jantung menjauh dari arteri pulmunol

f.

Pertahankan balutan oklusiv pada sisi pemasangan kateter selama 24 jam setelah kateter
subklavia dilepaskan
R: Penggunaaan kateter yang lama dapat mengakibatkan terjadinya jalur kulit kateter.Bila
kateter dilepas,emboli udara masih beresiko sampai jalur kulit ditutup

g. Konsultasi dengan ahli farmasi berkenaan dengan sisi/waktu pemberian obat yang
Dapat mempunyai efek merugikan dengan formula enteral
R: Absorpsi vitamin D dirusak oleh pemberian minyak mineral (menghambat pembentukkan
meselium dari garam empedu) dan dengan neomisin(tidak mengaktifkan garam
empedu).antasida mengandung ikatan alumunium dengan fosfor pada larutan makan
menimbulkan hipofosfatemia.

Anda mungkin juga menyukai