Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang memerlukan beberapa


metode dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi,
asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin,
prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Respon hipermetabolik komplek terhadap
trauma akan mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostasis nutrisi.
Efek cedera atau penyakit berat terhadap metabolisme energi, protein, karbohidrat dan
lemak akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi. Pasien kritis dengan riwayat trauma berat,
sepsis atau gagal nafas mengakibatkan peningkatan metabolisme dan katabolisme sehingga
dapat menimbulkan malnutrisi. Kondisi malnutrisi dapat menyebabkan disfungsi organ,
meningkatkan tingkat morbiditas dan mortalitas perioperatif akibat perburukan pertahanan
tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya angka infeksi dan penyembuhan luka
yang lama, sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan peningkatan biaya
perawatan

Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita
yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapatmasukan nutrisi
melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parentral (intravena). Nutrisi parenteral
tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara
sampai usus berfungsi normal kembali.Teknik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan
penuh liku-liku masalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika
digunakan dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih
banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah sakit.

Nutrisi yang optimal sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan seluruh fase penyembuhan
luka. Selain itu, pemberian dukungan nutrisi pada periode operatif tersebut dapat
menurunkan komplikasi terutama infeksi berat pada pasien malnutrisi. Pentingnya nutrisi
terutama pada perawatan pasien kritis menyebabkan klinisi perlu mengetahui lebih lanjut
tentang pemberian nutrisi khususnya pada pasien dengan sakit kritis di Ruang Terapi
Intensif. Melalui laporan darah.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian nutrisi parenteral.

2. Mengetahui tujuan nutrisi parenteral.

3. Mengetahui indikasi nutrisi parenteral.


4. Mengetahui kontra-indikasi nutrisi parenteral.

5. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat pemberian nutrisi parenteral.

6. Mengetahui prosedur pemberian nutrisi parenteral.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ dan jaringan tubuh. Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang
baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi memberikan efek
yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh.

Pemberian nutrisidapat dilakukan dengan diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan
keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi penderita dan
keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan
fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih
berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah
mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan
enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver. Diet enteral mempunyai efek enterotropik
indirek dengan menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin enteroglucagon.
Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri,
memelihara gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa
usus.

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total,
namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan
suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan
pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.

Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan
untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang
peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai
contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini
dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.

Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga
sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal. Berdasarkan cara
pemberian nutrisi parenteral terdiri atas :

1. Nutrisi Parenteral Sentral

b. Diberikan melalui vena sentral bila konsentrasi > 10% glukosa.

c. Subklavia atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai <
4minggu.

d. Jika > 4 minggu diperlukan kateter permanen seperti implanted vascular access device.

2. Nutrisi Parenteral Perifer

a. Nutrisi Parenteral Perifer diberikan melalui peripheral vena.

a. Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika
pasien perlu konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein.

b. Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic
solution. High hypertonic solution dapat menyebabkan sclerosis, phlebitis dan
bengkak.

B. Tujuan

Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya


saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.

2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,
pankreatitis, inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease, ulseratif kolitis,
gagal ginjal akut, hepatic failure, penyakit jantung, pembedahan dan kanker.

3. Mencegah lemak subkutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme
energy.

4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

C. Indikasi

Adapun indikasi nutrisi parenteral sebagai berikut:

1. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik, jika oral nasogastrik ini tidak efektif, tidak
memungkinkan dan berbahaya. Nutrisi parenteral total digunakan dalam kondisi seperti
pasien dengan muntah yang kronis, kanker, radioterapi, anorexia nervosa
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen (pasien dengan luka
bakar, kanker metastatik, radiasi dan kemoterapi).

3. Mengistirahatkan gastrointestinal

a. Gastrointestinal fistula, extensive inflammatory bowel disease, intestinal resection,


obstruksi intestinal, multiple gastro intestinal surgery, gastro intestinal trauma,
intolerance enteral feeding yang berat.

b. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal,


kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.

c. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status
preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare
berulang.

d. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi


dan skleroderma.

e. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan makan,
muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum.

D. Kontraindikasi

Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisikondisi klinis
sebagai berikut

1. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.

2. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.

3. Pankreatitis akut ringan.

4. Kolitis akut.

5. AIDS.

6. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.

7. Luka bakar.

8. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Hindari menggunakan vena perifer untuk cairan pekat Osmolritas plasma 300 mOsmol.
Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol. Makin tinggi osmolaritas
(makin hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk
cairan >900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena sentral (vena cava, subclavia,
jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE
yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula
vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer,
dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan
osmolaritas cairan tersebut (tercatat disetiap botol cairan). Vena pada kaki tidak boleh
digunakan karena sangat mudah menyebabkan deep vein trombosis dengan resiko
teromboemboli yang tinggi.

2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukupSumber kalori yang utama dan
harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap
saat. Jika tidak tersedia terjadi glukoneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak harus
dicukupi terlebih dahulu. Diperlukan deksrose 6 gram/kgBB per hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis
ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar
asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis). Tiap gram nitrogen
harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram
protetin. Protein 50 gr memerlukan (50 : 6,25) x 150 kkal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan
kalori. Tidak disarankan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.

3. Tidak melakukan perawatan aseptikPenyulit trombplebitis karena iritasi vena sering


diikuti radang atau infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30%. Kuman sering
ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka
infus.

F. Prosedur Tindakan Beserta Rasionalnya

Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.


Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan yang
biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino. Nutrisi parenteral total,
pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus
dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung
karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin
G, dan cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid. Lokasi pemberian nutrisi secara
parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika,
vena subklavia, vena jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral
melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

1. Alat dan bahan

a. Alat steril
- Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril

- Infus set steril

- Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai

- Korentang dan tempatnya

- Kom tutup berisi kapas alcohol

b. Alat tidak steril

- Standart infuse

- Perlak dan alasnya

- Pembendung (tourniquet)

- Plester

- Gunting verban

- Bengkok

c. Obat-obatan

- Alcohol 70%

- Cairan sesuai anjuran dokter

2. Prosedur Tindakan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Parenteral

No. Tindakan Rasional

1. Pra Interaksi

Memastikan dan mengkaji ulang Mencegah kesalahan pemberian nutrisi


pasien yang memerlukan pemberian parenteral
nutrisi parenteral

Cuci tangan Menjaga kebersihan tangan sehingga


alat-alat tetap bersih dan mencegah
terjadinya transmisi kuman penyakit

Siapkan alat-alat dan dekatkan pada Mempermudah perawat dalam


pasien menjangkau alat-alat yang akan
digunakan.

2. Tahap orientasi

Beri salam, memperkenalkan diri, Membina hubungan yang baik dan


menanyakan nama, dan tempat saling percaya kepada pasien serta
tanggal lahir mencegah terjadinya salah pasien

Menjelaskan tujuan, prosedur, dan Mengurangi rasa cemas pasien dengan


lama tindakan memberikan informasi terkait tindakan
yang akan diberikan

Beri kesempatan kepada pasien Membina hubungan yang baik dengan


untuk bertanya sebelum melakukan pasien
tindakan

Tanyakan keluhan yang dirasakan Mengetahui keadaan pasien dan apabila


pasien sekarang keluhan tersebut menganggu tindakan
yang akan dilakukan, maka dapat
diatasi terlebih dahulu

3. Tahap Kerja

Jaga privasi klien Menghormati privasi klien

Cuci tangan Menjaga kebersihan tangan sehingga


alat-alat tetap bersih dan mencegah
terjadinya transmisi mikrooganisme

Atur peralatan yang diperlukan di Mempermudah kerja perawat dan


samping tempat tidur klien mengefektifkan waktu

Perlak dipasang di bawah anggota Menjaga kebersihan daerah sekitar


tubuh yang akan dipasang infus. penusukan
Pasang torniket di sebelah proksimal Agar tidak terdapat udara dalam selang
vena yang akan dipungsi dan infus set terpasang secara benar

Tentukan vena yang akan dikateter Untuk mempermudah menemukan vena


bila perlu dipalpasi yang akan ditusuk

Lakukan tindakan antisepsis dengan Mencegah terjadinya transmisi


kapas alcohol 70% pada lokasi vena mikroorganisme
tempat masuk kateter dan sekitarnya

Regangkan kulit kearah distal. Mempermudah aliran darah mengalir


Tusukkan jarum dengan sudut 200 melalui kateter vena
terhadap permukaan kulit. Lubang
menghadap keatas. Masukkan jarum
sesuai dengan arah garis vena

Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Lokasi penyuntikan tepat mengenai
Bila tampak darah keluar berarti vena
kanula telah masuk ke vena. Tahan
jarum dan dorong kanula kateter

Lepaskan torniket, tempelkan kapas Memberikan terapi kebutuhan nutrisi


ditempat pungsi. Pasang selang infus sesuai dengan anjuran dan melihat
berisi cairan infus yang telah kelancaran tetesan
dipersiapkan sebelumnya. Mengatur
tetesan dalam satu menit sesuai
intruksi

Bila tetesan lancar, pangkal jarum Agar jarum tidak bergeser atau lepas
direkatkan pada kulit menggunakan
plester. Jarum dan tempat suntikan
ditutup dengan kasa steril dan fiksasi
dengan plester.

Buanglah sampah ke dalam tempat Untuk menghindari cedera karena


sampah medis, jarum dibuang ke tertusuk jarum
dalam sharp disposal (jarum tidak
perlu ditutup kembali).

4. Tahap Terminasi

Evaluasi klien dan hasil kegiatan Mengetahui perasaan pasien setelah


dilakukan tindakan pemberian kebutuan
nutrisi parenteral

Akhiri kegiatan dengan sapaan atau Membina hubungan yang baik dengan
salam pasien

Merapikan alat dan pasien Menciptakan lingkungan yang bersih


dan nyaman untuk pasien

Cuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme

5. Dokumentasi Bukti tindakan keperawatan

Catat hasil dalam melakukan


perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Nurlaeli, Yuyun Eka. (2019). ”Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Fraktur Maxilla". Program Studi Pendidikan Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kepanjen: Malang.
Panji, Putu Agus Surya. (2019). "Nutrisi Parenteral di Intensive Care Unit". Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana: Bali.
Paramitha, P., & Devi, C. (2014). Standart operasional prosedur pemberian nutrisi parenteral
sop. September.
Rahmawati, Anita dan Kiki Riski. (2018). Modul Praktikum Keperawatan Dasar. Jombang:
Icme Press.

Anda mungkin juga menyukai