PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita
yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapatmasukan nutrisi
melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parentral (intravena). Nutrisi parenteral
tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara
sampai usus berfungsi normal kembali.Teknik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan
penuh liku-liku masalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika
digunakan dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih
banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah sakit.
Nutrisi yang optimal sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan seluruh fase penyembuhan
luka. Selain itu, pemberian dukungan nutrisi pada periode operatif tersebut dapat
menurunkan komplikasi terutama infeksi berat pada pasien malnutrisi. Pentingnya nutrisi
terutama pada perawatan pasien kritis menyebabkan klinisi perlu mengetahui lebih lanjut
tentang pemberian nutrisi khususnya pada pasien dengan sakit kritis di Ruang Terapi
Intensif. Melalui laporan darah.
B. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ dan jaringan tubuh. Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang
baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi memberikan efek
yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh.
Pemberian nutrisidapat dilakukan dengan diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan
keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi penderita dan
keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan
fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih
berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah
mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan
enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver. Diet enteral mempunyai efek enterotropik
indirek dengan menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin enteroglucagon.
Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri,
memelihara gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa
usus.
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total,
namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan
suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan
pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan
untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang
peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai
contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini
dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga
sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal. Berdasarkan cara
pemberian nutrisi parenteral terdiri atas :
c. Subklavia atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai <
4minggu.
d. Jika > 4 minggu diperlukan kateter permanen seperti implanted vascular access device.
a. Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika
pasien perlu konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein.
b. Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic
solution. High hypertonic solution dapat menyebabkan sclerosis, phlebitis dan
bengkak.
B. Tujuan
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,
pankreatitis, inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease, ulseratif kolitis,
gagal ginjal akut, hepatic failure, penyakit jantung, pembedahan dan kanker.
3. Mencegah lemak subkutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme
energy.
C. Indikasi
1. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik, jika oral nasogastrik ini tidak efektif, tidak
memungkinkan dan berbahaya. Nutrisi parenteral total digunakan dalam kondisi seperti
pasien dengan muntah yang kronis, kanker, radioterapi, anorexia nervosa
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen (pasien dengan luka
bakar, kanker metastatik, radiasi dan kemoterapi).
3. Mengistirahatkan gastrointestinal
c. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status
preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare
berulang.
e. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan makan,
muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum.
D. Kontraindikasi
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisikondisi klinis
sebagai berikut
4. Kolitis akut.
5. AIDS.
7. Luka bakar.
1. Hindari menggunakan vena perifer untuk cairan pekat Osmolritas plasma 300 mOsmol.
Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol. Makin tinggi osmolaritas
(makin hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk
cairan >900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena sentral (vena cava, subclavia,
jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE
yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula
vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer,
dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan
osmolaritas cairan tersebut (tercatat disetiap botol cairan). Vena pada kaki tidak boleh
digunakan karena sangat mudah menyebabkan deep vein trombosis dengan resiko
teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukupSumber kalori yang utama dan
harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap
saat. Jika tidak tersedia terjadi glukoneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak harus
dicukupi terlebih dahulu. Diperlukan deksrose 6 gram/kgBB per hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis
ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar
asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis). Tiap gram nitrogen
harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram
protetin. Protein 50 gr memerlukan (50 : 6,25) x 150 kkal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan
kalori. Tidak disarankan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
a. Alat steril
- Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril
- Standart infuse
- Pembendung (tourniquet)
- Plester
- Gunting verban
- Bengkok
c. Obat-obatan
- Alcohol 70%
1. Pra Interaksi
2. Tahap orientasi
3. Tahap Kerja
Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Lokasi penyuntikan tepat mengenai
Bila tampak darah keluar berarti vena
kanula telah masuk ke vena. Tahan
jarum dan dorong kanula kateter
Bila tetesan lancar, pangkal jarum Agar jarum tidak bergeser atau lepas
direkatkan pada kulit menggunakan
plester. Jarum dan tempat suntikan
ditutup dengan kasa steril dan fiksasi
dengan plester.
4. Tahap Terminasi
Akhiri kegiatan dengan sapaan atau Membina hubungan yang baik dengan
salam pasien
Nurlaeli, Yuyun Eka. (2019). ”Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Fraktur Maxilla". Program Studi Pendidikan Profesi Ners. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kepanjen: Malang.
Panji, Putu Agus Surya. (2019). "Nutrisi Parenteral di Intensive Care Unit". Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana: Bali.
Paramitha, P., & Devi, C. (2014). Standart operasional prosedur pemberian nutrisi parenteral
sop. September.
Rahmawati, Anita dan Kiki Riski. (2018). Modul Praktikum Keperawatan Dasar. Jombang:
Icme Press.