Disusun Oleh:
AFRIDA SARI
NIM: P200202002
HIPERTENSI
A. Anatomi fisiologi
B. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi
sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan
darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.
C. Klasifikasi
1. Menurut WHO (World Health Organization), klasifikasi tekanan darah
tinggi sebagai berikut:
a. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg;
b. Tekanan darah perbatasan, yakni sitolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg;
c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.
2. Menurut JNC VII dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Turner, Rick.
2010):
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan
TDD (mmHg) TDS (mmHg)
Darah
Normal <80 <120
Prehipertensi 80-90 120-139
Hipertensi Stage 1 90-99 140-159
Hipertensi Stage 2 100 atau >100 160 atau >160
Keterangan:
TDD: tekanan darah diastolik
TDS: tekanan darah sistolik
D. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
menurut Ardiansyah (2012), yaitu:
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang
mereka yang tidak.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca menopause
berisiko tinggi mengalami hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan atau obesitas
(25% diatas berat badan ideal) juga sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup
Gaya hidup dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup
yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan).
2. Hipertensi Sekunder (5-10%)
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya
diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang merupakan penyebab
hipertensi jenis ini antara lain:
a. Glomerulonefritis akut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan
memburuk dengan cepat. Jika tidak segera ditangani maka dapat
menyebabkan gagal jantung.
b. Sindrom nefrotik. Penyakit ini berlangsung lambat dan
menimbulkan gejala klinis sindrom nefrotik seperti proteinuria
berat, hipoproteinemia, dan edema yang berat. Meskipun pada
tahap awal fungsi ginjal masih baik, namun lama kelamaan daya
filtrasi glomerulus semakin menurun, faal ginjal memburuk, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.
c. Pielonefritis. Terdapat kaitan antara pielonefritis dan adanya
hipertensi. Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan
kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal.
Diagnosis klinis sering sukar ditegakkan. Namun demikian terdapat
keluhan yang biasanya muncul yaitu nyeri pinggang, mudah lelah,
dan rasa lemas pada badan. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya proteinuria, piuria, dan kadang-kadang
disertai dengan hematuria.
d. Kimmelt Stiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan
komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang berlangsung lama.
Gejala yang timbul menyerupai glomerulonefritis kronis dapat
disertai dengan tekanan darah tinggi. Penyakit ini memiliki
prognosis yang buruk, penderita dapat meninggal akibat gangguan
fungsi ginjal atau gagal jantung.
e. Hipertensi renovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi
pada arteri renalis. Stenosis yang terjadi pada arteri renalis ini
memicu pengeluaran renin yang berlebihan. Meskipun kemudian
mengalami penurunan, namun kadarnya tidak akan mencapai
tingkat terendah. Selain itu terdapat pula penambahan volume
cairan tubuh serta peningkatan curah jantung.
E. Manifestasi klinik
G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi
H. WOC
I. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain,
maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang
harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan
untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah :
a. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan
lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada
makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.
Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥
2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
c. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas
rutin mereka di tempat kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi
alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
2. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi
yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi
efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
J. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain : tekanan darah diatas rata-rata,
adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
tachycardia, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk :
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bias di
lakukan bias berupa :
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemic yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.,
K. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia perifer lengkap
e. Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infrak miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto rotgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothin
b. Pemendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi parenkim Ginjal
d. Hipertrofi vaskular Ginjal
L. Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
1) Identitas klien Meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala,
gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri
dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.Keluhan
lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan
buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi ,penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat
e. Aktifitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
f. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah, denyut nadi jelas (dari
karotis, jugularis, radialis, takikardia), murmur stenosis
vaskular, distensi vena jugularis, vasokontriksi perifer (kulit
pucat, sianosis, suhu dingin), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda.
g. Integritas
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,
peningkatan nada bicara.
h. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.
i. Makanan/cairan
1) Gejala:
- Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolestrol
- Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/menurun)
- Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda:
- Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema
- Glikosuria
j. Neurosensory
1) Gejala :
- Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,
epistakis)
2) Tanda :
- Status mental, perubaha keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses berpikir
- Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri/ketidak nyamanan
1) Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),
sakit kepala
l. Pernafasan
1) Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea, dyspnea
- Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
- Riwayat merokok
2) Tanda :
- Distres pernapasan /penggunaan otot aksesori pernapasan
- Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
- Sianosis
m. Keamanan
1) Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
M. Asuhan keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologi (iskemia)
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
- pusing
Genogram:
Data objektif
TD:200/110
Data objektif
Mukosa bibir kering,
BB sebelum sakit 58
Data objektif
Pernafasan cuping
hidung
RR 22x/menit
SpO2 99%
VII. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. Deficit nutrisi b.d faktor psikologis (keenganan untuk makan)
3. Gangguan pertukaran gas d.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
menurun[5] CVP)
Terapeutik
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivtas
secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
Deficit nutrisi b.d Status nutrisi
Manajemen nutrisi
faktor psikologis Setelah di lakukan
observasi
(keengganan untuk tindakan keperawatan
makan) selama 1 x24 jam di - Identifikasi status
harapkan pasien dapat nutrisi
memenuhi kriteria hasil
- Monitor asupan
sebagai berikut :
makan
- Monitor berat
Dengan kriteria: badan
- Fasilitasi pedoman
menentukan
pedoman diet
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Gangguan pertukaran Pertukaran gas Pemantauan respirasi
gas b.d ketidak Setelah di lakukan Observasi
seimbangan ventilasi- tindakan keperawatan - Monitor frekuensi,
perfusi selama 1 x24 jam di irama, kedalaman,
harapkan pasien dapat dan upayanapas
memenuhi kriteria hasil - Monitor pola napas
sebagai berikut :
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
Dengan kriteria:
sumbatan jalan napas
- Dispnea menurun [5]
- Auskultasi bunyi
- Pernafasan cuping
napas
hidung menurun [5]
- Monitor saturasi
- Frekuensi napas oksigen
menurun [5]