Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK


HIPERTENSI

Disusun Oleh:
AFRIDA SARI
NIM: P200202002

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Anatomi fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,


dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.Arteri membawa darah dari
jantung,Vena membawa darahke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan
vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan
dan bahan buangan.Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra
seluler atau intershil.Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing
kapiler halus untuk membersihkan jaringan.Saluran limfe ini juga dapat
dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung.Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata
kaki.Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,
dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi.Irama dan
denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus
jantung 70 kali per menit.
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap.Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah
dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas
pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi
sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada
tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke.Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit.Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan
80mmHg.Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah.Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang
dan sangat lambat pada kapiler,dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung
maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan
yang dihasilkan pernafasandengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah
maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi
tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada
keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan
menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama,
aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai
suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada
darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi.

B. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi
sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan
darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.

C. Klasifikasi
1. Menurut WHO (World Health Organization), klasifikasi tekanan darah
tinggi sebagai berikut:
a. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg;
b. Tekanan darah perbatasan, yakni sitolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg;
c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.
2. Menurut JNC VII dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Turner, Rick.
2010):
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan
TDD (mmHg) TDS (mmHg)
Darah
Normal <80 <120
Prehipertensi 80-90 120-139
Hipertensi Stage 1 90-99 140-159
Hipertensi Stage 2 100 atau >100 160 atau >160
Keterangan:
TDD: tekanan darah diastolik
TDS: tekanan darah sistolik
D. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
menurut Ardiansyah (2012), yaitu:
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang
mereka yang tidak.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca menopause
berisiko tinggi mengalami hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan atau obesitas
(25% diatas berat badan ideal) juga sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup
Gaya hidup dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup
yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan).
2. Hipertensi Sekunder (5-10%)
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya
diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang merupakan penyebab
hipertensi jenis ini antara lain:
a. Glomerulonefritis akut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan
memburuk dengan cepat. Jika tidak segera ditangani maka dapat
menyebabkan gagal jantung.
b. Sindrom nefrotik. Penyakit ini berlangsung lambat dan
menimbulkan gejala klinis sindrom nefrotik seperti proteinuria
berat, hipoproteinemia, dan edema yang berat. Meskipun pada
tahap awal fungsi ginjal masih baik, namun lama kelamaan daya
filtrasi glomerulus semakin menurun, faal ginjal memburuk, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.
c. Pielonefritis. Terdapat kaitan antara pielonefritis dan adanya
hipertensi. Peradangan pada ginjal ini sering disertai dengan
kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal.
Diagnosis klinis sering sukar ditegakkan. Namun demikian terdapat
keluhan yang biasanya muncul yaitu nyeri pinggang, mudah lelah,
dan rasa lemas pada badan. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya proteinuria, piuria, dan kadang-kadang
disertai dengan hematuria.
d. Kimmelt Stiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan
komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang berlangsung lama.
Gejala yang timbul menyerupai glomerulonefritis kronis dapat
disertai dengan tekanan darah tinggi. Penyakit ini memiliki
prognosis yang buruk, penderita dapat meninggal akibat gangguan
fungsi ginjal atau gagal jantung.
e. Hipertensi renovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi
pada arteri renalis. Stenosis yang terjadi pada arteri renalis ini
memicu pengeluaran renin yang berlebihan. Meskipun kemudian
mengalami penurunan, namun kadarnya tidak akan mencapai
tingkat terendah. Selain itu terdapat pula penambahan volume
cairan tubuh serta peningkatan curah jantung.
E. Manifestasi klinik

Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami


hipertensi selama bertahun-tahun. Menurut Ardiansyah (2012), gejalanya
berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium;
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi;
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf
pusat;
4. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasiglomerulus; dan
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit
kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-
muntah, kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada,
epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga mendenging),
serta kesulitan tidur.
F. Komplikasi
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpaja
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksisk dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urine sehinga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering djumpai pada hipertensi
kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan
saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.

G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi
H. WOC
I. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain,
maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang
harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan
untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah :
a. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti
menghindari diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan
lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada
makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.
Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥
2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
c. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas
rutin mereka di tempat kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi
alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
2. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi
yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi
efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

J. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain : tekanan darah diatas rata-rata,
adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
tachycardia, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk :
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bias di
lakukan bias berupa :
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemic yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.,

K. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia perifer lengkap
e. Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infrak miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto rotgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothin
b. Pemendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi parenkim Ginjal
d. Hipertrofi vaskular Ginjal
L. Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
1) Identitas klien Meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala,
gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri
dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.Keluhan
lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan
buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi ,penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat
e. Aktifitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
f. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah, denyut nadi jelas (dari
karotis, jugularis, radialis, takikardia), murmur stenosis
vaskular, distensi vena jugularis, vasokontriksi perifer (kulit
pucat, sianosis, suhu dingin), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda.
g. Integritas
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,
peningkatan nada bicara.
h. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.
i. Makanan/cairan
1) Gejala:
- Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolestrol
- Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/menurun)
- Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda:
- Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema
- Glikosuria
j. Neurosensory
1) Gejala :
- Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,
epistakis)
2) Tanda :
- Status mental, perubaha keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses berpikir
- Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri/ketidak nyamanan
1) Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),
sakit kepala
l. Pernafasan
1) Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea, dyspnea
- Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
- Riwayat merokok
2) Tanda :
- Distres pernapasan /penggunaan otot aksesori pernapasan
- Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
- Sianosis
m. Keamanan
1) Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
M. Asuhan keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologi (iskemia)
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Diagnose keperawatan SLKI SIKI


Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung b.d perubahan Setelah di lakukan Observasi
afterload tindakan keperawatan - Identifikasi
selama 1 x24 jam di tanda/gejala primer
harapkan pasien dapat penurunan curah
memenuhi kriteria hasil jantung (meliputi
sebagai berikut : dyspnea, kelelahan,
Indikator : edema, ortopea,
- Takikardi proximal nocturnal
menurun[5] dyspnea, peningkatan
- Lelah menurun [5] CVP)
- Murmur jantung - Identifikasi
menurun [5] tanda/gejala sekunder
- Tekanan darah penurunan curah
membaik [5] jantung ( mis:
peningkatan berat
badan,
hepatomegali,distensi
vena jugularis,
palpitasi, ronkhi
basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan
darah
Terapeutik
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Beri terapi relaksasi
untuk mengurangi
stress, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan
beraktivtas secara
bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
cidera fisiologi Setelah di lakukan Observasi
(iskemia) tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi,
selama 1 x24 jam di karakteristik, durasi,
harapkan pasien dapat frekuensi, kualitas,
memenuhi kriteria hasil intensitas nyeri.
sebagai berikut : - Identifikasi skala
Indikator : nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor
menurun [5] yang memperberat
- Meringis menurun dan memperingan
[5] nyeri
- Kesulitan tidur Terapeutik
menurun [5] - Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri.
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Intoleransi aktifitas b.d Toleransi aktifitas Manajemen energy
kelemahan Setelah di lakukan Observasi
tindakan keperawatan - Monitor kelelahan
selama 1 x24 jam di fisik dan emosional
harapkan pasien dapat - Monitor pola dan jam
memenuhi kriteria hasil tidur
sebagai berikut : Terapeutik
Indikator : - Sediakan lingkungan
- Kemudahan dalam nyaman dan rendah
melakukan aktivitas stimulus
sehari-hari - Berikan aktivitas
meningkat [5] distraksi yang
- Kekuatan tubuh menenangkan
bagian atas Edukasi
meningkat [5] - Anjurkan tirah baring
- Kekuatan tubuh - Anjurkan melakukan
bagian bawah aktivitas secara
meningkat [5] bertahap
- Keluhan lelah Kolaborasi
menurun [5] - Kolaborasi dengan
- Tekanan darah ahli gizi tentang cara
membaik [5] meningkatkan asupan
makan
N. Analisis pengkajian

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PSIK ITKES WITYATA HUSADA SAMARINDA

Nama Mahasiswa : Afrida Sari


Tempat Praktek : Klinik Itkes Whs
Tanggal : 18 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Suku : jawa
Inisial nama : Tn. W
Pendidikan : SMA
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : swasta
J. kelamin : laki-laki
Lama bekerja : 5 Tahun
Alamat : tenggarong seberang
Tanggal MRS : 12 jan 2021
Status : menikah
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 12 jan 2021

Sumber Informasi : pasien.

II. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan utama saat masuk RS: .

- pusing

2. Riwayat penyakit sekarang:


- Klien riwayat merokok sejak remaja klien jarang memeriksakan TD,
3 jam sebelum MRS klien sedang bekerja di kantor tiba-tiba kepala
pusing berputar-putar dan muntah 3x. klien di bawa ke RS TD
200/110 HR: 89x/menit. RR 22x/menit, Spo2 99%. Di igd klien
mendapatkan nipedipine 10mg sublingual

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit terdahulu yang
berhubungan dengan tekana darah tinggi, jantung, maupun yang lainya.

Genogram:

4. Diagnose medik saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang di


lakukan :
- Diagnose medik hipertensi

III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI DARI HARI PERTAMA


SUDARA MERAWAT KLIEN)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/ perawatan
- Pasien hanya mengetahui penyakit yang saat ini di derita adalah sakit
kepala/pusing saja, pasien menginginkan kesembuhan
2. Pola nutrisi/metabolic
a. Program diit RS
- Tidak dilakukan program diit
b. Intake makanan
- Pasien mengatakan tidak selera makan saat sakit ini,
c. Intake cairan
- Pasien minum 5-6 gelas sehari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
- Kebiasaan defekasi 2 hari sekali
b. Buang air kecil
- Pasien mengatakan sering buang air kecil pada malam hari
4. Pola aktifitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
5. Oksigenasi
- Pasien sesak dengan RR 22x/menit SpO2 99%
6. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawatan saat bangun
tidur)
- pasien tidur malam hari jam 9 sampai jam 5 subuh, gangguan tidur
pasien saat pusing terkadang kumat, Terkadang bangun di tengah
malam untuk buang air kecil
7. pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)
- penglihatan : pasien saat ini merasa pandangan berbayang
- pendengaran : baik pasien dapat mendengarkan dengan baik apa
yang petugas tanyakan
- pengecapan : baik, pasien dapat merasakan asam, asin, manis, pahit
- sensasi : baik, pasien masih bisa merasakan benda-benda halus dan
kasar
8. pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, koping
diri)
- pasien mengatakan bahwa penyakitnya saat ini sudah parah sehingga
harus di rawat di RS, pasien mengharapkan kesembuhan dari
penyakit yang di deritanya saat ini.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
- Masalah seksualitas/penyakit: tidak ada
10. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,
kemampuan keuangan):
- Pasien mengatakan komunikasi dengan keluarga/ orang lain sangat
baik.
11. Pola managemen koping stress
- Pasien mengatakan akir-akhir ini belum ada perubahan dalam
hidupnya, pasien mengatakan jika dirinya mengalami setres pasien
memilih kegiatan keagamaan seperti mengaji/mendengarkan
ceramah
12. System nilai keyakinan
- Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pasien sering
mengikuti pengkajian, pasien mengatakan agama adalah hal yang
paling penting
IV. Pemeriksaan fisik
(Cephalocaudal) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkursi, dan auskultasi.
Keluhan yang dirasakan saat ini :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian leher saat di tekan, dan terlihat
tampak adanya benjolan

TD: 200/110 mmHg P: 22x/menit N: 89x/menit

S: 36,5 C BB/TB: 58kg/158 cm


1. Kepala :
- Rambut : tidak ada kerontokan pada rambut pasien, rambut berwarna
hitam
- Kulit kepala : bersih, tidak terdapat ketombe, dan tidak ada lesi
- Bentuk kepala : tidak terlihat adanya kelainan bentuk kepala
2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengaran)
a. Penglihatan
Berkurang ganda kabur  buta/gelap
- Pasien mengatakan penglihatan sedikit berbayang,
 Visus: dioptric
 Sklera ikterik : ya/tidak (normalnya putih, ikterik adalah
perubahan warna pada sklera)
 Konjung tiva : Anemis/tidak anemis (normal konjungtiva
berwarna putih, konjungtiva adalah selaput lender yang
melapisi permukaan dalam kelopak mata)
 Nyeri : tidak ada nyeri pada bagian mata
 Kornea : jernih/keruh/berbintik
 Alat bantu : tidak ada/lensa kontak/kacamata
b. Pendengaran
 normal  berdengung  berkurang  alat bantu  tuli
- Pendengaran pasien baik, pasien dapat mendengarkan dengan
jelas apa yang dibicarakan oleh petugas.
3. Hidung
- Indra penciuman pasien baik, pasien dapat mengenali aroma
yang diberikan oleh perawat misalanya minyak kayu putih,
lubang hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada polip
4. Mulut/gigi/lidah
- Gigi pasien rapi, mulut pasien tidak terdapat lesi tidak ada
sariawan, lidah pasien baik pasien dapat merasakan makanan
5. Leher
- Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan seperti tyroid
6. Respiratori
a. Dada
- Pergerakan dinding dada pasien normal, bentuk dada simetris
b. Batuk : produktif/tidak produktif
- Karakteristik sputum : Pasien tidak sedang batuk
c. Bunyi napas saat ini : vesikuler/lainya, jelaskan
- Bunyi napas pasien normal, tidak ada suara napas tambahan
- Sesak napas : pasien merasa sesak
 ekspirasi  inspirasi  istirahat aktivitas
- Tipe pernapasan
 perut  dada  biot 
kussmaul
 cynestokes  lainya
…………………………………………………………………
…..
- Frekuensi nafas : 22x/menit
- Penggunaan otot-otot asesoris : ya/tidak,
- nafas cuping hidung: menggunakan napas cuping hidung
- fremitus : (vibrasi ketika pasien mengatakan 77) normal
- Sianosis : ya/tidak
Keluhan lain : tidak ada
7. Kardiovaskular
- Riwayat hipertensi : saat ini TD 200/110 mmHg
- Masalah jantung : tidak ada
- Demam rematik : tidak ada
- Bunyi jantung : frekuensi…….. irama: …………
Kualitas :………… murmur:………..
nyeri dada, intensitas: tidak ada nyeri dada
palpitasi
pusing :  cyanosis
 capilariy refill:

Riwayat keluhan lainnya: tidak ada keluhan lainya


 edema, lokasi: grade:
 hematoma, lokasi:
8. neurologis
- rasa ingin pingsan/pusing: pasien merasakan pusing
- sakit kepala,lokasi nyeri: di bagian kepala
frekuennsi: -
 GCS : Eye= 4 Verbal= 5 Motorik= 6
 Pupil : isokor/unisokor
 Reflek cahaya : normal, pupil mengecil saat diberikan
reflek cahaya
 Sinistra : +/- cepat/lambat
 Dekstra : +/- cepat/lambat
 Bicara : normal
 komunikatif  aphasia pelo
………………………………………………………..
Keluhan lain :
 Kesemutan  bingung tremor
 gelisah  kejang
 Koordinasi ekastemitas
normal  paralisis,lokasi:  plegia,
lokasi:
Keluhan lain : tidak ada
9. Abdomen
- Nyeri tekan : tidak ada
- Lunak/keras : perut teraba lunak
- Massa : tidak ada ukuran/lingkar perut:
- Bising usus: terdengar bising usus 15x/menit (normal)
- Asites : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada keluhan lain yang berhubungan dengan
abdomen
10. Musculoskeletal
 Nyeri otot/tulang, lokasi : tidak ada nyeri otot
intensitas:
 Kaku sendi, likasi : tidak ada
 Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
 Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
 Fraktur (tertutup/terbuka) : tidak ada
 Pergerakan terbatas, jelaskan : tidak ada
 Keluhan lain, jelaskan : -
11. Seksualitas
- Aktif melakukan berhubungan seksual : -
- Penggunaan alat kontrasepsi : -
- Masalah/ kesulitan seksualitas: -
- Perubahan terakhir dalam frekuensi :-
PRIA
- Rabas penis: tidak ada
- Gangguan postrat: tidak ada
- Sirkumsisi:
- Vasektomi:
- Impoten:
- Ejakulasi dini:
V. Program terapi
Tidak ada program terapi
Hasil pemeriksaan penunjang dan laboraturium (dimulai saat anda mengambil
sebagai kasus kelolaan, cantumkan tanggal pemeriksaan,dan kesimpulan
hasilnya)
Pemeriksaan laboraturium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Unit
Rujikan
Hemoglobin 14 12.0-16.0 g/dL
Hematocrit 38 27,0-54,0 %
Trigliserida 149 <150 mg/dL

Kolesterol 230 <200 mg/dL


HDL 42 >45 mg/dL
LDL kolesterol 216 <130 mg/dL
SGOT 30 <30 u/I

Terapi Pemberian Obat

Perdipnie 0,5 mcg/jam via syringe pump


Injeksi metoclopramide 3x1 ampul iv
Injeksi ranitidine 2x50 mg iv
ISDN 3x5 mg PO
ATORVASTATIN 0-0-20 mg PO
Candesartan 0-0-16 mg PO
Amlodipine 1x10 mg
VI. Analisa data

No Data Penunjang Kemungkinan Masalah


Penyebab
1. Data subjektif Peningkatan tekanan Penurunan curah jantung
Pasien mengatakan intrakranial
pusing

Data objektif
TD:200/110

2. Data subjektif Muntah Defisit nutrisi


Pasien mengatakan
tidak nafsu makan

Data objektif
Mukosa bibir kering,
BB sebelum sakit 58

3. Data subjrktif Sesak Gangguan pertukaran gas


Pasien mengatakan
sesak

Data objektif
Pernafasan cuping
hidung
RR 22x/menit
SpO2 99%
VII. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. Deficit nutrisi b.d faktor psikologis (keenganan untuk makan)
3. Gangguan pertukaran gas d.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi

Diagnose keperawatan SKLI SIKI


Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung b.d perubahan Observasi
Setelah di lakukan
afterload - Identifikasi
tindakan keperawatan
selama 1 x24 jam di tanda/gejala primer

harapkan pasien dapat penurunan curah

memenuhi kriteria hasil jantung (meliputi

sebagai berikut : dyspnea, kelelahan,


edema, ortopea,
Indikator :
proximal nocturnal
- Takikardi dyspnea, peningkatan

menurun[5] CVP)

- Lelah menurun [5] - Identifikasi


tanda/gejala sekunder
- Murmur jantung
penurunan curah
menurun [5]
jantung ( mis:
- Tekanan darah
peningkatan berat
membaik [5]
badan,
hepatomegali,distensi
vena jugularis,
palpitasi, ronkhi
basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan
darah

Terapeutik
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu

Edukasi

- Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivtas
secara bertahap

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
Deficit nutrisi b.d Status nutrisi
Manajemen nutrisi
faktor psikologis Setelah di lakukan
observasi
(keengganan untuk tindakan keperawatan
makan) selama 1 x24 jam di - Identifikasi status
harapkan pasien dapat nutrisi
memenuhi kriteria hasil
- Monitor asupan
sebagai berikut :
makan

- Monitor berat
Dengan kriteria: badan

- Porsi makanan yang - Identifikasi


dihabiskan kebutuhankalori
meningkat [5] dan jenis nutrien
- Frekuensi makan Terapeutik
membaik [5]
- Lakukan oral
- Nafsu makan hygiene sebelum
membaik [5] makan, jika perlu

- Fasilitasi pedoman
menentukan
pedoman diet

Edukasi

- Anjurkan posisi
duduk, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Gangguan pertukaran Pertukaran gas Pemantauan respirasi
gas b.d ketidak Setelah di lakukan Observasi
seimbangan ventilasi- tindakan keperawatan - Monitor frekuensi,
perfusi selama 1 x24 jam di irama, kedalaman,
harapkan pasien dapat dan upayanapas
memenuhi kriteria hasil - Monitor pola napas
sebagai berikut :
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
Dengan kriteria:
sumbatan jalan napas
- Dispnea menurun [5]
- Auskultasi bunyi
- Pernafasan cuping
napas
hidung menurun [5]
- Monitor saturasi
- Frekuensi napas oksigen
menurun [5]

Anda mungkin juga menyukai