Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN SISTEM

KARDIOVASKULER : HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Trini Siti Solihah (113 121 038)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN 2022

KONSEP DASAR HIPERTENSI


A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus
lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. (Aspiani, 2014).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120 – 129 mmHg < 80 mmHg
Hipertensi stage I 130 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 : Guideline
For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood Pressure
In Adults : 2013)

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik
ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang
memliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka
tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta
jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan
menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh
darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah
didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan
darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan
darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan
terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta
untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas
stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan
sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan
perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

C. Tanda Gejala
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe
tengkuk pada klien hipertensi.

D. Patofisiologi
Menurut Padila (2013), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem
yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor,
reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang
cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan
perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai
dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis
(pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke
jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk
plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan
hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban
jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo
ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam
sistem sirkulasi. Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat
disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan
lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah
tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi
gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

E. Pemeriksaan Penunjang Dan Lainnya


Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
i. Urinalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

F. Pathways

Faktor Prediposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok,


Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol,
Konsentrasi Garam, Obesitas

Cardiac output Hipertensi


menurun

Perubahan situasi Informasi Yang Minim


Gangguan perfusi
oksigen miokard

Ketidakefektifan
Kerusakan vaskuker perfusi jaringan otak

Perubahan struktur Nyeri kepala Ketidakefektifan


jantung koping

Nyeri akut
Retensi Natrium

Edema

Hipervolemia

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Primer
1. Airway : adanya perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi)
2. Breathing : auskultasi dada terdengar normal, respirasi > 24x/ menit
3. Circulation : adanya peningkatan nadi, irama, denyut nadi kuat,
ekstremitas teraba hangat/ dingin, CRT < 2 detik
4. Disability : adanya kelemahan/ lelah, pusing, mual/muntah
5. Exposure : adanya edema pada muka, tangan, tungkai

B. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas/ istirahat
Adanya penurunan kesadaran, perubahan fungsi gerak, perubahan
penglihatan
2. Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3. Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare/konstipasi.
4. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi garam
penggunaan diuretic distensi abdomen, edema umum, dll
5. Hygine
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6. Neurosensori
Kelemahan, pusing, perubahan perilaku dan murah tersinggung
7. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut/kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
8. Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

C. Diagnosa Utama
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan natrium
D. Intervensi
No. Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1. Nyeri akut b.d SLKI : Tingkat nyeri SIKI : Manajemen nyeri
agen Setelah dilakukan Observasi
pencedera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi nyeri
fisik nyeri pasien berkurang dan skala nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi respon nyeri
Ekspetasi menurun non verbal
1. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik
2. Meringis menurun nonfarmakologi untuk
3. Berfokus pada diri mengurangi rasa nyeri
sendiri menurun (mis. Teknik nafas
dalam)
Edukasi
1. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik

2. Hipervolemia SLKI : Keseimbangan SIKI : Manajemen


b.d kelebihan cairan hipervolemia
asupan Setelah dilakukan Observasi
natrium tindakan keperawatan 1. Monitor intake dan
nyeri pasien berkurang output cairan
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status
Ekspetasi meningkat hemodinamik (tekanan
1. Asupan cairan darah)
menurun Terapeutik
2. Haluaran urin 1. Batasi asupan cairan dan
meningkat garam
3. Kelembapan 2. Tinggikan kepala tempat
membran mukosan tidur 30-400
meningkat Edukasi
4. Edema 1. Ajarkan cara membatasi
5. Tekanan darah cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik

E. DAFTAR PUSTAKA
Puspayeni Mirah, Pratiwi, AA. 2019. Gambaran Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertensi dengan Pemenuhan Kebutuhan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Di Wilayah Kerja UPT
Kesmas Sukawati I Gianyar. Diploma thesis. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan
Soares Fransisco. 2019. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Pasien Tn.F.T Dengan Diagnosa Medik Hipertensi Di Ruang
Instlasi Gawat Darurat Rsud Prof. Dr Wz. Johannes Kupang
2019. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang Prodi D-Iii Keperawatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai