D
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
Disusun oleh :
Utari Indah Hernani
202010300511018
1. Definisi Hipertensi
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih
dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
2. Etiologi Hipertensi
(Aspiani, 2014) :
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggiuntuk mengalami
pada perempuan.
3) Diet
hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika
garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan
menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan
yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh
pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan
darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok
dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang
sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
b. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
3. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol
yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
2013).
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas,
banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah
dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).
umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secaraumum gejala yang
a. Sakit kepala
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien
hipertensi.
5. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang
yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan
hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang
ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus
6. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
dalam tubuh.
7. Penatalaksanaan
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
b. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup.
dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif
untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karenan umumnya obat penurunan penurunanberat badan yang terjual bebas mengandung
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
akibat hipertensi.
e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan
f. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan
PENGKAJIAN KELUARGA
1. DATA UMUM
Nama Kepala
: Ny. D
Keluarga
Umur : 55 tahun Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
: Jl. Renang
Alamat dan telephon Mojolangu, Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
Lowokwaru
Komposisi keluarga : Tipe Keluarga : Keluarga dengan orang tua tunggal
Nama Jenis Tanggal Hubungan Pendidikan Pekerjaan
kelamin lahir/umur
1. Ny. D P 55 th KK SMA Wiraswasta
2. Ny. I P 37 th Anak S1 Wiraswasta
3. Ny. M P 36 th Anak S1 Wiraswasta
Genogram :
Ny. J
Ny. I Ny. M
Keterangan :
Wanita Keturunan
Pria Serumah
Aktivitas rekreasi Ny. D setiap minggu sering pergi ke taman komplek bersama anak dan para
waktu luang cucunya dan setiap 6 bulan sekali saat cucunya libur sekolah Ny. D
menemanai anak dan cucunya berlibur ke tempat wisata.
Riwayat keluarga : Ny. D saat ini tinggal bersama anak dan cucunya keluhan yang dirasakan
inti saat ini adalah pusing dan badan terasa sakit semua.
Riwayat keluarga : Keluarga Ny. J adalah keluarga asli Suku Jawa. Ny. D mengatakan bahwa
sebelumnya orang tuanya memiliki riwayat penyakit hipertensi. 4 tahun yang lalu Ny. D
sempat mengalami kondisi dimana kadar kolesterol dalam tubuhnya tinggi. 6
bulan yang lalu Ny. d mengalami keluhan kesehatan pusing disertai badan
lemas dan tersa tidak enak. Pasien berobat ke Puskesmas Mojolangu dan di
diagnosa Hipertensi oleh dokter. Kemudian 1 hari yang lalu Ny. D ke
Puskesmas Mojolangu untuk memeriksakan Riwayat penyakit yang telah di
derita hingga saat ini.
3. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik rumah
Ny. D tingga di perumahan dengan deskripsi berikut :
Jenis rumah : Permanen
Luas bangunan : 8 x 9 m2
Luas penerangan : 70 % dari luas rumah
Status rumah : Milik pribadi
Atap rumah : Genteng
Ventilasi rumah : Ada, > 10% luas lantai
Cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
Penerangan : Listrik
Lantai : Keramik
Kebersihan rumah keseluruhan : Bersih
Denah rumah
Toilet
t Tangga
e
r
a
s
R. tamu
Kamar 1
Kamar 2
Dapur
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah
Cara pengelolaan sampah rumah tangga : Diambil petugas
Sumber air yang digunakan : PDAM
Jamban keluarga : Ada, jenis jampan : leher angsa
Jarak antara sumber air dan jamban : > 10 m
Keluarga memiliki saluran pembuangan limbah dan kondisinya baik
Terdapat perkumpulan sosial di masyarakat setempat : Ada, pengajian dan
arisan RT ibu-ibu.
Fasilitas pelayanan Kesehatan masyarakat : Klinik, Puskesmas, dan rumah
sakit
Keluarga memanfaat fasilitas Kesehatan yaitu Puskesmas
Fasilitas Kesehatan yang ada dapat dijangkau oleh keluarga dengan sepeda
motor.
Karakteristik Keluarga tinggal di rumah milik pribadi dengan keadaan lingkungan yang
lingkungan padat penduduk. Keluarga mengakan berhubungan baik dan rukun dengan
tetangga sekitar. Ny. D mengatakan anggota keluarga aktif dalam kegiatan
perkumpulan masyarakat, sering mengikuti pengajian yang dilaksanakan di
masyarakat. Tempat tinggal Ny. D dekat dengan pelayanan kesehatan dan
tempat ibadah.
4. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi Komunikasi antar anggota keluarga akrab dan hal tersebut terjadi sepanjang
hari.
Struktur kekuasaan Antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain dan ketika terdapat
keluarga anggota keluarga yang memiliki masalah, anggota keluarga lain pasti
membantu. Pengambil keputusan utama adalah Ny. D sebagai kepala
keluarga.
Struktur peran Peran Ibu : Membantu mencari nafkah dan sebagai ibu rumah tangga
Peran anak : Membantu orang tua mencari nafkah dan membantu
membersihkan rumah
Struktur nilai Nilai dan norma budaya yang dianut adalah dari Jawa
5. FUNGSI KELUARGA
Fungsi afektif Diantara anggota keluarga saling menyanyangi, saling membantu, dan
memiliki.
Fungsi sosialisasi Pasien mengatakan bahwa ia dan keluarga memiliki hubungan yang baik
dengan tetangga dan masyarakat sekitar.
Usaha keluarga untuk mempertahankan kesehatan yaitu dengan mengosumsi makanan bergizi
seimbang. Ny. D sering mengotrolkan tekanan darahnya secara berkala dan meminum obat hipertensi
secara rutin sesuai anjuran dokter.
PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik : Normal
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Cukup
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Ny. D :
Tekanan darah : 131/86 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Rr : 18 x / menit
Suhu : 36, 6˚C
Ny. M
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 70 x / menit
Rr : 19 x / menit
Suhu : 36,4 °C
C. Pemeriksaan Wajah
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + / - ), ptosis/dalam
kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / - ), luka ( + / - ), benjolan ( + / - ),
Bulu mata tidak rontok, Konjuntiva dan sclera perubahan warna (anemis / an anemis), Warna iris
(hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor),
Warna Kornea hitam
Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada pembengakakan).
Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + /
-)
Mulut
Amati bibir : tidak terdapat kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir kemerahan, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + / -
), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah, Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ /
- ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris Ukuran normal Warna coklat, lesi ( + / - ), nyeri tekan ( +
/ -), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa membran tympany
amati, warna coklat muda, transparansi normal , perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + / - ),
perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - ). Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / -), pembesaran
kelenjar tiroid ( + / - ), posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - )
E. Pemeriksaan Thoraks/dada
PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ? normal
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi suprasternal ( + / - ),
Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s / Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak sama).
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus /
kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqui ( + / - )
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ), Pleural
fricion rub ( + / - ), tidak ada bunyi tambahan
Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
F. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak),
permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri tekan ( + / - ),
nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N = ginjal tidak
teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak ada
G. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra : penyumbatan ( + /
- ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan (+/ -),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal Mass/Nodularyti ( + / -
) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ), Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
I. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) terpasang Gib ( + /
- ), Traksi ( + / - )
Palpasi
Oedem : Tidak ada
Lingkar lengan : 23,5 cm (normal)
Lakukan uji kekuatan otot :
4 4
4 4
J. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi
kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama dibanding dengan
hantaran udara, Uji swabach : memanjang / memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan. : klien dapat mencium bau
dengan baik
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, tidak ada nyeri telan.
M. Pemeriksaan Kulit/Integument
Elastisitas kulit pasien normal tidak terdapat cyanosis
✓ Analisa Data
✓ Prioritas Diagnosa
Ecomap
Tempat
bekerja
Jamaah
Tetangga pengajian
sekitar
Rekan
kerja
S O A P I E
Pasien Pasien Kesiapan koping I. 01011 S : Pasien
mengatakan saat mengonsumsi keluarga Observasi : 1. Mengdentifikasi mengatakan mersa
makan ia makanan yang berhubungan 1. Identifikasi respon emosional senang karena bisa
menghidari mengandung dengan keluarga respon terhadap kodisi saat mendapatkan
makanan yang garam sebanyak < memiliki riwayat emosional ini edukasi
mengandung kadar 1 sendok/ hari hipertensi terhadap kondisi 2. Mendengarkan O : Pasien tampak
garam yang tinggi dibuktikan dengan saat ini masalah, perasaan, memperhatikan
pasien mengatakan 2. Identifikasi dan pertanyaan ketika diberikan
saat makan ia beban prognosis keluarga edukasi dan pasien
menghidari secara 3. Mendiskusikan A : Masalah teratasi
makanan yang psikologis rencana medis dan P : Hentikan
mengandung kadar Terapeutik perwatan bersama implementasi
garam yang tinggi 3. Dengarkan keluarga
masalah, 4. Menghargai
perasaan dan mekanisme koping
pertanyaan yang dilih oleh
keluarga keluarga
4. Diskusikan 5. Menginformasikan
rencana medis kemajuan pasien
dan perawatan secara berkala
5. Hargai dan
dukung
mekanisme
koping adaptif
yang digunakan
Edukasi
6. Informasikan
kemajuan pasien
secara berkala
7. Informasikan
fasilitas
perwaatan
kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
8. Rujuk untuk
terapi keluarga,
jika perlu
Pasien mengatakan Td : 131/36 mmHg Risiko perfusi I. 2060 Pemantauan 1. Memonitor tekanan S : Pasien
bahwa ia mersa N : 88 x/menit miokard tidak tanda vital darah mengatakan bahwa
badannya lemas S : 36 °C efektif Observasi : 2. Memonitor nadi sering merasa
dan kepala terasa Rr : 18 x/menit berhubungan 1. Monitor tekanan 3. Memonitor pusing
pusing Pasien tampak dengan hipertensi darah pernapasan O:
lemas dibuktikan dengan 2. Monitor nadi 4. Memonitr tenakan Td : 130/80
mengatakan bahwa (freuensi, nadi N : 85 x/menit
ia mersa badannya kekuatan, irama) 5. Negidektifikasi S : 36,5 °C
lemas dan kepala 3. Monitor penyebab perubahan Rr : 18 x/menit
terasa pusing pernapasan tanda vital A : Masalah teratasi
(frekuensi, 6. Menjelaskan tujuan sebagian
kedalaman) dan prosedur P : - Kolaborasi
4. Monitor tekanan pemantauan medis
nadi (selisih 7. Mendokumentasikan - Lanjutkan
TDS dan TDD) hasil pemantauan implementasi
5. Identifikasi
penyebab
perubahan tanda
vital
Terapeutik :
6. Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Edukasi :
7. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
8. Informasikan
hasil
pemantauan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET HIPERTENSI
I. Latar Belakang
Asuhan keperawatan kesehatan komunitas dilaksanakan dalam lima
tahapan sistematis, dimulai dari pengkajian, penegakan diagnosa
komunitas, penyusunan intervensi, implementasi, serta evaluasi. Perawat
harus mampu menjadikan masyarakat sebagai elemen yang turut serta
dalam setiap proses keperawatan yang dilaksanakan. Pengkajian menjadi
inti utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, karena
dalam pengkajian terdapat cukup banyak aspek- aspek yang harus dikaji
secara mendalam, mulai dari inti, subsistem, dan persepsi masyarakat.
Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan kondisi yang terjadi
di komunitas baik secara individu, keluarga, agregat, dan komunitas.
Permasalahan kesehatan dan program keperawatan kesehatan komunitas
berbeda- beda pada setiap agregat. Untuk itu, asuhan keperawatan yang
akan dilakukan kepada masyarakat harus disesuaikan dengan agregat
usianya. Pada agregat dewasa permasalahan kesehatan yang dijumpai di
komunitas biasanya berhubungan dengn penyakit yang dikbibatkan oleh
perilaku hidup, seperti diabetes, hipertensi. Sebagai perawat komunitas,
kita harus mampu memahami berbagai permasalahan yang ada, agar
intervensi yang akan kita lakukan tepat sasaran.
Masyarakat penderita hipertensi cenderung lebih tinggi pada usia dewasa
muda dibandingkan dengan usia lansia, dapat menjadi masalah kesehatan
yang serius karena dapat mengganggu aktivitas dan dapat mengakibatkan
komplikasi yang
berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakannya pencegahan dini.
Gejala penyakit lanjutan yang dapat terjadi seperti stroke, kerusakan mata,
sakit pembesaran otot jantung, otak (pening), dan ginjal. Selain itu,
masyarakat yang menderita hipertensi cenderung lebih memilih cara
pengobatan dengan membeli obat sakit kepala di warung karena jarak dari
rumah ke puskesmas cukup jauh.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia,
sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Data World Health
Organization (WHO) 2015 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
dunia mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan akan
terus meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025, dengan
kematian mencapai 9,4 juta individu.
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
disampaikan
3. Memberikan motivasi
kepada keluarga agar selalu
patuh dalam diet hipertensi
pada anggota dengan
hipertensi
4. Memberi salam penutup
V. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Terstruktur 1. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta
A. Pengertian
Diet pada Hipertensi adalah mengelola diet pada Hipertensi
dengan cara melakukan diet makanan dan memperhatikan pola
makanan.
B. Tujuan
1. Untuk menghilangkan garam/air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada penyakit Hipertensi.
2. Pemberian diet rendah garam bertujuan membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Diet ini
bertujuan untuk pasien dengan edema ( bengkak ) dan atau
hipertensi.
3. Mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol
tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit
kardiovaskuler.
4. Untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekanan darah.
5. Mencapai berat badan yang diinginkan dengan tetap
mempertahanka n status gizi yang optimal
6. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran
G. Pengaturan Makanan
6. Jangan makan diatas jam 19.00 wib. Bila terasa lapar makanlah buah
Leaflet