Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada

pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama

yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Triyanto, 2015) Peningkatan

tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat

menimbulkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler dan

renovaskuler (Tedjasukmana, 2012)

2.1.2. Epidemiologi

Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita

hipertensi di seluruh dunia (Hafiz et al, 2016). Menurut American Heart Association

(AHA), penduduk Amerika berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi sudah

mencapai 74,5 juta jiwa dan hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebanyak 36% orang

dewasa menderita hipertensi dan penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap

tahunnya (Mutmainah et al, 2016).Prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur ≥18

tahun sebesar 25,8%. Sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak

terdiagnosis. Hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.

(RISKESDAS, 2013). WHO memperkirakan pada 2025 mendatang, diproyeksikan

sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi ( Mutmainah et al, 2016)

5
6

2.1.3. Klasifikasi

Seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥

140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang

berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar

penentuan diagnosis hipertensi. Pembagian derajat keparahan hipertensi pada

seseorang merupakan salah satu dasar penentuan dari tatalaksana hipertensi.

(Weber, et al., 2014)

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80

Normal 120-129 80-84

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 160- 179 100-109

Hipertensi derajat 3 >180 >110

Hipertensi sistolik > 140 >90


terisolasi
(PERKI, 2015)
Gambar 2. 1
Klasifikasi tekanan darah menurut PERKI

Selain itu terdapat klasifikasi dari hipertensi krisis. Hipertensi krisis

merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang sering dijumpai di

instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan peningkatan tekanan darah

akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan konsekuensi

dari peningkatan darah tersebut. Hal ini merupakan komplikasi yang sering terjadi
7

dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang

mengancam jiwa. 20% pasien hipertensi yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD)

adalah pasien dengan hipertensi krisis. Data di Amerika Serikat menunjukkan dari

seluruh total penduduk 30% diantaranya menderita hipertensi dan 1%-2%

diantaranya akan berlanjut menjadi hipertensi krisis disertai kerusakan organ.

Terdapat 2 macam krisis hipertensi yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi

urgensi. (Devicaesaria, 2014). Kerusakan organ target yang dimaksud antara lain

adalah ensefalopati hipertensif, infark miokard akut, gagal jantung kiri disertai

edema paru, diseksi aneurisma aorta, dan eklamsia. Klasifikasi ini berdampak pada

tata laksana pasien (Lubis, 2013).

Hipertensi emergensi (darurat) adalah peningkatan tekanan darah sistolik

>180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ

target. Hipertensi emergensi harus ditangani secepat mungkin dalam satu jam

dengan memberikan obat-obatan anti-hipertensi intravena. Hipertensi urgensi

(mendesak) adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik >

120 mmHg secara mendadak tetapi tidak disertai kerusakan organ target. Pada

hpertensi emergensi tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan

memberikan obat-obatan anti-hipertensi oral. (Devicaesaria, 2014)

2.1.4. Etiologi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi digolongkan menjadi dua yaitu hipertensi

primer (esensial atau idiopatik) dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial yaitu

hipertensi yang terjadi pada sekitar 90% kasus dan kausa atau penyebabnya tidak
8

diketahui (idiopatik). Hipertensi esensial terjadi pada seseorang yang memiliki

kecenderungan genetik yang kuat yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh

beberapa faktor seperti obesitas, stress, merokok maupun kebiasaan

makan.(Sherwood, 2016) Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan

riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan

padakedua orang tua, maka kemungkinan hipertensi esensial lebih

besar.(Situmorang, 2015)

Obesitas merupakan faktor risiko dari hipertensi yang dapat dikendalikan.

Sebanyak 70% kasus baru penyakit hipertensi adalah orang dewasa yang berat

badannya sedang bertambah. Saat berat badan seseorang bertambah, volume darah

juga akan bertambah, sehingga beban jantung untuk memompah darah juga semakin

berat. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu produksi insulin, apabila berat badan

bertambah, terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah, dengan

bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam ginjal akan berkurang. Kemudian

akan terjadi retensi cairan dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Hubungan stress dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis, dalam

kondisi stress adrenalin akan dilepas dalam aliran darah, sehingga menyebabkan

kenaikan tekanan darah. (Situmorang, 2015)

Pola makan yang kurang baik juga dapat menyebabkan hipertensi seperti

asupan garam yang berlebihan sehingga menyebabkan retensi cairan serta diet yang

kurang mengandung buah, sayuran dan produk susu yaitu rendah kalium dan

kalsium. Kalium yang banyak terdapat pada buah dan sayur dapat menurunkan

tekanan darah dengan merelaksasi arteri. Selain dari itu terdapat kemungkinan
9

etiologi hipertensi esensial yang sedang diteliti seperti gangguan penanganan garam

oleh ginjal,kelainan membran plasma, kelainan pada NO, endotelin dan bahan kimia

vasoaktif lain yang bekerja lokal, serta kelebihan vasopressin (Sherwood, 2016).

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang hanya dapat ditemukan pada 10%

kasus dan memiliki kausa atau penyebab yang jelas.Contoh dari kausa hipertensi

sekunder adalah feokromositoma yaitu tumor medula adrenal yang mengeluarkan

epinefrin dan noepinefrin secara berlebihan sehingga dapat terjadi peningkatan curh

jantung dan vasokonstriksi yang dapat menyebabkan hipertensi. Selain itu dapat

pula disebabkan oleh pembuluh darah yang menyempit pada arteri renalis misalnya

karena aterosklerosis. Pada keadaan ini ginjal kekurangan aliran darah sehingga

merespon dengan mengaktifkan jalur renin-angiotensin-aldosteron yang akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah. (Sherwood, 2016)

2.1.5. Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total resistensi perifer.

Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak

terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki

sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah yang disebabkan oleh

gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka

panjang. Sistem pengaturan tekanan darah adalah sistem yang sangat kompleks.

Pengaturan dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui

sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal

dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi
10

lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial

yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan

sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem

pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. (Nuraini B, 2015)

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin

(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE, angiotensin

I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan utama

dalam menaikkan tekanan darah melalui dua cara utama. Cara pertama adalah

meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi

di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya,

volume darah meningkat yang pada akhirnya akan berefek meningkatkan tekanan

darah. Cara kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan


11

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun

(Nuraini B, 2015)

2.1.6. Sistem Renin Angiotensin

Renin disintesis di ginjal sebagai bentuk tidak aktif dan dilepaskan ke

sirkulasi sebagai respon terhadap natrium intratubular yang rendah, hipotensi pada

arteriol aferen pada glomerulus ginjal, dan aktivasi simpatis. Dalam aliran darah pro-

renin diaktifkan oleh mekanisme proteolitik dan non-proteolitik untuk menghasilkan

bentuk aktif. Renin yang aktif mengubah glikoprotein angiotensinogen menjadi

angiotensin I. Angiotensin I diubah oleh angiotensin-converting enzyme (ACE)

untuk menghasilkan angiotensin II (Durango, et al., 2016).

Angiotensin II menyebabkan oksidase NADPH di dalam pembuluh

darah,ginjal dan otak, yang menyebabkan peningkatan ROS,seperti O2- dan H2O2

(Sousa et al,2012). Superoxide (O2-) adalah komponen mayor yang menyebabkan

degradasi NO. Superoxide bereaksi dengan NO dan membentuk Peroxynitrite dan

Peroxynitrite bereaksi dengan NO residu. Proses ini akan berlanjut kemudian akan

menyebabkan pengurangan pada jumlah NO (Leung,2012). Hidrogen peroksida

(H2O2) dapat menyebabkan penurunan aktivasi dari Protein Kinase B (Akt/PKB)

dan endothelial NO synthase(e-NOS) protein sehingga menginhibisi pembentukan

Nitric Oxide (NO) yang merupakan vasodilator, hal ini menyebabkan vasokonstriksi

serta peningkatan tekanan perifer sehingga menyebabkan hipertensi.(Xiao, et al.,

2015 dan Jang, et al., 2015).

2.1.7. Gejala klinis


12

Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang

kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah

intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak

mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam

hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen

akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai

paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga

berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang kunang (Corwin

EJ, 2009)

2.1.8. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,

gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Mortalitas

pada pasien hipertensi lebih cepat jika hipertensinya tidak terkontrol dan telah terjadi

komplikasi ke beberapa organ vital. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi dapat

mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan

yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.

Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh

pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang

dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi


13

hipertensi yang lama. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa

penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari

kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain

adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian lain

juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam

berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan

pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-

β). Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh

hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke

daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang

mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan

tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan

masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut

menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.

Kardiovaskular Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami

arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang

melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai


14

oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi

menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

Ginjal Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus

akan mengakibatkan darah mengalir ke unitunit fungsional ginjal, sehingga nefron

akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan

membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga

sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang

berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik. Retinopati Tekanan

darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina.

Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka

makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang

terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau

kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena

retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita

retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya

dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir. Kerusakan yang lebih parah pada mata

terjadi pada kondisi hipertensi maligna, di mana tekanan darah meningkat secara

tiba-tiba. Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara mendadak,

antara lain nyeri kepala, kehilangan penglihatan secara tiba tiba (Nuraini B, 2015)

2.1.9. Terapi

Pada pasien dengan menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko

kardiovaskular lain, makastrategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap


15

awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu

tersebut,tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan ataudidapatkan

faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkanuntuk memulai terapi

farmakologi.(Soenarta, et al., 2015)

Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan darah sistolik

5-20 mmHg. Direkomendasikan ukuran pinggang kurang dari 94 cm untuk pria dan

kurang dari 80 cm untuk wanita dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 25

kg/m2. Penurunan berat badan diraih dengan mengurangi asupan kalori dan

meningkatkan aktivitas fisik.

1. Mengkonsumsi makanan rendah garam. Konsumsi garam harian (sodium

klorida) < 6 g/ hari ( 100 mmol sodium/hari) dapat menurunkan tekanan darah

sistolik sebanyak 2-8 mmHg.

2. Aktivitas fisik intensitas sedang setiap hari dapat menurunkan tekanan darah

sistolik 4-9 mmHg.

3. Membatasi konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4

mmHg, maksimum 2 minuman standar/ hari: 1 oz atau 30 ml ethanoluntuk pria

dan 1 minuman standar/hari untuk wanita

4. Berhenti merokok untuk mengurangi resiko kardiovaskular.(Muhadi, 2016)

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII

yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta

blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor


16

antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid) (Nuraini B,

2015)

2.2. Otak
2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh

mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater

disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis

terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri

membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus. Gambar

struktur anatomi otak bisa dilihat pada gambar 2.2

a. Cerebrum (Otak besar)

Cerebrum terbagi menjadi 2 hemisfer yang mengisi 85% total berat

otak. Cerebrum membentuk bagian superior otak, meliputi dan menutupi

diencephalon dan batang otak yang mirip dengan cara tutup jamur menutupi

bagian atas tangkainya. Peningkatan tonjolan jaringan, yang disebut gyrus,

dipisahkan oleh dahan dangkal yang disebut sulkus yang menandai hampir

seluruh permukaan belahan otak. Fissura, memisahkan regio besar di otak.

Sebagian besar serebrum terlibat dalam pemrosesan informasi sensorik dan

motorik somatik juga semua pikiran sadar dan fungsi intelektual. Korteks

serebrum disusun oleh gray matter dan white matter (Marieb and Hoehn,

2013)
17

(Patestas, 2016)

Gambar 2. 2
Struktur Anatomi Otak
Cerebrum memiliki 4 lobus yaitu :

1. Lobus frontal

Lobus frontalis berfungsi sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih

tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di

hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat

pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan

terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah

broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,

perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Patestas, 2016)


18

2. Lobus Parietal

Lobus Parietal merupakan kelanjutan dari gyrus postsentralis (area

sensorik primer. Lobus parietal berfungsi untuk mengatur rasaraba dan

pendengaran (Patestas, 2016)

3. Lobus oksipital

Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi

penglihatan yang berguna untuk menginterpretasi dan memproses

rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang

ini dengan informasi saraf lain & memori (Patestas, 2016)

4. Lobus temporal

Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,

pendengaran dakn berperan dlm pembentukan dan perkembangan emosi.

(Patestas, 2016)

b. Diencephalon

Diencephalon membentuk inti pusat otak. Yang terdiri dari sebagian

besar dari tiga struktur, thalamus, hipotalamus, dan epithalamus.

Diencephalon memainkan peran penting peran dalam mengintegrasikan

informasi sensorik dan perintah motorik sadar dan tidak sadar. (Marieb and

Hoehn, 2013)

c. Batang Otak

Batang otak dimulai dari inferior thalamus dan berjalan sekitar 7 cm

sebelum bergabung ke tulang belakang tali. Pusat batang otak menghasilkan


19

perilaku yang kaku terprogram dan otomatis yang diperlukan untuk bertahan

hidup. Diposisikan antara serebrum dan sumsum tulang belakang, batang otak

juga menyediakan jalur untuk saluran serat berjalan di antara pusat otak yang

lebih tinggi dan lebih rendah. (Marieb and Hoehn, 2013)

d. Cerebellum (Otak Kecil)

Terletak di bagian bawah otak, otak kecil menyumbang sekitar 11% dari

total massa otak. Seperti cerebrum, otak kecil memiliki dua belahan otak

utama dengan korteks luar yang terdiri dari Grey matter dan white matter.

Serebelum terletak di dorsal ke pons dan medula dan menonjol ke bawah lobus

oksipital dari hemisfer serebral, dari mana ia dipisahkan oleh fisura

transversal. Dengan mengolah input yang diterima dari korteks motor serebral,

berbagai inti batang otak, dan sensorik reseptor, serebellum memperhalus

gerakan yang terkoordinasi dan kelincahan yang dibutuhkan untuk kehidupan

sehari-hari kita (mis., mengemudi). Aktivitas cerebellar terjadi tanpa sadar

(Marieb and Hoehn, 2013)

Hemisfer otak disuplai oleh 3 pasang arteri besar : arteri serebri anterior,

media dan posterior. Arteri serebri anterior dan media bertanggung jawab terhadap

sirkulasi di bagian depan dan merupakan cabang dari arteri karotis interna. Arteri

serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris dan membentuk sirkulasi

pada bagian belakang otak, yang juga mensuplai talamus, batang otak dan otak

kecil.Arteri cerebri anterior mencabangkan arteri komunikans anterior sehingga

membagi dua segmen arteri serebri anterior menjadi segmen proksimal dan

distal.Cabang-cabang kortikal dari arteri serebri anterior akan mensuplai darah


20

untuk daerah lobus frontalis, permukaan medial korteks serebri sampai prekuneus,

korpus kalosum, permukaan lateral dari girus frontalis superior dan medius. Cabang-

cabang sentralnya mengurusi hipotalamus, area preoptika dan supraoptika, kaput

nukleus kaudatus, bagian anterior dari kapsula interna dan putamen.Arteri serebri

media mencabangkan 4 segmen : segmen horizontal yang memanjang hingga limen

insula dan menyuplai arteri lentikulostriata lateral, segmen insula, segmen

operkulum, dan segmen korteks bagian distal pada hemisfer lateral. Pada sirkulasi

posterior, arteri vertebralis bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri serebri inferior

posterior merupakan cabang dari arteri vertebralis bagian distal sedangkan arteri

serebri inferior anterior merupakan cabang dari arteri basilaris bagian proksimal.

Arteri serebri superior merupakan cabang distal dari arteri basilaris sebelum arteri

basilaris bercabang dua menjadi arteri serebri posterior (Marieb and Hoehn, 2013)

(sobotta, 2013)

Gambar 2. 3
Vaskularisasi arteri serebri di otak
21

Sirkulus wilisi mempercabangkan arteri- arteri yang berjalan disepanjang

permukaan otak dan membentuk arteri- arteri pial, yang bercabang – cabang dan

menjadi pembuluh yang lebih kecil yang dinamakan arteriola penembus. Arteriola

penembus masuk kedalam jaringan otak, mempercabangkan menjadi kapiler yang

menjadi tempat pertukaran oksigen, nuterien, karbon dioksida, dan metabolit –

metabolit. (Guykton, 2014)

Kecepatan darah normal aliran darah serebral yang melalui otak pada orang

dewasa sekitar 750-900ml/menit. Otak menerima 15% aliran darah dari curah

jantung pada keadaan istirahat. Aliran darah serebral diperngaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya :

1. Konsentrasi karbondioksida

Peningkatan konsentrasi karbondioksida pada darah arteri yang memasuki

otak akan meningkatkan aliran darah otak sebanyak dua kali lipat.

2. Konsentrasi ion hidrogen

Peningkatan konsentrasi ion hydrogen sangat menurunkan aktivitas neuron

3. Konsentrasi oksigen

Kekurangan oksigen akan menyebabkan vasodilatasi yang akan

mengembalikan aliran darah otak dan transport oksigen kejaringan otak

sampai mendekati normal. Sehingga saat otak kekurangan oksigen tubuh akan

segera memulai mekanisme peningkatan tekanan darah serebral. (Guyton,

2014)
22

2.2.2. Histologi

(eroschenko, 2013)

Gambar 2. 4
Histologi Arteri Serebri

Pada potongan melintang, dinding sebuah arteri kecil memiliki lapisan

sebagai berikut:

a. Tunika intima

Tunika Intima adalah lapisan terdalam. Lapisan ini terdiri atas endotel, stratum

subendotheliale, dan lamina (membran) elastika interna yang memisahkan

tunika intima

b. Tunika media

Terdiri atas serat otot polos sirkular. Anyaman longgar serat elastik halus

terdapat di antara sel-sel otot polos

c. Tunika adventisia

Tunika adventisia adalah lapisan jaringan ikat yang mengelilingi pembuluh.

Lapisan ini mengandung saraf kecil dan pembuluh darah. Pembuluh darah di

dalam tunika adventisia secara kolektif disebut vasa vasorum atau vas
23

sanguineum vasis sanguinei (pembuluh darah yang mendarahi pembuluh

darah) (eroschenko, 2013)

2.3. Penebalan Lumen Arteri Serebri

2.3.1. Definisi

Dinding vaskuler tersusun oleh sel endotel,sel otot polos dan fibroblas untuk

membentuk kompleks autoparakrin. Saat vaskularisasi, dinding vaskuler

mendeteksi perubahan lalu mengintergrasikan sinyal dari intrasel dan melalui

produksi mediator lokal dapat mempengaruhi struktur dan fungsi vaskular

Penebalan lumen pembuluh darah adalah suatu proses perubahan struktural

yang melibatkan 4 proses seluler diantaranya, pertumbuhan sel, kematian sel,

migrasi sel, dan degradasi sintetis dari matriks ektrasel. Remodeling vaskular

bergantung pada interaksi dinamis antara faktor pertumbuhan lokal, zat vasoaktif,

dan rangsangan hemodinamik dan merupakan proses aktif yang terjadi sebagai

respons terhadap perubahan kondisi hemodinamik yang telah berlangsung lama.

Namun, hal itu kemudian dapat berkontribusi pada patofisiologi penyakit vaskular

dan gangguan peredaran darah seperti hipertensi (Renna dkk, 2013).

Dalam penelitian sebelumnya, hipertensi dapat mempengaruhi perubahan

struktur arteri serebral. Pada arteri serebral, peningkatan ketebalan dinding biasanya

berhubungan dengan perubahan diameter lumen menjadi lebih kecil dan

meningkatnya rasio dari dinding-ke-lumen. Peningkatan rasio dinding-ke-lumen

merupakan prediktor yang baik untuk menentukan kerusakan organ target yang

dapat menyebabkan stroke. Remodelling daerah penampang arteri serebral pada

hipertensi lebih sulit terlihat (Pires, 2016)


24

2.3.2. Klasifikasi

(Renna dkk, 2013)

Gambar 2. 5
Klasifikasi Penebalan Lumen Arteri Serebri
Klasifikasi dari penebalan lumen arteri serebri berdasarkan respon untuk

meningkatkan tekanan darah. Perubahannya didominasi oleh rasio media to lumen

(M/L), dari gambar diatas terdapat 3 macam klasifikasi perubahan dinding vaskuler

yaitu perubahan karena peningkatan tekanan darah, aliran darah dan adanya lesi.

(Pires, 2016)

Perubahan dinding vaskuler yang disebabkan oleh penigkatan tekanan darah

terdiri dari 2 macam yaitu perubahan lebar dinding untuk meningkatkan massa otot

dan untuk reorganisasi dari elemen seluler dan non seluler. Perubahan ini dapat

menigkatkan reaktivitas vaskular sehingga dapat meningkatkan resistensi perifer.

Sedangkan, perubahan dinding vaskuler yang disebabkan oleh aliran darah

mempengaruhi perubahan pada dimensi lumen. Perubahan dinding vaskuler yang

diakibatkan oleh adanya lesi didalam lumen. Neointima terbentuk sebagai bagian

dari respons reparatif terhadap cedera, dan formasinya melibatkan trombosis,


25

migrasi dan proliferasi sel otot vaskular (VSMC) proliferasi, produksi matriks, dan

infiltrasi sel inflamasi. (Renna dkk, 2013)

2.3.3. Patofisiologi penebalan lumen arteri serebral

RAA system adalah salah satu pilar penting dalam proses penebalan lumen

arteri serebral. Dalam RAA sistem ada angiotensin II. Angiotensin II memiliki

reseptor angiotensin II tipe satu atau AT1R. AT1R berperan dalam kaskade

intraseluler. Dalam model eksperimental ini, rute kaskade berhubungan dengan

reseptor satelit dan subunit IGFR yang terkait dengan oksida NAD(P)H adalah

mekanisme patofisiologis yang paling penting. Jalur FAK PI3K dan JAK2

menghasilkan rangsangan dan memicu kontraksi, migrasi, dan adhesi sel melalui

promotor intranuklear yang mensintesis ICAM-1 dan VCAM-1. Jalur yang

diperkuat EGFR dan IGFR dikaitkan dengan pertumbuhan sel dan hipertrofi sebagai

akibat rangsangan insulinogenik dan aktivasi aktivasi kolagenase, yang

memodifikasi matriks ekstraselular. Akhirnya jalur stres oksidatif yang dirangsang

oleh angiotensin mengaktifkan molekul peradangan yang sensitif terhadap redoks

seperti AP1 dan NF-κB, yang memperkuat respons inflamasi oleh sitokinin,

kemokin, dan limfokin untuk akhirnya menyebabkan peradangan vaskular lebih

banyak.

Angiotensin II adalah efektor utama RAAS dalam regulasi homeostatik dari

sistem kardiovaskular dan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular. Aldosteron

berinteraksi dengan reseptor mineralokortikoid (MR), yang menyebabkan disfungsi

endotel, memfasilitasi trombosis, menyebabkan hipertrofi vaskular dan fibrosis

jantung dan menghasilkan remodeling patologis. Aldosteron juga menginduksi


26

pertumbuhan dan proliferasi VSMC. Aldosteron pada MR adalah translokasi

kompleks Aldo-MR ini ke dalam nukleus, di mana aldosteron berinteraksi secara

posttranskripsi mengatur ekspresi gen dan protein. Peningkatan ekspresi Ki-ras2A

(protein pengikatan GTP kecil dan monomer), yang terkait dengan remodeling

jantung, menghasilkan fibrosis dan proliferasi sel oleh ERK1 / 2. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa aldosteron merangsang EGFR secara intraseluler pada sel

CHO. Transaktivasi reseptor ini juga telah digambarkan sebagai langkah penting

dalam rangkaian sinyal MAPK yang diaktifkan oleh angiotensin II. Jalur ini

memungkinkan untuk "cross-talk" dan saling aktivasi yang memungkinkan

pengembangan cedera kardiovaskular dan remodeling berikutnya. Rute yang

terakhir adalah melalui aktivasi "cepat", yang berbeda dari stimulasi genomik dan

menstimulasi proliferasi ras2A dan pemodelan ras2A dari MPP-1 dan Ki. Peran

aldosteron dalam remodeling vaskular pada FFHR. Hal ini dapat dijelaskan oleh

hubungan antara aldosteron dan reseptor angiotensin II AT1R, yang meningkatkan

kepekaan efek dan meningkatkan respons postreceptor (Renna dkk, 2013)

2.4. NaCl + Prednison


2.4.1. Mekanisme NaCl dalam Induksi Hipertensi

Konsumsi tinggi garam dapat meningkatkan kadar plasma natrium (Na +) dan

juga kadar natrium pada cairan serebro spinal (CSF). Hal tersebut memicu sekresi

Endogeneous Ouabain (EO) yaitu suatu glikosida yang dapat menghambat Na+/K+-

ATPase pada pompa ion Na+ dan K+ sehingga natrium dalam sel bertambah. EO

yang disekresikan oleh hipotalamus merupakan komponen integral dari jalur

aldosterone-EO-angiotensin II (Aldo-EO-ANG II). Ketiga hormon ini tidak hanya


27

terlibat dalam homeostasis Na+di sentral namun juga berinteraksi pada jaringan

perifer seperti neuron, ginjal, adrenal, dan arteri hipotalamus.Jalurmodulasi EO-

mediated merupakan mekanisme penting yang mengarah pada peningkatan tekanan

darah jangka panjang.EO berkerja di sentral untuk meningkatkan jalur Sympathetic

Nervous System (SNS). Sedangkan EO yang bekerja di perifer dapat

memodulasihomeostasis dan persinyalan Ca2+di arteri miosit dan sel endothelium

sehingga dapat menyebabkan perubahan fungsi dan modifikasi struktural pada

pembuluh darah.

(Blaustein, et al., 2012)

Gambar 2. 6
Mekanisme Peningkatan NaCl di sentral dan perifer

Semua efek pressor dari EOdimediasi oleh reseptor Na+pada CNS dansistem

saraf perifer. Efek EOdapat berikatan dengan pompa Na+tipe2 pada orang dewasa

banyak terdapat pada sel glia di otak dan jaringan di perifer.


28

(Blaustein, et al., 2012)

Gambar 2. 7
Jalur Neurohormonal Hipotalamus Na +-aldosteron-EO-Angiotensin II

Peningkatan Na+pada CSF dapat menstimulasi aktivitas organ

sirkumventrikular hipotalamus seperti organ subfornix dan mengaktivasi central

sympathoexcitatory pathway, jalur ini meningkatkan seksresi Angiotensin II secara

cepat yang meningkatan aktifitas jalur simpatis di perifer dan kemudian Ang II akan

berikatan dengan AT1Reseptor sehingga aktivitasnya meningkat dan berefek pada

peningkatkan tekanan darah.Pemberian NaCl secara terus menerus dapat

mengaktifkan organ sirkumventrikular yang akan meng-augmentasi central

sympathoexcitatory mechanism sehingga akan mengaktivasi secara perlahan jalur

neuromodulatory yaitu ALDO-EO- ANG II yang sangat berperan pada

perkembangan hipertensi kronik yang disebabkan oleh diet tinggi garam, dengan

mekanismenya adalah aldosteron yang terinduksi oleh diet tinggi garam akan
29

bekerja secara antagonis dengan mineralokortikoid reseptor blockersehingga

menyebabkan aktivasi ENAC (Epithelial Na+Channels). Ketika ENAC teraktivasi,

akan meningkatan sekresi EO yang akan berikatan dengan pompa a2 Na+sehingga

akan mempengaruhi jalur excitatory angiotensinergic pathways (PVN) dimana akan

menghasilkan peningkatan sekresi ANG II yang berikatan dengan AT1Reseptor dan

menyebabkan peningkatan aktifitas simpatis (Blaustein, et al., 2012)

Peningkatan angiotensin II menyebabkan oksidase NADPH di dalam

pembuluh darah, ginjal dan otak, yang menyebabkan peningkatan ROS, seperti O2-

dan H2O2 (Sausa, 2012). Superoxide (O2-) adalah komponen mayor yang

menyebabkan degradasi NO. Superoxide bereaksi dengan NO dan membentuk

Peroxynitrite dan Peroxynitrite bereaksi dengan NO residu. Proses ini akan berlanjut

kemudian akan menyebabkan penurunan jumlah NO (Leung, 2012). Ketika kadar

NO menurun akan menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi vaskular karena

terjadi penurunan kemampuan pembuluh darah untuk vasodilatasi yang akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah (Huisamen, et al., 2011).

2.4.2. Mekanisme Prednison dalam Induksi Hipertensi

Prednison merupakan kortikosteroid oral yang memiliki efek glukokortikoid

yang bersifat anti-inflamasi dan imunosupresif (Wijana, et al., 2016).


30

(Goodwin & Galler,2012)

Gambar 2. 8
Mekanisme Glukokortikoid dalam Menginduksi Terjadinya Hipertensi

Glukokortikoid reseptor tersebar luas pada ginjal, otot polos pembuluh darah

dan pada endotel pembuluh darah. glukokortikoid pada ginjal dapat menginduksi

isoform spesifik pada ginjal yaitu WNK1 dan mengurangi ekspresi WNK 4. Hal

tersebut akan meningkatkan reabsorbsi sodium pada ginjal yang dapat menyebabkan

hipertensi. Glukokortikoid yang berinteraksi dengan glukokortikoid reseptor pada otot

polos dan endotel pembuluh darah akan mengaktifkan reseptor angiotensin II tipe I

(AT1) , menginduksi influks Na+ dan Ca 2+ ke dalam sel serta menurunkan enzim Nitric

Oxide Synthase (eNOS) serta supresi dari prostasiklin dan nitrit oksida yang

merupakan vasodilator serta peningkatan endotelin-1 yang merupakan vasokonstriktor

kuat sehingga dapat menyebabkan peningkatan resistensi perifer dan menyebabkan

hipertensi. Peningkatan ekspresi dari 11ß-HSD1 pada jaringan lemak akan

meningkatkan regenerasi dari kortikosteroid inaktifkarena dapat mengubah kotison


31

menjadi kortisol aktif pada manusia dan tikus sehingga glukokortikoid meningkat dan

terjadi hipertensi. Selain itu, pada saat terjadi overekspresi dari 11ß-HSD2 pada

jaringan heparjuga dapat menginduksi terjadinya hipertensi (Goodwin, et al., 2012)

2.4.3. Perbandingan Induksi Hipertensi

Pada penelitian sebelumnya mengenai efek anti hipertensi tumbuhan tali putri

pada tikus strain wistar yang di induksi prednison 1,5 mg /KgBB dan larutan NaCl

2% selama 2 minggu di dapatan peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 192,3

mmHg (Yuliandra & Armenia, 2013). Pada Penelitian yang dilakukan

suryonomeneliti tentang efek DLBS1033 terhadap penurunan tekanan darah tikus

strain wistar dengan menggunakan prednison 1,5 mg /KgBB dan larutan NaCl 2%

selama 2 minggu didapatkan peningkatan tekanan darah sistolik hingga 185

mmHg(Suryono, 2015).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan hidayati mengenai peningkatan

efek antihipertensi kaptopril oleh ekstrak etanol daun belimbing wuluh pada tikus

hipertensi yang di induksi monosodium glutamat 100 mg /KgBB/hari selama 2

minggu didapatkan peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 162,33 mmHg

(Hidayati, et al., 2015). Sedangkan pada penelitian Lailaniyang meneliti tentang

tekanan darah tikus strain wistar jantan dan betina setelah diberi NaCl 8% sebanyak

3 ml / hari selama 4 minggu didapatkan kenaikan tekanan darah sistolik 168 mmHg

(Lailani, et al., 2013).

Data tersebut menunjukkan bahwa dari beberapa penelitian mengenai induksi

hipertensi, Prednison 1,5 mg/ kgBB + Nacl 2% merupakan induksi yang poten
32

terhadap terjadinya hipertensi apabila dibandingkan dengan beberapa induksi lain

seperti monosodium glutamat maupun induksi hipertensi dengan Nacl saja.

2.5. Daun bidara

(Abdallah et al, 2016)


Gambar 2. 9
Ziziphus mauritiana

2.5.1. Taksonomi

Kingdom Plant

Division Magnoliophyta

Subdivision Angiosprm

Class Magnoliopsida

Order Rosales

Family Rhamnaceae

Tribe Paliureae

Genus Ziziphus

Species Mauritiana

(Pelejkar et al, 2012)

Gambar 2. 10
Taksonomi Ziziphus mauritiana
33

2.5.2. Nama lain

Ziziphus mauritiana lebih dikenal dengan nama Bidara (Samirana dkk, 2015).

Selain bidara,Ziziphus mauritiana juga dikenal sebagai Narkeli kul, Ber, Dongs,

Boroi, Bor, Beri, Indian Jujube (Palejkar,2012)

2.5.3. Morfologi

Ziziphus mauritiana berasal dari famili Rhamnaceae, biasanya disebut Ber

atau Indian jujube. Ziziphus mauritiana tersebar di india, asia tenggara dan beberapa

wilayah di afrika. Berbagai bagian dari Ziziphus mauritiana dapat digunakan untuk

bahan makanan dan kepentigan medis. (Abdalah et al, 2016).

Ziziphus adalah genus dari sekitar 40 spesies semak berduri dan pohon kecil

di keluarga buckthorn,Rhamnaceae,didistribusikan di daerah beriklim hangat dan

subtropis di seluruh dunia seperti india, asia tenggara dan beberapa wilayah afrika.

Tanaman ini banyak di budidayakan di China & India.Pohon dari Ziziphus

mauritiana memiliki duri dan berukuran kecil sampai sedang, memiliki tinggi

mencapai 15 meter dengan diameter batang 40 cm atau lebih. Daun Ziziphus

memiliki tiga vena basal menonjol, berbentuk oblongeliptik, ujung daun membulat,

tepi daun bergelombang halus dan daunya berkilau serta daunnya memiliki panjang

2-7 cm (0,79-2,8 inci). Komposisi kimia dari daun adalah protein dan asam amino,

flavonoid, alkaloid, glikosida, terpenoides, saponin, serat, tanin dan senyawa

fenolik. Daun beberapa spesies dapat gugur, yang lainnya tetap hijau sepanjang

tahun. Daun dari Ziziphus mauritiana dapat digunakan dalam pengobatan gangguan

pencernaan, demam, kerusakan hati dan penyakit paru. Ekstrak alkohol dan air dari

daun Ziziphus mauritiana menunjukkan adanya aktivitas hepatoprotektif,


34

antioksidan dan aktifitas farmakologis penting lainnya. Bunganya kecil, berwarna

kuning kehijauan. Buahnya memiliki biji dan buahnya dapat dimakan, berwarna

kuning kecoklatan, merah, atau hitam, berbentuk bulat atau lonjong, dengan panjang

1-5 cm, dan memiliki rasa sangat manis. (Pelejkar,dkk.2012; Goyal et al, 2012)

2.5.4. Kandungan kimia

Pada penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Ziziphus mauritiana

mengandung beberapa senyawa aktif yaitu :

(Abdallah et al, 2016)

Gambar 2. 11
Analisis fitokimia daun Ziziphus mauritiana

Beberapa senyawa aktif yang ditemukan dalam daun Ziziphus mauritiana

mengindikasikan bahwa Daun Ziziphus mauritiana memiliki beberapa sifat medis.

Saponin adalah senyawa aktif terbanyak yang ada di daun Ziziphus mauritiana.

Saponin memliki efek anti inflamasi dan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh.
35

Tannin, saponin, glikosida, senyawa fenolik, alkaloid dan flavonoid memilki efek

antioksidan (Abdallah dkk, 2016)

2.5.5. Penghambatan radikal bebas

Diagram dibawah menunjukkan potensi pemberantasan radikal bebas DPPH

dari pelarut yang berbeda (metanol, kloroform dan heksana) dari daun Ziziphus

mauritiana. Aktivitas pemberantasan radikal bebas DPPH dari ekstrak meningkat

dalam dosis tergantung di atas kisaran konsentrasi 0,025 sampai 0,8 mg / mL,Dalam

penelitian (Ashraf,dkk.2015) ekstrak metanol menunjukkan aktivitas antioksidan

secara signifikan lebih tinggi di sistem DPPH (IC50= 0,11 mg / mL) dibandingkan

dengan ekstrak kloroform (IC50 = 0,63 mg / mL) dan ekstrakk heksana (IC50 =>

1,0 mg / mL) .

(Ashraf, et al., 2015)

Gambar 2. 12
Aktivitas Pemberantasan Radikal Bebas DPPH (%) Ekstrak Metanol, Kloroform dan
Heksana dari Daun Ziziphus mauritiana.

Dalam penelitian (Ashraf, et al., 2015) yang meneliti tentang komposisi kimia

dan aktivitas biologi dari daun Ziziphus mauritiana, kandungan fenolik dalam ekstrak
36

daun Ziziphus mauritiana lebih tinggi dari pada ekstrak buah Ziziphus mauritiana

maupun ekstrak biji Ziziphus mauritiana.

2.5.6. Manfaat
Terdapat banyak manfaat pada pohon bidara (Ziziphus mauritiana) . buahnya

atau yang biasa disebut jujube dapat membantu menaikkan berat badan, ;meningkatkan

stamina. Selain itu, jujube adalah obat herbal yang efektif sehingga dalam pengobatan

tradisional china, jujube diresepkan sebagai tonik untuk meningkatkan fungsi hati.

Jujube yang dikeringkan memiliki efek antikanker dan juga bisa diresepkan sebagai

tonik untuk membersihkan darah dan membantu pencernaan biasanya digunakan untuk

mengobati diare, kehilangan nafsu makan, anemia, iritasi dan histeria. Biji jujube

biasanya digunakan untuk mengobati palpitasi, insomnia, keringat pada malam hari

dan keringat yang berlebih. Akar pohon bidara (Ziziphus mauritiana) dapat digunakan

unutk terapi dispepsia. Rebusan akarnya, juga digunakan untuk mengobati demam.

Daun bidara (Ziziphus mauritiana) mempunyai efek farmakologis yaitu bisa membantu

mengobati penyakit hati, asma dan demam (Carol 2012). Pada daunnya terdapat

banyak kandungan antioksidan (abdallah dkk, 2016). Selain itu, daun bidara (Ziziphus

mauritiana) juga memilki aktivititas anti tumor, antikanker, antiinflamasi dan anti

mikroba. Sehingga daunnya dapat digunakan sebagai pengobatan alami kanter dan

infeksi mikroba ( Aisha ashraf et al, 2015 ; abdallah dkk, 2016)

2.6. Tikus (Rattus Nowergicus strain wistar)

Tikus putih (Rattus norvergicus) merupakan mammalia yang paling sering

digunakan pada penelitian. Penggunaan tikus putih untuk penelitian saintek dimulai

pada abad ke-16. Rattus norvegicus biasanya ditemukan di Eropa pada tahun 1700-an.
37

Pada tahun 1800-an hewan ini digunakan untuk penelitian neuroanatomy di United

States dan di Eropa. Hingga hari ini, ada 51 spesies dari Rattus baik yang albino

maupun yang berwarna. Beberapa perbedaan yang terlihat antara tikus liar dan tikus

laboratorium. Contohnya, tikus laboratorium memiliki adrenal dan kelenjar preputial

yang lebih kecil, kematangan seksual yang lebih dini, tidak ada siklus reproduksi per

musim, fekunditas yang lebih baik dan lifespan yang lebih pendek dibandingkan

dengan tikus liar. Pada saat ini, tikus Wistar dan tikus Sprague-Dawley merupakan

hewan laboratorium yang paling sering digunakan di seluruh dunia (Sengupta, 2013).

Pada sekarang ini, beberapa strain tikus yang biasa digunakan dalam

penelitian di laboratorium hewan coba di Indonesia, antara lain: Wistar yang asalnya

dikembangkan di Institut Wistar, dan Sprague-Dawley yang merupakan tikus albino

yang dihasilkan di tanah pertanian Sprague-Dawley (Ridwan, 2013).

Tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih strain Wistar.

Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa tikus putih strain Wistar dapat mencapai

masa hidup maksimal sekitar 1200 hari atau setara dengan 3,2 tahun untuk jantan

dan 1400 hari atau setara dengan 3,8 tahun untuk betina. Rata-rata masa hidup untuk

tikus putih strain Wistar adalah 850 hari untuk jantan dan 900 hari untuk betina

(Koolhaas, 2010).

Data berupa morfologi dan fisiologi dari strain Wistar jantan usia 4 bulan bisa

kita lihat pada gambar 2.13

Tikus laboratorium kedua yang juga sering digunakan di Indonesia adalah

Sprague-Dawley. Tikus Sprague-Dawley awalnya muncul akibat perkawinan antara

tikus strain Wistar dengan tikus jantan yang belum teridentifikasi. Tikus Sprague-
38

Dawley merupakan hewan yang dapat tumbuh lebih besar dibanding strain Wistar.

Kelemahan pada strain Sprague-Dawley adalah besar kemungkinan berbeda secara

genetik tergantung dari perternak nya (Koolhaas, 2010)

Tikus Sprague-Dawley (SD) merupakan tikus hasil perkawinan antar hewan

yang tidak mempunyai kekerabatan atau biasa disebut outbreed. Tikus SD dikenal

memiliki perilaku menyerupai anxietas yang tinggi, waktu hidup yang singkat.

Secara fisiologi tikus SD memiliki heart rate yang lambat saat istirahat dan tekanan

darah sistolik yang rendah. Karena tikus SD merupakan hasil perkawian outbreed

yang memiliki keberagaman dalam perilaku dan fisiologi, sehingga tikus SD lebih

sering digunakan dalam penelitian perilaku dan fisiologi (Cavigelli, Michael, &

Ragan, 2013)

Parameter Nilai Normal


Lama Hidup (tahun) 2-4
Berat badan saat lahir (g) 4.5-6
Asupan makan perhari (g/100 g BB) 10
Asupan cairan perhari (ml/100 g BB) 10-15

Defekasi (g/24 jam) 9-13


Produksi urin (ml/24 jam) 10-15
Berat darah (dalam % BB) 5-7
Berat otak (dalam % BB) 1
Berat jantung (dalam % BB) 0,5
Berat satu ginjal (dalam % BB) 0,5

(Koolhaas, 2010)

Gambar 2. 13
Data morfologi dan fisiologi strain wistar
39

Pada tikus strain Wistar, hewan cenderung lebih jinak dan pada jantan

keagresifan biasanya muncul lebih lambat. Tikus strain Wistar merupakan yang

varietas terbanyak yang dapat ditemukan di dunia dibandingkan dengan strain

lainnya (Koolhaas, 2010).

Selain itu, tikus strain wistar memiliki vaskular yang baik sehingga lebih

sering digunakan pada penelitian yang menyangkut masalah vaskular seperti

stroke dan iskemia (Cavigelli, Michael, & Ragan, 2013)

2.7. Tinjauan keislaman

Dunia pengobatan sejak dahulu selalu berjalan seiring dengan kehidupan umat

manusia. Sebagai makhluk hidup, manusia sangat akrab dengan berbagai macam

penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk sembuh dari segala jenis penyakit

itulah yang mendorong manusia berupaya untuk mencari berbagai metode

pengobatan. Setiap kali penyakit muncul, pasti Allah juga menciptakan obatnya.

Hanya ada manusia yang mengetahuinya dan ada yang tidak mengetahuinya. (Ali

2015).

Beberapa hadist yang disampaikan oleh nabi Muhammad tentang masalah

pengobatan dan kesehatan sudah banyak yang terbukti dengan fakta ilmiah melalui

berbagai riset yang telah dilakukan selama ini. Mengikuti jejak Rasulullah

Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan bagi umat Islam. Termasuk

mewarisi metode pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pengobatan

yang dilakukan Rasulullah menggunakan tiga cara, yaitu melalui do’a atau

pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih dikenal dengan


40

istilah do’a-do’a ma’tsur yang datang dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW yang

shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari tanaman maupun

hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari kedua metode tersebut.

Adapun mengenai pengobatan melalui obat-obat yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, hewan dan mineral. Rasulullah hanya menyebutkan dalam hadis tentang

khasiat dari tumbuh-tumbuhan/buah-buahan, sesuatu yang dihasilkan hewan atau

mineral tertentu. (Dalil 2016). Allah SWT telah menciptakan tumbuh-tumbuhan

yang baik sehingga dapat diambil manfaatnya oleh manusia sebagaimana tertulis

dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

(٨) َ‫( ِإ َّن فِي َٰذَلِكَ ََليَةً ۖ َو َما َكانَ أ َ ْكث َ ُرهُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬٧) ‫ج‬
ٍ ‫ض َك ْم أ َ ْنبَتْنَا فِي َها م ِْن كُ ِل زَ ْو‬
ِ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر ْوا ِإلَى ْاْل َ ْر‬

‫ك َِر ٍيم‬

(٩). ‫الرحِ ي ُم‬ ُ ‫َو ِإ َّن َربَّكَ لَ ُه َو ْال َع ِز‬


َّ ‫يز‬

Artinya : “(7) dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

baik? (8) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda

kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak beriman. (9) dan Sesungguhnya

Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS.

Asy-Syu’araa: 7-9)

Oleh karena begitu banyaknya tumbuhan yang dapat dimanfaatkan terutama

sebagai obat, maka Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk berobat bila terkena

penyakit, sebagaimana hadistnya :


41

‫ قالت اْلعراب يا رسول هللا أال نتداوى ؟ قال نعم يا عباد هللا تداووا فإن هللا لم يضع‬: ‫عن أسامة بن شريك قال‬

‫داء إال وضع له شفاء أو قال دواء إال داء واحد قالوا يا رسول هللا وما هو ؟ قال الهرم‬

Artinya:

Dari Asamah ibn Syarik berkata: Orang-orang Arab berkata " Ya Rasulallah!

apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah.

Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya,

kecuali satu penyakit. Mereka lantas bertanya "Penyakit apa ya Rasulallah? Beliau

menjawab: "penyakit ketuaan (pikun)". (HR. At-Tirmidzi)

Meskipun demikian rasulullah juga mengingatkan dan melarang berobat

dengan sesuatu yang diharamkan dalam Islam, terutama haram zatnya. Sebagaiman

disebutkan dalam hadis berikut:

‫إِ َّن هللاَ أ َ ْنزَ َل الدَّا َء َوالد ََّوا َء َو َجعَلَ ِلكُ ِل دَا ٍء دَ َوا ًء فَت َدَ َاو ْوا َوالَ تَدَ َاو ْوا بِ َح َر ٍام‬

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula

Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan

janganlah berobat dengan yang haram. ”(HR. Abu Dawud dari Abud Darda’

radhiallahu’anhu) (Dalil, 2016)

Anda mungkin juga menyukai