Disusun Oleh :
Sulthan Sewu (1810011311027)
Mutia Dwi Rahmadillah (1910011311037)
Indah Amelia Putri (1910011311061)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Efek normal dari kemajuan inovatif pada penganggaran sektor publik adalah
implementasi yang lebih mudah dan lebih cepat dari berbagai proses akuntansi dan data yang
lebih akurat yang dihasilkan dari siklus ini. Namun, hal ini harus dilakukan dengan asumsi
bahwa pertemuan yang terkait dengan sistem akuntansi memiliki peluang untuk
menggunakan perangkat teknologi untuk tujuan yang ideal dan bahagia, terutama untuk
kemajuan manajemen masyarakat umum. Kemampuan dan alasan positif untuk menggunakan
teknologi dalam sistem akuntansi meningkatkan kompetensi dan kesesuaian. Kemudian
kemampuan, dikombinasikan dengan tujuan berbahaya, terutama untuk kepentingan pribadi,
mendorong pemerasan.
Penganggaran sektor publik adalah alat akuntansi swasta yang digunakan dalam
operasi asosiasi publik. Akuntansi sektor publik mencakup perusahaan tingkat tinggi dan
lembaga pemerintah, seperti B. parlemen terkait, perusahaan, kelompok ideologis, dan
asosiasi nirlaba lainnya (Halim, 2016). Oleh karena itu, pelaksanaan penganggaran sektor
publik sama dengan praktik lainnya pada umumnya, hanya saja terdapat pembatasan terhadap
mitra sektor publik dan lingkungan lokal yang lebih luas.
Era digital merupakan paradigma baru dalam dunia akuntansi, dan kemajuan
teknologi dan semua produk sangat cocok untuk melacak peran kritis akuntan dalam
melakukan berbagai transaksi akuntansi penting bagi perusahaan. Dari catatan keuangan
hingga analisis data keuangan, ada juga yang di outsource ke aplikasi dan perangkat lunak
komputer tanpa mengandalkan keakuratan dan keakuratan seorang akuntan. Jauh lebih efisien
dan efektif. Di satu sisi, keterampilan menabung memiliki efek positif pada akuntan,
memungkinkan mereka untuk fokus pada tugas lain yang tidak dapat digantikan oleh
komputer (Rini, 2019). Namun di sisi lain, hal ini menciptakan tantangan dan ancaman baru.
Dia memiliki potensi besar. Singkatnya, kemungkinan penipuan digital adalah argumen yang
samar dan tegas tentang perlunya menggunakan teknologi digital untuk membuat penipuan
menjadi sulit dan terus-menerus. Padahal, tantangan dan ancaman pertama dan paling
mendasar adalah kendaraan dan teknologi. Dalam hal ini, teknologi informasi yang
menciptakan ruang digital dapat menggusur cara berpikir masyarakat, terutama ketika
akuntan menjalankan fungsi akuntansi (Cahyadi, 2019). Padahal, teknologi telah diciptakan
untuk memungkinkan manusia memenuhi perannya secara lebih efektif dan efisien, sehingga
manusia selalu memiliki kesempatan untuk terlibat dalam berbagai proses penting di segala
bidang kehidupannya (Kruskopf et al, 2019). Era digital dapat diartikan sebagai suatu kondisi
kehidupan atau zaman dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah
dipermudah dengan adanya teknologi. Bisa juga dikatakan bahwa era digital hadir untuk
menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar jadi lebih praktis dan modern.
Perkembangan era digital ini merupakan suatu perkembangan yang terjadi pada
masyarakat di kehidupan baru dengan adanya jaringan internet, perangkat digital, aplikasi /
platform digital, media sosial, sehingga memudahkan segala aktivitas dan pekerjaan di
berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan dunia teknologi saat ini pun semakin pesat ke arah serba digital. Era digital ini
telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat
yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang membantu kebutuhan manusia. Dengan
teknologi apapun dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pentingnya peran teknologi mulai
membawa peradaban memasuki ke era digital. Sistem informasi saat ini telah berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, terbukti sangat berperan penting
dalam berbagai kegiatan perekonomian serta strategi penyelenggaraan pembangunan dalam
berbagai bidang. Keberadaan sistem informasi tersebut juga mampu mendukung kinerja,
Fraud (Kecurangan)
Fraud adalah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti kecurangan. Selain fraud,
kekeliruan atau error juga menjadi kesalahan lain dalam akuntansi. Kedua istilah
ini, fraud dan error adalah dua jenis kesalahan yang sering terjadi dalam proses
akuntansi. Meskipun dinilai sama, namun keduanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu
terlihat dari ada dan tidak adanya unsur kesengajaan. Di mana, error terjadi karena
tidak ada kesengajaan, sementara fraud terjadi karena adanya unsur kesengajaan.
Faktanya, kecurangan akan lebih sulit dideteksi jika dibandingkan dengan kekeliruan.
Hal ini lantaran pihak manajemen atau karyawan akan berusaha untuk
menyembunyikan kecurangan itu sendiri.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia, fraud atau kecurangan adalah suatu
tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen atau pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan
penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil, atau
melanggar hukum. Pada dasarnya, fraud adalah serangkaian ketidakberesan
(irregularities) dan perbuatan melawan hukum (illegal act) yang dilakukan oleh orang
luar atau orang dalam perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan dan merugikan
orang lain.
Fraud dapat diartikan secara harfiah sebagai penipuan. tipuan; atau penggelapan dana
masyarakat (Said, Alam, Karim & Johari 2018). Penipuan adalah tindakan yang dilakukan
dengan penuh pengetahuan, bukan kelalaian atau ketidaktahuan, untuk mendapatkan
keuntungan moneter melalui penipuan (Peprah 2018, Zanaria 2017). Fraud adalah perbuatan
aktif dengan maksud untuk menipu orang yang ditipu agar merugikan dan menguntungkan
orang yang ditipu (Hantono 2018). Akuntansi sektor publik adalah mekanisme akuntansi
swasta yang digunakan dalam praktik organisasi pemerintah. Sektor akuntansi sektor publik
mencakup lembaga negara dan departemen senior seperti pemerintah daerah, yayasan, partai
politik dan organisasi nirlaba lainnya (Halim, 2016).
Menurut Omar, Navavi, dan Salin (2016), fraud merupakan risiko komersial yang
dapat terjadi di setiap bisnis, baik di instansi pemerintah maupun di perusahaan swasta.
Karena baik perusahaan besar maupun UKM tidak dapat dipisahkan dari kemungkinan
terjadinya kecurangan, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perusahaan yang tidak bebas
dari penyakit kecurangan. Menurut teori segitiga penipuan, ada tiga penyebab utama
penipuan: tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Ada juga faktor tambahan yang
mempengaruhi, yaitu teori diamond fraud yang merupakan evolusi dari chance fraud
triangle (Eyo Bassey, 2018). Inti dari teori ini adalah bahwa ada dua faktor utama yang
memberi penghargaan kepada pemalsu: faktor internal seperti kemampuan dan rasionalisasi
dan faktor eksternal seperti tekanan dan peluang.
Kemampuan masyarakat untuk menggunakan produk digital dapat menjadi faktor yang kuat
dalam penipuan ketika datang ke kemajuan teknologi yang telah mencapai tingkat digital saat
ini. Selain itu, penggunaan teknologi digital tetap tidak proporsional, menciptakan peluang
besar untuk penipuan, karena pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen teknologi
belum dimiliki oleh semua organisasi komersial, termasuk sektor publik. Fraud secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: penggelapan aset, misrepresentasi laporan
keuangan, dan korupsi (Sihombing, Erlina, Rujiman, dan Muda, 2019). Menurut survei yang
dilakukan oleh Association of Registered Fraud Investigators (ACFEIC) cabang Indonesia,
korupsi merupakan jenis penipuan yang paling banyak terjadi di Indonesia, disusul dengan
penggelapan aset dan penipuan dalam pelaporan keuangan. Umumnya di dalam dunia
akuntansi fraud ini merupakan suatu tindak kecurangan yang dilakukan oleh seseorang atau
bahkan juga bisa lebih. Bisa saja tindakan ini dilakukan oleh pihak internal atau orang yang
terlibat secara langsung di dalam suatu perusahaan. Namun bisa juga tindakan ini dilakukan
oleh pihak ketiga di luar perusahaan. Umumnya pula apa yang disebut dengan fraud
accounting ini cenderung memanfaatkan suatu bentuk kebohongan dengan tujuan khusus
untuk memperoleh keuntungan sekalipun keuntungan tersebut didapatkan dengan cara yang
tidak adil.
Perbuatan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak dengan penuh kecurangan pada
suatu perusahaan ini tentu saja berkaitan dengan penipuan dan cenderung dilakukan dengan
tujuan memperoleh keuntungan berupa uang. Jadi kondisi finansial perusahaan akan
mengalami kesalahan karena adanya tindakan penipuan tersebut. Akuntansi perusahaan
akhirnya juga tidak dapat memberikan hasil yang tepat karena adanya kekacauan yang
disebabkan oleh fraud di dalamnya. Dan biasanya bentuk pelanggaran ini terjadi karena
adanya suatu kepercayaan yang didapatkan oleh pelaku penipuan. Tentu saja hal ini sebisa
mungkin harus segera dicegah agar tidak terjadi pada perusahaan.
Fraud secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga jenis tindakan, yaitu
penyalahgunaan aset, pernyataan palsu dalam laporan keuangan, dan korupsi (Sihombing,
Erlina, Rujiman, & Muda, 2019). Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Association of
Certified Fraud Examiners Indonesia Chapter (ACFE-IC), korupsi merupakan jenis fraud
yang paling banyak terjadi di Indonesia, disusul oleh penyalahgunaan aset, dan terakhir
adalah kecurangan laporan keuangan.
Pendekatan teori yang digunakan untuk menjelaskan fraud dalam penelitian ini adalah
akuntansi keperilakuan, yaitu sebuah teori yang menjelaskan hubungan antara sistem
informasi akuntansi dengan perilaku manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Kutluk (2017),
bahwa akuntansi keperilakuan mempelajari perilaku manusia, baik yang berprofesi sebagai
akuntan atau selain akuntan, berkaitan dengan pengaruhnya terhadap sistem akuntansi dan
faktor pembentuk perilaku tersebut yang berasal dari sistem akuntansi. Pelaksana akuntansi
keperilakuan, yang merupakan akuntan keperilakuan, memiliki tugas untuk menganalisis
perilaku manusia dan persepsi manusia terhadap pekerjaannya, tugasnya, perusahaannya,
maupun rekan kerjanya, untuk disampaikan kepada pengguna informasi keperilakuan sebagai
dasar pengambilan keputusan dan perumusan prediksi mengenai perilaku manusia di masa
depan, serta untuk menentukan strategi yang paling tepat untuk mengubah atau mengarahkan
perilaku manusia sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil analisis keperilakuan
mencakup bagaimana manusia berperilaku dan faktor yang mendasari terbentuknya perilaku
tersebut, serta rekomendasi untuk memperbaiki perilaku yang dianggap disfungsional
(Supriyono, 2018). Lebih lanjut dijelaskan oleh Supriyono (2018),
Akuntansi Keperilakuan
1. Menganalisis faktor yang menjelaskan mengenai perilaku manusia yang relevan dengan
sistem akuntansi
3. Melengkapi informasi yang relevan dengan aspek keperilakuan manusia yang dibutuhkan
oleh pengambil keputusan dan dituangkan dalam laporan keuangan.
1. Pengaruh dari perilaku manusia terhadap desain, penyusunan, dan penggunaan sistem
informasi, dimana akuntansi keperilakuan menggambarkan keterkaitan antara pandangan
nilai dan sikap dari manajemen suatu perusahaan dalam mengendalikan proses akuntansi
dengan fungsi dari setiap elemen dalam perusahaan.
2. Pengaruh dari sistem akuntansi terhadap perilaku manusia, dimana akuntansi keperilakuan
mengkaji pengaruh dari sistem akuntansi terhadap motivasi, produktivitas, proses
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama yang terjalin antar anggota
organisasi.
Laporan Keuangan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah moralitas individu berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi di era
digital ?
2. Apakaha teknologi digital dapat mengoptimalkan kesempatan untuk melakukan
fraud ?
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:
untuk menemukan dan mendeskripsikan karakteristik fraud yang terjadi pada sektor publik di
era digital dan mengembangkan model penerapan Akuntansi Sektor Publik untuk mencegah
fraud yang terjadi pada sektor publik di era digital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
moralitas
individu (X1) H1
Perusahaan
Manufaktur
Teknologi
Digital (X2) (Y)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel reliabel (terikat ) dalam penelitian ini adalah Pemahaman Akuntansi, variabel
yang terpengaruh / berubah menjadi akibat dari variabel bebas. Menurut Sugiyono (2015:
39) variabel dependen itu variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
merupakan hasil akhir karena adanya variabel bebas. Pemahaman Akuntansi ini memang
harus di pahami sedari sekarang yang berguna untuk kedepannya untuk tahap dunia kerja.
b) Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas (tidak terikat) yaitu variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variaabel .
Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan manufaktur di
era digital dan sampel dipilih menggunakan teknik purposive .
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.id/id/blog/kenali-ruang-lingkup-perusahaan-manufaktur/#:~:text=Pengertian
%20perusahaan%20manufaktur%20adalah%20sebuah,tenaga%20kerja%20dalam%20satu
%20medium.
https://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan
https://verihubs.com/blog/fraud-adalah/#:~:text=Perlu%20Anda%20ketahui%2C%20pengertian
%20fraud,pada%20saat%20penulisan%20laporan%20keuangan.
https://www.researchgate.net/profile/Dwi-Cahyono/publication/
333557474_TAMAN_KAMPUS_PRESSINDO_PENGANTAR_AKUNTANSI_KEPERILAKUAN/
links/5cf37ec54585153c3dab7971/TAMAN-KAMPUS-PRESSINDO-PENGANTAR-AKUNTANSI-
KEPERILAKUAN.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/27/peranan-teknologi-digital-terhadap-pelaksanaan-tugas-
akuntan-public-untuk-mencegah-fraud/
https://www.jurnal.id/id/blog/fraud-accounting/#:~:text=Pengertian%20Fraud%20Accounting,-
Seperti%20yang%20telah&text=Umumnya%20di%20dalam%20dunia%20akuntansi,langsung%20di
%20dalam%20suatu%20perusahaan.
https://verihubs.com/blog/fraud-adalah/#:~:text=Perlu%20Anda%20ketahui%2C%20pengertian
%20fraud,pada%20saat%20penulisan%20laporan%20keuangan.