1 Latar Belakang
Penggunaan komputer menjadi hal yang sangat umum, terlebih setelah dimulainya era
industri 4.0 yang dimana memaksa hampir seluruh industri dan perusahaan untuk
menggunakan komputer. Era 4.0 atau revolusi Industri 4.0 pertama kali dicetuskan oleh
pemerintah Jerman pada tahun 2011, Kementrian Pendidikan dan Penelitian jerman
meluncurkan Inisiatif “Industrie 4.0” sebagai strategi untuk mendorong transformasi digital
dalam industri manufaktur. Konsep ini kemudian menyebar ke tingkat internasional dan
digunakan secara luas untuk merujuk pada era digital yang terus berkembang. Pada era 4.0 ini
memaksa manusia untuk bisa hidup berdampingan dengan teknologi dan memanfaatkan nya
secara efektif.
Pada Tahun 2016 Pemerintah Jepang memperkenalkan Era Society 5.0 sebagai visi
transformasi sosial dan ekonomi di Jepang. Society 5.0 menekankan integrasi teknologi digital,
seperti Kecerdasan Buatan (AI), Big Data, dan robotika, dengan masyarakat manusia.
Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan, inklusif dan berfokus
pada kesejahteraan manusia dengan menggunakan teknologi untuk mengatasi masalah sosial
dan ekonomi.
Konsep Society 5.0 ini mengusulkan penerapan teknologi untuk meningkatkan kehidupan
manusia dalam berbagai aspek, termasuk pendidkan, kesehatan, transportasi, energi, dan
lingkungan. Hal ini mencakup pengembangan infrastruktur pintar, pemanfaatan data secara
cerdas, serta kolaborasi yang erat antara sektor publik, swasta, dan masyarakat.
Jika pada era 4.0 kita diaharuskan bisa berdampingan dengan teknologi, maka di era 5.0 ini
teknologi merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, banyak industri industri yang sangat
tergantung dengan teknologi. Perkembangan teknologi yang paling menyoroti mata dunia saat
ini adalah begitu pesatnya perkembangan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence).
Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan adalah cabang dari ilmu komputer yang
bertujuan untuk menciptakan mesin atau sistem yang mempu melakukan tugas-tugas yang
biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Tujuan utama AI adalah untuk mengembangkan
komputer atau mesin yang dapat memahami, belajar, berpikir, dan mengambil keputusan
seperti manusia.
Dampak penerapan AI dapat mempengaruhi dunia bisnis secara signifikan di masa depan.
Penggunaan AI dapat memungkinkan terciptanya produk dan layanan baru, meningkatkan
efisiensi operasional, mengoptimalkan pengambilan keputusan, serta memperbaiki kualitas
layanan dan pengalaman pelanggan. Jika berbicara bisni maka tidak bisa lepas dari akuntansi.
Proses pencatatan akuntansi haruslah dilakukan dengan cepat dan akurat, seiring berjalan
nya waktu dan berkembangnya teknologi, seroang akuntan bisa mempersingkat dan
meminimalisir kesalahan dengan memanfaatkan teknologi, hal ini bisa dilihat pada zaman ini
sudah banyak sekali software yang memudahkan seorang akuntan untuk melakukan tugasnya,
contohnya Microsoft Excel, Jurnal.ID, Keysoft, EAS, MYOB, dan lain lain. Software Software
tersebut menjadi bukti bahwa akuntan juga mengikuti perkembangan zaman, yang pada awal
mulanya dilakukan semua pencatatan melalui meda kertas, sekarang perlahan mulai
menggunakan pencatatan digital melalui aplikasi yang di sebutkan diatas.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah mengubah lansakap bisnin dan
industri di seluruh dunia, termasuk di bidang Akuntansi. Dalam era digital ini, perusahaan –
perusahaan dan organisasi-organisasi telah mengadopsi teknologi AI untuk membantu mereka
dalam pengolahan dan analisis data keuangan, serta meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam
proses akuntansi.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan akan informasi akuntansi
yang lebih akurat dan real-time, penerapan AI dalam akuntansi semakin penting. AI dapat
membantu akuntan untuk mengotorisasi tugas-tugas rutin dan menghasilkan laporan keuangan
secara otomatis, sehingga waktu yang dibutuhkan dan meningkatkan akurasi data.
Selain itu, AI juga dapat membantu dalam analisis data keuangan yang kompleks dan
menemukan pola atau tren yang mungkin sulit ditemukan oleh manusia. Dalam konteks
akuntansi, AI dapat digunakan untuk melakukan analisis kredit, mengevaluasi risiko investasi,
dan mengidentifikasi penipuan keuangan.
Beberapa contoh konkret penggunaan AI dalam akuntansi adalah pengolahan data besar
(Big Data), penggunaan chatbot untuk mengotomatisasi proses akuntansi, dan penggunaan
sistem deteksi kecurangan dengan teknik machine learning. Selain itu, AI juga memiliki potensi
besar dalam bidang akuntansi di masa depan, seperti penggunaan teknologi blockchain dan
analisis prediktif
Penerapan kecerdasan buatan di masa depan dalam bidang akuntansi memiliki potensi yang
sangat besar. Salah satu teknologi yang berkembang dan dapat digunakan dalam akuntansi
adalah teknologi blockchain. Dalam akuntansi, blockchain dapat digunakan untuk
memfasilitasi proses audti, serta memperkuat sistem keamanan dan integritas data. Selain itu,
teknologi analisisprediktid juga memiliki potensi yang besar dalam membantu dalam proses
pengambilan keputusan di bidang akuntansi.
Namun, penerapan AI dalam akuntansi juga memunculkan beberapa efek negatif. Dengan
proses akuntansi yang semakin cepat, akurat, dan efisien, maka memunculkan dampat negatif,
yaitu semakin sedikitnya tegana akuntan yang dibutuhkan pada suatu perusahaan. Hal ini
diakibatkan karena beberapa tugas akuntan sudah bisa di kerjakan oleh AI. Tujuan utama dari
sebuah perusahaan adalah untuk meraih laba sebanyak banyaknya dengan modal seminimal
mungkin. AI menjadi plihan yang sangat tepat bagi perusahaan untuk menjalankan tugas,
dengan beberapa kelebihan dibanding dengan manusia yaitu, pengerjaan yang lebih efisien dan
akurat, tidak memiliki emosi, tidak memerlukan gaji.
2. Tinjauan Pustaka
Dari penjelasan posisi akuntan diatas, maka akan muncul pengaruh Artificial
Intelligence (AI) terhadap Profesi Akuntan antara lain dimana perkembangan teknologi
mengubah bisnis. secara signifikan seperti banyak aset yang berupa “teknologi” dan tidak
berwujud secara fisik, tidak banyak membutuhkan sumber daya manusia termasuk
didalamnya staf akuntansi, perusahaan tidak memiliki konsep “tempat” atau “premises”
karena dikendalikan melalui “virtual office” dan yang terakhir mengenai cara memasarkan
dan cara berjualan melalui “market place” atau “online store”yang kesemuanya tadi akan
menuju kepada titik keseimbangan atau equilibrium baru yang nantinya membentuk
standarnya sendiri.
Teknologi Artificial Intelligence (Keceradasan Buatan) dalam Akuntansi
Deskripsi pekerjaan akuntan hari ini terlihat sangat berbeda dengan akuntan 20 tahun
yang lalu. Dalam 20 tahun lagi, akuntan akan kembali, memainkan peran yang berbeda.
Peran mereka akan berubah secara substansial selama dekade berikutnya. Penekanan lebih
akan ditempatkan pada konsultasi, pengembangan bisnis, layanan konsultasi dan manajemen
risiko. Akuntan perlu merangkul spesialisasi dan penggunaan teknologi (McCabe, 2014).
Dikutip dari MTI (Manajemen-TI) edisi Oktober 2017, Mark Carney, Gubernur Bank
Inggris yang pada akhir tahun 2016 lalu mengatakan bahwa setidaknya 15 juta pekerjaan
akan lepas ke orangorang teknologi pada tahun-tahun yang akan datang, termasuk di
dalamnya profesi Akuntan. Kemudian Xero research pada tahun yang sama menyampaikan
prediksinya bahwa profesi Akuntansi dan pencatat administrasi akan menjadi salah satu
prioritas teratas yang akan digantikan oleh robot/komputer. Bahkan lebih lanjut Xero
mengatakan bahwa 59 persen pemilik usaha kecil berfikir bahwa mereka tidak akan
membutuhkan lagi akuntan dalam 10 tahun ke depan (Alhabsyi,2017). Hal ini karena hampir
seluruh proses akuntansi kini sudah dapat ditangani oleh software komputer. Sejak mulai
pencatatan transaksi hingga menghasilkan laporan keuangan berikut analisis-analisisnya.
Perangkat lunak tersebut didesain dapat digunakan oleh orang yang dapat dikatakan awam
akuntansi.
Lalu jika demikian untuk apa perusahaan harus memelihara orang-orang akuntansi?
Apakah dengan demikian berarti profesi Akuntan sudah tinggal menunggu hari ajalnya?
Jawabnya: Bisa Ya dan bisa Tidak. Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa peran akuntan
sekarang hanya bergeser. Akuntan kini harus juga mempelajari skill dan kompetensi baru
untuk menjaga relevansinya dengan perkembangan dunia. Sebuah penelitian lain
mengungkap bahwa kompetensi yang paling penting dimiliki untuk melengkapi setiap
akuntan adalah: (1) Manajemen bisnis; (2) Analisis risiko; dan (3) Teknologi Informasi
(Alhabsyi, 2017).
Sebenarnya pergeseran itu tidak hanya terjadi pada profesi akuntan saja. Melainkan
semua profesi akan terkena dampak merusak (disruptive) nya perkembangan teknologi ini.
Bahkan dampak ini juga akan menyerang profesi IT itu sendiri. Misalnya kita bisa lihat
perkembangan teknologi cloud computing yang semakin matang. Perusahaan dapat
memanfaatkan infrastruktur, platform, software sampai dengan datanya tanpa mereka harus
berinvestasi apapun. Perusahaan dapat menikmati hampir semua layanan-layanan yang
dulunya mewajibkan perusahaan tersebut berinvestasi beli infrastruktur, beli platform,
beli/bangun sistem, meng-hire orang IT yang mahal dan tak jarang banyak ulah, dan
sebagainya. Kini mereka dapat menikmati itu semua hanya cukup dengan berlangganan
layanan cloud tertentu. Mereka dapat berhenti kapan saja mereka mau. Mereka dapat
berpindah ke penyedia layanan lain yang menurut mereka memiliki layanan yang lebih sesuai
dengan spesifikasi dan biaya yang diinginkan. Ini berarti bahwa profesi IT juga akan
mengalami pergeseran (Alhabsyi, 2017).
Artificial Intelligengce/AI (Kecerdasan buatan) dirancang untuk berpikir, merasakan,
dan bereaksi seperti makhluk hidup yang bernafas. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh
Deloitte, AI dapat muncul dengan seluruh kelas baru produk dan layanan yang secara khusus
berlaku di bidang akuntansi. Ini termasuk: layanan pelanggan, penelitian dan pengembangan,
logistik, penjualan, pemasaran dan analisis informasi. Untuk profesi yang memerlukan
metodologi khusus berikut, analisis informasi, persiapan laporan, dan banyak proses rumit
(mis. Pembukuan, pengkodean transaksi, dll.), AI memiliki potensi untuk sepenuhnya
mengubah profesi. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Association of Chartered
Certified Accountants (ACCA), ada kemungkinan otomatisasi akan meringankan banyak
tugas berat yang akan memungkinkan akuntan untuk fokus pada layanan konsultasi dan
pekerjaan bernilai lebih tinggi lainnya (Jariwala, 2015).
Dalam waktu dekat, AI mungkin sepenuhnya terlibat dalam pemantauan dan evaluasi
kepatuhan terhadap peraturan, kebijakan organisasi, evaluasi karyawan, dan bahkan
perekrutan dan pemecatan. Jelas, perangkat lunak akuntansi bukanlah hal baru bagi profesi
ini. Perangkat lunak pengarsipan pajak tidak membuat akuntan keluar dari bisnis, itu
sebenarnya membuat mereka lebih efisien dan memungkinkan untuk mengajukan lebih
banyak pengembalian daripada sebelumnya. Namun, perangkat lunak baru yang masuk
kemungkinan dapat memberdayakan beberapa pengguna ke titik di mana mereka tidak akan
membutuhkan akuntan mereka lagi. Evolusi produk terbaru lebih berbasis "cloud", seperti
QuickBooks Online, yang tampaknya memaksa beberapa orang untuk mengambil beberapa
tugas pembukuan bisnis mereka (Poston, 2014).
Ada perbedaan pendapat tentang bagaimana peran seorang akuntan akan berubah.
Beberapa berpendapat bahwa akan ada modifikasi besar seperti yang terjadi di industri taksi /
transportasi ketika Uber dan Grab diperkenalkan. Yang lain percaya bahwa perangkat lunak
hanya akan memindahkan beberapa tugas yang tidak terlalu rumit ke bisnis itu sendiri, tetapi
bahwa mereka masih membutuhkan ahli yang dipercaya untuk melakukan audit dan
memilah-milah peraturan yang sangat kompleks.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Rekomendasi
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Profesi Akuntan dalam menghadapi
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) antara lain :
•Awareness
Menjadi aware terhadap perkembangan kecerdasan buatan dengan melihat kesempatan yang
akan muncul.
•Education
Memberi tekanan pada institusi pendidikan untuk membuat kurikulum yang relevan bagi
mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan konektivitas digital, mengadakan pelatihan
pelatihan tertentu seperti pelatihan koding, membuat cloud computing untuk keperluan real
time accounting.
• Professional Development
Meningkatkan kinerja organisasi profesi beserta program-program pengembangan
profesionalnya untuk melakukan presentasi online maupun face-to-face tentang
perkembangan kecerdasan buatan dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak bagi anggota
organisasi profesi.
•Reaching Out
Akuntan kurang memiliki kontrol atas data-data, serta Environmental accounting sangat
bergantung pada informasi fisik yang diperoleh di bawah tanggung jawab para engineers
REFERENSI
Ayunda, R., & Rusdianto. (2021). Perlindungan Data Nasabah Terkait Pemanfaatan Artificial
Intelligence dalam Aktifitas Perbankan di Indonesia. Jurnal Komunikasi Hukum, 7(2),
387–402.
Beberapa tahun terakhir, D., Dan, B., Teknologi, Berkembang, Semakin, (2012), pesat. W.,
& menyatakan bahwa perkembangan teknologi dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat,
sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Hal ini membuat banyak
perusahaan mengganti sistem, yang semula sistem manual menjadi sistem otomatisasi
atau komputerisasi agar dapat menghasilkan informasi secara akurat. (2019). Dampak
Teknologi Terhadap Profesi Akuntan Publik Di Masa Depan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.8 No.1 (2019), 8(1), 11–21.
Mhlanga, D. (2020). Industry 4.0 in finance: the impact of artificial intelligence (ai) on digital
financial inclusion. International Journal of Financial Studies, 8(3), 1–14.
https://doi.org/10.3390/ijfs8030045
Pasyarani, L., Akuntansi, S. I., & Blockchain, T. (2023). REVITALISASI AKUNTANSI
DENGAN PENERAPAN. 3(2), 1–14.
Putritama, A. (2019). Peluang Dan Tantangan Profesi Akuntan Di Era Big Data. Jurnal
Akuntansi , 7(November), 74–84. https://doi.org/10.24964/ja.v7i1.758
Ravikumar, T., Murugan, N., Suhashini, J., & Rajesh, R. (2021). Banking on Artificial
Intelligence to Bank the Unbanked. 25(5), 129–132.
Reiting, P., Mladenow, A., Strauss, C., & Kotsis, G. (2020). Mobile payment. 3(1), 84–93.
https://doi.org/10.1145/3428690.3429182
Sari, R. U., Nur Rohmah, S., Nurjanah, S., Rahayu, S., & Ratna, A. Y. (2020). Profesi
Akuntan Dalam Menghadapi Era Society 5.0. Seminar Nasional & Call for
Paperhubisintek 2021, 1242–1245.
Society, E. R. A., Nurjanah, S., & Ambarsari, Y. R. (2023). OPTIMALISASI PERAN
AKUNTAN MENGHADAPI. 138–141.
Triatmaja, M. F., Acc, M., Acpa, A., Program, *, Akuntansi, S., Ekonomika, F., Bisnis, D.,
Muhammadiyah, U., & Pekalongan, P. (2019). Seminar Nasional dan The 6th Call for
Syariah Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta DAMPAK ARTIFICIAL
INTELLIGENCE (AI) PADA PROFESI AKUNTAN. Seminar Nasional Dan The 6th
Call For Syariah Paper (SANCALL) 2019,
6(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/11422), 1007–1019.
Wijaya, R. H. (2021). Will Accounting End Soon? Suatu Tinjauan Eksistensi Profesi
Akuntansi di Era Digital. Journal of Economic, Management, Accounting and
Technology, 4(2), 130–137. https://doi.org/10.32500/jematech.v4i2.1647
Zhang, Y., Xiong, F., Xie, Y., Fan, X., & Gu, H. (2020). The Impact of Artificial Intelligence
and Blockchain on the Accounting Profession. IEEE Access, 8, 110461–110477.
https://doi.org/10.1109/ACCESS.2020.3000505