Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

“ILMU AKUNTANSI AKANKAH TERGANTIKAN


KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLEGENCE)
DAN MAHA DATA (BIG DATA)

DISUSUN OLEH :
IVA SEPTARINA ( 1762201026 )

JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE) LHOKSEUMAWE
TAHUN AKADEMIK 2019
ILMU AKUNTANSI AKANKAH TERGANTIKAN
KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLEGENCE)
DAN MAHA DATA (BIG DATA)

Akuntansi memiliki peran yang penting dalam kehidupan saat ini, terutama
dalam dunia bisnis. Hal ini terjadi karena setiap pengambilan keputusan haruslah
berdasarkan informasi keuangan yang tepat pada perusahaan tersebut. Peran
penting tersebut tentunya juga dapat dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap dana yang sudah dipercayakan oleh para pemegang saham
atau investor. Sehingga adanya akuntansi bisa menjadi faktor penentu kemajuan
suatu perusahaan.

Peran Penting Akuntansi

Dalam kelangsungan hidup sebuah perusahaan, akuntansi berperan untuk


menyediakan berbagai informasi dan jawaban yang berhubungan dengan segala
macam bentuk kegiatan keuangan. Sehingga akan memudahkan Anda sebagai
pemilik perusahaan untuk mengukur kondisi keuangan.

Akankah perkembangan teknologi ini akan menggeser peran accounting saat


ini?

Faktanya, peran teknologi bila dihubungkan dengan akuntansi saat ini,


adalah sebagai alat. Sebagai media untuk menjalankan fungsi akuntansi yang
utama.

Seorang akuntan akan mengerjakan proses akuntansi selama periode


tersebut dan mungkin akan memastikan semua hal tersebut telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Akuntan Anda mungkin tidak mencari pemahaman atas
keputusan yang Anda ambil atau membantu Anda mengevaluasi kejadian di masa
lalu. Sehingga untuk melakukan hal tersebut, pertama-pertama, seorang Akuntan
akan melakukan pencatatan yang akurat untuk memberikan pencatatan yang baik
atas hal yang terjadi selama periode tersebut.

Mengapa teknologi bukan merupakan faktor penentu dari Akuntansi?

Teknologi digunakan untuk mempermudah proses akuntansi yang


dilakukan oleh para Akuntan dengan cara yang lebih efektif dan efisien, lebih cepat
dan dengan biaya yang lebih sedikit. Teknologi hanya akan menggantikan proses
akuntansi dalam mencatat dan mendokumentasikan transaksi keuangan.

Ketika proses akuntansi tersebut telah selesai dilakukan, maka akan


menghasilkan data-data yang terbatas. Kejadian tersebut telah terjadi dan tidak ada
lagi yang bisa dilakukan untuk mengubah hal yang telah terjadi.
Namun, seringkali Pemilik Bisnis dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti
akan masa depan, dimana sulit untuk menentukan sesuatu jika parameternya tidak
diketahui. Tidak seperti pencatatan yang akurat atas kejadian di masa lampau,
Pemilik Bisnis biasanya dihadapkan pada hal yang belum pasti dan belum diketahui
dan diharuskan untuk mengambil keputusan untuk masa depan.

Dan akuntansi akan menyajikan data yang akan membantu Pemilik Bisnis
belajar dari kejadian masa lampau, baik itu positif maupun negatif. Hal tersebut
untuk membantu Pemilik Bisnis untuk melakukan pengambilan keputusan yang
lebih baik dengan menghindari kegagalan yang terjadi di masa lalu dan
meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai.

Tujuan Utama dari Akuntansi

Bukan hal yang baru, Pemilik Bisnis bertanya, “mengapa saya memerlukan
akuntansi?”. Bila kita mencari di mesin pencari online, akan ditemukan banyak
sekali definisi akuntansi dan hampir seluruhnya akan menjawab “APA” tapi bukan
“MENGAPA”.

Dimana menurut AICPA (American Institute of Certified Public


Accountant), Akuntansi ialah “seni pencatatan, pengikhtisaran dan pengelolaan
dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian
yang pada umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. “

Paul Grady, Pengertian Akuntansi adalah suatu fungsi yang secara


sistematik, autentik dan orisinal, mencatat, mengklasifikasikan, memperoses,
mengikhtisarkan, menganalisis, menginterprestasikan seluruh transaksi dan
kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam
rangka menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan manajemen sebagai laporan
dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diterimanya.

Kieso dan Weygandt menyatakan Pengertian Akuntansi ialah “suatu sistem


informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikakan kejadian
ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.”

Pada intinya, tujuan utama dari proses akuntansi adalah untuk membantu
pengguna laporan keuangan untuk dapat melakukan pengambilan keputusan yang
lebih baik di masa yang akan datang. Dan teknologi hanya akan membantu
mempermudah pekerjaan akuntan dan pemilik bisnis untuk melakukan proses
akuntansi.

Akuntan harus fokus pada menyediakan informasi yang dapat digunakan


oleh pemilik bisnis untuk mengambilkan keputusan di masa depan dan menyajikan
perkiraan atas konsekuensi yang akan terjadi atas pengambilan keputusan tersebut.
Sehingga kemampuan hard skill, keterampilan, pengalaman, kreatifitas
serta kemampuan memprediksi masa depan akan tetap dibutuhkan oleh seorang
Akuntan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi komputer.

Teknologi merupakan alat yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh


Akuntan maupun Pemilik Bisnis untuk dapat melakukan proses akuntansi dengan
lebih efektif dan efisien. Namun hal tersebut tidak dapat menggantikan peran
intelektual seorang Akuntan untuk melakukan analisa terhadap hasil yang diperoleh
dari laporan yang dihasilkan. Seorang Akuntan lah yang akan menginterpretasikan
setiap arti serta makna dari angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga
hal tersebut dapat membantu Pemilik Bisnis untuk dapat melakukan pengambilan
keputusan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Berkembangnya teknologi robot dan Artificial Inteligence (AI)

Berkembangnya teknologi robot dan Artificial Inteligence (AI)


diprediksi akan menggantikan sejumlah pekerjaan. Salah satu pekerjaan itu
adalah akuntan. Sejauh mana robot menjalankan peran seorang akunting, lalu
kapan pekerjaan akunting benar-benar akan tergantikan?
Setidaknya saat ini sudah ada startup yang mengembangkan AI untuk
mengotomatiskan semua kegiatan akuntansi yang bernama Smacc. Dengan
Smacc, klien cukup menyerahkan bon dan dokumen yang dibutuhkan,
kemudian Smacc akan mengubah data menjadi formasi yang kompatibel untuk
dibaca oleh mesin tersebut, dan melakukan enkripsi, kemudian melakukan
perhitungan sesuai kebutuhan.
Anggie Setia Sriningsih, Direktur Corporate Affairs and Public Relatio
Akulaku Indonesia mengaku sering mendapatkan pertanyaan seperti itu setiap
mendapat kesempatan mengisi seminar tentang sustainable bisnis di sejumlah
kampus. Dilihat dari pertanyaannya, menunjukkan para mahasiswa khawatir
kalau saat lulus nanti mereka tidak kebagian kerja, sebab semua sudah
dikerjakan oleh robot.
“Banyak yang tanya soal akunting 4.0, kalau akunting semua dilakukan
oleh mesin nanti cari kerja gimana,” ungkap Anggie, Jakarta, Kamis
(21/3/2019).
Namun menurut Anggie, hingga saat ini belum ada teknologi AI yang
dapat menggantikan tugas setiap profesi, termasuk akunting secara sempurna.
Menurutnya kemampuan analisa manusia belum bisa digantikan oleh robot. “Di
Aku laku juga masih menggunakan akunting manusia,” imbuhnya.
Anggie mengaku belum tahu sampai kapan tenaga kerja bidang akunting
akan bertahan. Tapi menurutnya dengan adanya startup seperti Smacc, itu akan
sangat membantu tugas seorang akuntan. Setidaknya dalam melakukan input,
yang menjadi salah satu pekerjaan yang cukup melelahkan, menjadi lebih cepat.
Sri Mulyani sempat memperingatkan para akuntan, bahwa profesinya saat
ini terancam tergantikan oleh mesin. Menurutnya dengan kemajuan teknologi saat
ini, akuntan merupakan salah satu profesi yang terancam digantikan oleh artificial
intelligence (AI). "Kalau bicara teknologi digital di mana semua digital footprint
gampang di-capture. Maka konsep reporting analisis bisa mengalami perubahan.
Makanya profesi yang bisa tergantikan oleh AI adalah akuntan," ujarnya di Balai
Kartini, Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Sri Mulyani mengatakan, kemajuan teknologi tidak akan bisa dibendung.
Dengan perkembangan yang sangat masif, maka para akuntan perlu berevolusi.
"Dengan konteks teknologi terus berubah, maka what next tata kelola dan
akuntabilitas. Presiden selalu tekankan kita harus bangun banyak SDM melalui
pelatihan. Jangan sampai nanti ada akuntan baru yang tergantikan. Ini PR yang
sangat serius," tegasnya. Selain itu, menurut Sri Mulyani, IAI juga memiliki
pekerjaan rumah untuk menyederhanakan tentang produk-produk akuntansi. Dia
berharap agar masyarakat awam juga bisa memahami tentang akuntansi.

"Jangan sampai mereka sedikit-sedikit sakit perut mendengar akuntansi.


Nanti ada standar akuntansi usaha kecil, standar akuntan usaha menengah, standar
akuntansi besar, standar akuntansi holding, syariah, banyak banget. Pak Mardiasmo
aja kalau ngomong istilah akuntansi saya bingung, apa lagi itu. Can you make it
simple?"

Sri Mulyani, menegaskan pentingnya pengembangan Sumber Daya


Manusia (SDM) dalam menghadapi perkembangan teknologi digital seperti robot.
Dengan demikian SDM Indonesia selalu mampu bersaing. Dia menjelaskan,
teknologi digital tidak hanya membawa dampak positif. Teknologi digital juga
dapat mengganti tenaga kerja manusia dengan robot. Sebagai contoh, dia menyebut
bidang akuntansi merupakan salah satu bidang yang berpotensi digantikan oleh
robot. "Misalnya Anda yang akuntansi, pekerjaan akuntansi sangat mungkin bisa
digantikanartificial intelligence dan robot," kata dia, dalam acara Wisuda PKN
STAN, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/9).

Menghadapi tantangan tersebut, dia berpesan kepada generasi muda agar


terus mengasah kemampuan dan kreativitasnya. "Artinya Anda semua harus merasa
Anda lebih baik dari robot apapun untuk ciptakan ganti pekerjaan anda," tegasnya.
Jika tidak demikian, maka SDM Indonesia terutama para pengelola keuangan akan
kalah bersaing dan tergerus dalam perkembangan teknologi digital. "Manusia lebih
baik dari robot, tapi bukan kepastian yang mutlak. Kalau kita tidak asah
kemampuan dan kreativitas, maka Anda akan mudah digantikan mesin," tandasnya

Secara instan, banyak pihak membenarkan publikasi tersebut karena


memang sebagian peran akuntan telah digantikan oleh peran teknologi (informasi).
Bagi sebagian yang lain tidak serta merta membenarkan publikasi tersebut. Sebagai
contoh, Barclays menyebutkan Jobs are changing, not disappearing (Barclays
2018). Pernyataan ini dapat bermakna ganda.

Yang pertama adalah perubahan yang terjadi di dalam profesi dari


banyaknya perkerjaan klerikal ke pekerjaan yang sifatnya lebih memerlukan
kebijakan (discretionary) dan yang lebih strategik/berdasar diskresi di dalam
profesi akuntan sendiri. Yang kedua adalah perubahan yang terjadi dan
mengakibatkan menurunnya peran dan kebutuhan akuntan di dunia kerja
dan sehingga mereka harus berpindah ke bidang pekerjaan atau industri lain.
Artikel ini membahas perubahan peran akuntan antar waktu seiring dengan
terjadinya pergeseran dari yang dulu banyak perkerjaan akuntan yang sifatnya
klerikal ke pekerjaan yang sifatnya lebih memerlukan judgement, diskresi,
inovasi/kreasi, dan yang lebih strategik.

Pembahasan dimulai dengan pemaparan perubahan kebutuhan tenaga kerja


berdasar berbagai laporan yang dipublikasikan oleh World
Economic Forum (WEF), MGI, Barclays, dan Money. Mereka melaporkan pola
perubahan kebutuhan tenaga kerja di berbagai industri. Selanjutnya
dibahas mengenai penyebab terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja dimasa
depan: dari sisi teknologi dan demografi sosio-ekonomi. Berdasar pola perubahan
kebutuhan tenaga kerja di berbagai industri dan penyebab terjadinya perubahan,
peran profesi akuntan didiskusikan dalam rangka untuk memprediksi perubahan
kebutuhan tenaga kerja professional akuntan. Bagian akhir dari artikel ini
menyajikan ringkasan tentang kebutuhan tenaga kerja akuntan saat ini dan
dimasa depan.

PERUBAHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Di berbagai sektor industri, perkembangan teknologi informasi,


robot, computer, dan media daring telah membuat peran tenaga kerja manusia
tergantikan. Sebagaimana dilansir di berbagai laman seperti Forbes, USA Today,
Money, the Guardian, Business Insider, World Economic Forum (WEF), telah
terjadi perubahan besar berbagai industri yang disebabkan oleh kemajuan
tehnologi, seperti media cetak (koran), penjualan dan sewa video dan cd, toko buku,
perbankan, agen real-estate dsb (USA Today 2018). Perusahaan yang bergerak di
industri tersebut telah secara besar-besaran mengurangi jumlah perkerja/karyawan
mereka. Mereka juga melalukan berbagai inovasi dengan menerapkan teknologi
terkini supaya dapat memenangkan persaingan dalam bisnis. Berikut ini
rangkuman dari berbagai sumber yang melaporkan dan memprediksi kebutuhan
tenaga kerja sekarang dan dimasa yang akan datang.

WEF mengeluarkan laporan yang didasarkan pada hasil survei terhadap


13.549.000 pekerja dari berbagai industri (Industri Dasar dan
Infrastruktur, Konsumen, Energi, Jasa Keuangan & Investor, Kesehatan, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Media, Hiburan, dan Informasi, Mobilitas
(Transportasi dan Logistik), Layanan profesional). Dari berbagai industri tersebut,
persentase keahlian inti yang akan paling berubah/terganggu (skills
disruption) terjadi pada Jasa Keuangan, Industri Dasar, dan Mobilitas. Pada industri
jasa keuangan, kebutuhan pekerjaan meningkat untuk keahlian yang terkait dengan
komputer dan matematika, seperti analis keuangan, keamanan sistem informasi,
pusat data, dan jejaring. Sebagai konsekuensinya perusahaan-perusahaan pada
industri harus meningkat keahlian para karyawan mereka melalui
berbagai pelatihan.
WEF juga melaporkan tren antar waktu pasar tenaga kerja berdasarkan jenis
pekerjaan (Arsitektur dan Teknik, Manajemen, Operasi Bisnis dan
Keuangan, Penjualan dan hal terkait, Instalasi dan Pemeliharaan, Kontruksi dan
Ekstraksi, Seni, Desain, Entertainment, Olah Raga, dan Media, Produksi dan
Manufaktur, dan Perkantoran dan Administrasi). Pekerjaan yang dapat melakukan
penyelesaian masalah yang komplek, pemikiran yang kritis, serta kreatifitas tinggi
memiliki tren meningkat, sedangkan pekerjaan administrasi dan perkantoran
memiliki tren menurun. Pekerjaan yang terkait dengan administratif menurun
drastis pada semua jenis industri. Sebagai contoh, bank-bank Uni Eropa menutup
9.200 cabang dan memangkas sekitar 50.000 staf karena pelanggan
semakin memilih perbankan daring di tahun 2016 (Rumney 2017).

MGI, belajar dari sejarah/tren masa lalu, memprediksi berbagai


kemungkinan pekerjaan yang akan menghilang dan meningkat kebutuhannya di
masa yang akan datang. Robot, komputer, dan penggunaan tehnologi telah merubah
ataupun menggantikan pekerjaan manusia, serta menciptakan pekerjaan baru.
Sampai dengan 2030, 75-375 juta orang di dunia harus berganti pekerjaan atau
harus meningkatkan keahliannya (Manyika et al. 2017). MGI melaporkan, hampir
di semua negara, kategori dengan persentase pertumbuhan pekerjaan tertinggi
(sudah mempertimbangkan otomatisasi) adalah penyedia layanan
kesehatan; profesional seperti insinyur, ilmuwan, akuntan, dan analis. Berbeda dari
laporan Business Insider, laporan MGI ini menunjukkan peran akuntan
yang meningkat antar waktu, bukan menurun. Selain itu, profesional di bidang
teknologi informasi dan spesialis teknologi lainnya, manajer dan eksekutif yang
karyanya tidak dapat dengan mudah digantikan oleh mesin juga meningkat
kebutuhannya. Di negara berkembang terdapat sedikit pertumbuhan
kebutuhan tenaga kerja seperti artis dan pemain hiburan lainnya sejalan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat dan permintaan untuk rekreasi (Manyika et al.
2017). Berbagai profesi juga bertumbuh sejalan dengan peningkatan investasi di
bidang infrastruktur dan bangunan. Pekerjaan terkait dengan layanan di lingkungan
yang tidak dapat diprediksi seperti pelayanan kesehatan dan perawatan rumah juga
meningkat antar waktu.

Senada dengan apa yang dilaporkan oleh MGI, Barclays (2018) juga
melaporkan dan memberikan penekanan bahwa cepatnya kemajuan
teknologi merubah cara orang-orang bekerja. Memang benar adanya jika mesin kini
mampu mengerjakan pekerjaan yang kompleks yang seakan tidak
mungkin dilakukan. Melalui artificial intelligence, mesin kini mampu belajar
selayaknya manusia yang mengalami proses pembelajaran dan belajar dari
pengalaman. Namun demikian, manusia tetap memiliki kelebihan dibandingkan
dengan mesin. Berbagai ketrampilan dan kemampuan bawaan manusia
memberikan kelebihan manusia daripada mesin. Manusia menggunakan indra
untuk memproses apa yang dilihat, didengar, disentuh, dan kemudian bertindak
sesuai seringkali spontan (Barclays 2018). Banyak dari apa yang manusia lakukan
setiap hari tergantung pada atau belajar dari pengalaman, serta
mengambil keputusan berdasarkan informasi tidak lengkap dan
memerlukan judgement. Mesin belum/tidak bisa melakukannya (Barclays 2018).
Di masa depan, pekerjaan yang dilakukan oleh manusia akan didominasi oleh jenis
pekerjaan yang memiliki: 1) lingkup yang sangat tidak dapat diprediksi (highly
unpredictable circumstances), 2) hubungan personal
yang complex (complex personal relationship) seperti dokter, perawat yang
kepercayaan dan kenyaman hubungan sangat penting, dan 3) membutuhkan
kreatifitas (real creativity). Mesin belum mampu untuk mereplikasi ekspresi diri,
emosi, opini, dan imaginasi sebagaimana halnya artist (Barclays 2018).

Lebih jauh dimasa depan, Money (2018) memperkirakan di tahun 2040


terdapat enam pekerjaan yang kiranya akan mendominasi kebutuhan tenaga kerja.
Keenam pekerjaan tersebut adalah 1) Virtual Store Manager, 2) Robot Mediator,
3) Robot Trainer, 4) Drone Traffic Controller, 5) Augmented Reality Designer, dan
6) Micro Gig Agents. Keenam perkiraan perkerjaan di masa depan tersebut
menunjukkan bahwa tehnologi tetap membutuhkan kendali dari
manusia. Otomatisasi, komputerisasi, pengunaan daring, dan tehnologi lainnya
pada dasarnya membawa perubahan besar yang meningkatkan efektivitas dan
efisiensi bisnis. Namun demikian, tanpa didukung oleh pekerja yang memiliki
keahlian untuk menngendalikannya, investasi pada teknologi informasi oleh
perusahaan justru dapat berdampak negatif pada kinerja sebuah perusahaan.

USA Today (2018) melaporkan setidaknya terdapat 24 industri yang sudah


dan mulai sekarat. Perubahan kebutuhan tenaga kerja terbesar yang terjadi
selama tahun 2007-2016 adalah pada industri sewa video dan disk yang mengalami
penurunan hingga 89.8%. Sedangkan perubahan terkecil dari 24 industri
adalah pada industri suplai peralatan kontor dan stasioner. Industri tersebut
mengalami penurunan kebutuhan tenaga kerja hingga 42.1%. Toko
buku, publisher, industri textile, perbankan, percetakan, distributor koran
merupakan berberapa contoh industri yang mengalami penurunan tenaga kerja
dengan kisaran 42.1 – 89.8% (USA Today 2018). Forbes (2018)
melaporkan industri yang mengalami penurunan kebutuhan pekerjaan/tenaga kerja
selama kurun waktu 2010-2020. Penurunan tenaga kerja diantaranya terjadi pada
petanian, pemroses pos dan surat-surat, penjahit, pengantar surat, penginput data,
dan pekerjaan sejenis yang memiliki karakterik mekanistis, berulang, penuh
kepastian. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tergantikan oleh peran tehnologi,
komputerisasi, dan otomatisasi (Forbes 2018).

Dari berbagai publikasi yang ada, dapat dipahami bahwa pekerjaan yang
tergantikan oleh robot, komputer, otomatisasi, penggunaan daring, dan
perkembangan teknologi lainnya terjadi pada pekerjaan yang memiliki karakterik
mekanistis, berulang, dan penuh kepastian. Sedangkan perkerjaan yang
memiliki lingkup yang tidak dapat diprediksi, menekankan pada hubungan
personal berdasar kepercayaan dan kenyaman, dan membutuhkan kreatifitas akan
memiliki tren yang terus meningkat antar waktu.

PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN KEBUTUHAN TENAGA


KERJA

Perubahan kebutuhan tenaga kerja dikategorikan manjadi tiga berdasar


urutan waktu: 1) telah terjadi, 2) sedang terjadi, dan 3) yang akan
terjadi. Terjadinya perubahan besar di dalam kebutuhan tenaga kerja disebabkan
oleh: 1) kemajuan teknologi; dan 2) perubahan demografi dan sosial-
ekonomi (WEF 2018).

Perubahan yang disebabkan oleh tehnologi, diantaranya meliputi (WEF


2018): 1) Internet (smartphone/mobile) dan teknologi penyimpanan data online; 2)
Kemajuan tehnologi computer dan Big Data; 3) Kebutuhan supli energi baru
dan tehnolog inya; 4) Hal-hal yang dipicu oleh adanya internet; 5) Penggunaan
sumber daya bersama oleh berbagai perusahaan; 6) Kemajuan tehnologi robot dan
otomatisasi transport; 7) Kemajuan tehnologi mesin dengan kecerdasan buatan; 8)
Kemajuan tehnologi percetakan tiga dimensi; dan 9) Kemajuan bioteknologi.
Otomasi akan membawa perubahan besar ke dunia kerja, seperti robotika
mengubah atau mengganti beberapa pekerjaan, sementara perkerjaan yang lain
tercipta membutuhkan manusia yang lebih sedikit (secara kuantitatif). Hal ini
menyebabkan jutaan orang di seluruh dunia mungkin perlu beralih pekerjaan dan
meningkatkan keterampilan (Manyika et al. 2017). Barclays (2018) juga
menyebutkan penyebab utama dari perubahan kebutuhan tenaga kerja adalah
kemajuan teknologi. Mesin kini mampu mengerjakan pekerjaan yang kompleks
dan melalui artificial intelligence, mesin kini mampu belajar selayaknya manusia
yang mengalami proses pembelajaran dan belajar dari pengalaman. Hal
ini meningkatkan kemungkinan bertambahnya jumlah pekerjaan yang tergantikan
oleh komputer, mesin, dan robot.

Sedangkan, perubahan yang disebabkan oleh demografi dan sosial-


ekonomi, diantaranya meliputi (WEF 2018): 1) Perubahan lingkungan kerja
dan flexibilitas (waktu dan tempat) di dalam pekerjaan; 2) Peningkatan kelas
menengah di negara-negara berkembang; 3) Perubahan iklim, keterbatasan sumber
alam, dan transisi ke ekonomi yang ramah lingkungan; 4) Peningkatan perdagangan
dan mutasi ahli secara global; 5) Kepedulian konsumen terkait isu etis dan privasi;
6) Meningkatnya tren orang bekerja lebih lama (sampai di atas umur 65
tahun) dalam rangka mencukupi kebutuhan masa pensiun dan berkontribusi kepada
masyarakat; 7) Meningkatnya jumlah generasi muda yang mendapatkan pendidikan
yang lebih baik dan mengisi pasar tenaga kerja; 8) Meningkatnya jumlah wanita
yang berpartisipasi di dalam dunia kerja; 9) Meningkatnya urbanisasi. Dari aspek
demografi dan sosial-ekonomi, perubahan tersebut telah dan sedang terjadi saat
ini memiliki dampak pada perubahan pasar tenaga kerja. Otomatisasi membawa
perubahan besar di dalam dunia kerja baik di negara maju dan negara
berkembang (Manyika et al. 2017).

Bagaimana dengan profesi akuntan di masa yang akan datang? Akankah


banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan demografi sosial-
ekonomi? Setidaknya saat ini profesi akuntan tidak berada di dalam daftar 25
industri yang sudah dan mulai sekarat berdasar laman ustoday. Tidak pula masuk
ke dalam daftar 10 slowest growing jobs dari Forbes.

TREN PROFESI AKUNTAN SAAT INI DAN DIMASA DEPAN

Sebelum dapat memahami bagaimana tren tenaga kerja profesional


akuntan, perlu dipahami area dimana profesi akuntan menjalankan perannya.
Bidang di dalam akuntansi meliputi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen,
akuntansi publik dan entitas nirlaba, pengauditan, sistem informasi akuntansi, dan
akuntansi perpajakan. Apakah benar dimasa yang akan datang pekerjaan di setiap
bidang akuntansi akan membutuhkan tenaga kerja yang semakin sedikit? Berikut
ini penjelasan mengenai jenis pekerjaan yang melekat pada tiap bidang di dalam
akuntansi. Pembahasan yang terkait dengan teknologi dan demografi sosial-
ekonomi diberikan untuk memberi gambaran tren antar waktu pekerjaan/profesi
akuntan.

Akuntansi Keuangan. Peran utama yang dilakukan oleh para akuntan


profesional di bidang akuntansi keuangan adalah berkaitan dengan penyusunan
dan penganalisaan informasi keuangan dalam pelaporan ke pihak eksternal. Saat
ini, praktik yang berlaku umum terkait dengan pelaporan keuangan adalah dengan
mendasarkan pada standar akuntansi keuangan atau biasa disebut sebagai
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Di dalam kontek internasional,
statemen keuangan disusun berdasar International Financial Reporting
Standard (IFRS). IFRS diimplementasikan dengan pendekatan principle-based.
PSAK, standar akuntansi yang di Indonesia, sebagaian besar mengadopsi IFRS. Hal
ini berarti IFRS dan PSAK menggunakan pendekatan berbasis prinsip. Keuntungan
mendasar dari akuntansi berbasis prinsip adalah bahwa pedoman yang luas dapat
praktis untuk berbagai keadaan, sehingga lebih sesuai dengan ide IFRS sebagai satu
standar yang dipakai secara global. Karakteristik yang melekat pada standar
akuntansi berbasis prinsip adalah adanya potensi interpretasi yang berbeda untuk
transaksi serupa. Masalah dengan standar akuntansi berbasis prinsip
adalah kurangnya panduan yang seringkali memiliki masalah keterbandingan.
Persyaratan yang ada terkadang dapat memaksa manajer untuk membuat
pertimbangan (judgement) dan kebijakan (discretionary) dalam proses penyusunan
statemen keuangan. Hal ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan
kompleksitas bisnis global. Aspek ini yang tidak memungkinkan untuk digantikan
dengan teknologi, sehingga perkerjaan akuntan tidak serta merta bisa digantikan
dengan teknologi informasi. Dari akspek demografi, mengingat standar akuntansi
saat ini cenderung akan hanya satu dan dipakai secara global, kemungkinan
ekspansi bisnis keluar domisili meningkat. Semakin meningkatnya bisnis secara
global maka semakin meningkat kebutuhan akan akuntan karena setiap perusahaan
(termasuk anak perusahaan) membutuhkan akuntan yang bertanggung jawab di
dalam penyiapan statemen keuangan. Mutasi ahli (akuntan profesional)
secara global cenderung akan terjadi. Hal ini akan berpengaruh pada
variasi/pergeseran kebutuhan akuntan di berbagai negara. Sebuat negara yang tidak
memiliki/tidak mampu menghasilkan akuntan profesional, kebutuhannya akan
dipenuhi oleh akuntan dari negara lain.

Belajar dari tren perubahan tenaga kerja antar waktu dari berbagai industri
dan berbagai penyebab terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja, artikel ini
membahas perubahan kebutuhan akuntan profesional di bidang akuntansi
keuangan, akuntansi manajamen, auditing, sistem informasi akuntansi, akuntansi
publik dan entitas nirlaba. Sungguh, perkerjaan yang sifatnya repetisi, mekanistik,
mudah diprediksi, dan tidak kompleks telah dan akan tergantikan oleh peran mesin,
komputer, dan robot. Sebagian perkerjaan akuntan yang lekat dengan karakteriktik
tersebut telah tergantikan oleh mesin dan komputer. Namun demikian,
perkembangan standar akuntansi (IFRS) bebasis-prinsip membuka
ruang judgement manusia. Demikian juga untuk dalam konteks pengauditan.
Mesin, komputer, atau robot yang telah menggunakan artificial intelligence pun
tidak akan mampu melakukan pekerjaan sebaik akuntan profesional. Meningkatnya
persaingan bisnis (aspek demografi sosial ekonomi), menuntut akuntan manajemen
untuk lebih berinovasi/berkreasi dan mengambil keputusan strategik dan berdasar
diskresi. Hal ini tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Pekerjaan akuntan bergeser
ke hal-hal yang lekat dengan judgement dan discretionary dan profesi akuntan

harus meningkatkan keahliannya. Kebutuhannya meningkat sejalan dengan


pertumbuhan dan persingan bisnis global (WEF 2018; Manyika et al. 2017).

Era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan mahadata ( big data) dan
kecerdasan buatan (artificial intelligence) menjadi tantangan bagi ilmu akuntansi di
masa mendatang. Bila tidak beradaptasi terhadap perubahan cepat yang terjadi,
peran lulusan ilmu akuntansi dapat tergantikan dengan learning mechine dan
otomatisasi.
Dari segi kuantitas, menurut studi International Academic Institutefor
Science and Technology , Indonesia masih membutuhkan lebih dari 200.000
akuntan profesional. Kenyataannya, saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar
10.000 akuntan professional. Masalah ini akan menimbulkan risiko di masa depan
jika dibiarkan berlanjut. Riset ini diperkuat dengan hasil studi tahun 2018 dari
Universitas Negeri Malang di mana masih terdapat kekurangan lulusan akuntansi
yang bergabung dengan 500 firma akuntan publik di Indonesia.
Tantangan ilmu akuntansi "Di sisi lain, aspek
tradisional akuntansi yang berkaitan dengan angka-angka telah begitu
cepat diotomatisasi. Saat ini masa depan seorang akuntan sebagai penasihat bisnis
terpercaya tetap cerah," kata David Bond, dosen senior di University of
Technology Sydney di sela-sela kunjungannya Indonesia untuk mengisi
kegiatan kuliah dan berkolaborasi dengan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
(28/2/2019).
Bond menjelaskan peranan akuntansi telah berkembang dari data input
menjadi lebih efisien karena aspek-aspek tersebut sudah terotomatisasi.
Menurutnya, profesi akuntan masa depan tidak hanya akan berhitung dan mengerti
teknologi, tetapi keterampilan interpersonal yang kuat akan menjadi penting. Inilah
yang saat ini menjadi satu titik fokus pendidikan di UTS. "Lulusan ilmu akuntansi
saat ini perlu memiliki pemikiran kritis dan analisis dalam penggunaan angka,
untuk merepresentasikan kejadian yang terjadi. Keterampilan seorang akuntan saat
ini juga memerlukan interpersonal skill untuk bekerja dalam tim, skill dalam
presentasi kepada jajaran petinggi perusahaan, menyiapkan laporan dengan
wawasan yang dalam, dan benar-benar memahami bisnis," tegasnya.
Kunci sukses lulusan akuntansi "Akuntan yang paling banyak diminati
adalah mereka yang menawarkan nilai bisnis nyata dan pemahaman pelanggan
yang mendalam. Mereka yang kuat dalam komunikasi, berpikir kritis, empati dan
kreativitas dan mampu benar-benar memahami dan bermitra dalam bisnis,"
jelasnya.
Bond berpendapat menggabungkan pendidikan akuntansi berkualitas
dengan pengembangan keterampilan interpersonal yang kuat, bahasa Inggris baik,
keragaman pengalaman dan pikiran terbuka dapat menjadi kunci sukses karir
profesi akuntansi di masa depan. Lebih jauh ia mengatakan di Indonesia, sektor
usaha kecil dan menengah memiliki arah perkembangan yang sangat positif,
tetapi laju pertumbuhan tersebut terhambat kurangnya tenaga akuntan profesional.
Menurutnya, Indonesia masih memiliki jumlah akuntan profesional dengan
proporsi terkecil di wilayah Asia Tenggara sehingga ia mendorong agar lebih
banyak pemuda Indonesia memilih akuntansi sebagai pilihan karir yang
menarik dan menginspirasi. Teknologi dan keamanan siber Selain itu, Bond
menambahkan peran penting profesional akuntan yang akan berada di garis depan
bisnis dan pemerintah dalam mengidentifikasi dan mengatasi banyak tantangan dan
risiko.
Perkembangan cepat komputasi berbasis cloud dan kebebasan karyawan
untuk menggunakan perangkat mereka sendiri untuk mengakses sistem bisnis,
meningkatkan kerentanan sistem yang sebelumnya sulit diakses. "Perusahaan atau
lembaga kini menghadapi beragam masalah baru yang terus mengancam – seperti
virus (malware), serangan terhadap infrastruktur, pembobolan data, dan penipuan
pembayaran(fraud)," “Dewasa ini, akuntan memiliki peran penting membantu
mencegah penipuan dan melindungi perusahaan dari beragam bentuk kejahatan
siber. Mereka dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi risiko terkait
penipuan di lingkup internal, eksternal, pembuat kebijakan,
dan menjaga reputasi perusahaan,” tutup Bond.
DAFTAR PUSTAKA

sumber : https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/05/18380921/ilmu-akuntansi-
akankah-tergantikan-kecerdasan-buatan-dan-mahadata?page=all.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4341035/sri-mulyani-
sebut-tugas-akuntan-bisa-digantikan-robot
Sumber : http://jtanzilco.com/blog/detail/1135/slug/masa-depan-akuntan-akankah-
tergantikan-dengan-teknologi
Sumber : https://www.merdeka.com/uang/saran-menteri-sri-mulyani-agar-
akuntan-tak-tergantikan-robot.html
Sumber : https://www.wartaekonomi.co.id/read220730/digantikan-robot-
bagaimana-prospek-akunting-ke-depan.html
Sumber : https://feb.ugm.ac.id/id/penelitian/artikel-dosen/2886-benarkah-peran-
akuntan-digantikan-oleh-teknologi-informasi
Artikel Dosen: Benarkah Peran Akuntan Digantikan Oleh Teknologi (Informasi)?
Dimuat pada majalah EB NEWS Edisi 28 Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai