Publik
Istilah publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat atau negara.
Publik juga dapat berarti sebagai penduduk, masyarakat, warga negara, dan rakyat. Secara
sosiologi, masyarakat diartikan sebagai suatu sistem antar hubungan sosial antara manusia
yang hidup terikat norma atau nilai-nilai yang disepakati bersama. Sementara itu publik
adalah kumpulan orang-orang yang menaruh perhatian, minat, atau kepentingan yang sama
dan tidak terikat oleh nilai dan norma tertentu.1
Dwight Waldo dalam Syafri (2012) mengemukakan administrasi publik adalah organisasi dan
manajemen manusia dan material (peralatannya) pemerintah atau negara. Woodrow Wilson
dalam Syafri (2012) mengemukakan administrasi publik adalah urusan atau praktik urusan
pemerintah karena tujuan pemerintah adalah melaksanakan pekerjaan publik secara efisien
dan sejauh mungkin untuk sesuai dengan selera atau keinginan rakyat.
Nigro dalam Syafri (2012) mengemukakan bahwa administrasi publik adalah usaha kerja
sama kelompok dalam organisasi negara meliputi cabang eksekutif, yudikatif, legislatif
sehingga merupakan bagian dari proses politik yang berhubungan dengan sektor swasta
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat untuk pencapaian tujuan.2
Disrupsi teknologi sudah menjadi sorotan dari berbagai macam kalangan hingga membentuk
lembaga-lembaga yang membahas bagaimana menerima disrupsi itu sendiri. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disrupsi artinya suatu hal yang tercabut dari
akarnya. Pengertian disrupsi secara harafiah dapat dikatakan suatu fenomena di mana
1
Musri & Mulia, R. A. (2022). Etika Administrasi Publik. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
2
Sepriano, dkk. (2023). Transformasi Administrasi Publik Mengahadapi Era Digital. Jambi: PT Sonpedia
Publishing Indonesia.
3
Utami, P. (2023). TRANSFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK: INOVASI DAN ADAPTASI MENUJU
EFISIENSI DAN PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS.
terdapat sejumlah perubahan atau lompatan yang besar keluar dari kebiasan yang lama yang
menyebabkan berubahnya suatu susunan atau tatanan. Hillary Brigitta Lasut, Anggota
Komisi I DPR RI dalam sebuah Webinar Literasi Digital yang bertajuk ‘Tantangan Media
Massa dalam Disrupsi Digitalisasi’, mengatakan bahwa disrupsi teknologi digital
merupakan era di mana terjadi berbagai inovasi dan perubahan secarabesar-besaran,
yang secara fundamental timbul akibat kehadiran teknologi digital, sehingga
mengubah sistem yang ada di Indonesia maupun yang ada secara global . Walaupun
dapat dikatakan bahwa perkembangan ini merupakan hal positif, namun dalam satu dua aspek
tetap ada hal negatifnya seperti informasi pribadi yang sangat mudah dilihat secara online dan
juga percepatan informasi yang terkadang belum terfilter.4
Kedua, transformasi administrasi publik juga dapat meningkatkan efisiensi dalam penyediaan
layanan publik. Penerapan teknologi informasi dalam administrasi publik, seperti e-office,
4
Jabat, D. E. B., & Pasaribu, H. H. S. (2023). DISRUPSI DIGITALISASI. SKYLANDSEA
PROFESIONAL Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Teknologi, 3(2), 110-112.
5
Gedeona, H. T. (2012). Pandangan Ilmu Administrasi Publik Mengenai Signifikansi Partisipasi
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu
dan Praktek Administrasi, 7(4), 07-07.
dapat mempercepat proses administratif dan mengurangi potensi praktik korupsi serta
penyalahgunaan kekuasaan. Dengan demikian, sumber daya publik dapat dimanfaatkan
secara lebih efisien untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat. 6
Namun di balik semua kelebihan yang ada pada transformasi administrasi publik, terdapat
juga beberapa kekuarangan seperti membutuhkan anggaran yang besar. Untuk
mengaplikasikan transformasi digital di berbagai lini pemerintahan, dibutuhkan anggaran
yang tidak sedikit. Sebab peralatan untuk mengembangkan digitalisasi juga harganya masih
tergolong mahal dan tidak murah. Selain itu, perlu alokasi anggaran untuk maintenance
secara berkelanjutan. Dan terkadang kegiatan tersebut tidak dilaksanakan secara rutin,
sehingga digitalisasi itu tidak bisa bertahan lama, hanya sekedar formalitas atau euphoria
sesaat.
Selanjutnya, organisasi swasta lebih eksis disbanding organisasi publik. Organisasi swasta
lebih cepat dalam melaksanakan digitalisasi sebab swasta mengedepankan profit dan
kepuasan konsumen terhadap pelayanan atau produk yang dihasilkan. Dan mereka
berkompetisi dengan perusahaan lain dan kompetitornya banyak. Hal tersebut yang menjadi
alasan swasta lebih gesit dalam mencari hal-hal baru yang dapat membuat dia lebih unggul
dibandingkan yang lain. Sedangkan organisasi publik memang tidak memiliki lebih
berkompetisinya rendah dan semangat untuk berinovasi jauh berada di bawah swasta. Namun
6
Ibid
7
Ibid
8
Ibid
demikian, organisasi publik saat ini mulai menunjukkan keseriusannya dalam
mengembangkan digitalisasi terlebih ketika wabah covid-19 melanda di tahun 2020 yang
memaksa penyelenggara publik memberikan pelayanan berbasis IT yang tidak
mempertemukan pemerintah dan masyarakat secara face to face.9
Kekurangan lainnya adalah terjadinya cybercrime atau kejahatan berbasis internet. Dalam
melaksanakan kegiatan berbasis digital, salah satu hal yang perlu diantisipasi adalah
terjadinya pencurian data ataupun informasi penting yang dilakukan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, biasa disebut sebagai hacker. Beberapa kali isu ini merebak di
Indonesia, terkait pengambilan data-data penting nasabah suatu bank ternama, Selain itu, bisa
saja ada virus-virus tertentu yang dapat merusak bahkan menghilangkan data-data penting
pada suatu organisasi atau perseorangan. Dikatakan Arifah 2011 bahwa cybercrime termasuk
ke dalam kategori borderless crime (kejahatan tanpa batasan ruang dan waktu), sehingga
untuk memberantas kejahatan seperti ini perlu langkah-langkah yang komprehensif,
terintegrasi dan berkesinambungan dari semua pihak.10
Dalam konteks ini, kerjasama antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta
dalam mengembangkan inovasi dan strategi transformasi administrasi publik menjadi krusial.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pemerintahan juga menjadi fokus utama
dalam menghadapi era disrupsi teknologi. Dengan demikian, transformasi administrasi publik
di era disrupsi teknologi membawa tantangan dan peluang yang perlu dipahami dengan baik.
Melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi, peningkatan akuntabilitas
pemerintah, dan pemberdayaan masyarakat, transformasi administrasi publik dapat
menciptakan lingkungan yang lebih responsif, transparan, dan inklusif, di mana kepentingan
masyarakat menjadi prioritas utama.
9
Sepriano, dkk. (2023). Op cit.
10
Sepriano, dkk. (2023). Op cit.
11
Sepriano, dkk. (2023). Op cit.
REFERENSI
Djatmiko, R. G. H. TRANSFORMASI KEBIJAKAN ADMINISTRASI PUBLIK MENUJU ERA
SOCIETY 5.0. Penerbit Adab.
Gedeona, H. T. (2012). Pandangan Ilmu Administrasi Publik Mengenai Signifikansi
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara. Jurnal Ilmu Administrasi: Media
Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi, 7(4), 07-07.
Jabat, D. E. B., & Pasaribu, H. H. S. (2023). DISRUPSI DIGITALISASI. SKYLANDSEA
PROFESIONAL Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Teknologi, 3(2), 110-112.
Musri & Mulia, R. A. (2022). Etika Administrasi Publik. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Rosyadi, S., Nugroho, R. A., Yusuf, M., Yuniningsih, T., Km, J. C. C., Cilongok, K., ... &
Cipta dilindungi oleh undang-undang, H. (2021). Administrasi Publik di Era Disrupsi dan
Big Data. Jurnal Administrasi Publik FISIP.Sepriano, dkk. (2023). Transformasi
Administrasi Publik Mengahadapi Era Digital. Jambi: PT Sonpedia Publishing
Indonesia.