Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DIGITALISASI ADMINISTRASI PUBLIK

Disusun Oleh :
Selvi Sekira
(33.0252)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA INFORMASI


PEMERINTAHAN
FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2023
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam era digitalisasi, pemerintah juga mulai menerapkan teknologi informasi dalam
administrasi publik. Digitalisasi administrasi publik merupakan upaya modernisasi
dalam sistem pemerintahan yang bertujuan untuk mempercepat pelayanan publik,
meningkatkan transparansi, akuntabilitas, serta efisiensi dan efektivitas pemerintahan.
Digitalisasi administrasi publik juga menjadi sebuah solusi dalam mengatasi
permasalahan birokrasi yang kompleks, lambat, dan rentan terhadap korupsi.

Selain itu, digitalisasi administrasi publik juga diharapkan dapat meningkatkan


kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan adanya sistem yang lebih
modern dan efektif, masyarakat diharapkan dapat lebih mudah dan cepat dalam
mengakses layanan publik yang mereka butuhkan. Namun, meskipun penerapan
digitalisasi administrasi publik memiliki banyak keuntungan, terdapat juga beberapa
tantangan dan hambatan yang perlu diatasi dalam proses implementasinya. Oleh
karena itu, laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi yang
bermanfaat tentang penerapan digitalisasi administrasi publik di Indonesia, beserta
kelebihan, kelemahan, dan rekomendasi perbaikan yang dapat dijadikan acuan bagi
pemerintah dan lembaga publik dalam memperbaiki sistem administrasi publik yang
sudah ada.

Digitalisasi administrasi publik menjadi semakin penting di era digital ini, karena
teknologi informasi telah merubah cara orang berkomunikasi, berinteraksi, dan
mendapatkan informasi. Dalam konteks pemerintahan, digitalisasi administrasi publik
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta memudahkan masyarakat untuk
mengakses informasi dan layanan publik. Namun, penerapan digitalisasi administrasi
publik di Indonesia masih terkendala oleh berbagai faktor seperti kurangnya
dukungan dan anggaran dari pemerintah, kurangnya keterampilan teknologi dan
kesadaran digital dari pegawai pemerintah, serta kurangnya akses teknologi dari
masyarakat. Oleh karena itu, laporan ini memiliki tujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang digitalisasi administrasi publik, dan memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan digitalisasi
administrasi publik di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dan
lembaga publik dapat memperbarui sistem administrasi publik yang ada dan
memberikan layanan yang lebih baik dan efisien bagi masyarakat.

Transformasi digital (digitalisasi) telah terjadi sejak tahun 2000-an. Digitalisasi


pelayanan publik di Indonesia memiliki payung hukum yang tertuang dalam Pasal 23
ayat 4 Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, di mana
penyelenggara berkewajiban mengelola sistem informasi elektronik atau non
elektronik. Digitalisasi tersebut diharapkan dapat membawa dampak perubahan besar
yang baik bagi masyarakat. Namun demikian, bersamaan dengan kesempatan tersebut
pun terdapat tantangannya tersendiri Implementasi digitalisasi pelayanan publik lebih
dioptimalisasikan sejak adanya era revolusi industri 4.0, dimana seluruh tatanan
pemerintahan maupun swasta memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai
solusi dalam performa kualitas pelayanan publik (McKinsey, 2015). Digitalisasi
pelayanan publik diarahkan guna merevolusi desain pelayanan publik lama, dengan
sistem manual, untuk dapat beralih ke sistem baru yang digital. Digitalisasi pelayanan
publik merupakan pelayanan yang cepat, tepat dan mudah dijangkau oleh seluruh
masyarakat yang mempunyai kepentingan dalam pelayanan publik, sehingga
menjadikan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien. Digitalisasi pelayanan
publik menjadi suatu keharusan karena mengingat saat ini memasuki era revolusi
industri 4.0 dimana serba digital dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Istilah Revolusi Industri 4.0 pertama kali dirancang oleh Pemerintah Jerman dengan
merepresentasikan penerapan Artificial Intelligence, Big Data, dan Internet of things
(Vishal, 2017). McKinsey (2015) mendefinisikan Revolusi Industri 4.0 sebagai fase
berikutnya dalam digitalisasi sektor manufaktur yang didorong oleh empat disrupsi,
antara lain peningkatan volume data yang menakjubkan, kekuatan komputasi dan
konektivitas, munculnya kemampuan analitik dan intelijen bisnis, serta bentuk baru
dari interaksi mesin-manusia Pada aspek pelayanan dan administrasi publik,
pelayanan yang bersifat digital ini harus sesuai dengan konsep dari administrasi
publik karena masyarakat menjadi bagian terpenting sebagai penerima layanan publik
(Sugiyono, dkk, 2018). Pelayanan yang maksimal dan optimal akan menjadi sebuah
rujukan bagi masyarakat dalam menerima layanan. Oleh karena itu, baik tidaknya
pelayanan publik tergantung penilaian dari masyarakat dan telah dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Hayat, 2019). Terdapat dua
konsep yang menjadi poin penting dalam digitalisasi pelayanan publik dari perspektif
administrasi publik, yakni konsep new public management dan new public service.
Pertama New Public Management (NPM) atau pendekatan baru manajemen sector
publik yang diadopsi oleh administasi publik. Pada konsep ini, New Public
Management lebih berkaitan dengan permasalahan pada manajemen sector publik
serta sebagai pengukuran kinerja. New Public Management lebih kepada pelaksanaan
desentralisasi, devolusi dan modernisasi pemberian layanan publik. Istilah New
Public Management ini telah dikenalkan di negara-negara maju di Eropa dan Amerika
sejak tahun 1980-an sebagai pendekatan baru dalam manajemen kinerja sektor publik
(Gruening, 2001). New Public Management membawa pengaruh terhadap digitalisasi
pelayanan publik dengan memanfaatkan prinsip modernisasi pemberian layanan
publik. Sehingga, digitalisasi pelayanan publik lebih mengarah pada keefektifan serta
efisiensi layanan publik sebagai inovasi dalam memberikan pelayanan yang mudah
serta kenyamanan bagi penerima layanannya, yakni masyarakat. New Public
Management juga mengarahkan pada pengoptimalisasian pelayanan publik yang
sebelumnya, menjadi pelayanan yang lebih efektif, transparan, serta tidak ada
tindakan diskriminasi antar pemberi layanan dengan penerima layanan sehingga lebih
profesional dan sesuai dengan standar undang-undang yang berlaku. Peran New
Public Management dalam digitalisasi pelayanan publik juga sebagai penilaian atau
pengukuran kinerja dari layanan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena, itu
dibutuhkan sebuah prinsip dari Standar Pelayanan Operasional (SOP) dalam
pengukuran kinerja ini. Agar digitalisasi dapat efisien dengan cara memberikan satu
pelayanan publik dalam satu waktu secara bersamaan. Konsep lain dalam
administrasi publik yang erat dengan digitalisasi public adalah konsep New Public
Service (NPS). Menurut Rumsari Hadi, New Public Service merupakan suatu
paradigma baru dalam administrasi publik yang berkaitan dengan pelayanan publik.
New Public Service juga merupakan sebuah paradigma yang lahir setelah New Public
Management. Namun perbedaannya New Public Management berfungsi sebagai
mengetahui permasalahan serta pengukuran kinerja dari pelayanan publik, sedangkan
New Public Service sebagai pemenuhan hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan publik yang memuaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

B. Tujuan Tugas Pengganti

Tujuan dari tugas pengganti ini adalah untuk memberikan informasi tentang
digitalisasi administrasi publik, meliputi uraian, pelaksanaan, dan dampak yang
ditimbulkan dari penerapan digitalisasi administrasi publik di Indonesia. Selain itu,
dilakukan evaluasi terhadap kelebihan dan kelemahan dari digitalisasi administrasi
publik serta memberikan rekomendasi perbaikan bagi pemerintah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan digitalisasi administrasi publik di
masa yang akan datang.

II. Tinjauan Pustaka

A. Uraian

Digitalisasi administrasi publik merupakan upaya modernisasi dalam sistem


pemerintahan dengan menggunakan teknologi informasi dalam pengelolaan data,
proses bisnis, dan pelayanan publik. Penerapan digitalisasi administrasi publik di
Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia meluncurkan Program
Digitalisasi Pemerintahan atau e-Government dalam rangka meningkatkan kualitas
dan pelayanan publik.
Konsep digitalisasi administrasi publik adalah proses penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dalam mengelola dan memperbarui sistem administrasi publik.
Pelaksanaannya meliputi berbagai aspek seperti penggunaan software dan hardware,
sistem basis data, e-government, serta penggunaan internet dan media sosial.
Pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di Indonesia telah dimulai sejak tahun
2000-an, namun implementasinya masih terkendala oleh berbagai faktor seperti
minimnya dukungan dan anggaran dari pemerintah, kurangnya keterampilan
teknologi dan kesadaran digital dari pegawai pemerintah, serta kurangnya akses
teknologi dari masyarakat. Dampak yang dihasilkan dari penerapan digitalisasi
administrasi publik adalah meningkatnya efisiensi dan efektivitas layanan publik,
peningkatan transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi dan layanan publik. Dampak lainnya adalah
terciptanya inovasi dalam pengelolaan administrasi publik, seperti penggunaan big
data, internet of things, dan artificial intelligence. Namun, penerapan digitalisasi
administrasi publik juga memiliki kelemahan, seperti risiko keamanan dan privasi
data yang harus diatasi, dan kesenjangan digital yang perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan ketimpangan layanan publik bagi masyarakat. Melalui uraian pada
laporan ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
konsep, pelaksanaan, dan dampak dari penerapan digitalisasi administrasi publik di
Indonesia. Hal ini dapat memberikan wawasan dan acuan bagi pemerintah dan
lembaga publik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan digitalisasi
administrasi publik di masa yang akan datang.

Salah satu program digitalisasi administrasi publik di Indonesia adalah e-government,


yang bertujuan untuk memberikan layanan publik secara elektronik melalui website
dan aplikasi mobile. Program ini telah diimplementasikan oleh pemerintah pusat dan
daerah, dan mencakup berbagai layanan publik seperti izin usaha, pendaftaran
kelahiran, dan pembayaran pajak. Selain itu, pemerintah juga telah
mengimplementasikan program sistem basis data kependudukan, yang bertujuan
untuk menyediakan data kependudukan yang akurat dan terintegrasi. Program ini
telah diimplementasikan oleh pemerintah pusat dan daerah, dan diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan data kependudukan. Dampak positif dari
pelaksanaan program-program digitalisasi administrasi publik tersebut adalah
meningkatnya efisiensi dan efektivitas layanan publik, serta meningkatnya
transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Program-program tersebut juga membantu
masyarakat dalam mengakses layanan publik dan memudahkan proses administrasi.
Namun, terdapat juga beberapa kelemahan dari pelaksanaan program-program
digitalisasi administrasi publik, seperti kurangnya kesadaran digital dari pegawai
pemerintah dan masyarakat, serta risiko keamanan dan privasi data yang harus diatasi.
Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di Indonesia, dan
memberikan gambaran mengenai kelebihan dan kelemahan program-program yang
telah diimplementasikan. Hal ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk
perbaikan dan peningkatan pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di masa yang
akan datang.

Salah satu program digitalisasi administrasi publik di Indonesia adalah e-government,


yang bertujuan untuk memberikan layanan publik secara elektronik melalui website
dan aplikasi mobile. Program ini telah diimplementasikan oleh pemerintah pusat dan
daerah, dan mencakup berbagai layanan publik seperti izin usaha, pendaftaran
kelahiran, dan pembayaran pajak. Pelaksanaan e-government di Indonesia dimulai
pada tahun 2003 dengan pembentukan Unit Pengelola Teknologi Informasi dan
Komunikasi (UPTIK) oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Sejak itu,
pemerintah Indonesia terus mengembangkan layanan e-government melalui berbagai
program dan inisiatif, seperti pembentukan Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) yang mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Keuangan Daerah (SIMDA) untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan
keuangan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengimplementasikan program
sistem basis data kependudukan, yang bertujuan untuk menyediakan data
kependudukan yang akurat dan terintegrasi. Program ini mencakup registrasi
penduduk, pembuatan KTP, dan pencatatan akta kelahiran. Dalam pelaksanaannya,
program ini mengintegrasikan data dari berbagai lembaga seperti Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kantor Imigrasi. Dampak positif dari
pelaksanaan program-program digitalisasi administrasi publik tersebut adalah
meningkatnya efisiensi dan efektivitas layanan publik, serta meningkatnya
transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Program-program tersebut juga membantu
masyarakat dalam mengakses layanan publik dan memudahkan proses administrasi.
Namun, terdapat juga beberapa kelemahan dari pelaksanaan program-program
digitalisasi administrasi publik, seperti kurangnya kesadaran digital dari pegawai
pemerintah dan masyarakat, serta risiko keamanan dan privasi data yang harus diatasi.
Masalah keamanan dan privasi data menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan
program digitalisasi administrasi publik, karena adanya potensi serangan siber dan
pencurian data. Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di Indonesia,
dan memberikan gambaran mengenai kelebihan dan kelemahan program-program
yang telah diimplementasikan. Hal ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di masa
yang akan datang.

B. Pelaksanaan

Penerapan digitalisasi administrasi publik di Indonesia telah dilakukan di berbagai


sektor, seperti perpajakan, pelayanan kependudukan, kesehatan, dan pendidikan.
Salah satu contoh penerapan digitalisasi administrasi publik di Indonesia adalah
aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang dikembangkan
oleh Kementerian Dalam Negeri. Aplikasi ini memudahkan masyarakat dalam
melakukan pendaftaran kartu tanda penduduk (KTP), mengurus surat keterangan, dan
melakukan perubahan data kependudukan.

Pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di Indonesia melibatkan berbagai pihak,


termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berikut adalah
beberapa program yang telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka
digitalisasi administrasi publik:

1. E-Government

Program E-Government bertujuan untuk memberikan layanan publik secara


elektronik melalui website dan aplikasi mobile. Program ini mencakup berbagai
layanan publik seperti izin usaha, pendaftaran kelahiran, dan pembayaran pajak. E-
Government telah diimplementasikan oleh pemerintah pusat dan daerah, dan menjadi
salah satu program yang paling sukses dalam upaya digitalisasi administrasi publik di
Indonesia.

2. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA)

SIMDA merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Badan Pengelola Keuangan


dan Aset Daerah (BPKAD) untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan
keuangan. Aplikasi ini membantu pemerintah daerah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan keuangan secara efektif dan efisien.

3. Sistem Basis Data Kependudukan

Sistem Basis Data Kependudukan bertujuan untuk menyediakan data kependudukan


yang akurat dan terintegrasi. Program ini mencakup registrasi penduduk, pembuatan
KTP, dan pencatatan akta kelahiran. Dalam pelaksanaannya, program ini
mengintegrasikan data dari berbagai lembaga seperti Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Kesehatan, dan Kantor Imigrasi.

4. Sistem Informasi Layanan Publik (SILP)

SILP merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk memudahkan masyarakat dalam
mengakses layanan publik. Aplikasi ini menyediakan informasi mengenai layanan
publik yang disediakan oleh pemerintah, serta memungkinkan masyarakat untuk
memberikan feedback terhadap layanan publik yang telah diterima.
5. Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG adalah aplikasi yang memanfaatkan teknologi geospasial untuk memetakan


wilayah geografis suatu daerah. Program ini dapat membantu pemerintah dalam
perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan, serta memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi mengenai wilayah geografis yang dimaksud.

Dalam pelaksanaannya, program-program digitalisasi administrasi publik di


Indonesia mengalami beberapa kendala, antara lain kurangnya kesadaran digital dari
pegawai pemerintah dan masyarakat, serta risiko keamanan dan privasi data yang
harus diatasi. Meskipun demikian, program-program tersebut memberikan dampak
positif dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan publik, serta
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah.

Tantangan nyata dalam digitalisasi pelayanan publik yakni dalam hal keterbatasan
sarana dan prasarana serta jaringan telekomunikasi (Sugiyono, dkk, 2018).
Keterbatasan ini biasanya terjadi pada daerah tertinggal seperti wilayah pelosok yang
kurangnya sarana, prasarana serta pengaksesan digitalisasi pelayanan publik. Pada
kasus seperti ini pemerintah diharapkan melakukan pemerataan pada bidang sarana
prasarana serta jaringan telekomunikasi. Agar masyarakat terpencil juga dapat
merasakan kemudahan dalam pengaksesan digitalisasi pelayanan publik.
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini yang akan menjadi tantangan
berat dalam digitalisasi pelayanan publik karena mengingat era revolusi industri 4.0
yang dimana mengakibatkan persaingan pada sumber daya manusia. Jika sumber
daya manusia terbatas maka akan berimbas langsung pada melemahnya system
digitalisasi pelayanan publik. Dari beberapa tantangan tersebut sangat membantu
dalam perbaikan dari segi internal maupun eksternal guna peningkatan implementasi
digitalisasi pelayanan publik yang sedang berjalan saat ini. SIMPULAN Digitalisasi
pelayanan publik dari perspektif administrasi publik mengacu pada dua konsep, yakni
new public manajemen (NPM) dan new public service (NPS). Penilaian kinerja yang
menjadi titik tumpu kedua konsep ini memberikan dampak positif dalam digitalisasi
pelayanan publik, sebab konsep ini mengedepankan posisi masyarakat sebagai
penerima layanan publik. Di era Revolusi Industri 4.0 saat ini peran digital sangat
penting dalam segala aspek termasuk dalam menyediakan pelayanan publik kepada
masyarakat secara digital sebagai percepatan menuju pemerintahan yang baik (good
governance). Oleh karena itu, digitalisasi pelayanan publik lebih dioptimalisasikan
pada era ini karena guna untuk mereformasi pelayanan publik yang lebih efektif,
efisien serta transparan. Beberapa tantangan dalam digitalisasi pelayanan publik yaitu
sisi keamanan data yang rentan dengan tindakan cyber, optimalisasi integritas dalam
pengambilan keputusan, pemerataan sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi,
serta perlunya sumber daya manusia yang memadai dalam perkembangan teknologi
informasi.

Digitalisasi administrasi publik di Indonesia telah dijalankan melalui beberapa


program dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, seperti program E-Government,
SIMDA, Sistem Basis Data Kependudukan, SILP, dan SIG. Namun, dalam
pelaksanaannya, program-program tersebut masih menghadapi beberapa kendala,
antara lain:

1. Infrastruktur yang kurang memadai

Salah satu kendala dalam pelaksanaan digitalisasi administrasi publik di Indonesia


adalah infrastruktur yang kurang memadai, seperti koneksi internet yang lambat dan
akses terbatas terhadap teknologi informasi di beberapa daerah. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas layanan publik yang disediakan melalui teknologi digital.

2. Kurangnya tenaga ahli

Pengembangan dan implementasi teknologi informasi dan komunikasi memerlukan


tenaga ahli yang memadai. Namun, Indonesia masih menghadapi masalah kurangnya
tenaga ahli di bidang teknologi informasi, yang dapat memperlambat implementasi
program digitalisasi administrasi publik.

3. Kurangnya kesadaran digital dari pegawai pemerintah


Implementasi program digitalisasi administrasi publik memerlukan kerja sama dari
pegawai pemerintah dalam mengintegrasikan sistem dan mengadopsi teknologi baru.
Namun, masih terdapat kurangnya kesadaran digital dari pegawai pemerintah dalam
menerapkan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas mereka.

4. Risiko keamanan dan privasi data

Dalam implementasi program digitalisasi administrasi publik, terdapat risiko


keamanan dan privasi data yang harus diatasi. Hal ini termasuk risiko pencurian data,
serangan siber, dan penggunaan data secara tidak etis oleh pihak yang tidak
berwenang. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan keamanan dan
privasi data dalam pelaksanaan program digitalisasi administrasi publik.

Meskipun menghadapi beberapa kendala, program-program digitalisasi administrasi


publik di Indonesia memberikan dampak positif dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas layanan publik, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pemerintah. Adanya program digitalisasi administrasi publik juga diharapkan dapat
memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan publik dan mengurangi birokrasi
yang memakan waktu. Oleh karena itu, perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan
dalam mengatasi kendala yang dihadapi dan memberikan dampak positif bagi
pelayanan publik.

C. Dampak

Penerapan digitalisasi administrasi publik memberikan dampak positif bagi


masyarakat, seperti peningkatan aksesibilitas dan kemudahan dalam mendapatkan
pelayanan publik, pengurangan birokrasi yang kompleks dan lambat, meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta efisiensi dan efektivitas pemerintahan.
Selain itu, penerapan digitalisasi administrasi publik juga membantu pemerintah
dalam mempercepat pengambilan keputusan berdasarkan data dan informasi yang
akurat dan terkini.

Program digitalisasi administrasi publik di Indonesia memberikan dampak yang


cukup signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan publik, serta
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Beberapa dampak positif
dari program digitalisasi administrasi publik antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan publik

Program digitalisasi administrasi publik dapat membantu meningkatkan efisiensi dan


efektivitas layanan publik dengan mengurangi birokrasi dan mempercepat proses
layanan publik, seperti penerbitan dokumen, pembayaran pajak, dan pengajuan izin.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh layanan publik yang lebih cepat dan
efisien.

2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah

Digitalisasi administrasi publik dapat membantu meningkatkan transparansi dan


akuntabilitas pemerintah dengan memungkinkan akses informasi publik secara lebih
mudah dan transparan, seperti informasi tentang anggaran, program pemerintah, dan
kebijakan publik. Hal ini juga dapat membantu mencegah tindakan korupsi dan
penyalahgunaan wewenang oleh aparat pemerintah.

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik

Dengan adanya program digitalisasi administrasi publik, masyarakat dapat dengan


mudah memberikan masukan dan umpan balik terhadap kebijakan publik dan
program pemerintah melalui platform digital yang disediakan oleh pemerintah. Hal
ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik
dan memperkuat demokrasi.

4. Meningkatkan aksesibilitas layanan publik

Program digitalisasi administrasi publik dapat membantu meningkatkan aksesibilitas


layanan publik bagi masyarakat, terutama yang tinggal di daerah terpencil dan sulit
dijangkau. Dengan adanya akses digital, masyarakat dapat memperoleh layanan
publik secara lebih mudah dan cepat, tanpa harus datang ke kantor pelayanan publik.

5. Meningkatkan daya saing dan inovasi pemerintah


Dalam era digital, pemerintah juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan
teknologi dan mengimplementasikan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas
layanan publik. Program digitalisasi administrasi publik dapat membantu pemerintah
dalam meningkatkan daya saing dan inovasi dalam pelayanan publik, serta
memperkuat posisi Indonesia dalam persaingan global.

Namun, program digitalisasi administrasi publik juga dapat memberikan dampak


negatif, seperti risiko keamanan dan privasi data. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan keamanan dan privasi data dalam pelaksanaan program
digitalisasi administrasi publik.

III. Evaluasi

A. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan dari penerapan digitalisasi administrasi publik adalah meningkatkan


efektivitas dan efisiensi pemerintahan, mempercepat pelayanan publik, mengurangi
biaya operasional, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta
mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi dan layanan publik. Namun,
ada juga beberapa kelemahan dari penerapan digitalisasi administrasi publik, seperti
terbatasnya akses masyarakat yang belum terbiasa dengan teknologi informasi, rentan
terhadap keamanan data dan informasi, serta membutuhkan biaya yang cukup besar
dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem.

Kelebihan Digitalisasi Administrasi Publik:

1. Efisiensi: Digitalisasi administrasi publik dapat meningkatkan efisiensi


birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Dengan adanya sistem digital, proses
administrasi dapat dilakukan secara cepat dan efektif tanpa mengorbankan kualitas
pelayanan.

2. Akurasi data: Digitalisasi administrasi publik dapat meningkatkan akurasi


data. Dengan menggunakan teknologi, kesalahan-kesalahan manusia dalam
mengelola data dapat diminimalisir dan informasi yang dihasilkan lebih akurat.
3. Aksesibilitas: Digitalisasi administrasi publik dapat meningkatkan
aksesibilitas pelayanan publik bagi masyarakat. Masyarakat dapat mengakses
informasi dan layanan publik secara online tanpa harus datang ke kantor pelayanan
publik.

4. Transparansi: Digitalisasi administrasi publik dapat meningkatkan


transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Informasi dan data yang
terkait dengan pelayanan publik dapat diakses oleh masyarakat secara online,
sehingga masyarakat dapat memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintah.

Kelemahan Digitalisasi Administrasi Publik:

1. Keterbatasan aksesibilitas: Terdapat beberapa masyarakat yang tidak memiliki


akses internet atau tidak memahami cara menggunakan teknologi, sehingga
digitalisasi administrasi publik dapat mengabaikan masyarakat yang tidak memiliki
akses tersebut.

2. Keamanan data: Digitalisasi administrasi publik dapat meningkatkan risiko


keamanan data. Data yang disimpan secara digital dapat mudah diakses oleh orang
yang tidak berhak, sehingga meningkatkan risiko keamanan data dan privasi.

3. Biaya: Digitalisasi administrasi publik membutuhkan biaya yang cukup besar,


baik untuk perangkat keras maupun perangkat lunak. Hal ini dapat menjadi kendala
bagi pemerintah yang memiliki anggaran terbatas.

4. Perubahan budaya: Digitalisasi administrasi publik memerlukan perubahan


budaya di dalam birokrasi. Proses digitalisasi dapat mengubah cara kerja birokrasi
yang selama ini terbiasa menggunakan proses manual.

Rekomendasi perbaikan:

1. Pelatihan dan sosialisasi: Diperlukan pelatihan dan sosialisasi yang cukup


untuk masyarakat agar dapat memahami cara menggunakan teknologi dalam
mengakses layanan publik. Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan dan
sosialisasi kepada pegawai birokrasi agar dapat memahami dan
mengimplementasikan digitalisasi administrasi publik dengan baik.

2. Keamanan data: Diperlukan sistem keamanan data yang cukup kuat agar
dapat menjaga privasi dan keamanan data masyarakat yang disimpan secara digital.

3. Pemilihan vendor yang tepat: Pemilihan vendor yang tepat dapat


meminimalisir biaya digitalisasi administrasi publik dan memastikan sistem yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan pemerintah.

4. Perubahan budaya: Perubahan budaya di dalam birokrasi harus dilakukan


secara bertahap dan terencana, sehingga proses digitalisasi dapat berjalan lancar dan
terintegrasi dengan baik di dalam birokrasi.

B. Rekomendasi Perbaikan

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan digitalisasi administrasi


publik di Indonesia, pemerintah perlu melakukan beberapa perbaikan, seperti
meningkatkan akses masyarakat terhadap teknologi informasi, meningkatkan
keamanan data dan informasi, serta melakukan perawatan dan pemeliharaan sistem
secara rutin dan teratur.

IV. Kesimpulan

A. Implikasi Terhadap Administrasi Publik

Digitalisasi administrasi publik memberikan implikasi yang besar terhadap


administrasi publik di Indonesia. Penerapan teknologi informasi dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pemerintahan, mempermudah akses masyarakat terhadap
informasi dan layanan publik, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pemerintah.

B. Kontribusi Laporan Terhadap Mata Kuliah Pengantar Ilmu Administrasi

Laporan ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang digitalisasi
administrasi publik bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengantar Ilmu
Administrasi. Selain itu, laporan ini dapat memberikan gambaran mengenai dampak
penerapan digitalisasi administrasi publik terhadap pemerintahan dan masyarakat.
Dengan demikian, laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
peran teknologi informasi dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi
publik.

Anda mungkin juga menyukai