dr.ISNAENI SALAMIYAH
NOSIS : 20230307031219
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia sedang memasuki era revolusi industri 4.0., era di mana disrupsi
teknologi digital semakin masif. Industri 4.0 atau revolusi industri keempat adalah istilah
yang secara umum digunakan untuk tingkat perkembangan industri teknologi. Untuk
tingkatan ini, berfokus pada teknologi-teknologi yang bersifat digital. Pada era ini, teknologi
serta sistem digital seperti cloud computing, internet of things, dan artificial
inteligent dimanfaatkan sebagai alat yang dapat membantu memudahkan aktivitas sehari-
hari.
Pada era ini, masyarakat menginginkan segala pengurusan dapat dilakukan dengan
cepat, efektif, serta efisien. Itulah sebabnya pelaksana pelayanan publik juga dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan prima. Birokasi harus mempunyai jiwa melayani, menuju ke
arah yang lebih fleksibel dan dialogis serta menuju cara-cara kerja yang lebih realistis
pragmatis, hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
Kedua, tuntutan zaman dan kondisi. Zaman sudah berubah, saat ini memasuki era
disrupsi, industri 4.0 yang serba digital, sementara kenyataannya beberapa pelayanan publik
mengalami stuck. Penyelenggara harus mampu merespons terhadap perkembangan zaman.
Ketiga, ekspektasi pengguna layanan semakin meningkat. Semakin hari kesadaran
masyarakat terhadap pelayanan publik semakin meningkat, demikian juga ekspektasi
masyarakat selaku pengguna layanan, semakin hari semakin meningkat dan menuntut
pelayanan terbaik.
Adapun beberapa manfaat untuk inovasi pelayanan publik digital, pertama, mudah dan
merata. Pelayanan publik semakin mudah diakses dan dampaknya dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas. Kedua, sesuai kebutuhan layanan, maksudnya
inovasi yang dihasilkan mampu merespons sesuai dengan kondisi dan kebutuhan layanan.
Ketiga, efektif, tepat guna, dan tepat sasaran. Keempat, efisien, cepat, berbiaya murah (low
cost). Beberapa contoh inovasi pelayanan publik di era digital yang bisa dianggap sukses
antara lain tanda tangan elektronik. Saat ini sudah sangat lazim digunakan, baik di dokumen
Kartu Keluarga, maupun persuratan instansi, terutama semenjak Pandemi Covid-19. Padahal
dahulu saat awal inovasi ini dilakukan, masih belum banyak instansi yang menganggap tanda
tangan elektronik sebagai suatu hal yang penting.
Industri 4.0 adalah tentang transformasi digital. Era industri ini memungkinkan
dilaksanakannya otomatisasi berbagai peralatan dengan sistem gabungan yang bisa bekerja
sama antara satu dengan yang lain. Hal tersebut juga akan membantu memecahkan
masalah, memudahkan dalam proses maupun penelusuran atas proses yang sedang
berjalan. Tentunya, penerapan industri 4.0 ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas
dan mempermudah dalam menjalankan fungsi pengawasan, untuk itu penyelenggara
pelayanan publik harus mampu beradaptasi dan berinovasi di era digital ini. Hidup di era
disrupsi, laksana berjalan di atas treadmill, yang tanpa kita sadari kecepatannya akan
semakin bertambah. Jika kita gagal berinovasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan
kecepatan zaman, makan kita akan terpental ke belakang. Untuk itu kita harus peka,
responsif, dan mampu terus berinovasi dalam menghadapi segala kondisi dan tantangan.
Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik pasal 1, bahwa penyelenggaraan
sistem elektronik adalah setiap orang, penyelenggara negara, badan usaha, dan
masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan sistem elektronik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada pengguna sistem elektronik untuk
keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain. Oleh karena itu, melakukan rekruitmen bagi
para ahli dalam bidangnya atau melakukan pelatihan untuk para pegawai agar dapat
menggunakan atau mengoperasikan teknologi yang digunakan untuk implementasi
pelayanan publik. Dan memberikan kepuasan yang pasti bagi pengguna yang
berkepentingan dalam pelayanan publik sebagai bentuk nilai dari kualitas dari pelayanan
yang diberikan.
E-government merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki andil yang
cukup besar dalam pemerintahan Indonesia dalam melaksanakan pelayanan publik.
Sebagai bentuk adaptasi dari perubahan dan juga perkembangan teknologi informasi
dunia, sehingga memantapkan pemerintah Indonesia untuk turut menciptakan sistem
secara digital yang akan membantu dan memudahkan dalam pelaksanaan
pemerintahan hingga ke masa mendatang. Sebelumnya telah dikeluarkan juga Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government yang didalamnya juga telah dijelaskan mengenai penyelenggaraan negara
dengan e-Government yang juga menjadi bukti upaya pemerintah indonesia guna
meningkatkan kualitas dari pelayanan publik dengan menerapkan e-Government. Menurut
indrajit dalam Kusnadi & Ma’ruf (2017) menjelaskan bahwa e-Government adalah
penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah yang dapat memungkinkan bagi
pemerintah untuk transformasi hubungan dengan masyarakat, swasta, dan juga pihak-pihak
yang memiliki kepentingan. Penggunaan teknologi informasi ini dapat berupa internet,
mobile, komputer, atau lainnya. Sistem ini dibentuk sebagai distribusi layanan yang
dibentuk pemerintah dengan bentuk digital. Bentuk usaha dari pemerintah dalam
meningkatkan dalam kemajuan dari penerapan e- government terjadi pada april 2004,
dimana pemerintah mulai mengajukan suatu permohonan untuk seluruh warga negara
Indonesia, SIM, nomor pajak, bahkan hingga paspor menggunakan satu nomor identifikasi
(SIN) (Shafira et al, 2021). Menurut (Sosiawan, 2008) pemanfaatan e-Government di
Indonesia karena perubahan pada kehidupan bangsa dan negara secara fundamental, dari
sistem pemerintahan otoriter dan sentral ke dalam sistem pemerintahan yang demokratis
dan menetapkan kewenangan pusat dan daerah otonom. Perubahan yang dimaksud ialah
perubahan dimana pemerintah dituntut menjadi pemerintahan yang transparan.
Inovasi pelayanan berbasis teknologi menjadi salah satu alat yang digunakan untuk
mewujudkan pelayanan yang akuntabel dan transparan sebagai pilar dasar paradigma Good
Governance. Komponen utama untuk menyukseskan akuntabilitas publik adalah adanya
sistem transparansi atau keterbukaan informasi. Keterbukaan informasi ini merupakan modal
dasar yang dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja pelayanan sektor publik dan untuk
mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksana sektor publik atas segala keputusan serta
tindakannya. Inovasi pelayanan berbasis teknologi dengan model tertentu dirasa mampu
menjawab permasalahan birokrasi.
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan publik, perlu diingat bahwa kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow dalam teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu: (1) kebutuhan fisiologi (Basic needs); (2) kebutuhan
akan keselamatan (Safety needs); (3) kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta (Love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (Esteem needs); dan (5) kebutuhan akan perwujudan diri (Self
Actualitation needs). Berdasarkan teori hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow
tersebut kebutuhan akan keselamatan (Safety need) menjadi kebutuhan yang utama setelah
kebutuhan fisiologi. Kebutuhan akan keselamatan (Safety need) meliputi keamanan,
kemantapan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, ketergantungan, kebutuhan
akan struktur, hukum, ketertiban, batasbatas kekuatan pada diri, perlindungan dan lain
sebagainya.13 Dalam hal ini institusi kepolisian memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan bagi masyarakat berkaitan dengan keamanan, keselamatan serta
pelayanan lainnya terhadap warga negara.
Kepolisian dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Kepolisian dalam undang-undang tersebut juga disebutkan mempunyai tujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Inovasi-inovasi pelayanan di kepolisian sudah banyak dilakukan oleh beberapa
institusi kepolisian. Inovasi yang digagas adalah inovasi pelayanan publik berbasis teknologi
informasi dan komunikasi pada pelayanan laporan gangguan Kamtibmas misalnya. Inovasi
ini didasari oleh kebutuhan keamanan bagi masyarakat yang merupakan salah satu
kebutuhan yang harus terpenuhi setiap saat. Selama ini ketika terjadi gangguan Kamtibmas,
masyarakat harus datang ke kantor polisi ataupun pos polisi. Selain itu, juga melalui
sambungan telepon. Namun pelayanan pelaporan gangguan Kamtibmas tersebut masih
memiliki kekurangan, yang menghambat masyarakat dalam melaporkan adanya gangguan
kamtibmas.
KESIMPULAN
Di era pandemi saat ini, pelayanan publik berbasis digital adalah salah satu
solusi untuk menjawab permasalahan terkait keterbatasan pelayanan publik, terutama bagi
para pemberi layanan dan masyarakat dalam rangka mencegah dan meminimalisir
penyebaran Covid-19. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan, penulis
menemukan bahwa penggunaan electronic government masih membutuhkan
pemantapan serta pematangan dalam hal kualitas pelayanan khususnya pada indikator
kepercayaan (trust) dan dukungan masyarakat (citizen support). Munculnya hambatan
dalam pelaksanaan pelayanan publik berbasis digital masih belum dapat dihindari,
dikarenakan e-government di Indonesia yang masih berkutat dengan masalah teknis
seperti website pemerintah daerah tidak berfungsi dengan baik, kerusakan server,
website yang tidak update termasuk juga hal-hal seperti keterbatasan sumber daya
manusia (SDM), pemerintah yang kurang siap menghadapi perubahan, kurangnya
infrastruktur dan anggaran, serta penyediaan layanan online yang pada kenyataannya
masih mengharuskan masyarakat untuk datang ke tempat pelayanan secara luring. Terlepas
dari beberapa hambatan yang memang sulit untuk dihindari dalam praktik e-government di
Indonesia terutama di masa pandemi ini, setidaknya telah ada kemajuan yang mulai
membaik dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Inovasi dari aplikasi e-
government oleh pemerintah sudah cukup memperbaiki kesan e-government di
Indonesia. Melalui layanan online ini juga dapat meminimalisir terjadinya mal-
administrasi seperti penyimpangan prosedur, pungli, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, di tengah kondisi Covid-19 ini bukan lagi sebagai penghambat bagi penyelenggara
dan/atau pelaksana pelayanan publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat,
melainkan semakin dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik