Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REVIEW

Nama : Dimas Ardianata


NIM : 20.11.023649
Fakultas : FISIP
Prodi : Administrasi Negara
Semester : V ( Lima )
Mata Kuliah : E-Goverment
Dosen Pengempu : Sadar, S. IP., M.I.P.

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya


Tahun Ajaran 2022/20
1. Identitas Artikel

Judul : E-Government Sebagai Strategi dalam Meminimalisasi


Penyebaran Covid-19 dan Efektivitas Pelayanan Publik

Penulis : Maya Septiani

Sumber : ombudsman.go.id

2. Pendahuluan

E-Governance terdiri dari dua elemen penting yaitu ‘governance’


sebagai konsep utama dan ‘electronic’ atau ICTs (Information and
Communication Technologies) sebagai alat untuk meningkatkan proses
governance. Konsep governance berkembang sejak tahun 1980-an
(Bevier,2007:364), sedangkan konsep E-Government pertamakali
berkembang di Amerika pada tahun 1993 (Gronlund,2007:364),
sementara konsep penggunaan internet dalam government mulai
diidentifikasi sejak 1970-an (Gronlund,2007:364). Sejalan dengan
berkembangannya konsep governance dan perkembangan ICTs
berkembang pula konsep E-Governance, seiring dengan itu pula konsep
E-Government dan E-Governance menjadi tumpang tindih. E-Governance
seringkali didefinisikan sangat sederhana mirip dengan E-Government
yaitu bagaimana pemerintah menggunakan ICTs untuk meningkatkan
efisien terutama pada pelayanan publik. Kebanyakan penelitian E-
Governance terkonsentrasi pada sektor publik, padahal konsep
governance sesungguhnya yaitu terdiri dari banyak sektor, yang saling
berhubungan dalam berbagai level/tingkat governance. Belakangan
konsep E-Government terus berkembang, dengan menambahkan makna
meningkatkan proses demokrasi, sehingga pendefinsian E-Government
menjadi tumpang tindih pula dengan konsep E-Demokrasi. Pada dasarnya
problema ini dikarenakan ketidakjelasan atas pemahaman konsep
‘governance’ sebagai konsep utama pada E-Goverannce.
Electronic Government (disingkat E-Government) adalah
mekanisme interaksi antara pemerintah dengan masyarakat melalui
sistem informasi berbasis internet dan teknologi digital lainnya dengan
tujuan memperbaiki mutu dan kualitas pelayanan publik yang efisien,
transparan dan efektif.

Menurut Keppres No. 20 Tahun 2006 E-Government adalah


pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. E-government merupakan
penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik (teknologi informasi dan
komunikasi) untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam hubungannya
dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait lainnya
menuju good governance.

E-government bertujuan untuk meningkatkan akses warga negara


terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah, meningkatkan akses
masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah,
menangani keluhan masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan
yang bisa dinikmati oleh seluruh warga negara. E-Government merupakan
perkembangan baru dalam rangka peningkatan layanan publik yang
berbasis pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga
layanan publik menjadi lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien.

3. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti saat ini, tidak heran apabila kemajuan


teknologi informasi dan komunikasi dapat menjanjikan efisiensi, kecepatan
penyampaian informasi, keterjangkauan, dan transparansi, tidak terkecuali
pada pemerintahan. Terlebih, dalam era otonomi daerah saat ini perlu
untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau biasa disebut e-
government. Melalui e-government pula, peningkatan pelayanan publik
dapat terwujud. Seperti yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2011:181)
bahwa birokrasi pemerintah dapat mengembangkan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintahan, mempermudah interaksi dengan masyarakat, dan
mendorong akuntabilitas serta transparansi penyelenggara pelayanan
publik.

Sejak akhir tahun 2019 lalu, telah beredar kabar tentang jenis virus
baru di Wuhan, Cina yang menyebabkan banyak masyarakatnya
meninggal dunia. Kemudian, di awal tahun 2020 virus tersebut mulai
menyebar ke sebagian besar negara dan menyebabkan banyak warga di
dunia meninggal sehingga World Health Organization (WHO) menetapkan
Covid-19 sebagai pandemi.

4. Pembahasan

A. Percepatan Penyebaran COVID-19 di Indonesia

Di Indonesia sendiri, virus ini mulai meluas penyebarannya sejak


awal bulan Maret lalu. Berdasarkan data dari covid19.go.id bahwa jumlah
masyarakat yang positif terpapar Covid-19 per tanggal 31 Maret 2020
sebanyak 1.528 orang dengan rincian 81 orang dinyatakan sembuh dan
136 orang meninggal dunia. Berkaitan dengan data tersebut dapat kita
amati tentang percepatan Covid-19 dalam menjangkit manusia. Hal ini
kemudian menjadi perhatian pemerintah dalam menekan penyebaran
Covid-19.
B. Pencegahan Penyebaran COVID-19

Pencegahan rekomendasi dari WHO yaitu

1. menjaga kesehatan agar imunitas atau kekebalan tubuh


meningkat.
2. mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan
sabun.
3. menutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan atas bagian
dalam ketika batuk dan bersin.
4. menghindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat
umum, kelima menghindari dalam menyentuh mata, hidung serta
mulut, dan keenam menggunakan masker.

Sehingga pada tanggal 15 Maret 2020, Presiden Joko Widodo secara


resmi mengeluarkan himbauan untuk menghindari kontak dekat maupun
kerumuman dengan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah
dari rumah kepada seluruh instansi, baik negeri maupun swasta. Hal inilah
yang kemudian menjadi latar belakang beberapa instansi dalam
menerapkan Work From Home (WFH).

C. Alternatif Work From Home dalam Meningkatkan Pelayanan Publik

Sebenarnya di era digital saat ini, WFH tidak akan menjadi kendala
dalam produktivitas, terutama pada penyelenggara dan/atau pelaksana
pelayanan publik. Hal tersebut karena dukungan kecanggihan teknologi
dan dapat dilihat dengan banyaknya media yang memiliki fitur pertemuan
berbasis elektronik (teleconference) dan sebagainya. Adapun produknya
dapat disebut dengan pelayanan berbasis elektronik (e-service), seperti
contoh KTP Elektronik serta sistem pelayanan instansi yang
berbasis online, seperti E-Kelurahan, BPJSTKU Mobile, Mobile JKN, dan
sebagainya. Sehingga meskipun WFH sejatinya pelayanan publik tetap
dapat berjalan secara optimal.
D. E-Goverment Sebagai Strategi Mengaktifkan Pelayanan Publik di
Tengah Kondisi Wabah COVID-19

 Seperti yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2011:181) bahwa birokrasi


pemerintah dapat mengembangkan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan,
mempermudah interaksi dengan masyarakat, dan mendorong
akuntabilitas serta transparansi penyelenggara pelayanan publik.

Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik dijelaskan tentang asas-asas penyelenggaraan
pelayanan publik yang sangat berkaitan dengan penerapan e-government,
terutama dalam perwujudan asas huruf f, yaitu partisipatif, huruf h tentang
keterbukaan, huruf I tentang akuntabilitas, huruf k, yaitu ketepatan waktu,
dan huruf l tentang kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Kemudian, merujuk pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor


25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, disebutkan bahwa dalam
rangka memberikan dukungan informasi terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem Informasi yang bersifat
nasional dan ayat (4) dijelaskan bahwa Penyelenggara berkewajiban
mengelola Sistem Informasi yang terdiri atas sistem informasi elektronik
atau nonelektronik, sekurang-kurangnya meliputi; profil penyelenggara,
profil pelaksana, standar pelayanan, maklumat pelayanan, pengelola
pengaduan dan penilaian kinerja. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dipahami bahwa dengan dilaksanakannya e-government akan
mempermudah penyelenggaraan pelayanan publik.

Selanjutnya berdasarkan aturan e-Government diamanatkan dalam


Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Strategi
Pengembangan e-Government untuk mendukung good
governance (termasuk transparansi dan akuntabilitas publik) dan
mempercepat proses demokrasi. Kemudian, untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas publik juga tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Adapun dalam program prioritas, e-government merupakan salah


satu sektor prioritas Pembangunan Pitalebar Indonesia sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar
Indonesia 2014-2019. Pada Pasal 7 dicantumkan prioritas pembangunan
Pitalebar Indonesia pada lima sektor, seperti e-Pemerintahan, e-
Kesehatan, e-Pendidikan, e-Logistik dan e-Pengadaan. Sehingga terlihat
jelas bahwa e-government sudah menjadi hal yang penting untuk
diterapkan di berbagai bidang pemerintahan.

Adapun manfaat e-government, yaitu pertama mengurangi biaya,


alasannya karena melalui sistem online, maka biaya administrasi dan
sebagainya akan berkurang. Kedua, meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas karena masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan
melihat sejauh mana kegiatan pemerintah sudah dilakukan. Ketiga,
meningkatkan pelayanan publik karena masyarakat akan lebih mudah
mengakses (keterbukaan informasi dan partisipasi) pelayanan publik
tanpa harus secara fisik datang ke kantor instansi pemerintah tertentu.

5. Penutup

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa e-


government sangat penting diterapkan pada kondisi saat ini. Namun, hal
tersebut harus didukung dengan beberapa hal, yaitu

1. komitmen pemimpin, hal ini sangat penting untuk mendukung


setiap proses dan kegiatan pelayanan publik berbasis elektronik
(e-service). Hal tersebut karena pemimpin atau dalam hal ini
penyelenggara ataupun pelaksana layanan publik dapat
berkomitmen dan mengambil keputusan untuk memberikan
pelayanan publik yang prima dengan menerapkan e-government.
2. sarana dan prasarana, dukungan sarana dan prasarana juga
menjadi penting karena tanpa hal tersebut, maka pelayanan
berbasis elektronik akan sulit terwujud. Adapun sarana dan
prasarana tersebut adalah ketersediaan komputer/laptop, jaringan
internet, dan sebagainya.
3. sumber daya manusia, apabila komitmen pemimpin dan sarana
prasarana sudah memadai, namun sumber daya manusia yang
dapat mengeksekusi pelayanan berbasis elektronik tidak ada,
maka hal tersebut akan sulit terwujud. Sehingga dibutuhkan
kemampuan sumber daya manusia (pegawai instansi dan
sebagainya) diperlukan dalam proses pelaksanaan e-government.

Oleh karena itu, di tengah kondisi COVID-19 ini bukan lagi sebagai
penghambat bagi penyelenggara dan/atau pelaksana pelayanan publik
dalam memberikan layanan kepada masyarakat, melainkan semakin
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai