Anda di halaman 1dari 33

TUGAS

KELOMPOK 3

TEKNOLOGI INFORMASI PEMERINTAHAN

OLEH :

WINDA FEBRIYANTI (C1G119087)

WA ODE ISMANIAR (C1G119149)

DITA AUDIA (C1G119047)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setelah adanya gerakan reformasi Tahun 1998, paradigm yang berkembang


dalam pemerintahan Indonesia adalah tuntutan pelayanan yang lebih baik dari
sebelumnya dan terdapatnya ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan
bernegara. Berdasarkan hal tersebut, maka timbulah istilah clean and good governance di
Indonesia, sehingga terciptanya kehidupan yang madani yang berorientasi pada era
digitalisasi modern.

Good governance memiliki makna tata pemerintahan yang baik terkait dengan
pemerintahan yang bersih (clean governance) dan berwibawa serta bebas Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN) dengan berprinsip pada transparansi, akuntabilitas,
menjunjung tinggi hukum, serta terbukanya partisipasi masyarakat. Untuk mewujudkan
clean and good governance terutama dari segi akuntabilitas dan transparansi publik, maka
dibutuhkan suatu langkah kebijakan yang terarah dalam perubahan sistem kelembagaan
dan ketatalaksanaan melalui pemanfaatan Information and Communication Technologies
(ICT) yaitu e-government atau Pemerintahan Elektronik. Sehingga tujuan
penyelenggaraan e-governmentadalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

E-government merupakan suatu sistem teknologi informasi yang dikembangkan


oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik dengan memberikan pilihan
kepada masyarakat untuk mendapatkan kemudahan akses informasi
publik.3Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan peningkatan layanan publik yang
efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-
government. Kebijakan dan strategi tersebut diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-governmentdi
seluruh jajaran pemerintahan secara menyeluruh. Untuk itu, sosialisasi e-
governmentperlu dilakukan secara konsisten, berkesinambungan dan insentif kepada
masyarakat dikarenakan masyarakat belum mengerti apa dan bagaimana aplikasi e-
governmentserta manfaat yang dapat mereka ambil.

Penerapan dan realisasi e-governmentdi Indonesia mengalami tantangan sejak


adanya pertumbuhan era industri 4.0,salah satu kendala dalam penerapan e-
governmentadalah karena terbatasnya regulasi sebagai payung hukum. Saat ini, belum
ada regulasi yang benar-benar menjelaskan secara rinci mengenai mekanisme penerapan
e-governmentberikut dengan tidak seimbangnyaperkembangan teknologi yang begitu
pesat dan tidak dapat terbendung lagi. Digitalisasi sudah mulai memasuki celah-celah
kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan teknologi tersebut kemudian banyak dimanfaatkan
oleh sektor negeri maupun sektor privat/swasta. Banyak perusahaan bahkan industri kecil
kreatif yang menggunakan teknologi digital dalam mengembangkan usaha mereka.
Dengan demikian pada penulisan ini akan di uraikan rumusan masalah:
pertamabagaimana perkembangan peran e-government dalam menyongsong era revolusi
industri 4.0, dan keduakendala apakah yang mempengaruhi penerapan e-
governmentdiIndonesia pada saat ini, serta ketiga rumusan terbaik untuk mempersiapkan
proyeksi e-governmentterhadap perkembangan revolusi industri 4.0 dimasa yang akan
datang.

Indrajit menuturkan apabila dilihat dari historis perjalananya, konsep e-


government berkembang karena adanya 3 (tiga) yang melatar belakangi, yaitu:
1) Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu
semacam demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil society,
good corporate governance, perdagangan bebas, pasar Terbuka, dan lain sebagainya
menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap bangsa jika yang bersangkutan
tidak ingin disingkirkan dari pergaulan dunia. Dalam format ini, pemerintah harus
mengadakan reposisi terhadap perannya di dalam sebuah negara, dari yangbersifat
internal dan fokus terhadap kebutuhan dalam negeri, menjadi lebih berorientasi ke
eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan masyarakat dan negaranya di
dalam sebuah pergaulan global.Jika dahulu di dalam sebuah negara kekuasaan lebih
berpusat pada sisi pemerintahan (supply side), maka saat ini bergeser ke arah masyarakat
(demand side), sehingga tuntutan masyarakat terhadap kinerja pemerintahnya menjadi
semakin tinggi (karena untuk dapat bergaul dengan mudah dan efektif dengan masyarakat
negara lain, masyarakat di sebuah negara harus memiliki sebuah lingkungan yang
kondusif dimana hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah).
2) Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi sedemikian
pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat diciptakan dengan teramat
sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai
belahan dunia dalam hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap individu di berbagai
negara di dunia dapat saling berkomunikasi bersangkutan seperti yang diperlihatkan pada
gambar berikut. secara langsung kepada siapapun yang dikehendaki tanpa dibutuhkan
perantara (mediasi) apapun. Tentu saja buah dari teknologi ini akan sangat
mempengaruhi bagaimana pemerintah di masa moderen harus bersikap dalam melayani
masyarakatnya, karena banyak aspek-aspek dan fungsi-fungsi pemerintah konvensional
yang secara tidak langsung telah diambil alih oleh masyarakatnya sendiri (misalnya
masalah pers, sosial, agama, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya) karena adanya
teknologi ini. Inilah alasan lain mengapa pemerintah dipaksa untuk mulai mengkaji
fenomena yang ada agar yang bersangkutan dapat secara benar dan efektif mereposisikan
peranan dirinya.
3) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari semakin
membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan ekonominya. Kedekatan
antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pelaku ekonomi (pedagang, investor,
perusahaan dan lain-lain) telah membuat terbentuknya sebuah standar pelayanan yang
semakin membaik dari waktu ke waktu.Percepatan peningkatan kinerja di sektor swasta
ini tidak diikuti dengan percepatan yang sama di sektor publik, sehingga masyarakat
dapat melihat adanya kepincangan dalam standar kualitas pemberian pelayanan. Dengan
kata lain, secara tidak langsung tuntutan masyarakat agar pemerintah meningkatkan
kinerjanya semakin tinggi; bahkan jika terbukti terjadinya penyimpangan-penyimpangan
dalam pengelolaan uang rakyat, masyarakat tidak segan-segan untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah melalui demonstrasi atau jalur-jalur lainnya.Ketiga aspek di atas
menyebabkan terjadinya tekanan dari masyarakat yang menginginkan pemerintah
memperbaiki kinerjanya secara signifikan dengan cara memanfaatkan teknologi
informasi dankomunikasi yang ada. Inisiasi pemerintah JURNAL elektronik dalam e-
government itupun kemudian masih terus dikembangkan untuk menjawab tuntutan
tersebut.

Di Indonesia e-government sendiri mempunyai arti yang secara khususyaitu


merupakan kegiatanpenyelenggaraan pemerintahan yang mampu mendorong dan
memfasilitasi hubungan yang saling mendukung, selaras dan adil antara masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah, dengan memanfaatkan teknologi informasi,
telekomunikasi dan web/internet.Pada dasarnya e-government merupakan
penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara
pemerintah dengan pihak-pihak yang lain. Setidaknya terdapat 4 (empat) klasifikasi
hubungan bentuk baru dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini :
a. Government to Citizens (G-to-C)
Aplikasi e-government dalam tipe G-to-C ini merupakan aplikasi yang paling
umum, dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio
teknologi informasi untuk berinteraksi dengan masyarakat.
b. Government to Business (G-to-B)
Tipe G-to-B adalah bentuk penyediaan pelayanan informasi bagi kalangan bisnis.
Kalangan bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan data dan informasi dari
pemerintah. Selain itu, interaksi antara kalangan bisnis dengan lembaga
pemerintahan juga berkaitan dengan hak dan kewajiban dari kalangan bisnis tersebut
sebagai entity yang berorientasi profit.
c. Government to Government (G-to-G)
Aplikasi e-government juga diperlukan dalam berinteraksi antara satu pemerintah
dengan pemerintah lainnya (government to government) untuk memperlancar
kerjasama, baik antar negara atau kerjasama antar entiti-entiti negara dalam
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-
proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, danlain sebagainya.
d. Government to Employees (G-to-E)
Tipe aplikasi G-to-E diperuntukkan secara internal bagi para staf di instansi
pemerintahan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tata kelola pemerintah berbasis teknologi komunikasi di PEMDA Kota
Kendari?
b. Bagaimana kesiapan pemerinath Kendari dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat menuju revolusi 5.0?

3. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemerintah berbasis teknologi komunikasi di
PEMDA Kota Kendari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pemerintah Daerah

Pemerintahan Daerah atau di Negara-negara Barat dikenal dengan Local Government


dalam penyelenggaraannya didasarkan pada konsep-konsep, seperti Asas, Sistem dan
Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah, serta Tujuan
Pemerintahan Daerah. Konsep-konsep ini demikian pentingnya dan merupakan elemen
dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan di Daerah. Untuk itu, bagi Anda
penyelenggara tugas-tugas Pemerintahan Daerah seyogianya memahami secara
mendalam konsep-konsep tersebut. Perlu Anda pahami bahwa asas penyelenggaraan
pemerintah menjadi landasan mekanisme dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Daerah terutama menyangkut Kebijakan Pemerintah Daerah, Perencanaan Pemerintah
Daerah, Pembiayaan Pemerintahan Daerah serta Pengendalian Pemerintahan Daerah. Modul
ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang
Pemerintahan Daerah.
2. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Asas Pemerintahan Daerah.
3. Kegiatan Belajar 3 membahas tentang Otonomi Daerah dan Tujuan Umum
Pemerintahan Daerah.

Awal kajian terhadap pemerintahan Daerah di Indonesia selalu diharapkan pada satu
pertanyaan, apa yang menjadi landasan hukum dari keberadaan pemerintah Daerah di Indonesia?
Sumber utama kebijaksanaan umum yang mendasari pembentukan dan penyelenggaraan
pemerintahan di Daerah adalah Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 dan penjelasannya. Pasal
18 Undang-undang Dasar 1945, sebelum diamendemen menyatakan sebagai berikut. Pembagian
Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-Daerah yang bersifat
istimewa”. Penjelasannya adalah berikut ini.

1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat maka Indonesia tak akan mempunyai
Daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam
Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi akan dibagi pula dalam Daerah yang lebih kecil. Daerah-
Daerah itu bersifat otonom (streek dan locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat Daerah
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
Daerah-Daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan Daerah, oleh karena di
Daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
2. Dalam teritorial Negara Indonesia terdapat + 250 Zelfbesturende landschappen dan
Volkgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun marga di
Palembang. Daerah-Daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap
sebagai Daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan
Daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai Daerah-Daerah itu
akan mengingatkan hak-hak asal-usul Daerah tersebut.

Mengacu pada pasal di atas, terlihat bahwa pasal tersebut tidak memberikan ketegasan
mengenai pemerintahan Daerah sebagai satuan pemerintahan yang otonom. Baru di dalam
penjelasannya dikemukakan bahwa Daerah-Daerah itu bersifat otonom atau bersifat Daerah
administrasi belaka. Hal ini berbeda dengan bunyi Pasal 18 UUD 1945 berdasarkan perubahan
kedua Tahun 2000 sebagai berikut.
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah-Daerah Provinsi dan Daerah
Provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap Provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota memiliki Dewan Perwakilan
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis.
(5) Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten
dan Kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
Daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya dan sumber daya lainnya
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Konsep pemerintahan daerah berasal dari terjemahan konsep local government yang pada
intinya mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama berarti pemerintah lokal, kedua berarti
pemerintahan lokal, dan ketiga berarti wilayah lokal (Hoessein dalam Hanif, 2007:24).
Pemerintah lokal pada pengertian pertama menunjuk pada organisasi/badan/lembaga yang
berfungsi menyelenggarakan pemerintahan daerah. Dalam konteks ini, pemerintah lokal atau
pemerintah daerah merujuk pada organisasi yang memimpin pelaksanaan kegiatan pemerintahan
daerah, dalam artian ini di Indonesia menunjuk pada Kepala daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Kedua lembaga ini yang menggerakkan kegiatan pemerintahan daerah sehari-
hari.
Oleh karena itu, kedua lembaga ini dimaknai dengan Pemerintah daerah (local
government atau local authority). Pemerintahan lokal pada pengertian kedua menunjuk pada
kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah melakukan kegiatan-kegiatan
pengaturan. Kegiatan ini merupakan fungsi penting yang pada hakikatnya merupakan fungsi
untuk pembuatan kebijakan pemerintah daerah yang dijadikan dasar atau arah dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Hal tersebut sama dengan fungsi pemerintah pusat yang
meliputi fungsi legislatif, fungsi eksekutif dan fungsi yudikatif.

Pemerintahan daerah (local government) hanya melaksanakan fungsi legislatif dan fungsi
eksekutif sedangkan fungsi yudikatif tetap ditangani pemerintah pusat. Fungsi legislatif yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah hakikatnya merupakan fungsi pembuatan kebijakan
pemerintahan daerah. Jadi bukan fungsi legislatif seperti halnya fungsi parlemen di mana dalam
konteks Indonesia fungsi ini dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan fungsi
yudikatif dipegang oleh badan-badan peradilan (Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Pengadilan Negeri dan Pengadilan lainnya) Hoessein berpendapat Istilah legislatif dan eksekutif
juga tidak lazim digunakan pada local government.

Istilah yang lazim digunakan pada local government adalah fungsi pembuatan kebijakan
(policy making function) dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy executing function). Fungsi
pembentukan kebijakan dilakukan oleh pejabat yang dipilih melalui pemilu, sedangkan fungsi
pelaksanaan kebijakan dilakukan oleh pejabat yang diangkat/birokrat lokal (Hoessein dalam
Hanif, 2007:24). Pemerintahan lokal pada pengertian ketiga menunjuk pada wilayah
pemerintahan atau daerah otonom dalam konteks Indonesia Daerah otonom adalah daerah yang
memiliki hak untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang telah diserahkan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Hak mengatur ini diwujudkan
dengan pembuatan peraturan daerah yang pada intinya merupakan kebijakan umum
pemerintahan daerah sedang hak untuk mengurus rumah tangga daerah diwujudkan dalam
implementasi peraturan daerah berupa kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pelaksanaan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan masyarakat. Tjahja Supriatna (dalam
Hanif:2007) yang menyitir pendapat de Guzman dan Taples menjelaskan bahwa unsur-unsur
pemerintahan daerah:
a. Pemerintah daerah adalah subsidi politik dari kedaulatan bangsa dan Negara;
b. Pemerintah daerah diatur oleh hukum;
c. Pemerintah daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih oleh penduduk setempat;
d. Pemerintahan daerah menyelenggarakan kegiatan berdasarkan peraturan perundangan;
e. Pemerintah daerah memberikan pelayanan dalam wilayah yurisdiksinya.

Dikaitkan dengan fungsi umum pemerintahan maka unsur-unsur pemerintahan daerah di


atas masih ditambah dengan Pemerintah daerah melaksanakan pembangunan daerah dan
memberdayakan masyarakat daerah dalam wilayah yurisdiksinya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep pemerintahan daerah di dalamnya melingkupi
organisasi/lembaga/institusi, fungsi/kegiatan pemerintahan dan daerah pemerintahan. Kemudian
untuk lebih memahami makna dari pemerintahan daerah di bawah ini diuraikan beberapa
dimensi yang menyangkut pengertian Pemerintahan daerah.

2.2. Konsep Komunikasi Pemerintah

Istilah Komunikasi (Indonesia) diambil dari bahasa Inggris yaitu Communication


Communication yang berasal dari kata Latin Communicatio dan istilah ini juga bersumber dari
kata Commnunis yang dlaam bahasa Inggris berarti Common yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia yaitu sama. Dengan berkomunikasi kita membangun kebersamaan
dengan membentuk suatu kontak dalam berhubungan. Ini berarti individu-individu saling
memberi keterangan, pikiran dan sikap-sikap dalam melakukan hubungan. D. Lawrence Kincaid
dan Wilbur Schramm dalam Arifin, Anwar (2008) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai
proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para
peserta dalam proses informasi.
Selain itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses menghubungi atau mengadakan
perhubungan dengan menggunakan bahasa, gerak-gerik, badan, sistem, isyarat, kode dan lain-
lain. Rumusan yang lain dari rumusan di atas dikemukakan oleh William Albig dalam Cangara
(2008) dalam bukunya Public Opinion, beliau menulis bahwa komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu. Untuk menjelaskan pengertian
komunikasi maka beberapa ahli memberikan penjelasan dalam bentuk pengertian komunikasi
agar dapat dimengerti dan dipahami, oleh karena itu maka penulis mengemukakan pengertian
komunikasi oleh beberapaahli :
- menurut Berelson dan Steiner dalam Sasa Djuarsa Sendjaja (1993), komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-
simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Lebih lanjut pengertian
komunikasi menurut Gerald R. Miller dalam Deddy Mulyana (2000). Komunikasi terjadi ketika
suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.
- Carl I. Hovland dalam Arifin, Anwar (2008), komunikasi adalah proses memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate).
- Menurut Barlund dalam Deddy Mulyana (2000), komunikasi timbul didorongoleh kebutuhan-
kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego.
Dengan dikemukakannya pengertian komunikasi oleh beberapa ahli maka saya penulis
menyimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang didalamnya terlibat satu atau lebih orang
untuk berbagi informasi dan mencapai kesepakatan bersama diantara orang yang terlibat di
dalamnya. Pengertian komunikasi pemerintahan dalam arti menggabungkan kedua makna yaitu
komunikasi dan pemerintahan maka pengertian komunikasi pemerintahan adalah penyampaian
ide, program dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara
(Hasan, 2005).
Salah satu aspek yang turut menentukan laju pembangunan yang berlangsung di pedesaan
adalah perlu adanya sinergitas antara pemerintah sebagai penggerak dan penentu kebijakan
pembangunan di desa (dalam hal ini pemerintah desa) di satu sisi, dengan masyarat di sisi lain,
karena tanpa adanya pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pemilik sumber daya, ataupun
tanpa partisipasi nyata dari masyarakat dalam pembangunan maka pelaksanaan pembangunan di
desa tersebut tentunya akan mengalami hambatan dan akan berjalan tidak sesuai harapan. Salah
satu kunci demi terciptanya kelancaran pembangunan di pedesaan adalah peranan komunikasi
pemerintahan (dalam hal ini kepala desa) untuk dapat menyempaikan berbagai informasi tentang
kebijakan pembangungan yang akan dilaksanakan di desa kepada masyarakat setempatagar
masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan tersebut.

Dalam komunikasi, komunikator merupakan salah satu faktor yang menentukan


efektivitas komunikasi. Beberapa studi mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Ada empat komponen
yang harus ada pada komunikator dalam Djamaluddin (1994) yaitu :
1)Kredibilitas sumber mencau pada sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan
dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi semakin ejektif pesan yang
disampaikan.
2)Daya tarik seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya biocara,sifat
pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya.
3)Sumber disukai oleh masyarakat bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai kesamaan dalam
hal kebutuhan, harapan dan perasaan.

Pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan haruslah mempunyai


kredibilitas, daya tarik, kesamaan dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan agar masyarakat
dapat dipengaruhi untuk mengikuti keinginan dari pemerintah sehingga pembangunan dapat
dilaksanakan. Komunikasi mempunyai sejumlah pengaruh baik terhadap tipe, sasaran, tugas
pemerintahan termasuk di dalamnya pemeliharaan hubungan. Tanpa adanya sarana dan fasilitas
untuk hubungan komunikasi ke segala arah dalam suatu kegiatan, akan sulit diketahui apa yang
sudah dicapai, apa yang akan diraih dan bagaimana kendala dalam pelaksanaan pekerjaan dan
komunikasi adalah sumber informasi bagi pimpinan dalam menginformasikan berbagai
kebijakan ataupun tentang pembangunan.

Namun demikian dalam meningkatkan pembangunan yang berkaitan dengan komunikasi


pemerintahan kepala desa, khsusnya yang ada di desa Boyong Atas ternyata mempunyai kendala,
dan sesuai dengan hasil penelitian di lapangan, adapun kendala-kendala tersebut yaitu kepala
desa sebagai komunikator kurang dipercaya dalam hal etika menyampaikan tentang proyek
pembangunan seringkali pelaksanaanya berbeda jauh dengan apa yang disampaikan, minimnya
keterbukaan dan intensitas informasi tentang proyek-proyek pembangunan yang masuk dalam
desa dalam arti ketika sementara melaksanakan proyek pembangunan, menurut hasil penelitian,
ternyata tidak ada tranparansi dalam segala hal tentang proyek yang sementara dijalankan
tersebut.

2.3. Tata Kelola Pemerintah yang Baik

1. Pengertian Good Governance

Tata kelola pemerintah yang baik adalah sistem atau cara pengelolahan yang dilakukan
oleh pemerintah apabila hasilnya baik, prosesnya baik, serta berhasil memanajemen jalannya
pemerintahan sesuai dengan prinsip demokrasi.

Indikator Tata Kelola Pemerintahan yang Baik


1. Partisipasi

Indikator pertama dari tata kelola suatu pemerintahan yang baik adalah partisipasi. Dalam
suatu kinerja pemerintahan, maka harus senantiasa ada evaluasi, kritik, saran maupun aspirasi
dari berbagai pihak demi mewujudkan pemerintahan yang ideal. Harapannya lagi tentu saja bisa
semakin memajukan negara Indonesia.

2. Transparansi

Transparansi adalah indikator penting berikutnya demi mewujudkan pemerintahan yang ideal.

3. Koordinasi

Koordinasi merupakan indikator tata kelola pemerintahan yang dinilai baik yakni dalam hal
memastikan adanya keseluruhan pemangku kebijakan untuk benar-benar mempunyai kesamaan
pandangan demi mewujudkan pemerintahan yang ideal.
4. Akunabilitas

Indikator akuntabilitas merupakan indikator wujud dari pertanggungjawaban atas segala


peraturan yang sudah dibuat. Akuntabilitas juga dapat digunakan untuk menyimak tingkat
profesionalitas tiap-tiap oknum pemerintahan dalam menyikapi adanya perbedaan

Adapun untuk mewujudkan orientasi tersebut, suatu negara harus senantiasa menerapkan
beberapa prinsip pemerintahan yang berkesesuaian dengan UNDP di antaranya ialah sebagai
berikut.

1. Adanya kesetaraan untuk berpartisipasi dalam hal pembuatan kebijakan.


2. Kepekaan dan ketanggapan atas adanya kebutuhan stekholder.
3. Adanya kemampuan guna mediasi segala perbedaan di antara stekholder guna mencapai
konsesus bersama.
4. Adanya akuntabilitas yang ditujukan untuk stekholder yang dilayani.
5. Kegiatan-kegiatan didasarkan pada kerangka hukum.
6. Adanya tranparansi dalam hal pengambilan suatu kebijakan.
7. Terdapat jaminan atas hak seluruh orang guna meningkatkan taraf hidup melalui berbagai
macam cara yang adil.
8. Mempunyai visi misi yang luas dan dalam jangka waktu panjang demi keberlanjutan
pembangunan sosial ekonomi yang ada.

Asas Umum Pemerintahan yang Baik Menurut UU No. 28 Tahun 1998

Asas-asas umum pemerintahan sebagaimana yang dimuat dalam UU No.28 Tahun 1998 di
antaranya ialah sebagai berikut.

1. Asas kepastian hukum yang berguna untuk mengutamakan landasan peraturan undang-
undang, kepatuhan maupun kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara yang berfungsi sebagai landasan keteraturan,
kecocokan hingga keseimbangan pengabdian penyelenggaran negara.
3. Asas kepentingan umum yang berfungsi untuk mendahulukan kesejahteraan umum.
4. Asas keterbukaan yang berfungsi untuk membuka diri bagi hak masyarakat untuk
keperluannya serta dengan adanya jaminan perlindungan atas hak asasi mereka.
5. Asas profesionalitas yang berguna untuk mengutamakan keahlian dengan kode etik
sebagai landasan utamanya.
6. Asas akuntabilitas yang berguna untuk menentukan bahwa setiap kegiatan harus
senantiasa dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
7. Asas proporsionalitas yang berguna mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggaraan negara.

Definisi tata kelola pemerintahan atau lebih di kenal dengan dengan good governance,
secara pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku
yang bersifat mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi urusan public untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Dr.sedarmayanti, PT.Mandar
maju ,2003). Good Governance tidak hanya sebatas Pengelolaan lembaga
pemerintahan,namun menyangkut semua baik lembaga pemerintahan maupun non
pemerintahan.

Bintoro Tjokromidjojo memandang Good Governance sebagai suatu bentuk manajemen


pembagunan yang juga disebut administrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah
sentral yang menjadi agen of change dari suatu masyarakat berkembang atau developing di
dalam Negara berkembang. Pemerintah betindak sebagai regulator dan pelaku pasar untuk
menciptakan iklim yang kondusif dan melakukan investasi prasarana yang mendukung dunia
usaha.

Menurut Mardiasmo(1999:18) Good Governance adalah suatu konsep pendekatan yang


berorientasi kepada pembangunan sector public oleh pemerintahan yang baik.

Menurut Bank Dunia yang di kutip Wahab (2002:34). Good Governance adalah suatu konsep
dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan
kewiraswastaan. Selain itu bank dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan
sinergis dan konstruktif di antara Negara, sector dan masyarakat ( effendi, 1996:47).
2. Konsep Good Governance

Konsep good governance sendiri dalam beberapa tahun belakangan ini banyak
dibicarakan dalam berbagai konteks dan menjadi isu yang mengemuka dalam pengelolaan
pemerintahan. Hal ini terjadi karena bagian dari luapan pola-pola lama dalam
penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah
berubah atau dengan kata lain semakin tidak efektifnya pemerintahan disamping semakin
berkembangnya kualitas demokrasi, hak asasi manusia dan partisipasi public dalam
pengambilan kebijakan.

Beberapa pakar dan teoritisi administrasi berpendapat bahwa peranan pemerintah harus
memfokuskan pada upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat selain pemberdayaan
danpembangunan.Pemerintahan dijalankan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang
terbentuk melalui diskusi yang berlangsung dalam ruang public.

Kedaulatan rakyat sebagai sebuah konsep dasar tentang kekuasaan telah menemukan
bentuknya disini.Dalam konteks ini,penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan public tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah, tetapi dituntut adanya
keterlibatan seluruh elemen, baik interen birokrasi, masyarakat dan pihak swasta. Pemikiran
hanya akan terwujud apabila pemerintahan didekatkan dengan yang diperintah atau dengan
kata lain terjadi desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui pemerintahan yang desentralistik,
akan terbuka wadah demokrasi bagi masyarakat lokal untuk berperan dalam menentukan
nasibnya, serta berorentasi kepadakepentingan rakyat melalui pemerintahan daerah yang
terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap tidak mengelak tanggung jawab sebagai prasyarat
terwujudnya pemerintahan yang akuntabel dan mampu memenuhi asas-asas kepatutan dalam
pemerinthan(good governance).

Melalui paradigma good governance sebagai alternatif penyelenggaraan pemerintahan,


potensi masing-masing stakeholders dapat diaktualisasikan dalam mengatasi berbagai
permasalahan dan kendala yang dihadapi daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, sehingga perlu dijamin perkembangan kreativitas dan aktivitas yang mengarah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, demokratisasi serta kemandirian daerah.

Seiring dengan adanya keinginan mewujudkan tata pemerintahan yang baik/good


governance tersebut, maka sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah diera otonomi
sekarang ini, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemberdayaan,
pelayanan, responsif, transparansi, akuntabilitas, partiisipaasi, kemitraan, desentralisasi,
konsistensi kebijaksanaan dan kepastian hukum. Paling tidak syarat agar terciptanya good
governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan public
dewasa ini seperti yangdikemukakan oleh Santosa (2008) adalah meliputi transparansi,
responsive, efektif, dan efisiensi serta akuntabilitas.Dalam konteks penyelenggaraan
pemerintah, pembangunan, dan pelayanan publik pada umumnya dalam upaya mewujudkan
paradigma goodgovernance yang merupakan sebagai bingkai kerja dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, tentu bukanlahhal yang mudah dalam
mencapai hal tersebut. Akan tetapi dibutuhkan suatu tekad yang kuat dari berbagai
stakeholders untuk mewujudkanya.

2.4. Perbedaan Revolusi Industri 4.0 dan 5.0

Industry 4.0 pada mulanya berawal dari konsep industri di negara Jerman. Era ini
pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Intinya, Industry 4.0 adalah era
teknologi informasi dengan intermet, smartphone, sensor (IoT), dan koneksi data sebagai
bagiannya. Beralih ke Society 5.0 yang pada mulanya dipromosikan pemerintah Jepang tahun
2015, namun mulai diresmikan pada 21 Januari 2019. Era ini tidak lagi berpusat pada industri,
melainkan berpusat pada orang-orang atau masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai
penggerak, pemerintah Jepang ingin menciptakan masyarakat superpintar dengan Internet of
Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robotic sebagai teknologi utama untuk
menyukseskan Society 4.0.

Persamaan Industry 4.0 dan Society 5.0 adalah:


1. Menekankan teknologi IoT, AI, Smart Machine, Knowledge Management, dan Smart Web
untuk mewakili konektivitas kerja.
2. Menekankan bagaimana orang berkomunikasi dengan mesin melalui Intelligence
Machine yang tersedia.
3. Memiliki kekuatan untuk mengerjakan banyak tugas (multitasking) melalui berbagai jenis
media otomatis dan platform komputasi.
4. Menekankan pekerjaan di era ini merupakan proses yang selalu berjalan dan sebagai
medium ke prosedur lain.
5. Menekankan pergerakan bebas dari satu proses ke proses lainnya dan memerlukan sedikit
protocol untuk menyelesaikan pekerjaan.
6. Mempertimbangkan rekayasa keberlanjutan di tengah-tengah teknologi progresif dengan
memastikan kelestarian lingkungan dalam kondisi baik.

Dan berikut perbedaannya Industry 4.0 dan Society 5.0 adalah:

1. Industry 4.0 menekankan bagaimana pekerjaan dilakukan secara otomatis, sedangkan


Society 5.0 menekankan pada bagaimana mengoptimalkan jam kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan.
2. Industry 4.0 menyoroti efektivitas penggunaan mesin otomatis, sedangkan Society 5.0
menyoroti efektivitas pengoptimalan pengetahuan manusia dengan bantuan mesin cerdas.
3. Industry 4.0 menekankan komunikasi yang terkomputerisasi dengan segala cara,
sedangkan Society 5.0 bermaksud memudahkan dan mempercepat pekerjaan dengan
bantuan mesin cerdas demi kepentingan manusia.

Pendidikan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0

Era revolusi industri 4.0 merupakan era dimana teknologi informasi berkembang
pesat dan mewarnai setiap kehidupan manusia. Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan
berkembangnya internet of thingsyang merambah diberbagai bidang kehidupan
masyarakat saat ini. Salah satu nya yaitu dibidang pendidikan. Oleh sebab itu ada
beberapa upaya yang perlu dilakukan 1) revitasisasi kurikulum, 2) pemanfaatan teknologi
informasi yang tepat.

Menurut Muhadjir Effendy (Mendikbud) bahwa merambahnya revousi industri


4.0 masuk ke dalam dunia pendidikan maka diperlukan perbaikan kurikulum dengan
peningkatan kompetensi peserta didik, antara lain (Yusnaini, 2019) :

1) Critical thinking

2) Creativity and innovation

3) Interpersonal skill and communication

4) Teamword and collaboration

5) Confident

Seiring dengan berkembangnya teknologi, cara belajar mengajar di era revolusi


industri 4.0 juga mengalami perubahan. Internet dan komputer menjadi sarana yang akan
memudahkan proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang dulunya harus
dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, kini pada era
revolusi industri 4.0 pembelajaran dapat dilakukan dengan kelas online melalui media
sosial atau media lainnya yang mendukung proses pembelajaran online.

Hadirnya internet dan kecepatan search engine melahirkan gerakan literasi digital.
Pencarian teori, konsep, praktik, dan jenis keilmuan apapun via intenet menjadi sangat
mudah dan sangat cepat. Seiring dengan kecepatan pengaksesan data dan intenet,
pemerintah Indonesia mulai tahun 2017 mencanangkan tiga jenis literasi (salah satunya
literasi digital) dalam menghadapi revolusi industry 4.0 (Risdianto, 2019). Konsep literasi
digital tidak hanya bertumpu pada “membaca” namun juga peningkatan kemampuan
untuk menganalisis dan menggunakan informasi-informasi digital yang diperoleh (Aoun,
2017) untuk keperluan yang benar, menghindari hoax, dll.
Dalam hal Pembelajaran di era revolusi industri 4.0, para pendidik dapat
menerapkan model hybrid/blended learning. Blended learning adalah metode yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka dikelas dengan pembelajaran online (Wilson,
2015). Sebagai contoh dari blended learning yaitu penggunaan sistem learning
management system pada sebuah perguruan tinggi ataupun sekolah. Sistem learning
management sistem dapat mempermudah proses pembelajaran karena sitem ini berjalan
secara online jadi siswa dan pengajar tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung.
Mereka dapat melakukan diskusi online, ujian online, dan siswa dapat mengunduh materi
secara online pada sistem. Sistem ini dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

Pada era revolusi industri 4.0 siswa diuntut untuk berfikir kritis oleh karena itu,
pembelajaran case – base Learningatau pembelajaran berbasis kasus menjadi metode
yang bisa diterapkan pada proses pembelajaran. Case-base Learning sendiri merupakan
teknik pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa dalam
menganalisis suatu kasus dan memberikan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut.
Solusi pemecahan kasus tersebut harus relevan dengan refleksi kehidupan sehari-hari.
Case-base learning bertujuan agar siswa terbiasa memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata dengan benar. (Bhakti, 2018).

Sebuah proses pembelajaran tidak lepas dari peran pengajar atau guru untuk itu
pada era revolusi industri 4.0 ini dibutuhkan pengajar yang memiliki core
competenceyang kuat meliputi educational competence, competence in research,
competence for digital, competencein globalization, dan competence in future straties.

Urgensi SOciety 5.0 URGENSI SOCIETY 5.0

Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat.
Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan
berkelanjutan. Orang–orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan pada
waktu yang dibutuhkan.)Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat
yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.
Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan teknologi yang
memunkinkan pengaksesan dalam ruang maya yang terasa seperti ruang fisik. Dalam
teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau mendukung
pekerjaan manusia [8]. Berbeda dengan revolusi industry 4.0 yang lebih menekankan
pada bisnis saja, namun dengan teknologi era society 5.0 tercipta sebuah nilai baru yang
akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin, bahasa dan menyediakan
produk serta layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan
kebutuhan banyak orang. Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah
keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial.
Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0
(berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi
lainnya) akan berkurang. agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan
teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis,
namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.Contoh dari society 5.0
dibidang sosial yaitu dengan penggunaan AI untuk menganalisis big data dari berbagai
informasi seperti satelit buatan, radar cuaca didarat, pengamatan daerah bencana dengan
drone, informasi kerusakan dari sensor bangunan, dan informasi kerusakan dari sensor
bangunan.

Konsep Revolusi Industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial


intelligence) dalam penerapannya. Dikutip dari Cao.go.jp, Society 5.0 adalah revolusi
industri yang dirumuskan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada bulan Maret
2017 di pameran CeBIT, Hannover, Jerman untuk menangani segala permasalahan yang
terjadi di Jepang dan baru diresmikan pada 21 Januari 2019. Dimana pada saat itu Jepang
sedang mengalami sebuah tantangan berkurangnya populasi yang membuat
penduduk/pekerja usia produktif berkurang, sehingga Jepang berusaha memperbaiki
kondisi tersebut dengan menerapkan Society 5.0.

Society 5.0 sendiri menjadi sebuah “solusi” dari Revolusi Industri 4.0, dimana
banyak masyarakat beranggapan bahwa Industri 4.0 akan menggunakan mesin-mesin
berteknologi canggih yang akan menekan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
manusia. Society 5.0 ini diharapkan dapat menciptakan nilai baru melalui perkembangan
teknologi canggih dapat mengurangi adanya kesenjangan antara manusia dengan masalah
ekonomi ke depannya.

Selain LIVE via Zoom dan YouTube acara ini juga menggunakan platform virtual
360° exhibition yang memberikan sebuah experience baru bagi semua peserta, karena
semua peserta dapat melihat-lihat dan mengunjungi booth-booth company yang telah
tersedia. 

2.5. Tata Kelola Pemerintahan menuju Revolusi Industri 5.0

Society 5.0 atau bisa diartikan masyarakat 5.0 merupakan sebuah konsep yang dicetuskan
oleh pemerintah Jepang. Konsep society 5.0 tidak hanya terbatas untuk faktor manufaktur tetapi
juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual (Skobelev &
Borovik, 2017). Society 5.0 memiliki konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh Internet
of things (IoT) (Hayashi) diubah oleh Artifical Inteligence(AI) (Rokhmah, 2019) (Özdemir,
2018) menjadi sesuatu yang dapat membantu masyarakat sehingga kehidupan menjadi lebih baik
(Mathews, 2015). Society 5.0 akan berdampak pada semua aspek kehidupan mulai dari
kesehatan, tata kota, transportasi, pertanian, industri dan pendidikan (Undang-Undang Republik
Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Saat ini pendidikan di Indonesia memasuki era 4.0. Trand pendidikan Indonesia saat ini
yaitu online learning (Ahmad, 2018) yang menggunakan internet sebagai penghubung antara
pengajar dan murid. Perkembangan teknologi rupanya menjadi peluang bisnis dibidang
pendidikan dengan mendirikan bimbel berbasis online (Syarizka, 2019). Selain itu
perkembangan teknologi juga mengubah tatanan pendidikan di Indonesia sebagai contohnya 1)
sejak tahun 2013 sistem ujian nasional berubah dari paper based test menjadi online based tase
(Pakpahan, 2016), 2) sistem penerimaan penerimaan peserta didik baru dari tingkat SD sampai
dengan tingkat Universitas di Indonesia sudah dilakukan sevara online baik dari pendaftaran
sampai dengan pengumuman penerimaan (Daulay, 2019).Peran guru atau pengajar dalam era
Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh hanya menitik beratkan
tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan
keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi namun,
penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi secanggih
apapun (Risdianto, 2019). Dengan lahirnya society 5.0 diharapkan dapat membuat teknologi
dibidang pendidikan yang tidak merubah peran guru ataupun pengajar dalam mengajarkan
pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik. Tujuan penulisan ini yaitu untuk
mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi society 5.0 dibidang pendidikan

Tata kelolah pemerintahan yang baik (Good governance) sudah lama menjadi mimpi
buruk banyak orang di Indonesia. Kendati memahami mereka tentang good governance berbeda-
beda ,namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good
governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yanglebih baik. Banyak diantara
mereka membayangkan bahwa dengan memiliki peraktik good governance yang lebih baik,maka
kualitas pelayanan public menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan
pemerintahan menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga wasyarakat (Dwiyanto,2005).

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama.
Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.Negara berperan memberikan pelayanan
demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang
dapat dipertanggungjawaban kepada publik.Meruju pada 3 (tiga) pilar pembangunan
berkelanjutan.Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan pembangunan manusia. Good
governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak pemerintah (penyelenggara negara), pihak
korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan
kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam
penyelenggaraan negara yang baik.Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi
jawaban besar.Namun dengan keadaan Indonesia saatini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi,
2005).

Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengingatkan pentingnya penyiapan standardisasi


memasuki era kemasyarakatan (society) 5.0, dimana teknologi dan manusia akan mengubah
perkembangan peradaban manusia. Standardisasi itu harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
penduduk Indonesia.
Sementara itu, di era revolusi industri 4.0 sudah ada 223 Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang mendukungnya. Sedangkan untuk mendukung konsep masyarakat 5.0, ada 504 SNI.
Standar tersebut, diantaranya menyangkut keamanan informasi, record management, logistik dan
infrastruktur.
Ketika pemerintah telah berkomitmen mengembangkan good governance atau
ketatapemerintahan yang baik, maka pelayanan publik menjadi salah satu titik
strategis yang harus mendapat perhatian khusus. Terdapat beberapa pertimbangan terkait
hal tersebut :
1) Pelayanan publik adalah ranah dimana negara berinteraksi secara intensif dengan
warganya;
2) Pelayanan publik merupakan ranah dimana berbagai aspek good governance dapat
diartikulasikan secara relatif lebih mudah;
3)Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur ketatapemerintahan.

Di tengah Bangsa Indonesia mempersiapkan pendidikan untuk menghadapi Revolusi


Industri 4.0 saat ini sudah muncul hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu Society 5.0. Society
5.0 didefinisikan sebagai  masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan
kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat
mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. 

Berdasarkan uraian tersebut disebutkan bahwa manusia sebagai pusat tatanan kehidupan
yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi. Seperti kita ketahui ekonomi merupakan hal yang
sangat penting dan vital dalam kehidupan, segala macam hal yang dikembangkan pasti ujungnya
juga untuk meningkatkan atau mengembangkan perekonomian baik dalam lingkup sempit
maupun lingkup luas. 

Berkembang tidaknya kegiatan ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan


sosial masyarakat, hal tersebutlah yang menjadi fokus dalam Society 5.0 ini untuk
mengintegrasikan antara kehidupan dunia nyata dan dunia maya. Kehidupan Dunia maya saat ini
sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari setiap manusia, apalagi dari kehidupan
generasi milenial dan generasi Z. 

Melalui dunia maya sangat memudahkan manusia untuk dapat saling terhubung secara
cepat dan murah. bahkan dunia maya selalu bisa mengubah pola pikir masyarakat dengan
berbagai jenis social media. Dengan adanya Society 5.0 ini manusia di ajarkan untuk dapat
mengintegrasikan  kehidupan antara dunia maya dan dunia nyata dengan baik, sehingga akan
terjadi keselarasan yang berdampak terhadap meningkanya kualitas kehidupan manusia.

Awal kemunculan Society 5.0 berasal dari negara jepang, Konsep ini memungkinkan kita
untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, robot, IoT, dsb) untuk
melayani kebutuhan manusia. Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan masyarakat
dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman.
Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas Revolusi
Industri 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia.

Sebelumnya di jepang juga di kenal Masyarakat Berburu (Society 1.0), Masyarakat


Pertanian (Society 2.0), Masyarakat Industri (Society 3.0) dan Masyarakat Informasi (Society
4.0). Hal ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan revolusi industri 4.0, keduanya sama sama
mengarah pada kecerdasan buatan manusia dalam kehidupan dan tatanan dunia industri. Namun
terdapat beberapa hal yang membedakan sebagai identitas masing-masing jenis ini. 

Dalam Society 5.0, nilai baru yang diciptakan melalui perkembangan teknologi dapat
meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari.
Memang terdengar sulit untuk dilakukan mengingat saat ini masalah tersebut masih saja terjadi
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Namun bukan berarti tidak bisa di lakukan.
Jepang sendiri sudah membuktikan sebagai negara dengan teknologi paling maju saat ini.
Tentunya dengan hal tersebut. Jepang akan terus mengembangkan teknologi hingga konsep
Society 5.0 bisa terealisasikan sepenuhnya.
Pada Society 5.0 masyarakat tidak perlu repot-repot lagi dalam melakukan sesuatu yang
dianggap sulit. Sebagai contoh, pada zaman ini, ketika melakukan pengiriman barang, perlu
waktu berhari-hari hingga barang itu bisa sampai, belum lagi kendala teknis yang
memungkinkan proses pengiriman tersebut menjadi semakin lama. Society 5.0 mencoba
membuat sesuatu yang lebih modern dengan cara menggunakan drone sebagai alat bantu
manusia. Dengan didukung dengan Iot, robot, juga kecerdasan buatan, drone dapat mempercepat
pengiriman barang sehingga waktu yang diperlukan juga lebih singkat dan tentunya
meminimalisir kendala teknis yang ada.

Selanjutnya dalam bidang kesehatan, teknologi AI memungkinkan kita untuk mengetahui


informasi kesehatan keluarga kita, dengan begitu kita tidak perlu cemas ketika sewaktu-waktu
keluarga kita mengalami masalah pada kesehatan kita, karena dengan bantuan AI juga
kecerdasan buatan, dapat memberikan informasi mengenai detak jantung juga tekanan darah.
Society akan sangat berguna pada rumah pintar, jika setiap bangun tidur kita membutuhkan
alarm. Namun AI bisa memastikan apakah kita benar-benar bangun atau tidak, juga ketika rumah
kita sedang ditinggal pergi, AI dapat membuat sistem keamanan seperti CCTV namun dalam
aspek yang lebih modern sehingga rumah bisa lebih aman untuk ditinggali.

Lalu dalam bidang transportasi, sebagian orang pasti mempunyai rumah yang akses
jalannya tidak mendukung dengan transportasi yang ada, sehingga akses rute terkadang tidak
terdapat di internet. Bagi lansia mungkin akan semakin kesulitan mengingat tenaga mereka yang
sudah tidak seperti dulu lagi, dan tentunya akan kesulitan dalam menggunakan teknologi yang
ada. AI dapat memungkinkan kendaraan umum bisa mengakses rute terpencil dan tidak perlu
mengeluarkan biaya yang mahal untuk menyewa supir. AI bisa mendeteksi apakah pengendara
tersebut mengantuk ataupun tidak dalam kondisi yang baik sehingga dapat mengurangi resiko
kecelakaan.

Sebenarnya contoh-contoh kecil dari konsep Society 5.0 sudah ada dan beberapa sudah
kita rasakan. Hanya saja belum terintegrasi satu dengan lainnya. Society 5.0 merupakan suatu
program dimana inovasi yang dilakukan bukan semata hanya mengenal inovasi teknologi
melainkan apa kebutuhan dari masyararakat
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Berbasis GIS di Kendari

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan terhadap bahaya bencana
alam. Kota Kendari merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga rawan terhadap
bahaya bencana alam khususnya banjir. Oleh karena itu, penting untuk menyajikan
informasi tentang daerah rawan bencana banjir yang berbasis Geographic Information
System (GIS)agar masyarakat mengetahui daerah-daerah mana saja yang rawan terhadap
bencana banjir. GIS adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa ,dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau geospasial.Pengembangan GISdapat dikembangkan berbasis
Web menggunakan framework Pmapper. Pengujian GISberbasis Webini menggunakan
metode black box untuk mengetahui aplikasi yang dirancang bekerja sesuai fungsi yang
direncanakan.

Kota Kendari secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa


berada di antara 3054’30” -403’11’’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke
Timur di antara 122023’-122039’ Bujur Timur. Seperti halnya daerah-daerah lain yang
ada di Indonesia, Kota Kendari juga termasuk salah satudaerah yang rawan terhadap
bencana alam. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Kota Kendari adalah
banjir.Tingginya intensitas curah hujan mengakibatkan salah satu sungai yang terdapat di
Kota Kendari yakni Sungai Wanggu meluap sehingga mengakibatkan banjir limpasan.
Kondisi Sungai Wanggu yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan menampung dan mengalirkan air pada kondisi curah
hujan yang tinggi.Selain itu, kondisi saluran drainase yang buruk menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan Kota Kendari sangat rentan terhadap bencana banjir karena di
beberapa daerah memiliki elevasi yang rendah. Hal ini terbukti setiap kali musim hujan
tiba, dibeberapa tempat terjadi genangan air. Banjir tersebut juga disebabkan oleh alih
fungsi daerah resapan air yang menjadi kawasan permukiman.

Geographic Information System (SistemInformasi Geografis) secara umum


adalahsuatu komponen yang terdiri dari perangkatkeras, perangkat lunak, data geografis
dansumber daya manusia yang bekerja bersamasecara efektif untuk memasukan,
menyimpan,memperbaiki, memperbaharui, mengelola,memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisadan menampilkan data dalam suatu informasiberbasis geografis [4].GIS
terdiri dari komponen dengan berbagai karakteristiknya, diantaranya :

a.Perangkat Keras. GIS tersedia di berbagai platformperangkat keras, mulai dari kelas PC
desktop, workstations, hingga multi-user host. Walaupun demikian, fungsionalitas GIS
tidak terikat ketat pada karakteristik fisik perangkat kerasnya hingga keterbatasan memori
pada PC dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi GIS
adalah komputer (PC/CPU), mouse, keyboard, monitor (plus VGA-cardgrafik) yang
beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver,GPS, dan scanner.

b.Perangkat lunak. GIS merupakan sistem perangkat lunak dimana sistem basis datanya
memegang peranan kunci. Pada GIS lama, sub-sistem diimplementasikan oleh modul-
modul perangkat lunak hingga tidak mengherankan jika ada perangkat GIS yang terdiri
dari ratusan program (*.exe) yang dapat dieksekusi tersendiri.

c.Data dan informasi geografis. GIS dapat mengumpulkan dan menyimpan


data/informasi yang diperlukan baik tidak langsung (dengan meng-import-nya) maupun
langsung dengan mendigitasi data spasialnya (on-screean/head-ups) pada layar monitor
atau cara manual dengan digitizerdari peta analog dan memasukkan data atributnya dari
tabel/laporan dengan menggunakan keyboard.d.Manajemen.Proyek GIS akan berhasil
jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang yang memiliki keahlian yang tepat
pada semua tingkatan.

Dari perancangan Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Banjir Berbasis


Webdi Kota Kendari ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1.Sistem yang
dirancangan berjalan dengan baik sesuai kebutuhan.2.Pengolahan data spasial untuk
penentuan daerah rawan banjir di Kota Kendari dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan software Quantum GIS dan SAGA GIS.3.Tersajinya informasi analisis spasial
daerah rawan banjir di Kota Kendari kedalam web.

Saran untuk meningkatkan manfaat dari Sistem Informasi Geografis Daerah


Rawan Banjir berbasis Webdi Kota Kendari ini adalah sebagai berikut :1.Aplikasi yang
dirancang perlu dikembangkan dengan menampilkan data raster(citra Kota kendari) pada
layerweb.2.Untuk mendapatkan ketelitian lebih baik dalam mengidentifikasi daerah
rawan banjir sebaiknya menggunakan data raster DEM SRTM yang memiliki resolusi
lebih tinggi
BAB 4

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Adapun yang menjadi kesimpulannya adalah :

1.Tata kelola pemerintahan yang baik good governance dalam hal Transparansi
pemerintah distrik okhika telah melaksanakan dengan baik. Segi keterbukaan
pemerintah distrik okhika kepada masyarakat dan juga kepada sesama pegawai
pada kantor distrik okhika serta dalam memberikan motivasi, yangkenyataanya
dapat dilihat dari besarnya presentase data responden yang telah diolah. Hasilnya
adalah pemerintah Distrik okhika dianggap sudah mampu menjalankan peranya
sebagai Pelayan Publik dalam hal transparasi kepada masyrakat distrik okhika
dalam menjalankan tugasnya.

2.Tata kelola pemerintahan yang baik Good Governance pada kantor Distrik
Okhika, dalam mewujudkan good governance yaitu Penegagan Hukum. Berdasarkan
penelitian ini menunjukan bahwa baik dalam Penegagan Hukum pemrintah distrik
okhika selalu taat pada aturan Hukum yang berlaku, kepala distrik okhika dan
seluruh staf pemerintah distrik okhika telah mampu mewujudkan prinsip Good
Governancemeskipun masi terdapat kekurangan yang hanya sebagian kecil.
Sumber daya manusia dalam organisasi memiliki perananyang sangat besar untuk
mewujudkan Good Governance yang lebih baik lagi khusunya di kantor Distrik
Okhika Kabupaten Pegunugan Bintang.

3.Tata kelola pemerintahan yang baik good governance pada kantor Distrik
OKhika Kabupaten Pegunungan Bintang . Dalam hal mewujudkan prinsip good
governace tentang Akuntabilitas atau Pertanggung jawaban sangat baik dan
selalu bertanggung jawab dari Pemerintah Distrik okhika kepada masyarakta sang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sutarman, 2012, Pengantar Teknologi Informasi, Jakarta, Bumi Aksara.

Sutabri, T., 2012, Konsep Dasar Informasi, Yogyakarta, Andi

Wibowo, F.T., Ningrum, I.P.dan Pramono, B., 2016,Sistem Informasi Alumni Berbasis
GIS (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo), semanTIK, Vol. 2 No 2. pp :
37-46.

Setiyawidi, Setiawan Iwan, Somantri Lili, 2011, Pemanfaatan Sistem Informasi, 2011,
GEA

Ahmad, I. (2018). Proses Pembelajaran Digital Dalam Era Revolusi Industri


4.0.Direktur Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan. Kemenristek Dikti.

file:///C:/Users/TOKOMI~1/AppData/Local/Temp/7171-27847-1-PB.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/92007-ID-peranan-komunikasi-
pemerintahan-dalam-me.pdf

http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/1588/pdf

https://bsn.go.id/main/berita/detail/10050/sesuaikan-standardisasi-society-5.0-dengan-
kondisi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai