KELOMPOK 3
OLEH :
KENDARI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Good governance memiliki makna tata pemerintahan yang baik terkait dengan
pemerintahan yang bersih (clean governance) dan berwibawa serta bebas Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN) dengan berprinsip pada transparansi, akuntabilitas,
menjunjung tinggi hukum, serta terbukanya partisipasi masyarakat. Untuk mewujudkan
clean and good governance terutama dari segi akuntabilitas dan transparansi publik, maka
dibutuhkan suatu langkah kebijakan yang terarah dalam perubahan sistem kelembagaan
dan ketatalaksanaan melalui pemanfaatan Information and Communication Technologies
(ICT) yaitu e-government atau Pemerintahan Elektronik. Sehingga tujuan
penyelenggaraan e-governmentadalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
3. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemerintah berbasis teknologi komunikasi di
PEMDA Kota Kendari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Awal kajian terhadap pemerintahan Daerah di Indonesia selalu diharapkan pada satu
pertanyaan, apa yang menjadi landasan hukum dari keberadaan pemerintah Daerah di Indonesia?
Sumber utama kebijaksanaan umum yang mendasari pembentukan dan penyelenggaraan
pemerintahan di Daerah adalah Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 dan penjelasannya. Pasal
18 Undang-undang Dasar 1945, sebelum diamendemen menyatakan sebagai berikut. Pembagian
Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-Daerah yang bersifat
istimewa”. Penjelasannya adalah berikut ini.
1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat maka Indonesia tak akan mempunyai
Daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam
Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi akan dibagi pula dalam Daerah yang lebih kecil. Daerah-
Daerah itu bersifat otonom (streek dan locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat Daerah
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
Daerah-Daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan Daerah, oleh karena di
Daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
2. Dalam teritorial Negara Indonesia terdapat + 250 Zelfbesturende landschappen dan
Volkgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun marga di
Palembang. Daerah-Daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap
sebagai Daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan
Daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai Daerah-Daerah itu
akan mengingatkan hak-hak asal-usul Daerah tersebut.
Mengacu pada pasal di atas, terlihat bahwa pasal tersebut tidak memberikan ketegasan
mengenai pemerintahan Daerah sebagai satuan pemerintahan yang otonom. Baru di dalam
penjelasannya dikemukakan bahwa Daerah-Daerah itu bersifat otonom atau bersifat Daerah
administrasi belaka. Hal ini berbeda dengan bunyi Pasal 18 UUD 1945 berdasarkan perubahan
kedua Tahun 2000 sebagai berikut.
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah-Daerah Provinsi dan Daerah
Provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap Provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota memiliki Dewan Perwakilan
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis.
(5) Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang.
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten
dan Kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
Daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya dan sumber daya lainnya
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Konsep pemerintahan daerah berasal dari terjemahan konsep local government yang pada
intinya mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama berarti pemerintah lokal, kedua berarti
pemerintahan lokal, dan ketiga berarti wilayah lokal (Hoessein dalam Hanif, 2007:24).
Pemerintah lokal pada pengertian pertama menunjuk pada organisasi/badan/lembaga yang
berfungsi menyelenggarakan pemerintahan daerah. Dalam konteks ini, pemerintah lokal atau
pemerintah daerah merujuk pada organisasi yang memimpin pelaksanaan kegiatan pemerintahan
daerah, dalam artian ini di Indonesia menunjuk pada Kepala daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Kedua lembaga ini yang menggerakkan kegiatan pemerintahan daerah sehari-
hari.
Oleh karena itu, kedua lembaga ini dimaknai dengan Pemerintah daerah (local
government atau local authority). Pemerintahan lokal pada pengertian kedua menunjuk pada
kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah melakukan kegiatan-kegiatan
pengaturan. Kegiatan ini merupakan fungsi penting yang pada hakikatnya merupakan fungsi
untuk pembuatan kebijakan pemerintah daerah yang dijadikan dasar atau arah dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Hal tersebut sama dengan fungsi pemerintah pusat yang
meliputi fungsi legislatif, fungsi eksekutif dan fungsi yudikatif.
Pemerintahan daerah (local government) hanya melaksanakan fungsi legislatif dan fungsi
eksekutif sedangkan fungsi yudikatif tetap ditangani pemerintah pusat. Fungsi legislatif yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah hakikatnya merupakan fungsi pembuatan kebijakan
pemerintahan daerah. Jadi bukan fungsi legislatif seperti halnya fungsi parlemen di mana dalam
konteks Indonesia fungsi ini dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan fungsi
yudikatif dipegang oleh badan-badan peradilan (Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Pengadilan Negeri dan Pengadilan lainnya) Hoessein berpendapat Istilah legislatif dan eksekutif
juga tidak lazim digunakan pada local government.
Istilah yang lazim digunakan pada local government adalah fungsi pembuatan kebijakan
(policy making function) dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy executing function). Fungsi
pembentukan kebijakan dilakukan oleh pejabat yang dipilih melalui pemilu, sedangkan fungsi
pelaksanaan kebijakan dilakukan oleh pejabat yang diangkat/birokrat lokal (Hoessein dalam
Hanif, 2007:24). Pemerintahan lokal pada pengertian ketiga menunjuk pada wilayah
pemerintahan atau daerah otonom dalam konteks Indonesia Daerah otonom adalah daerah yang
memiliki hak untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang telah diserahkan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Hak mengatur ini diwujudkan
dengan pembuatan peraturan daerah yang pada intinya merupakan kebijakan umum
pemerintahan daerah sedang hak untuk mengurus rumah tangga daerah diwujudkan dalam
implementasi peraturan daerah berupa kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pelaksanaan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan masyarakat. Tjahja Supriatna (dalam
Hanif:2007) yang menyitir pendapat de Guzman dan Taples menjelaskan bahwa unsur-unsur
pemerintahan daerah:
a. Pemerintah daerah adalah subsidi politik dari kedaulatan bangsa dan Negara;
b. Pemerintah daerah diatur oleh hukum;
c. Pemerintah daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih oleh penduduk setempat;
d. Pemerintahan daerah menyelenggarakan kegiatan berdasarkan peraturan perundangan;
e. Pemerintah daerah memberikan pelayanan dalam wilayah yurisdiksinya.
Tata kelola pemerintah yang baik adalah sistem atau cara pengelolahan yang dilakukan
oleh pemerintah apabila hasilnya baik, prosesnya baik, serta berhasil memanajemen jalannya
pemerintahan sesuai dengan prinsip demokrasi.
Indikator pertama dari tata kelola suatu pemerintahan yang baik adalah partisipasi. Dalam
suatu kinerja pemerintahan, maka harus senantiasa ada evaluasi, kritik, saran maupun aspirasi
dari berbagai pihak demi mewujudkan pemerintahan yang ideal. Harapannya lagi tentu saja bisa
semakin memajukan negara Indonesia.
2. Transparansi
Transparansi adalah indikator penting berikutnya demi mewujudkan pemerintahan yang ideal.
3. Koordinasi
Koordinasi merupakan indikator tata kelola pemerintahan yang dinilai baik yakni dalam hal
memastikan adanya keseluruhan pemangku kebijakan untuk benar-benar mempunyai kesamaan
pandangan demi mewujudkan pemerintahan yang ideal.
4. Akunabilitas
Adapun untuk mewujudkan orientasi tersebut, suatu negara harus senantiasa menerapkan
beberapa prinsip pemerintahan yang berkesesuaian dengan UNDP di antaranya ialah sebagai
berikut.
Asas-asas umum pemerintahan sebagaimana yang dimuat dalam UU No.28 Tahun 1998 di
antaranya ialah sebagai berikut.
1. Asas kepastian hukum yang berguna untuk mengutamakan landasan peraturan undang-
undang, kepatuhan maupun kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara yang berfungsi sebagai landasan keteraturan,
kecocokan hingga keseimbangan pengabdian penyelenggaran negara.
3. Asas kepentingan umum yang berfungsi untuk mendahulukan kesejahteraan umum.
4. Asas keterbukaan yang berfungsi untuk membuka diri bagi hak masyarakat untuk
keperluannya serta dengan adanya jaminan perlindungan atas hak asasi mereka.
5. Asas profesionalitas yang berguna untuk mengutamakan keahlian dengan kode etik
sebagai landasan utamanya.
6. Asas akuntabilitas yang berguna untuk menentukan bahwa setiap kegiatan harus
senantiasa dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
7. Asas proporsionalitas yang berguna mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggaraan negara.
Definisi tata kelola pemerintahan atau lebih di kenal dengan dengan good governance,
secara pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku
yang bersifat mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi urusan public untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Dr.sedarmayanti, PT.Mandar
maju ,2003). Good Governance tidak hanya sebatas Pengelolaan lembaga
pemerintahan,namun menyangkut semua baik lembaga pemerintahan maupun non
pemerintahan.
Menurut Bank Dunia yang di kutip Wahab (2002:34). Good Governance adalah suatu konsep
dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan
kewiraswastaan. Selain itu bank dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan
sinergis dan konstruktif di antara Negara, sector dan masyarakat ( effendi, 1996:47).
2. Konsep Good Governance
Konsep good governance sendiri dalam beberapa tahun belakangan ini banyak
dibicarakan dalam berbagai konteks dan menjadi isu yang mengemuka dalam pengelolaan
pemerintahan. Hal ini terjadi karena bagian dari luapan pola-pola lama dalam
penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah
berubah atau dengan kata lain semakin tidak efektifnya pemerintahan disamping semakin
berkembangnya kualitas demokrasi, hak asasi manusia dan partisipasi public dalam
pengambilan kebijakan.
Beberapa pakar dan teoritisi administrasi berpendapat bahwa peranan pemerintah harus
memfokuskan pada upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat selain pemberdayaan
danpembangunan.Pemerintahan dijalankan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang
terbentuk melalui diskusi yang berlangsung dalam ruang public.
Kedaulatan rakyat sebagai sebuah konsep dasar tentang kekuasaan telah menemukan
bentuknya disini.Dalam konteks ini,penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan public tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah, tetapi dituntut adanya
keterlibatan seluruh elemen, baik interen birokrasi, masyarakat dan pihak swasta. Pemikiran
hanya akan terwujud apabila pemerintahan didekatkan dengan yang diperintah atau dengan
kata lain terjadi desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui pemerintahan yang desentralistik,
akan terbuka wadah demokrasi bagi masyarakat lokal untuk berperan dalam menentukan
nasibnya, serta berorentasi kepadakepentingan rakyat melalui pemerintahan daerah yang
terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap tidak mengelak tanggung jawab sebagai prasyarat
terwujudnya pemerintahan yang akuntabel dan mampu memenuhi asas-asas kepatutan dalam
pemerinthan(good governance).
Industry 4.0 pada mulanya berawal dari konsep industri di negara Jerman. Era ini
pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Intinya, Industry 4.0 adalah era
teknologi informasi dengan intermet, smartphone, sensor (IoT), dan koneksi data sebagai
bagiannya. Beralih ke Society 5.0 yang pada mulanya dipromosikan pemerintah Jepang tahun
2015, namun mulai diresmikan pada 21 Januari 2019. Era ini tidak lagi berpusat pada industri,
melainkan berpusat pada orang-orang atau masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai
penggerak, pemerintah Jepang ingin menciptakan masyarakat superpintar dengan Internet of
Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robotic sebagai teknologi utama untuk
menyukseskan Society 4.0.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era dimana teknologi informasi berkembang
pesat dan mewarnai setiap kehidupan manusia. Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan
berkembangnya internet of thingsyang merambah diberbagai bidang kehidupan
masyarakat saat ini. Salah satu nya yaitu dibidang pendidikan. Oleh sebab itu ada
beberapa upaya yang perlu dilakukan 1) revitasisasi kurikulum, 2) pemanfaatan teknologi
informasi yang tepat.
1) Critical thinking
5) Confident
Hadirnya internet dan kecepatan search engine melahirkan gerakan literasi digital.
Pencarian teori, konsep, praktik, dan jenis keilmuan apapun via intenet menjadi sangat
mudah dan sangat cepat. Seiring dengan kecepatan pengaksesan data dan intenet,
pemerintah Indonesia mulai tahun 2017 mencanangkan tiga jenis literasi (salah satunya
literasi digital) dalam menghadapi revolusi industry 4.0 (Risdianto, 2019). Konsep literasi
digital tidak hanya bertumpu pada “membaca” namun juga peningkatan kemampuan
untuk menganalisis dan menggunakan informasi-informasi digital yang diperoleh (Aoun,
2017) untuk keperluan yang benar, menghindari hoax, dll.
Dalam hal Pembelajaran di era revolusi industri 4.0, para pendidik dapat
menerapkan model hybrid/blended learning. Blended learning adalah metode yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka dikelas dengan pembelajaran online (Wilson,
2015). Sebagai contoh dari blended learning yaitu penggunaan sistem learning
management system pada sebuah perguruan tinggi ataupun sekolah. Sistem learning
management sistem dapat mempermudah proses pembelajaran karena sitem ini berjalan
secara online jadi siswa dan pengajar tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung.
Mereka dapat melakukan diskusi online, ujian online, dan siswa dapat mengunduh materi
secara online pada sistem. Sistem ini dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Pada era revolusi industri 4.0 siswa diuntut untuk berfikir kritis oleh karena itu,
pembelajaran case – base Learningatau pembelajaran berbasis kasus menjadi metode
yang bisa diterapkan pada proses pembelajaran. Case-base Learning sendiri merupakan
teknik pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa dalam
menganalisis suatu kasus dan memberikan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut.
Solusi pemecahan kasus tersebut harus relevan dengan refleksi kehidupan sehari-hari.
Case-base learning bertujuan agar siswa terbiasa memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata dengan benar. (Bhakti, 2018).
Sebuah proses pembelajaran tidak lepas dari peran pengajar atau guru untuk itu
pada era revolusi industri 4.0 ini dibutuhkan pengajar yang memiliki core
competenceyang kuat meliputi educational competence, competence in research,
competence for digital, competencein globalization, dan competence in future straties.
Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat.
Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan
berkelanjutan. Orang–orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan pada
waktu yang dibutuhkan.)Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat
yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.
Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan teknologi yang
memunkinkan pengaksesan dalam ruang maya yang terasa seperti ruang fisik. Dalam
teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau mendukung
pekerjaan manusia [8]. Berbeda dengan revolusi industry 4.0 yang lebih menekankan
pada bisnis saja, namun dengan teknologi era society 5.0 tercipta sebuah nilai baru yang
akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin, bahasa dan menyediakan
produk serta layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan
kebutuhan banyak orang. Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah
keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial.
Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0
(berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi
lainnya) akan berkurang. agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan
teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis,
namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.Contoh dari society 5.0
dibidang sosial yaitu dengan penggunaan AI untuk menganalisis big data dari berbagai
informasi seperti satelit buatan, radar cuaca didarat, pengamatan daerah bencana dengan
drone, informasi kerusakan dari sensor bangunan, dan informasi kerusakan dari sensor
bangunan.
Society 5.0 sendiri menjadi sebuah “solusi” dari Revolusi Industri 4.0, dimana
banyak masyarakat beranggapan bahwa Industri 4.0 akan menggunakan mesin-mesin
berteknologi canggih yang akan menekan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
manusia. Society 5.0 ini diharapkan dapat menciptakan nilai baru melalui perkembangan
teknologi canggih dapat mengurangi adanya kesenjangan antara manusia dengan masalah
ekonomi ke depannya.
Selain LIVE via Zoom dan YouTube acara ini juga menggunakan platform virtual
360° exhibition yang memberikan sebuah experience baru bagi semua peserta, karena
semua peserta dapat melihat-lihat dan mengunjungi booth-booth company yang telah
tersedia.
Society 5.0 atau bisa diartikan masyarakat 5.0 merupakan sebuah konsep yang dicetuskan
oleh pemerintah Jepang. Konsep society 5.0 tidak hanya terbatas untuk faktor manufaktur tetapi
juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual (Skobelev &
Borovik, 2017). Society 5.0 memiliki konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh Internet
of things (IoT) (Hayashi) diubah oleh Artifical Inteligence(AI) (Rokhmah, 2019) (Özdemir,
2018) menjadi sesuatu yang dapat membantu masyarakat sehingga kehidupan menjadi lebih baik
(Mathews, 2015). Society 5.0 akan berdampak pada semua aspek kehidupan mulai dari
kesehatan, tata kota, transportasi, pertanian, industri dan pendidikan (Undang-Undang Republik
Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Saat ini pendidikan di Indonesia memasuki era 4.0. Trand pendidikan Indonesia saat ini
yaitu online learning (Ahmad, 2018) yang menggunakan internet sebagai penghubung antara
pengajar dan murid. Perkembangan teknologi rupanya menjadi peluang bisnis dibidang
pendidikan dengan mendirikan bimbel berbasis online (Syarizka, 2019). Selain itu
perkembangan teknologi juga mengubah tatanan pendidikan di Indonesia sebagai contohnya 1)
sejak tahun 2013 sistem ujian nasional berubah dari paper based test menjadi online based tase
(Pakpahan, 2016), 2) sistem penerimaan penerimaan peserta didik baru dari tingkat SD sampai
dengan tingkat Universitas di Indonesia sudah dilakukan sevara online baik dari pendaftaran
sampai dengan pengumuman penerimaan (Daulay, 2019).Peran guru atau pengajar dalam era
Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh hanya menitik beratkan
tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan
keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi namun,
penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi secanggih
apapun (Risdianto, 2019). Dengan lahirnya society 5.0 diharapkan dapat membuat teknologi
dibidang pendidikan yang tidak merubah peran guru ataupun pengajar dalam mengajarkan
pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik. Tujuan penulisan ini yaitu untuk
mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi society 5.0 dibidang pendidikan
Tata kelolah pemerintahan yang baik (Good governance) sudah lama menjadi mimpi
buruk banyak orang di Indonesia. Kendati memahami mereka tentang good governance berbeda-
beda ,namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good
governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yanglebih baik. Banyak diantara
mereka membayangkan bahwa dengan memiliki peraktik good governance yang lebih baik,maka
kualitas pelayanan public menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan
pemerintahan menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga wasyarakat (Dwiyanto,2005).
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama.
Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.Negara berperan memberikan pelayanan
demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang
dapat dipertanggungjawaban kepada publik.Meruju pada 3 (tiga) pilar pembangunan
berkelanjutan.Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan pembangunan manusia. Good
governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak pemerintah (penyelenggara negara), pihak
korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan
kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam
penyelenggaraan negara yang baik.Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi
jawaban besar.Namun dengan keadaan Indonesia saatini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi,
2005).
Berdasarkan uraian tersebut disebutkan bahwa manusia sebagai pusat tatanan kehidupan
yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi. Seperti kita ketahui ekonomi merupakan hal yang
sangat penting dan vital dalam kehidupan, segala macam hal yang dikembangkan pasti ujungnya
juga untuk meningkatkan atau mengembangkan perekonomian baik dalam lingkup sempit
maupun lingkup luas.
Melalui dunia maya sangat memudahkan manusia untuk dapat saling terhubung secara
cepat dan murah. bahkan dunia maya selalu bisa mengubah pola pikir masyarakat dengan
berbagai jenis social media. Dengan adanya Society 5.0 ini manusia di ajarkan untuk dapat
mengintegrasikan kehidupan antara dunia maya dan dunia nyata dengan baik, sehingga akan
terjadi keselarasan yang berdampak terhadap meningkanya kualitas kehidupan manusia.
Awal kemunculan Society 5.0 berasal dari negara jepang, Konsep ini memungkinkan kita
untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, robot, IoT, dsb) untuk
melayani kebutuhan manusia. Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan masyarakat
dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman.
Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas Revolusi
Industri 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia.
Dalam Society 5.0, nilai baru yang diciptakan melalui perkembangan teknologi dapat
meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari.
Memang terdengar sulit untuk dilakukan mengingat saat ini masalah tersebut masih saja terjadi
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Namun bukan berarti tidak bisa di lakukan.
Jepang sendiri sudah membuktikan sebagai negara dengan teknologi paling maju saat ini.
Tentunya dengan hal tersebut. Jepang akan terus mengembangkan teknologi hingga konsep
Society 5.0 bisa terealisasikan sepenuhnya.
Pada Society 5.0 masyarakat tidak perlu repot-repot lagi dalam melakukan sesuatu yang
dianggap sulit. Sebagai contoh, pada zaman ini, ketika melakukan pengiriman barang, perlu
waktu berhari-hari hingga barang itu bisa sampai, belum lagi kendala teknis yang
memungkinkan proses pengiriman tersebut menjadi semakin lama. Society 5.0 mencoba
membuat sesuatu yang lebih modern dengan cara menggunakan drone sebagai alat bantu
manusia. Dengan didukung dengan Iot, robot, juga kecerdasan buatan, drone dapat mempercepat
pengiriman barang sehingga waktu yang diperlukan juga lebih singkat dan tentunya
meminimalisir kendala teknis yang ada.
Lalu dalam bidang transportasi, sebagian orang pasti mempunyai rumah yang akses
jalannya tidak mendukung dengan transportasi yang ada, sehingga akses rute terkadang tidak
terdapat di internet. Bagi lansia mungkin akan semakin kesulitan mengingat tenaga mereka yang
sudah tidak seperti dulu lagi, dan tentunya akan kesulitan dalam menggunakan teknologi yang
ada. AI dapat memungkinkan kendaraan umum bisa mengakses rute terpencil dan tidak perlu
mengeluarkan biaya yang mahal untuk menyewa supir. AI bisa mendeteksi apakah pengendara
tersebut mengantuk ataupun tidak dalam kondisi yang baik sehingga dapat mengurangi resiko
kecelakaan.
Sebenarnya contoh-contoh kecil dari konsep Society 5.0 sudah ada dan beberapa sudah
kita rasakan. Hanya saja belum terintegrasi satu dengan lainnya. Society 5.0 merupakan suatu
program dimana inovasi yang dilakukan bukan semata hanya mengenal inovasi teknologi
melainkan apa kebutuhan dari masyararakat
BAB 3
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan terhadap bahaya bencana
alam. Kota Kendari merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga rawan terhadap
bahaya bencana alam khususnya banjir. Oleh karena itu, penting untuk menyajikan
informasi tentang daerah rawan bencana banjir yang berbasis Geographic Information
System (GIS)agar masyarakat mengetahui daerah-daerah mana saja yang rawan terhadap
bencana banjir. GIS adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa ,dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau geospasial.Pengembangan GISdapat dikembangkan berbasis
Web menggunakan framework Pmapper. Pengujian GISberbasis Webini menggunakan
metode black box untuk mengetahui aplikasi yang dirancang bekerja sesuai fungsi yang
direncanakan.
a.Perangkat Keras. GIS tersedia di berbagai platformperangkat keras, mulai dari kelas PC
desktop, workstations, hingga multi-user host. Walaupun demikian, fungsionalitas GIS
tidak terikat ketat pada karakteristik fisik perangkat kerasnya hingga keterbatasan memori
pada PC dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi GIS
adalah komputer (PC/CPU), mouse, keyboard, monitor (plus VGA-cardgrafik) yang
beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver,GPS, dan scanner.
b.Perangkat lunak. GIS merupakan sistem perangkat lunak dimana sistem basis datanya
memegang peranan kunci. Pada GIS lama, sub-sistem diimplementasikan oleh modul-
modul perangkat lunak hingga tidak mengherankan jika ada perangkat GIS yang terdiri
dari ratusan program (*.exe) yang dapat dieksekusi tersendiri.
1.Tata kelola pemerintahan yang baik good governance dalam hal Transparansi
pemerintah distrik okhika telah melaksanakan dengan baik. Segi keterbukaan
pemerintah distrik okhika kepada masyarakat dan juga kepada sesama pegawai
pada kantor distrik okhika serta dalam memberikan motivasi, yangkenyataanya
dapat dilihat dari besarnya presentase data responden yang telah diolah. Hasilnya
adalah pemerintah Distrik okhika dianggap sudah mampu menjalankan peranya
sebagai Pelayan Publik dalam hal transparasi kepada masyrakat distrik okhika
dalam menjalankan tugasnya.
2.Tata kelola pemerintahan yang baik Good Governance pada kantor Distrik
Okhika, dalam mewujudkan good governance yaitu Penegagan Hukum. Berdasarkan
penelitian ini menunjukan bahwa baik dalam Penegagan Hukum pemrintah distrik
okhika selalu taat pada aturan Hukum yang berlaku, kepala distrik okhika dan
seluruh staf pemerintah distrik okhika telah mampu mewujudkan prinsip Good
Governancemeskipun masi terdapat kekurangan yang hanya sebagian kecil.
Sumber daya manusia dalam organisasi memiliki perananyang sangat besar untuk
mewujudkan Good Governance yang lebih baik lagi khusunya di kantor Distrik
Okhika Kabupaten Pegunugan Bintang.
3.Tata kelola pemerintahan yang baik good governance pada kantor Distrik
OKhika Kabupaten Pegunungan Bintang . Dalam hal mewujudkan prinsip good
governace tentang Akuntabilitas atau Pertanggung jawaban sangat baik dan
selalu bertanggung jawab dari Pemerintah Distrik okhika kepada masyarakta sang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, F.T., Ningrum, I.P.dan Pramono, B., 2016,Sistem Informasi Alumni Berbasis
GIS (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo), semanTIK, Vol. 2 No 2. pp :
37-46.
Setiyawidi, Setiawan Iwan, Somantri Lili, 2011, Pemanfaatan Sistem Informasi, 2011,
GEA
file:///C:/Users/TOKOMI~1/AppData/Local/Temp/7171-27847-1-PB.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/92007-ID-peranan-komunikasi-
pemerintahan-dalam-me.pdf
http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/1588/pdf
https://bsn.go.id/main/berita/detail/10050/sesuaikan-standardisasi-society-5.0-dengan-
kondisi-indonesia