Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andi Nurul Hudayah

Kelas : B-2

Gambaran Best Practice E-government ditingkat Nasional

Setelah melihat bagaimana lembaga- lembaga non pemerintah mendefinisikan e government,


maka ada baiknya dikaji pula bagaimana sebuah pemerintahan menggambarkannya. Pemerintah
federal Amerika serikat mendefinisikan e-Government secara ringkas, padat dan jelas, yaitu: e-
Government refers to the delivery of government information and service online through the internet
or other digital means (dalam Idrajit, ibid). Sementara itu, Nevada, salah satu negara bagian di
Amerika Serikat, mendefinisikan e-Government sebagai:

a) online service that eradicate the traditional barriers that prevent citizens and businesses from using
govermnent services and replace those barries with convenient access;
b) government operations for internal constituences that simplify the operational demands of
goverrnment for both agencies and employess (dalam Idrajit, ibid). Pemerintah New Zealand
melihat e-government sebagai fenomena sebagai berikut: e- government is a way for government
to use the new technologies to provide peole with more convenient access to government
information and services, to improve the quality of the service and to provide greater opportunities
to participate in our democratic institutions and processes" (dalam Idrajit, 2002:4).

Italy mungkin termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan detail dalam
mendefinisikan e-Government, yaitu: the use of modern ICT in the modernization of aur
administration, which comprise the following classes of action:

a) computerization, designed to enhance operational efficienscy within individual departemens and


agencies;
b) computerization of service to citizen and firms, oten implying integration among the services of
different departemens and agencies; dan (c) provision of ICT access to final users of government
services and information (dalam Idrajit, ibid).
Dengan kata lain secara umum e- government sendiri adalah sistem manajemen informasi dan
manajemen layanan masyarakat berbasis internet (Purbokusumo, ibid). Walaupun terdapat definisi
yang berbeda-beda, namun dalam definisi di atas terdapat beberapa kesamaan dalam hal karakteristik
dari definisi E- Government yaitu: (a) merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern)
pemerintah, baik terhadap pihak internal pemerintahan sendiri maupun dengan pihak eksternal
pemerintahan seperti instansi pemerintah lain, masyarakat, dan swasta atau kalangan yang
berkepentingan (stakeholders); (b) melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ICT
(terutama internet) sebagai alat; (c) tujuan adalah untuk meningkatkan kualitas layanan, efisiensi,
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas; (d) adapun obyeknya adalah Layanan pemerintah.

Pada intinya electronic government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini
kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti : G2C (Government to Citizen), GTB
(Government to Business Enterprises), dan G2G (Government to Government/inter- agency
relationship). Ada juga yang menambahkan satu lagi bentuk relasi tersebut yaitu G2E (Government to
Employees ). Adapun bentuk interaksi antar pelaku seperti pada gambar di bawah ini :

Government to Citizens (G2C)


Tipe G2C ini merupakan aplikasi e- government yang paling umum, yaitu di mana
pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan
utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan
utama dari dibangunnya aplikasi e-government bertipe G2C adalah untuk mendekatkan pemerintah
dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.

Government to Business (G2B)


Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan
bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam melakukan aktivitas sehari- harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan
banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Di samping itu, yang bersangkutan
juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan
kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik
antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi
bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat
menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta.

Government to Government (G2G)

Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negar untuk saling
berkomunikasi secara intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah
dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal- hal yang berbau diplomasi semata,
namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negra dan kerjasama antar entiti-entiti
negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal hal yang berkaitan
dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan
lain sebagainya.

Electronic government ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara. Menurut Setiayadi
(2003:10) contohnya-contohnya antara lain:
a) penyedian sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat. Informasi
ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun
dari internet (yang dapat diakses oleh masyarakat dimana pun dia berada). Informasi ini dapat
berupa informasi potensi daerah sehingga calon investor dapat mengetahui potensi tersebut.
Informasi- informasi tentang berapa pendapatan daerah, komoditas unggulan daerah, jumlah
perguruan tinggi di daerah, dan kondisi kualitas sumber daya manusia di daerah dapat diperoleh
masyarakat secara cepat melalui web site daerah. Tersedianya informasi seperti itu akan menjadi
penentu keberhasilkan dalam persaingan di era globalisasi informasi;
b) penyediaan mekanisme akses melaui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan juga
di tempat umum. Usaha penyedian akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan
untuk mendapatkan informasi;
c) e-procurement dimana pemerintah daat melakukan tender secara on-line dan transparan. Adanya
Electronic government ini akan membawa banyak manfaat, Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003
tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government ( dalam Setiadi, 2003)
bahwa manfaat e- government antara lain :
1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari
dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor,
rumah, atau dari mana saja tanpa harus secara fisik datang ka kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya
keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih
baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi
yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat mementukan pilihannya. Sebagai
contoh, data- data tentang persekolahan (jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan
sebagainya) dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan
sekolah yang pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui email atau bahkan video conferencing. Bagi Indonesia yang luas areanya
sangat besar, hal ini sangat membantu.Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah
dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua
harus terbang ke jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam. Di
samping itu, dengan menggunakan teknologi on line, banyak proses yang dapat dilakukan
dalam format digital, al ini akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paperwork), sehingga
proses akan menjadi lebih efisen dan hemat ((Purbokusumo, 2005 : 83).
5. Membantu mengintegrasikan pengetahuan(knowledge), informasi dan aktivitas dalam proses
pemerintahan; mengurangi biaya-biaya operasi atau pungutan liar; meningkatkan tranparansi
kepada publik; dan peningkatan kinerja melalui koordinasi dengan instansi terkait dan
penggunaan data bersama (data sharing) yang lebih mudah, murah dan cepat ( Jogiyanto,
2003:4).

Di samping itu, kehadiran e- government dalam sistem tata pemerintahan dalam berbagai
tingkat pada dasarnya adalah solusi bagi masalah-masalah pemerintahan seperti adanya kelambanan
dalam pelayanan publik akibat adanya hirarkhi yang pangang dan prosedur yang kompleks; kualitas
kebijakan yang buruk yang diakibatkan oleh informasi tidak tersedia pada saat dibutuhkan,
manajemen informasi yang buruk serta alur informasi hanya bersifat vertikal dan tidak horizontal;
KKN dan kebocoran yang tinggi akibat efektivitas pengawasan dan monitoring yang rendah; dan
adanya investasi dari luar yang rendah sebagai akibat dari tidak tersedianya data potensi sumberdaya
dan pasar tidak tersedia serta biaya investasi yang tinggi.
Adanya e-government ini menurut Dwiyanto (2003) akan memberikan manfaat yaitu :
1. E-government menyederhanakan hirarkhi dan memperbaiki kualitas informasi sehingga
hubungan antara bawahan menjadi terbuka dan langsung, kualitas dan kecepatan informasi
menjadi lebih baik, pengambilan keputusan bisa memanfaatkan informasi secara optimal, dan
respon pemerintah menjadi lebih baik dan tepat.
2. E-government memperbaiki kualitas kebijakan dan legitimasi pemerintah meningkat,
sehingga kebijakan pemerintah menjadi information-based dan efektif.
3. E-government membantu mengorganisir data, menganalisis, dan memperbaharui data secara
lebih mudah sehingga informasi mengenai potensi daerah bisa diperoleh dengan mudah.
4. E-government membuat transparansi dan akuntabilitas pemerintah dan pelayanan menjadi
takterhindarkan.
5. E-government mempercepat terwujudnya good governance.
Suksesnya pelaksanaan e- government di suatu pemerintah dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Garnham (2000) memperkirakan faktor non teknis
seperti adanya visi, misi, sasaran, dan strategi yang dinyatakan dengan jelas dan dilaksanakan dengan
dukungan penuh dari pimpinan nasional lebih dominan dalam mempengaruhi keberhasilan e-
government dari pada faktor teknis (dalam Setiadi, tanpa tahun, hal.8). Hal ini dapat dimaklumi,
karena pada dasarnya dalam faktor- faktor teknis dihubungkan dengan alat yang bersifat statis,
sementara dalam faktor nen teknis berkaitan dengan manusia yang memiliki berbagai karakter dan
latar belakang kepentingan yang berbeda. Bila visi, definisi dan leadership sudah dimiliki, faktor
berikut yang menentukan dalam suksesnya implementasi e-government adalah kesepakatan mengenai
sasaran yang ingin dicapai dengan e-government. Secara bijak Amartya Sen, ekonomi pemenang
hadiah nobel ekonomi, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat (means) bukan tujuan (ends).
Kesalahan dalam menetapkan tujuan membawa kita terjebak pada keberhasilan semu. Dengan
pola Pikir Sen ini, kita harus berani mengatakan bahwa tujuan kita membangun e- government buka
agar semua instansi pemerintah terotomatisasi, atau terintegrasi satu dengan lainnya melalui Internet,
atau agar terbangun sistem pelayan publik secara online, namun lebih besar dari itu, yakni sebagai
sarana untuk menyejahterakan masyarakat. Kejelasan sasaran dan pemahaman serta konsistensi semua
pelaku terhadap tercapainya sasaran inilah yang perlu disepakati sejak awal suatu pemerintah
merencanakan membangun e-government. Jika tidak, yang akan terbentuk adalah aplikasi- aplikasi
telematika yang dibangun tanpa mengindahkan harmonisasi dan sinergi dengan elemen pemerintah
lainnya.
Selain itu, faktor keberhasilan lainnya adalah adanya strategi implementasi yang jelas.
Strategi ini di sini diibaratkan sebagai beberapa ekor kuda penarik sebuah kereta. Bila tidak ada kuda
yang bergerak, maka kereta akan tetap tingal diam, sebaliknya bila kuda-kuda tersebut dibiarkan
bergerak liar, maka laju kereta tidak terkendali da penumpang dalam keadaan bahaya.
Kemampuan menentukan strategi dan sekaligus mengendalikan sumber daya ketika
menjalankan e-government menjadi faktor pendukung suskes tidaknya implementasi e-government.
Beberapa strategi tersebut yaitu
a) Strategi Integrasi Proses dan Teknologi,
b) Strategi yang berkaitan dengan Pembangunan Ekonomi,
c) Strategi yang berkaitan dengan upaya Demokratisasi,
d) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun komunitas,
e) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun koordinasi intra dan antar-instansi pemerintah,
f) Strategi yang berkaitan dengan perlunya tersedia kebijakan pendukung,
g) Strategi yang berkaitan dengan upaya penyediaan infrastruktur Internet dan aplikasi e-government
(lebih lengkap lihat Setiadi , Ibid, hal.11-13).
Sementara itu, menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki
dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah Support, Capacity,
dan Value (Indrajit, 2003:15).

Penerapan e-government di setiap lembaga pemerintah mengacu kepada pentahapan


pengembangan e-government secara nasional, dan disesuaikan dengan kondisi yang ada disetiap
lembaga pemerintah yang mencakup:

a. prioritas layanan elektronik yang akan diberikan;


b. kondisi infrastruktur informasi yang dimiliki;
c. kondisi kegiatan layanan saat ini;
d. kondisi anggaran dan sumber daya manusia yang dimiliki.
Jangka waktu penerapan e-government di setiap lembaga pemerintah bervariasi sesuai dengan
kondisi yang ada, tetapi tetap dalam kerangka rencana penerapan e-government secara nasional.
Pengtahapan dalam penerapan e-government di setiap lembaga pemerintah mengikuti:
- Tingkat Persiapan, antara lain:
1. pembuatan situs web pemerintah (lihat buku Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah
Daerah) di setiap lembaga;
2. pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia menuju penerapan e-government;
3. penyediaan sarana akses publik antara lain dalam bentuk Mulipurpose Community Center (MCC),
Warung dan kios Internet, dan lain-lain;
4. sosialisasi keberadaan layanan informasi elektronik, baik untuk publik maupun penggunaan
internal;
5. pengembangan motivasi kepemimpinan (e-leadership) dan kesadaran akan pentingnya manfaat e-
government (awareness building);
6. penyiapan peraturan pendukung.
- Tingkat Pematangan, antara lain:
1. pembuatan situs informasi layanan publik interaktif, antara lain dengan menambahkan fasilitas
mesin pencari (search engine), fasilitas tanya jawab dan lain-lain;
2. pembuatan hubungan dengan situs informasi lembaga lainnya (hyperlink).
- Tingkat Pemantapan, antara lain:
1. Penyediaan fasilitas transaksi secara elektronik antara lain dengan menambahkan fasilitas
penyerahan formulir, fasilitas pembayaran dan lain-lain;
2. penyatuan penggunaan aplikasi dan data dengan lembaga lain (interoperabilitas).
- Tingkat Pemanfaatan, antara lain :
1. pembuatan berbagai aplikasi untuk pelayanan G2G (Governmen to Government), G2B
(Government to Bussines) dan G2C (Govern-ment to Community) yang terintegrasi;
2. pengembangan proses layanan e-Government yang efektif dan efisien; penyempurnaan menuju
kualitas layanan terbaik (best practice)

Anda mungkin juga menyukai