ABSTRAK
Penyelenggaraan pemerintahan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
perkembangannya dikenal sebagai e-Government. E-Government adalah proses pemanfaatan
teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih
efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian e-Government; yang pertama adalah
penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan, yang kedua,
tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efisien, dalam makalah ini
membahas tingkat kinerja dan efektivitas situs website pada kementerian. Ruang lingkup pada
makalah ini adalah situs Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Kementerian Luar Negeri. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah kualitatif deskriptif
dimana sumber data adalah data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah masing-masing website
menunjukkan telah memberikan manfaat dan informasi yang dibutuhkan oleh audience, dan setiap
website telah menyampaikan informasi yang terbuka bagi audience, seperti laporan keuangan dan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, serta tahapan yang telah dicapai oleh website Kementerian
Keuangan ada pada Tahapan Transaction, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahapan
Interaction, dan Kementerian Luar Negeri juga di tahapan Interaction.
Kata Kunci : e-Government, audience, content, interactivity, usability, innovation, transparansi
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (information and
communication technology) menjadi topik yang banyak diperbincangkan saat ini terlebih
apabila dikaitkan dengan otonomi daerah dan fungsi pemerintah. Pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi merupakan peluang baru bagi pemerintah karena dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
dapat dicapai efisiensi dan efektivitas proses kerja pemerintah. Hal ini kemudian mengarah
pada terwujudnya perbaikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Di negara-negara maju, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, transparansi,
dan akuntabilitas proses pemerintahan maka teknologi informasi dan komunikasi telah
dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mencapai peningkatan tersebut. Berbagai aplikasi
diciptakan dalam mewujudkan sistem kerja yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Kebutuhan untuk meningkatkan proses kerja yang cepat, tepat, dan akurat menuntut
pemerintah untuk secepatnya dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi. Penyelenggaraan pemerintahan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam perkembangannya dikenal sebagai e-Government.
E-Government adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal
utama dalam pengertian e-Government di atas; yang pertama adalah penggunaan teknologi
informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan, yang kedua, tujuan
pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efisien (Sosiawan, 2008).
Kendati demikian, e-Government bukan berarti mengganti cara pemerintah dalam
berhubungan dengan masyarakat. Dalam konsep e-Government, masyarakat masih bisa
berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara melalui telepon untuk mendapatkan
pelayanan pemerintah, atau mengirim surat. Jadi, e-Government sesuai dengan fungsinya,
adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara
pemerintah dan pihak-pihak lain. Simpulannya e-Government adalah upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.
Secara tradisional e-Government menjadi perlu dan penting untuk dilaksanakan
karena biasanya interaksi antara seorang warga negara atau institusi sosial dengan badan
pemerintah selalu berlangsung di kantor-kantor pemerintahan. Namun seiring dengan
pemunculan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin memungkinkan untuk
mendekatkan pusat-pusat layanan pemerintah kepada setiap klien.
E-Government memberikan peluang baru untuk meningkatkan kualitas pemerintahan,
dengan cara ditingkatkannya efisiensi, layanan-layanan baru, peningkatan partisipasi warga
dan adanya suatu peningkatan terhadap global information infrastructure. Dengan demikian
e-Government akan meningkatkan kualitas pelayanan informasi publik sebagai jalan untuk
mewujudkan good government. Melalui e-Government, pelayanan pemerintah akan
berlangsung secara transparan, dapat dilacak prosesnya, sehingga dapat dianggap akuntabel.
Unsur penyimpangan dapat dihindarkan dan pelayanan dapat diberikan secara efektif dan
efisien.
LANDASAN TEORI
World Bank mendefinisikan e-Government sebagai berikut: e-Government refers to
the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the
Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and other arms of government. Sedangkan menurut UNDP (United Nation
Development Program) mendefinisikan e-Government secara lebih sederhana, yaitu: eGovernment is the application of Information and Communication Technology (ICT) by
government agencies (World Bank dalam Indrajit, 2002: 2).
Pengertian lain, e-Government merupakan suatu proses sistem pemerintahan dengan
memanfaatkan ICT (information, communication and technology) sebagai alat untuk
memberikan kemudahan proses komunikasi dan transaksi kepada warga masyarakat,
organisasi bisnis dan antara lembaga pemerintah serta staff-nya. Sehingga dapat dicapai
efisiensi, efektivitas, transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakatnya. Dengan konsep pengembangan menyangkut hubungan Government to
Government (G2G), Government to Business (G2B) dan Government to Citizen (G2C)
(Hartono, 2010). Beberapa pengamat juga mengidentifikasi sektor keempat yaitu,
Government to Employee (G2E). Sejak operasi, G2E cenderung berfokus pada kegiatan
administratif internal, mereka dapat dianggap sebagai bagian dari sektor G2G (Seifert &
Bonham, 2003 dalam Wahid, 2008).
Inpres no. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan EGovernment menjelaskan bahwa pengembangan e-Government merupakan upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan eGovernment dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan
teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu :
(1)
(2)
Untuk mengembangkan e-Government, ada empat fase yang diusulkan oleh World
Bank yakni Presence (kehadiran), Interaction (Interaksi), Transaction (Transaksi), dan
Transformation (Transformasi) (The World Bank, 2002). Model yang hampir sama
dikemukakan Gartner Research (Gupta, 2004:58) mengajukan model The Value Chain Of EService, yang menetapkan empat tahap yang secara khusus dikembangkan dalam konteks eGovernance.
tentang kualitas situs e-Government, yaitu: audience, content, interactivity, usability dan
innovation (Indrajit, 2006:53).
E-Government di Indonesia
Di Indonesia, e-Government diperkenalkan oleh Instruksi Presiden Nomor 3/2003
pada Juli 2003, dengan tujuan mendukung perubahan pemerintah terhadap praktik
pemerintahan yang demokratis, untuk memfasilitasi komunikasi antara pemerintah pusat dan
daerah, untuk meningkatkan transparansi, serta mengontrol dan memastikan akuntabilitas
terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik, dan untuk memungkinkan transformasi
menuju era masyarakat informasi (Haryono & Widiwardono, 2003 dalam Wahid, 28).
Instruksi Presiden berisi kebijakan nasional dan strategi yang berkaitan dengan
pengembangan e-Government di Indonesia.
Sebelum pengenalan instruksi pemerintah daerah telah mengambil inisiatif untuk
mengembangkan e-Government tanpa pedoman dari otoritas pusat. Pengembangan solusi eGovernment nasional di Indonesia dikelola oleh Departemen Komunikasi dan Informatika.
Menurut data dari Bank Dunia (2005), tawaran hadir di Indonesia dari konten dan layanan
oleh pemerintah melalui web masih buruk dan peringkat negara dalam hal kehadiran web
pemerintah lebih rendah dari kebanyakan negara-negara Asia lainnya kecuali Bhutan,
Bangladesh dan Sri Lanka. Peringkat rendah ini tidak masuk akal bagi pemerintah nasional
yang melayani negara besar yang memiliki bahasa terpadu dan tingginya tingkat melek huruf
dan pendidikan (World Bank, 2005 dalam Wahid, 2008).
Inpres no. 3 tahun 2003 menginstruksikan bahwa pemerintah dapat mengoptimasikan
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi
birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan
instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua
informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian
seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.
Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing institusi atau unit
pemerintahan agar proses transformasi menuju e-Government dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Aspek Penting Dalam Membangun Website E-Government
Goldschmidt dalam kutipan buku yang berjudul e-Government in action,
mengemukakan adanya aspek penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
pembutan website pemerintah agar teknologi tersebut dapat secara efektif menunjang fungsi
dan peranan e-Government. Aspek yang harus diperhatikan dalam membangun website
terbagi ke dalam lima (5) aspek, antara lain adalah audience, content, interactivity, usability
dan innovation (dalam Indrajit, 2005:53).
Website pada hakikatnya adalah merupakan alat berkomunikasi. Komunikasi pada
website terjadi secara efektif apabila kita mengetahui target atau audience lawan bicara
dengan tepat. Audience pada website e-Government terbagi kedalam dua tipe, yaitu seekers
dan recruits. Seekers merupakan orang-orang yang berkunjung ke website dengan alasannya
dan/atau tujuannya masing-masing yang kesemuanya bermuara pada pemenuhan terhadap
kebutuhan akan informasi atau pelayanan tertentu (Indrajit, 2005: 54). Recruits adalah
kumpulan dari orang-orang yang menjadi target komunikasi dari pemerintah (Indrajit, 2005:
54). Berdasarkan pengertian diatas, pemerintah harus dapat mendefinisikan dan menentukan
siapa saja yang menjadi seekers dan recruits dalam website nya.
Setelah memahami audience pada website e-Government, barulah dibangun dan
dikembangkan jantung dari sebuah website yaitu content. Content adalah isi yang akan
dikomunikasikan melalui website. Content yang dibangun pemerintah dalam sebuah website
antara lain adalah:
1. Membantu audience dan stakeholders dalam memenuhi kebutuhannya terkait dengan
pelayanan prima yang ditawarkan melalui website.
2. Menunjang pencapaian visi, misi, tujuan, dan obyektif dari pemerintah terkait.
3. Menggalang hubungan atau relasi yang kuat dengan para pengunjung website.
4. Menarik perhatian para calon pengunjung agar berminat menjadi audience yang setia
mengakses website.
5. Menyediakan semua jawaban terhadap kebutuhan informasi audience.
6. Menghemat waktu dan biaya dari audience dalam berkomunikasi dengan
pemerintahnya.
7. Memperkuat keterlibatan publik dalam proses pemerintahan.
8. Memperkuat tingkat kepercayaan publik melalui proses keterbukaan yang demokratis.
(Indrajit, 2005: 54-55)
Content dalam aspek pembangunan website e-Government menjelaskan bahwa
adanya content atau isi dalam sebuah website harus dapat memenuhi kebutuhan audience dan
stakeholder terkait terhadap informasi atau pelayanan yang dibutuhkan. Aspek lain yang
harus diperhatikan dalam membangun website e-Government selain audience dan content
adalah interactivity. Interactivity merupakan komunikasi yang bersifat dua arah dalam arti
terselenggaranya transaksi pertukaran data dari dua belah pihak secara bergantian.
Interactivity pada sebuah website e-Government antara lain dapat dilakukan dengan
electronic mail dan mailing list, online surveys atau online poliis,bulleting boards, chat
rooms, newsletters atau newsgroups maupun feedback dan comment forms dan lain
sebagainya.
Audience yang jelas, content yang berkualitas dan interactivity yang baik tidak ada
artinya jika website yang dibangun sangat sulit untuk digunakan (tidak user friendly).
Elemen-elemen yang harus dimiliki sebuah website agar tingkat usability-nya tinggi antara
lain adalah:
1) Sistem pengorganisasian content atau isi website haruslah memiliki aristektur yang
jelas dan terstruktur secara logis
2) Navigasi yang diterapkan dalam website haruslah mudah cara pengoperasiannya
3) Isinya harus up-to-date dalam arti kata selalu diperbaharui sehingga relevan dengan
kebutuhan
4) Waktu untuk menampilkan satu halaman penuh website haruslah cepat (disarankan
tidak lebih dari 10 detik), sehingga perlu dipertimbangkan ukuran memori total dari
sebuah desain website
5) Tampilan website haruslah menarik dalam arti kata memiliki desain grafis yang sesuai
dengan karakteristiknya audience nya
6) Website haruslah dapat dinikmati oleh semua orang, terlepas dari faktor perbedaan usia,
agama, bahasa, maupun hal-hal lain yang terdapat di dalam masyarakat
7) Unsur privasi harus pula diperhatikan dalam arti kata para penggunaan website merasa
yakin bahwa tidak hal-hal yang akan merugikan dirinya terkait dengan isu keamanan
berinteraksi secara digital ketika mengakses website.
(Indrajit, 2005:56).
Pembangunan website e-Government berdasarkan usability adalah dengan
memperhatikan kebutuhan publik atas layanan yang diharapkan. Website e-Government
dilihat dari aspek usability harus mengetahui dan memperhatikan kebutuhan pengguna
website agar menarik minat pengguna website untuk selalu mengakses. Pada dasarnya
tampilan website harus terstruktur secara logis, mudah dalam pengoperasian, informasi yang
diberikan merupakan informasi terbaru, loding yang tidak terlalu lama, desain grafis dari
tampilan website harus sesuai dengan karaktristik pengguna website, dapat dinikmati oleh
semua orang dan keamanan yang terjamin bagi penggunanya.
Aspek yang harus diperhatikan selain aspek audience, content, interactivity, usability
adalah aspek innovation. Aspek inovasi dalam hal ini adalah sebuah aspek dimana terdapat
ide-ide yang kreatif dari para pembuat website yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat meningkatkan konteks penggunaan website bagi pengunjungnya (Indrajit, 2005:57).
Aspek website e-Government berdasarkan inovasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
keleluasaan search engine, video camera maupun jejak pendapat secara online yang
dilakukan pengguna terhadap website yang bersangkutan atas informasi dan komunikasi yang
dilakukan dan diharapkan. Lima aspek pembangunan website e-Government yaitu audience,
content, interactivity, usability dan innovation akan menuntun kita pada pengefektipan fungsi
dan peranan e-Government.
Selain kelima aspek yang telah disebutkan diatas, UU No. 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 9 mengatakan bahwa: (1) Setiap Badan Publik wajib
mengumumkan Informasi Publik secara berkala. (2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud
pada ayat [1] meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dengan mengacu pada undang-undang di atas, maka aspek transaparansi informasi juga
menjadi aspek yang penting dalam menilai penerapan e-Government pada website
pemerintahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini
terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada (Mardalis, 1999: 26 dalam
Sitokdana, 2015). Penelitian kualitatif deskriptif dalam konteks penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi e-Government pada Situs
Web Kementerian menggunakan variabel Audience, Content, Interactivity, Usability,
Innovation (Goldschmidt dalam Indrajit, 2005:53), Transparansi (UU No. 14 tahun 2008
Pasal 9), dan Tahapan Pencapaian Tujuan E-Government menurut World Bank Group
(Indrajit, 2002).
Penelitian menggunakan sumber data sekunder, yaitu kajian terhadap literatur, artikel,
jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono,
2009). Semuanya diakses atau kumpulkan melalui internet dan buku-buku tentang e-
Government dan metode penelitian. Lebih khusus untuk pembahasan dilakukan kajian
terhadap konten situs web kementerian yang mendapat peringkat tiga teratas dalam PeGI
(Pemeringkatan e-Government Indonesia).
PEMBAHASAN
Ada perubahan yang mencolok seiring istilah e-government diberlakukan di kalangan
pemerintah di Indonesia. Salah satunya adalah semakin banyaknya situs pemerintah daerah
(pemda) dan situs departemen/lembaga yang bermunculan di internet baik itu mulai tingkat
provinsi, kabupaten dan kota. Mengingat implementasi e-government diyakini dapat
meningkatkan kinerja kepemerintahan yang dampaknya akan mampu meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat, maka berbagai upaya untuk mengatasi berbagai
kendala dan hambatan implementasi e-government perlu dilakukan. Untuk itu, perlu
melakukan evaluasi efektivitas situs web e-Government agar pencapaian tujuan egovernment dapat terlaksana.
Untuk mengukur tingkat kinerja dan efektivitas situs webiste E-Government
dibutuhkan beberapa alat pengukur. Berdasarkan hasil kajian memperlihatkan bahwa terdapat
7 (tujuh) aspek penting yang harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
mengembangkan situs E-Government. Evaluasi dilakukan pada sisi konten berdasarkan
beberapa indikator, yakni dari sisi Audience, Content, Interactivity, Usability, Innovation
(Goldschmidt dalam Indrajit, 2005:53), Transparansi (UU No. 14 tahun 2008 Pasal 9), dan
tahapan pencapaian tujuan eGovernment (The World Bank, 2002). Pada Tabel 1 sampai
dengan Tabel 8 dirangkum hasil evaluasi berdasarkan penelusuran situs web kementerian
yang menjadi objek kajian.
Tabel 1. Evaluasi Situs Web dari sisi Audience
Audience
Kemenkeu.go.id
Kemlu.go.id
Kemdikbud.go.id
Target komunikasi
Target komunikasi
pemerintah
kemdikbud sudah
mencakup individu,
professional,
masyarakat umum.
yang ditampilkan
masyarakat bisnis,
perusahaan,
pemerintah pusat
dan pemerintah
berita mengenai
kemdikbud, sehingga
telah memberikan
memberikan manfaat
bagi audience-nya.
audience.
Content
Kemenkeu.go.id
Terdapat konten profil
Kemlu.go.id
Terdapat konten Tentang
Kemdikbud.go.id
ditampilkan
webist
audience
pengunjung, website
menyediakan e-
Konten
yang
dalam
membantu
dan
dalam
prima
sehingga memudahkan
ditawarkan
pengunjung dalam
Kerjasama Bilateral,
webiste.
Isi
memperoleh informasi
Kerjasama Multilateral,
website
kemdikbud
Organisasi Internasional,
dibuktikan
menarik perhatian
adanya
sudah diklasifikasikan,
ditampilkan
langsung ditayangkan
menu
yang
ditampilkan
oleh
kemenkeu.go.id. Pada
pada lampiran).
yang
melalui
dari
dengan
beberapa
(menu-
kemenkeu.go.id. terdapat
menyediakan jawaban
terhadap kebutuhan
yang terpilih.
Kemenkeu.go.id sudah
menyediakan kebutuhan
terbatas, menghemat
menghubungi melalui
memberikan kemudahan
dalam berkomunikasi
publikasi terdapat
Laporan Tahunan
Kemenkeu, Laporan
Tahunan Kinerja
Keuangan Pemerintah
(Akuntabilitas Kinerja
Pusat
Instansi Pemerintah)
Kemlu.go.id
Kemdikbud.go.id
Hubungi Kami
Feedback
website
FAQ
Survey
telepon alternative,
membawa ke dalam
kemdikbud juga
mencantumkan blok
bertujuan untuk
pengaduan, yang
layanan masyarakat.
Layanan
dengan tampilan
menarik dan
souvenir yang
Interactivit
y
menarik
Whistblowin
g System
Lapor
E-PPID
Usabilit
y
Kemlu.go.id
Kemdikbud.go.id
Tampilan content
memudahkan pengguna
dalam mengeksplore
Tampilan content
memudahkan pengguna
dalam mengeksplore
Navigasi mudah
sehingga memudahkan
memperoleh informasi.
mengerti jika
mengaksesnya.
berjalan sehingga
memudahkan audience
mengakses. Semua konten
dapat diakses secara bebas,
selain itu ada pilihan
bahasa, sehingga orang
asing juga dipermudah
dalam pengaksesannya.
Innovatio
n
Kemenkeu.go.id
Kemlu.go.id
Kemdikbud.go.id
Sudah
memanfaatkan social
kemlu.go.id menyediakan
twitter, youtube
Survey dengan
souvenir menarik
E-Magazine
Video News
meningkatkan minat
pengunjung untuk
membuka kemlu.go.id.
Transparansi
Kemenkeu.go.id
Kemlu,go.id
Kemdikbud.go.id
Tidak menyediakan
laporan keuangan.
Menyediakan laporan
Keuangan Kemenkeu,
akuntabilitas kinerja
Transparansi Kinerja
instansi pemerintah
Kemenkeu, Publikasi
Laporan Keuangan
kinerja.
Pencapaian
Tujuan EGovernment
Kemenkeu.go.id
Dari sisi kompleksitas dan
waktu maka eGovernment Kemenkeu
telah sampai pada tahap
Transaction dengan
beberapa indikator, yaitu:
e-Autehentification, Self
Service, Portofolio
Kemlu.go.id
Dari sisi kompleksitas
dan waktu maka eGovernment Pemerintah
Kota Meda telah sampai
pada tahap Interaction
dengan beberapa
indikator, yaitu: Public
Response, Content
Kemdikbud.go.id
Dari sisi kompleksitas
dan waktu maka eGovernment Pemerintah
Kota Meda telah sampai
pada tahap Interaction
dengan beberapa
indikator, yaitu: Public
Response, Content
Management, Business
Management,
Process Re-engineering,
Searchable Databases,
Relationship Management, dan e-Mail
dan Online Interface.
Management, Searchable
Databases, dan e-Mail.
Evaluasi terhadap setiap variabel pada tabel 1 sampai Tabel 7, dapat dijelaskan
sebagaui berikut: (1) Aspek Audience, dari ketiga kementerian semua telah mengetahui siapa
audience mereka, ini terlihat dari isi website yang mereka sediakan. (2) Aspek Content,
kemenkeu memiliki content yang lebih lengkap dibandingkan dengan dua website yang lain
(Kemlu dan Kemdikbud). Dari ketiga website tersebut semua sudah menyediakan informasiinformasi yang wajib disediakan dalam website kementerian, namun Kemenkeu lebih
menyediakan informasi yang lebih banyak untuk audience-nya. (3) Aspek Interactivity,
kemenkeu, kemlu, dan kemdikbud telah menyediakan layanan interaktif yang baik, namun
kemenkeu menyediakan layanan interaktif yang lebih menarik untuk audience-nya seperti
survey. (4) Aspek Usability, tampilan dari ketiga web tersebut mudah digunakan oleh
audience-nya untuk mengeksplor website tersebut, navigasi mudah, dan content mudah
dibaca. Namum dalam hal kecepatan, kemlu dan kemdikbud masih kurang, karna setiap
menampilkan satu halaman penuh membutuhkan waktu lebih dari 10 detik. (5) Aspek
Innovation, dari ketiganya, mereke telah memanfaatkan media social sebagai media
komunikasi mereka, juga menampilkan gambar, audio, dan video pada website mereka.
Hanya saja kemenkeu dan kemdikbud lebih unggul dari isi konten, seperti survey, emagazine, pojok opini dan ulasan, serta buku dan media. (6) Aspek Transparansi, ketiganya
telah menyediakan informasi publik yang cukup lengkap, hanya saja kemlu menyajikan
kurang bisa dipahami. (7) Aspek Tahap Pencapaian Tujuan e-Government, dalam aspek ini
hanya kemenkeu yang telah berhasil mencapai tahap ke-tiga yaitu Transaction. Sedangkan
untuk kemlu dan kemdikbud masih berada pada tahap dua, yaitu Interaction.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap website e-government pada
Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Luar
Negeri terdapat tujuh aspek. Lima aspek yang pertama yaitu (Audience, Content,
Interactivity, Usability, Inovasion) sebagai alat ukur kinerja untuk sebuah website, dari lima
aspek tersebut masing-masing website menunjukkan telah memberikan manfaat dan
informasi yang dibutuhkan oleh audience.
Sedangkan dua aspek lainnya (Transparansi, dan Tahapan Pencapaian website), dalam
hal transparansi, setiap website telah menyampaikan informasi yang terbuka bagi audience,
seperti laporan keuangan dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk tahapan yang
telah dicapai oleh masing-masing website adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Keuangan : Tahapan Transaction
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : Tahapan Interaction
3. Kementerian Luar Negeri : Tahapan Interaction
Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran 1
(Kemenkeu.go.id)
Audience
Content
Interactivity
Usability
Inovasi
Transparansi
Lampiran 2
(kemdikbud.go.id)
Lampiran 3
Kemlu.go.id
Audience
Content
Inovasi
Transparansi
Transparansi