Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN

ELECTRONIC GOVERNMENT:
MENGGAGAS PERAN DAN FUNGSI
DISKOMINFO
Oleh: Eri Susanto

1. LATAR BELAKANG

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memasuki berbagai


segi kehidupan baik individu, keluarga, organisasi maupun masyarakat, serta
mengalami perkembanagan yang sangat cepat dan masif. Perkembangan TIK yang
sedemikian cepatnya telah membawa dunia memasuki era baru yang lebih cepat
dari yang pernah dibayangkan sebelumnya (Indrajit, 2001, h. 8). Era baru inilah yang
sekarang disebut sebagai era informasi, yang didukung satu kekuatan TIK yang
dikenal dengan ICT (information communication and technology) dimana
mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti cara
kerja dan mengelola organisasi (Slamet, dkk., 2008, h. 51).

Komputer, namun tidak terbatas pada komputer karena sekarang dapat


berupa notebook, smart phone, PDA, dll., sebagai penyedia pengolah data
elektronik dapat menyajikan berbagai informasi dan pengolahan data secara cepat,
tepat dan akurat (Sarwosri dan Nafisah, 2009, h. 3). Keadaan ini memaksa semua
bentuk organisasi untuk menggunakan TIK sebagai pendukung operasional maupun
strateginya (Slamet, dkk., 2009, h. 193). Oleh karenanya hampir tidak ada organisasi
baik swasta maupun pemerintah yang tidak menggunakan komputer sebagai media
dalam melakukan pekerjaan atau proses bisnis/birokrasinya.

TIK ini secara potensial dapat merubah struktur organisasional pemerintah dan
proses bisnis, serta jika diterapkan dengan benar akan menghasilkan manfaat
bisnis, teknis, maupun organisasional (Heeks, 1999; Kraemer & King, 2003 dalam
Gil-Garcial et al., 2007). Keberadaan TIK tersebut menunjukkan posisi yang sangat
penting bahkan krusial bagi suatu organisasi dalam menjalankan roda bisnisnya
maupun birokrasinya terutama dalam bentuk pengolahan informasi untuk
pengambilan keputusan.

Pemanfaatn TIK dalam pemerintahan diwujudkan dalam bentuk layanan Electronic-


Government (E-Government). Layanan ini meliputi pengolahan data, pengelolaan
informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis. Hal ini ditujukan
agar pelayanan publik dapat dilakukan secara lebih cepat (faster), lebih baik (better)
dan lebih murah (cheaper) baik secara internal (birokrasi) maupun eksternal
(masyarakat). Untuk itu, Pemerintah harus merubah membentuk dimensi baru
kedalam organisasi, sistem manajemen dan proses kerjanya.

E-Government ini merupakan bentuk layanan pemerintah dengan penggunaan


Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) untuk memberikan pelayanan publik
dengan lebih nyaman, berorientasi pada konsumen, mengefektifkan biaya, dan
secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuannya
untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan
TI ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2G (Government to
Government), G2B (Government to Business), G2C (Government to
Citizen/Community), maupun G2E (Government to Employee).

Terlepas dari beragamnya definisi tentang E-Government, esensi yang terpenting


dari E-Government adalah memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kinerja instansi
pemerintah. Dalam konteks ini peningkatan kinerja tidak dapat diartikan dalam
konteks yang sempit, namun dapat meliputi tercapainya tata pemerintahan yang
bersih, efektif, efisien, transparan, baik dalam pengelolaan internal maupun dalam
pelayanan kepada publik (good governance).

Secara generik, salah satu komponen utama E-Gov adalah aplikasi sistem informasi
pemerintahan yang mampu memberikan layanan secara online melalui media
internet. Aplikasi ini memberi informasi yang selalu up to date tentang berbagai hal,
menyediakan data dan berbagai sumberdaya yang mungkin bila ditempuh secara
konvensional akan banyak memakan energi serta memiliki fasilitas interaksi antara
anggota masyarakat dengan penyelenggara layanan publik tanpa harus bertemu
secara fisik.

Banyak manfaat yang diperoleh apabila layanan E-Government dapat berjalan


dengan baik, antara lain:
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas
dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan
(bebas KKN);
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-
hari;
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada; dan
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam
proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

 
E-Government sudah lama dicanangkan oleh pemerintah untuk di-implementasikan
pada kantor-kantor pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Pelaksanaan e-
government tidaklah semudah yang diperkirakan, banyak hambatan yang dihadapi
di dalam implementasinya, khususnya di kantor pemerintah daerah. Sumberdaya
manusia yang menjalankan implementasi teknologi informasi pada e-government
merupakan hambatan utama, selain penyediaan sarana dan prasarana teknologi
informasi, dan lembaga yang menangani implementasi e-government. Oleh karena
itu, tidak sedikit dalam perjalananya banyak mengalami hambatan bahkan juga
kegagalan.

Penyelenggaraan e-government di Indonesia, termasuk di pemerintahan daerah,


sejalan dengan perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental
yaitu selain adanya perubahan dari sistem kepemerintahan otoriter dan sentralistik
menuju sistem kepemerintahan yang demokratis, juga telah diterapkannya otonomi
daerah. Perubahan yang terjadi menuntut terbentuknya kepemerintahan yang
bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Sistem
manajemen pemerintah yang selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan
komando sektoral yang mengerucut dan panjang, harus dikembangkan menjadi
sistem manajemen organisasi jaringan yang dapat memperpendek lini pengambilan
keputusan serta memperluas rentang kendali.

Berdasarkan INPRES No. 3 Tahun 2003, Menteri Komunikasi dan Informasi telah
mendorong pemanfaatan TI untuk instansi pemerintahan baik pusat maupun
didaerah. Terlaksananya pemanfaatan TI secara nasional dengan berpedoman pada
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu:

Tingkat 1 – Persiapan, yaitu pembuatan situs web sebagai media informasi dan


komunikasi pada setiap lembaga.

Tingkat 2 – Pematangan, yaitu pembuatan web portal informasi publik yang bersifat  
interaktif.

Tingkat 3 – Pemantapan, yaitu pembuatan web portal yang bersifat transaksi


elektronis layanan publik.

Tingkat 4 – Pemanfaatan,   yaitu pembuatan   aplikasi   untuk layanan yang


bersifat Government to Government (G2G), Government to
Business (G2B), Government to Consumers/community (G2C).

Pada tahap awal dari pengembangan E-Government sasaran utamanya agar


masyarakat dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan
pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di
Indonesia dengan menggunakan media internet. Kebijakan awal ini bermuara pada
indikator terlaksananya pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang
realistik dan terukur.

Seiring dengan pembangunan situs web pemerintahan itupun juga turut dipacu
pembangunan pada aspek yang lainnya seperti sarana
prasarana hardware, software, jaringan infrastruktur dan SDM. Dimana dimasing
masing institusi pemerintahan berbeda beda baik karakter maupun tahapan/ strategi
penerapannya.

E-Government bukan hanya website, masih banyak aplikasi Telematika lain dalam
konteks E-Government yang menjadi sarana untuk meningkatkan produktivitas,
efektifitas dan efisiensi kinerja pemerintahan. Namun demikian muncul pertanyaan
kritis, bukankah sebagian besar instansi pemerintah pusat dan daerah sudah
ber-E-Government tetapi mengapa masih ada kegagalan pemerintah.

Jadi e-government tidak hanya dapat dianggap sebagai pemerintahan online yang


berbasis internet (internet-based government). Namun, terdapat pula teknologi
pemerintahan berbasis elektronik (e-gov) ini yang bersifat non-internet yang dapat
digunakan dalam konteks ini, seperti: telepon, faksimil, PDA (Personal Digital
Assistance), SMS (Short Message Service), MMS (Multimedia Message Service),
jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, CCTV
(Closed Circuit Television), sistem penjejak (tracking system), RFID (Radio
Frequency Identification), identifikasi biometrik, manajemen dan penegakan
peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card), serta
aplikasi NFC (Near Field Communication) yang merupakan pengembangan kartu
radio RFID, seperti: teknologi polling station, penyampaian layanan pemerintahan
berbasis TV dan radio, e-letter (surat elektronik), fasilitas
komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, serta teknologi pesan instan
(instant messenger).

Selain hal tersebut, terdapat pula sejumah sub-kategori dari e-government spesifik
seperti m-governmnet (mobile government), u-government (ubiquitous government)
atau suatu perangkat untuk membantu mengerjakan suatu tugas dan bisa dibawa
kemanapun dimana dapat meningkatkan kolaborasi dan memudahkan penggunaan
tanpa dibatasi lokasi, serta G-government (aplikasi GIS/GPS untuk e-government).
(Sumber: http://wikipedia.org/wiki/Egovernment).

Berdasarkan paparan tersebut, konsep e-government sebenarnya tidak berhenti


pada pemanfaatan jaringan teknologi komunikasi informasi berupa internet saja
tetapi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi lain atau terpadu yang ikut
mendukung pelaksanaan pemerintahan dalam rangka menuju efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik.

Beberapa fenomena yang muncul dalam sehubungan dengan E-Government ini


adalah:
1. Pengembangan TIK berjalan lambat tidak signifikan dengan besarnya biaya yang
sudah dikeluarkan negara.
2. Faktor politis dan moril menyumbang cukup besar terhadap tidak signifikannya dana
yg sudah dikeluarkan dengan hasil yang diharapkan.
3. Otonomi daerah dan lemahnya kebijakan nasional di bidang TIK menyebabkan
kesenjangan perkembangan TIK antar daerah.
4. Perbedaan kemampuan SDM, finansial, komitment pimpinan, ketentuan hukum
daerah, pengaruh rekanan, moril dan politik menyebabkan makin lama kesenjangan
antar daerah makin lebar.
5. Ego sektoral menyebabkan terjadinya duplikasi database, sehingga data produk
pemerintah cenderung kurang dipercaya.
6. Kebijakan mengambang pemerintah pusat mengakibatkan pembangunan dan
pengembangan database nasional makin sulit diwujudkan.
7. Masih lemahnya e-leadership, yaitu kepemimpinan yang memiliki visi dan misi
pengembangan e-government sehingga dukungan terhadap layanan berbasis TIK
kurang berjalan secara optimal.

Pemberian kewenangan kepada daerah sebagaimana konsep Otonomi Daerah yang


tertuang dalam UU No 22 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui menjadi UU No
32 Tahun 2004, merupakan peluang sekaligus tantangan bagi daerah untuk dapat
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dalam melaksanakan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang semakin kompleks. Daerah
dengan demikian memiliki peran yang besar dalam meningkatkan kinerja
pelayanannya yang salah satunya melalui TIK.

Sejalan dengan penataan kelembagaan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah


Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Undonesia Nomor 42871), maka di Kabupaten Cirebon telah ditetapkan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi
Dinas Daerah.

Perda tersebut kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk Peraturan Bupati Cirebon
Nomor 51 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Komunikasi dan Informatika, yang mana berisi tentang penyelenggaraan
pemerintahan dibidang komunikasi dan informasi di Kabupaten Cirebon yang
mencakup aspek pelaksanaan pos dan telekomunikasi, penyediaan sarana
komunikasi dan diseminasi informasi, serta aplikasi telematika. Dengan kata lain,
salah satu fungsinya yaitu menyelenggarakan layanan electronic government (E-
Gov.).

Oleh karena itu, eksistensi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten
Cirebon sebagai tulang punggung penyelenggaraan di bidang komunikasi dan
informasi akan sangat strategis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon,
khususnya Diskominfo. Peran dan tugas ini sebetulnya sangat luas, tidak hanya
sebagai media pengelola, penyaji dan/atau penyimpan data dan informasi saja,
namun juga dan yang terpenting adalah turut mencerdaskan dan memajukan
bangsa menuju masyarakat informasi serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Diskominfo diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pengguna
informasi serta dapat memberikan dukungan bagi berbagai komunitas teknologi
informasi sebagai mitra kerja dalam bidang komunikasi dan informasi.

Adapun program yang akan menjadi urusan komunikasi dan informasi khususnya
dalam meningkatkan layanan e-government dalam implementasinya sangat
tergantung pada ketersediaan infrstruktur jaringan komunikasi dan kualitas SDM TIK
yang memadai, yang barengi dengan dukungan pengambil kebijakan (e-leadership).

Berdasarkan pemaparan dan berbagai tantangan serta kendala yang dihadapi


dalam meningkatkan kinerja layanan e-government, maka perlu dirumuskan:
“Strategi Pengembangan e-Gov di Kabupaten Cirebon”.

 
2. TUJUAN STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Dari paparan di atas maka tujuan strategi pengembangan pelaksanaan e-


government, yaitu:
 Mendorong terbentuknya pola kolaboratif di kalangan unit-unit pemerintah dan antar
pemerintah daerah untuk mampu menciptakan nilai bersama.
 Membantu mengintegrasikan pengetahuan (knowledge), informasi, dan aktivitas
dalam proses pemerintahan.
 Mengefisienkan (mempercepat persetujuan pembelian, mengurangi biaya, dan
mempercepat proses transaksi pembelian atau pengadaan barang dan jasa
langsung lewat internet (e-procurement dan eauctions).
 Meningkatkan efektivitas (dapat melacak status pembelian, keberadaan barang dan
persediaan dan meningkatkan kemampuan untuk menangani barang dalam jumlah
besar) dalam proses transaksi pembelian atau pengadaan barang dan jasa langsung
lewat internet (e-procurement dan e-auction).
 Mengurangi biaya-biaya operasi, misalnya penurunan penggunaan dan
penyimpanan kertas, dan penghematan biaya pos.
 Meningkatkan transparansi kepada publik, contohnya: di Amerika Serikat, presiden
Clinton lewat memorandum on e-government tanggal 17 Desember1999
memerintahkan 500 dokumen terpenting yang digunakan oleh masyarakat
dipublikasikan secara on-line mulai Desember 2000.
 Efektivitas kerja pemerintah dalam melayani masyarakat juga diharapkan meningkat
dengan penggunaan e-government, karena jalur birokrasi juga bisa dipangkas dan
pengawasan kerja dapat dikontrol oleh pemerintah atasannya dan masyarakat (e-
controls).
 Peningkatan kinerja melalui koordinasi dengan instansi terkait dan penggunaan data
bersama (data sharing) yang lebih mudah, murah, dan cepat (e-sharing).
 Memungkinkan pemerintah menyebarkan informasi kepada masyarakat dengan
cepat dan biaya yang murah karena tidak memerlukan biaya cetak, perangko, dan
amplop. Konsep ini disebut sebagai “virtual information space” (Stamoulis, et al.,
2001).
 Ikut berpartisipasi menyelenggarakan proses pemerintahan yang demokrasi.
Partisipasi dan aspirasi masyarakat secara demokrasi dapat disalurkan dua arah
secara lebih cepat (e-democracy).
 Memberikan pendidikan kepada masyarakat lewat informasi dan pelatihan-pelatihan
yang positif (e-learning).
 Menyediakan akses publik terhadap informasi yang disediakan oleh pemerintah (e-
access).
 Membuat masyarakat nyaman berhubungan dengan pemerintah.

 
3. LIMA DIMENSI KEBERHASILAN LAYANAN E-GOV

Ada lima (5) dimensi dalam penerapan e-Gov agar penerapannya dapat berhasil
dengan baik. Kelima dimensi ini merupakan indikator keberhasilan e-gov.
1. Kebijakan

Dalam dimensi kebijakan ini mencakup: proses kebijakan, visi dan misi, strategi
penerapan kebijakan, pedoman, peraturan, keputusan instansi, skala prioritas, dan
manajemen resiko/evaluasi.

 
2. Kelembagaan

Dimensi kelembagaan terdiri dari Keberadaan struktur organisasi yang efektif, Tugas
dan fungsi, Ketersediaan sistem dan prosedur kerja, Ketersediaan SDM meliputi
jumlah dan tingkat kompetensi, serta pengembangan SDM Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).

 
3. Infrastruktur

Dimensi infrastruktur merupakan sarana yang sangat penting dalam sistem layanan
e-Gov. Dimensi ini meliputi: Data center, jaringan data, keamanan (data/informasi
dan fisik), fasilitas pendukung infrastruktur TIK (rak server, catu daya, scanner,
hosting, UPS, dll), disaster recovery (database backup), pemeliharaan TIK (adanya
suku cadang, jasa pihak ketiga, pengelola TIK), inventarisasi peralatan TIK (baik
perangkat keras, perangkat lunak, maupun perangkat pendukung).

 
4. Aplikasi

Ada sepuluh (10) unsur yang termasuk dalam dimensi aplikasi ini, yaitu: 1. situs
web/home page (anatara lain www.cirebonkab.go.id); 2. aplikasi fungsional utama 1
(pelayanan publik seperti SIM Pelayanan Perizinan Terpadu, SIAK dll.); 3. aplikasi
fungsional utama 2 (adm. dan manajemen umum, seperti Simpatda, Simakbnm, dll.);
4. aplikasi fungsional utama 3 (adm. Legislasi seperti SIM e-parlement); 5. aplikasi
fungsional utama 4 (manajemen pembangunan seperti SIM Penyuluh Pertanian,
sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas/SP3 dll.; 6. aplikasi fungsional utama
5 (manajemen keuangan seperti SIPKD dll); 7. aplikasi fungsional utama 6
(manajemen kepegawaian seperti SIMPEG); 8. Dokumentasi (RIP sistem informasi
dan telematika, blue print pengembangan TIK, kajian WAN, kajian SIMDA dan
keamanan jaringan); 9. inventarisasi aplikasi TIK (daftar SIM/aplikasi yang ada pada
OPD); 10. interoperabilitas aplikasi (integrasi data/informasi).

5. Perencanaan

Dimendi Perencanaan meliputi pengorganisasian/fungsi,mekanisme perencanaan


master plan TIK, dokumen master plan TIK, implementasi masterplan TIK, serta
pembiayaan.

ANALISIS SWOT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV

Dalam rangka mendayagunakan system layanan e-government tersebut maka perlu


dilakukan analisis mengenai segala kekuatan dan peluang yang dimiliki, serta
berusaha mengatasi segala kelemahan dan hambatan yang dihadapi.
1. Kekuatan dan Peluang
2. Adanya SOTK dan Tupoksi Diskominfo (Perda Kab. Cirebon No. 5 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah dan Perbup Bupati Cirebon No. 51
Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi dan
Informatika)
3. Adanya sarana jaringan intranet OPD dan NOC (Network Operation Centre) untuk
operasional jaringan Pemerintah Kabupaten Cirebon
4. Adanya SDM untuk melaksanakan Tupoksi
5. Adanya anggaran untuk melaksanakan Tupoksi
6. Inpres RI No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengenmbangan e-Government
7. Kepmenkominfo No. 69A/m.Kominfo/10 tentang Panduan Teknis Pembangunan
Infrastruktur Jaringan dan Sistem Informasi Pemerintahan
8. Adanya koordinasi dengan provinsi dan pusat bidang komunikasi dan informasi
9. Komitmen Bupati untuk meningkatkan pelayanan publik

 
2. Kelemahan dan Tantangan
3. Terbatasnya sarana dan prasarana TIK dalam layanan e-government.
4. Rendahnya kualitas SDM TIK dalam layanan e-government.
5. Kurangnya dukungan dan komitmen pimpinan (e-leadership) dalam layanan e-
government.
6. Kurangnya koordinasi lintas sektoral sehingga masih disintegrasi data dan informasi.
7. Tuntutan pemerintah dan masyarakat yang semakin tinggi akan layanan e-
government.
8. Perkembangan TIK yang sangat cepat, menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi.
9. Tuntutan akan sinergitas dan integrasi data dan informasi di seluruh pemerintahan
Kab. Cirebon.
10. Dukungan dan komitmen OPD dalam meningkatkan layanan e-government.

Berdasarkan paparan di atas serta analisis SWOT maka dapat dirumuskan strategi
pengembangan e-Gov sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terintegrasi, terpercaya, serta
terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam hal ini bagaimana layanan pemerintah
dapat disediakan melalui satu portal yang komprehensif.
2. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah daerah otonom secara
holistik melalui Business Process Reengineering (BPR) karena e-Gov membutuhkan
kompetensi dan proses bisnis/birokrasi yang berbeda dibandingkan layanan
tradisonal.
3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal, serta memperkuat jaringan
infrastruktur dan pita lebar (bandwith) untuk akses internet dan saluran komunikasi
data.
4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri
telekomunikasi dan teknologi informasi.
5. Menyediakan serta mengembangkan kapasitas SDM TIK khususnya, disertai
dengan meningkatkan e-literacy masyarakat (memperkuat keterampilan dan
pengetahuan masyarakat dalam bidang teknologi informasi).
6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang
realistik dan terukur, disertai dengan rencana anggaran biaya.

 
1. CATATAN KEDEPAN
2. Memperbaiki faktor-faktor yang menjadi elemen kesiapan implementasi (e-
readiness), mulai dari infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem informasi,
teknologi, serta juga visi dan strategi kepemimpinan yang lebih mengarah pada
pemanfaatan TIK.
3. E-Gov tidak akan berjalan secara optimal tanpa adanya dukungan dan komitmen
dari para pimpinan atau pengambil kebijakan. Dalam hal ini masih lemahnya e-
leadership.
4. Perlu adanya Perda tentang penyelenggraan TIK di Kabupaten Cirebon, beserta
turunannya seperti Perbup, SK, SOP dll. dalam rangka kepastian sistem untuk
melaksanakan e-Gov di daerah sebagai amanat dan kerangka acuan dalam
implementasinya.
5. Melibatkan semua stakeholders baik dilingkungan Pemda Kab. Cirebon, dunia
usaha, serta masyarakat.
1. PENUTUP

Strategi pengembangan e-Gov ini hanya akan dapat terwujud secara optimal apabila
segenap unsur yang telah dipaparkan di atas diimplementasikan seluruhnya dengan
perencanaan yang matang, pengorganisasian yang jelas, pelaksanaan yang serius
dan semangat serta komitmen yang ajeg, dengan mengedepankan team work.

Dengan demikian diharapkan semoga layanan e-Gov Kabupaten Cirebon dapat


terwujud secara optimal sehingga dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
kinerja, layanan publik yang prima, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai