ELECTRONIC GOVERNMENT:
MENGGAGAS PERAN DAN FUNGSI
DISKOMINFO
Oleh: Eri Susanto
1. LATAR BELAKANG
TIK ini secara potensial dapat merubah struktur organisasional pemerintah dan
proses bisnis, serta jika diterapkan dengan benar akan menghasilkan manfaat
bisnis, teknis, maupun organisasional (Heeks, 1999; Kraemer & King, 2003 dalam
Gil-Garcial et al., 2007). Keberadaan TIK tersebut menunjukkan posisi yang sangat
penting bahkan krusial bagi suatu organisasi dalam menjalankan roda bisnisnya
maupun birokrasinya terutama dalam bentuk pengolahan informasi untuk
pengambilan keputusan.
Secara generik, salah satu komponen utama E-Gov adalah aplikasi sistem informasi
pemerintahan yang mampu memberikan layanan secara online melalui media
internet. Aplikasi ini memberi informasi yang selalu up to date tentang berbagai hal,
menyediakan data dan berbagai sumberdaya yang mungkin bila ditempuh secara
konvensional akan banyak memakan energi serta memiliki fasilitas interaksi antara
anggota masyarakat dengan penyelenggara layanan publik tanpa harus bertemu
secara fisik.
E-Government sudah lama dicanangkan oleh pemerintah untuk di-implementasikan
pada kantor-kantor pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Pelaksanaan e-
government tidaklah semudah yang diperkirakan, banyak hambatan yang dihadapi
di dalam implementasinya, khususnya di kantor pemerintah daerah. Sumberdaya
manusia yang menjalankan implementasi teknologi informasi pada e-government
merupakan hambatan utama, selain penyediaan sarana dan prasarana teknologi
informasi, dan lembaga yang menangani implementasi e-government. Oleh karena
itu, tidak sedikit dalam perjalananya banyak mengalami hambatan bahkan juga
kegagalan.
Berdasarkan INPRES No. 3 Tahun 2003, Menteri Komunikasi dan Informasi telah
mendorong pemanfaatan TI untuk instansi pemerintahan baik pusat maupun
didaerah. Terlaksananya pemanfaatan TI secara nasional dengan berpedoman pada
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu:
Tingkat 2 – Pematangan, yaitu pembuatan web portal informasi publik yang bersifat
interaktif.
Seiring dengan pembangunan situs web pemerintahan itupun juga turut dipacu
pembangunan pada aspek yang lainnya seperti sarana
prasarana hardware, software, jaringan infrastruktur dan SDM. Dimana dimasing
masing institusi pemerintahan berbeda beda baik karakter maupun tahapan/ strategi
penerapannya.
E-Government bukan hanya website, masih banyak aplikasi Telematika lain dalam
konteks E-Government yang menjadi sarana untuk meningkatkan produktivitas,
efektifitas dan efisiensi kinerja pemerintahan. Namun demikian muncul pertanyaan
kritis, bukankah sebagian besar instansi pemerintah pusat dan daerah sudah
ber-E-Government tetapi mengapa masih ada kegagalan pemerintah.
Selain hal tersebut, terdapat pula sejumah sub-kategori dari e-government spesifik
seperti m-governmnet (mobile government), u-government (ubiquitous government)
atau suatu perangkat untuk membantu mengerjakan suatu tugas dan bisa dibawa
kemanapun dimana dapat meningkatkan kolaborasi dan memudahkan penggunaan
tanpa dibatasi lokasi, serta G-government (aplikasi GIS/GPS untuk e-government).
(Sumber: http://wikipedia.org/wiki/Egovernment).
Perda tersebut kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk Peraturan Bupati Cirebon
Nomor 51 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Komunikasi dan Informatika, yang mana berisi tentang penyelenggaraan
pemerintahan dibidang komunikasi dan informasi di Kabupaten Cirebon yang
mencakup aspek pelaksanaan pos dan telekomunikasi, penyediaan sarana
komunikasi dan diseminasi informasi, serta aplikasi telematika. Dengan kata lain,
salah satu fungsinya yaitu menyelenggarakan layanan electronic government (E-
Gov.).
Oleh karena itu, eksistensi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten
Cirebon sebagai tulang punggung penyelenggaraan di bidang komunikasi dan
informasi akan sangat strategis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon,
khususnya Diskominfo. Peran dan tugas ini sebetulnya sangat luas, tidak hanya
sebagai media pengelola, penyaji dan/atau penyimpan data dan informasi saja,
namun juga dan yang terpenting adalah turut mencerdaskan dan memajukan
bangsa menuju masyarakat informasi serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Diskominfo diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pengguna
informasi serta dapat memberikan dukungan bagi berbagai komunitas teknologi
informasi sebagai mitra kerja dalam bidang komunikasi dan informasi.
Adapun program yang akan menjadi urusan komunikasi dan informasi khususnya
dalam meningkatkan layanan e-government dalam implementasinya sangat
tergantung pada ketersediaan infrstruktur jaringan komunikasi dan kualitas SDM TIK
yang memadai, yang barengi dengan dukungan pengambil kebijakan (e-leadership).
2. TUJUAN STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOV
3. LIMA DIMENSI KEBERHASILAN LAYANAN E-GOV
Ada lima (5) dimensi dalam penerapan e-Gov agar penerapannya dapat berhasil
dengan baik. Kelima dimensi ini merupakan indikator keberhasilan e-gov.
1. Kebijakan
Dalam dimensi kebijakan ini mencakup: proses kebijakan, visi dan misi, strategi
penerapan kebijakan, pedoman, peraturan, keputusan instansi, skala prioritas, dan
manajemen resiko/evaluasi.
2. Kelembagaan
Dimensi kelembagaan terdiri dari Keberadaan struktur organisasi yang efektif, Tugas
dan fungsi, Ketersediaan sistem dan prosedur kerja, Ketersediaan SDM meliputi
jumlah dan tingkat kompetensi, serta pengembangan SDM Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
3. Infrastruktur
Dimensi infrastruktur merupakan sarana yang sangat penting dalam sistem layanan
e-Gov. Dimensi ini meliputi: Data center, jaringan data, keamanan (data/informasi
dan fisik), fasilitas pendukung infrastruktur TIK (rak server, catu daya, scanner,
hosting, UPS, dll), disaster recovery (database backup), pemeliharaan TIK (adanya
suku cadang, jasa pihak ketiga, pengelola TIK), inventarisasi peralatan TIK (baik
perangkat keras, perangkat lunak, maupun perangkat pendukung).
4. Aplikasi
Ada sepuluh (10) unsur yang termasuk dalam dimensi aplikasi ini, yaitu: 1. situs
web/home page (anatara lain www.cirebonkab.go.id); 2. aplikasi fungsional utama 1
(pelayanan publik seperti SIM Pelayanan Perizinan Terpadu, SIAK dll.); 3. aplikasi
fungsional utama 2 (adm. dan manajemen umum, seperti Simpatda, Simakbnm, dll.);
4. aplikasi fungsional utama 3 (adm. Legislasi seperti SIM e-parlement); 5. aplikasi
fungsional utama 4 (manajemen pembangunan seperti SIM Penyuluh Pertanian,
sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas/SP3 dll.; 6. aplikasi fungsional utama
5 (manajemen keuangan seperti SIPKD dll); 7. aplikasi fungsional utama 6
(manajemen kepegawaian seperti SIMPEG); 8. Dokumentasi (RIP sistem informasi
dan telematika, blue print pengembangan TIK, kajian WAN, kajian SIMDA dan
keamanan jaringan); 9. inventarisasi aplikasi TIK (daftar SIM/aplikasi yang ada pada
OPD); 10. interoperabilitas aplikasi (integrasi data/informasi).
5. Perencanaan
2. Kelemahan dan Tantangan
3. Terbatasnya sarana dan prasarana TIK dalam layanan e-government.
4. Rendahnya kualitas SDM TIK dalam layanan e-government.
5. Kurangnya dukungan dan komitmen pimpinan (e-leadership) dalam layanan e-
government.
6. Kurangnya koordinasi lintas sektoral sehingga masih disintegrasi data dan informasi.
7. Tuntutan pemerintah dan masyarakat yang semakin tinggi akan layanan e-
government.
8. Perkembangan TIK yang sangat cepat, menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi.
9. Tuntutan akan sinergitas dan integrasi data dan informasi di seluruh pemerintahan
Kab. Cirebon.
10. Dukungan dan komitmen OPD dalam meningkatkan layanan e-government.
Berdasarkan paparan di atas serta analisis SWOT maka dapat dirumuskan strategi
pengembangan e-Gov sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terintegrasi, terpercaya, serta
terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam hal ini bagaimana layanan pemerintah
dapat disediakan melalui satu portal yang komprehensif.
2. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah daerah otonom secara
holistik melalui Business Process Reengineering (BPR) karena e-Gov membutuhkan
kompetensi dan proses bisnis/birokrasi yang berbeda dibandingkan layanan
tradisonal.
3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal, serta memperkuat jaringan
infrastruktur dan pita lebar (bandwith) untuk akses internet dan saluran komunikasi
data.
4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri
telekomunikasi dan teknologi informasi.
5. Menyediakan serta mengembangkan kapasitas SDM TIK khususnya, disertai
dengan meningkatkan e-literacy masyarakat (memperkuat keterampilan dan
pengetahuan masyarakat dalam bidang teknologi informasi).
6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang
realistik dan terukur, disertai dengan rencana anggaran biaya.
1. CATATAN KEDEPAN
2. Memperbaiki faktor-faktor yang menjadi elemen kesiapan implementasi (e-
readiness), mulai dari infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem informasi,
teknologi, serta juga visi dan strategi kepemimpinan yang lebih mengarah pada
pemanfaatan TIK.
3. E-Gov tidak akan berjalan secara optimal tanpa adanya dukungan dan komitmen
dari para pimpinan atau pengambil kebijakan. Dalam hal ini masih lemahnya e-
leadership.
4. Perlu adanya Perda tentang penyelenggraan TIK di Kabupaten Cirebon, beserta
turunannya seperti Perbup, SK, SOP dll. dalam rangka kepastian sistem untuk
melaksanakan e-Gov di daerah sebagai amanat dan kerangka acuan dalam
implementasinya.
5. Melibatkan semua stakeholders baik dilingkungan Pemda Kab. Cirebon, dunia
usaha, serta masyarakat.
1. PENUTUP
Strategi pengembangan e-Gov ini hanya akan dapat terwujud secara optimal apabila
segenap unsur yang telah dipaparkan di atas diimplementasikan seluruhnya dengan
perencanaan yang matang, pengorganisasian yang jelas, pelaksanaan yang serius
dan semangat serta komitmen yang ajeg, dengan mengedepankan team work.