Anda di halaman 1dari 12

ISLAM YANG BERKEMAJUAN UNTUK INDONESIA

Oleh Ahmad Solikhun, S.Kom *)


PENDAHULUAN
Muhammadiyah dalam Muktamar Satu Abad tahun 2010 di Yogyakarta mendeklarasikan
pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep, istilah, dan pandangan Islam yang berkemajuan
tersebut merupakan bagian dari substansi Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Di
dalamnya terkandung pula pandangan tentang kebangsaan, kosmopolitanisme Islam, dan gerakan
pencerahan.
Pandangan Islam yang berkemajuan sebagaimana dideklarasikan Muhammadiyah
merupakan ikhtiar untuk menggali kembali api pemikiran Islam yang digagas dan diaktualisasikan
oleh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan seratus tahun yang silam. Selain itu,
pandangan tersebut sekaligus menjadi bingkai pemikiran bagi Muhammadiyah dalam memasuki
abad kedua dalam perjalanannya ke depan, sehingga spirit pembaruan tetap berkesinambungan
dalam gerakan Muhammadiyah dan seluruh komponen organisasinya.
Pandangan tentang Islam yang berkemajuan jangan diartikan dengan cara berpikir
mafhum mukhalafah (makna sebaliknya, oposisi biner), seolah di balik itu ada Islam yang tidak
berkemajuan. Cara berpikir seperti itu cenderung dangkal dan verbal. Islam itu pada hakikatnya
agama yang berkemajuan, karena itu penting untuk ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu.
Jika Muhammadiyah menekankan pada pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik
ke konsep dan pemikiran yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan pandangan Islam
yang berkemajuan itu bahkan memperdalam dan memperluas tentang Islam sebagai ajaran yang
menyeluruh atau komprehensif, yang diturunkan ke muka bumi untuk membawa kemajuan
kepada seluruh umatnya di alam semesta.
Perumusan pandangan Islam yang berkemajuan bukanlah langkah yang tiba-tiba dan
bersifat slogan besar. Langkah tersebut diambil sebagai jalan strategis yang memiliki fondasi dan
orientasi yang kokoh dalam perjalanan gerakan Muhammadiyah. Perumusan tersebut juga
bukanlah langkah utopis atau mengawang-awang dan seakan tidak membumi, karena pada
kenyataannya
Muhammadiyah sejak awal kelahirannya hingga mampu bertahan sampai satu abad lebih
tidak lepas dari pandangan Islam yang berkemajuan. Dengan demikian pandangan Islam yang
berkemajuan dalam Muhammadiyah bersifat aktual sehingga selalu dapat diaktualisasikan atau
diwujudkan atau dilaksanakan dalam berbagai aspek gerakan.
Aktualisasi pandangan Islam yang berkemajuan bagi Muhammadiyah dan seluruh
komponennya termasuk Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah, memiliki relevansi
yang positif atas beberapa pertimbangan:
(1) Islam yang menjadi landasan, asas, dan fondasi gerakan Muhammadiyah pada dasarnya
1|Halaman

merupakan agama Allah yang mengajarkan kemajuan, sehingga Islam dapat disebut sebagai Din
al-Hadlarah yakni Agama yang Berkemajuan; sebaliknya Islam itu anti kejumudan, ketertinggalan,
dan keterbelakangan; (2) Kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak berdirinya tahun
1912 pada hakikatnya merupakan gerakan dakwah dan tajid untuk memajukan kehidupan
sepanjang ajaran Islam; sehingga Muhammadiyah kemudian dikenal sebagai gerakan Islam
pembaruan dalam berbagai lapangan kehidupan di dunia Islam; (3) Pandangan Islam yang
berkemajuan merupakan perspektif keislaman dan gerakan yang bersifat tengahan atau moderat
(wasathiyyah) di tengah perkembangan berbagai paham keagamaan yang ekstrem antara yang
bercorak kanan (radikal-fundamentalis, tekstual-konservatif) maupun kiri (radikal-liberal,
kontekstual-progresif) yang tumbuh mekar di era mutakhir ini sehingga warga Muhammadiyah
tidak perlu terombang-ambing dan mengalami kebingungan; (4) Dalam mengaktualisasikan
gerakannya sekaligus menghadapi masalah, tantangan, dan arah masa depan abad kedua yang
ditandai kehidupan modern yang bercorak tahap-lanjut (postmodern) Muhammadiyah memiliki
fondasi, bingkai, dan orientasi yang kokoh pada pandangan Islam yang berkemajuan.
Karenanya pandangan Islam yang berkemajuan penting untuk diyakini, dipahami, dan tidak
kalah pentingnya diaktualisasikan dalam seluruh gerakan Muhammadiyah. Para anggota lebihlebih kader dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh lingkungan dan komponennya dituntut untuk
memahami secara luas dan mendalam mengenai pandangan Islam yang berkemajuan. Setelah itu
bagaimana mewujudkan atau mengaktualisasikan pandangan Islam yang berkemajuan dalam
seluruh gerakannya termasuk dalam melaksanakan usaha-usaha melalui amal usaha, program, dan
kegiatan untuk mencapai tujuan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.

ISLAM AGAMA BERKEMAJUAN

Islam adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Menurut Tarjih Muhammadiyah,
Ad-Din al-Islami: huwa maa syaraahu Allah ala lisani anbiyaaihi min al-awamir wa al-nawahi
wa al-isryadati li-al-shalah al-ibadi dunya-hum wa ukhra-hum (Agama Islam ialah apa-apa yang
telah disyariatkan Allah melalui perantaraan Nabi-nabi-Nya berupa perintah-perintah, laranganlarangan, dan petunjuk-petunjuk-Nya untuk kebaikan hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat).
Islam memiliki landasan yang kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan (al-fitrah almunajalah), kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar manusia yang dianugerahi Allah fitrah
beragama (fitrah al-maqbulah), sehingga agama ini disebut sebagai agama fitrah atau agama hanif
sebagaimana firman Allah:



2|Halaman


Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Ar-Rum: 30).

Islam sebagai agama fitrah memiliki misi yang utama, yakni menjadi rahmat bagi kehidupan
alam semesta.
Firman Allah dalam Al-Quran menyatakan:


)(


Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (QS Al-Anbiya: 107).

Sebagai agama rahmat, Islam tidak hanya untuk manusia, tetapi memberi manfaat bagi
kehidupan di alam raya seperti hewan, tumbuhan, lingkungan, dan lain-lain dalam relasi saling
terkait antara hubungan dengan Tuhan (habluminallah), hubungan dengan sesama manusia
(hablimannas), dan hubungan dengan semesta alam (hablumin al-alam).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-aspek
kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan bahkan ada yang
diberikan keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Hadis Nabi: Antum alamu bi umuri
dunyakum. Al-muradu bi-amri al-dunya... antum aalum bi umuri dunyakum...huwa alumurullati lam yubats li-ajliha al-anbiyaau (yakni perkara-perkara / urusan-urusan / pekerjaanpekerjaan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan-kebijakan manusia). Dalam hal ini
terutama masalah-masalah muamalah-dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (al-muamalat) al-ibahah,
hatta yaquma ad-dalil ala at-tahrim, bahwa asal muasal hukum muamalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam hal bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan
negara. Islam hanya mengatur prinsip-prinsipnya atau isyarat-isyarat dalam bentuk al-isryadat.
Islam sebagai agama rahmatan lilalamin berkomitmen untuk membangun tatanan
kehidupan yang adil (QS Al-Araf: 29), makmur (Qs Hud: 61), sejahtera (QS An-Nisa: 19),
persaudaraan (QS Al-Hujarat: 10), saling tolong menolong (QS Al-Maidah: 2), agar setiap umat
mengubah nasib dirinya dan memperhatikan masa depan (QS Ar-ra'du: 11; Al-Hasyr: 18),
membebaskan kaum dhu'afa-mustadh'afin (QS Al-Ma'unn: 1-7; Al-Balad: 11-16, dst), menjadi
khalifah di muka bumi untuk membangun dan tidak untuk merusak (QS Al-Baqarah: 30; Hud: 61;
Al-Baqarah: 11; dst.); kebaikan (QS Al-Qashas: 77), terbangunnya hubungan baik pemimpin dan
warga (An-Nisa: 57-58), terjaminnya keselamatan umum (QS At-Taubah: 128), Hidup
berdampingan dengan baik dan damai (Al-Imran: 101, 104; dan Al-Qashas: 77), tidak adanya
3|Halaman

kezaliman (Al-Furqan: 19), tidak ada kerusakan atau fasad fi al-ardl (QS Al-Baqarah: 11), dan
terciptanya umat terbaik atau khaira ummah (QS Ali Imran: 110), sehingga secara keseluruhan
terwujud baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur sebagaimana firman Allah SWT:


)(



Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan) Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun (QS Saba: 15).
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya sebagai majraat alakhirat atau ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya untuk merencanakan masa depan
sebagai bagian tidak terpisahkan dari bertaqwa (QS Al-Hasyr: 18), bahkan umat diperintahkan
untuk melakukan perubahan nasib dengan ikhtiar sebab Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya (QS Ar-Rad: 11). Muslim tidak boleh
melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat dengan
perbuatan baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:





)(







Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karena itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan sehingga menjadi
sistem kehidupan yang utama bagi peradaban umat manusia. Kewajiban berdakwah itu
merupakan tanggungjawab pribadi sekaligus kolektif, sehingga setiap muslim harus merasa
terpanggil untuk melakukannya dengan ikhlas dan niat beribadah tanpa paksaan. Kewajiban
dakwah Islam itu diperintahkan Allah dalam Al-Quran sebagaimana firman-Nya :

)(


Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar [217]; merekalah
orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran: 104).
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut tampak jelas
hakikat Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai kemajuan bagi umat manusia.
Karenanya menjadi muslim dan umat Islam semestinya mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap,
dan tindakan yang berwawasan kemajuan. Dengan Islam yang berkemajuan maka umat Islam akan
4|Halaman

melahirkan peradaban yang menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

MUHAMMADIYAH GERAKAN PENCERAHAN


Gerakan pencerahan bagi Muhammadiyah sesungguhnya bukan akan, tetapi telah dimulai
sejak Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah seabad yang silam. Kehadiran
Muhammadiyah melalui gerakan tajdid atau pembaruannya tidak lain sebagai wujud gerakan
pencerahan. Gerakan mengembalikan umat pada sumber ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
murni dengan mengembangkan ijtihad di banyak bidang kehidupan merupakan aktualisasi dari
gerakan pencerahan.
Demikian pula dalam hal pelurusan arah kiblat, pembaruan sistem pendidikan,
pemberdayaan

masyarakat

dhu'afa-mustadl'afin

melalui

Al-Ma'un,

mendirikan

gerakan

perempuan Islam berkemajuan yakni Aisyiyah, serta berbagai dakwah bi-lisan dan bi-lisan yang
bersifat maju lainnya sungguh merupakan wujud nyata dari gerakan Muhammadiyah dalam
menghadirkan dakwah pencerahan. Muhammadiyah bahkan terlibat aktif dalam pergerakan
perjuangan kemerekaan dan pada tanggal 17 Agustus 1945 terlibat aktif dalam meletakkan
fondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammadiyah bukan hanya berkeringat
deras, tetapi bahkan menjadi pendiri Republik ini.
Karenanya kini para anggota, mubalig, aktivis, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun
termasuk yang berada di lingkngan Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, Amal Usaha, dan
seluruh lingkungan Persyarikatan harus secara masif menggerakkan kembali jiwa, pikiran, dan
langkah-langkah pencerahan dalam seluruh aspek yang menjadi bidang gerakannya. Gerakan
pencerahan dalam Muhammadiyah digelorakan kembali pada Muktamar ke-46 tahun 2010 di
Yogyakarta sebagaimana terkandung dalam "Pernyataan Pikiran Muhammasiyah Abad Kedua".
Dinyatakan, bahwa Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan
gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan
untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan
dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan,
kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan
kultural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani,
krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk
kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial
yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan,
menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.
Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi
dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap
tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat
martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
5|Halaman

menjunjungtinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen


Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam
menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.
Muhammadiyah dalam melakukan gerakan pencerahan berikhtiar mengembangkan
strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk
melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhuafa dan
mustadhafin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa. Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada koridor
tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisaai, serta mengembangkan orientasi praksis untuk
pemecahan masalah kehidupan. Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi
dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akal-budi manusia secara utuh.
Sementara pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai aqidah,
ibadah, akhlak, dan muamalat-dunyawiyah yang membangun keshalehan individu dan sosial yang
melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanistik.
Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad
sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan
seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam
pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan.
Umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang
kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu (aljihad li-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (al-jihad li-al-muwajahah) dalam
wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih utama.
Kyai Dahlan menulis, kenapa orang mengabaikan atau menolak kebenaran, hal itu karena
lima sebab yaitu: (1) Bodoh, ini yang banyak sekali, (2) Tidak setuju kepada orang yang
ketempatan (membawa) kebenaran, (3) Sudah mempunyai kebiasaan sendiri dari nenek
moyangnya, (4) Khawatir tercerai dengan sanak-saudara dan teman-temannya, dan (5) Khawatir
kalau berkurang atau kehilangan kemuliaan, pangkat, kebesaran, kesenangannya, dan seagainya.
Karenanya Kyai mengingatkan agar menjadi pemikrian seputar lima hal yaitu; (1) Orang itu perlu
dan harus beragama, (2) Agama itu pada mulanya bercahaya, berkilau-kilauan, akan tetapi makin
lama makin suram, padahal yang suram bukan agamanya, akan tetapi manusianya yang memakai
agama, (3) Orang itu harus menurut aturan dari syarat yang sah dan yang sudah sesuai dengan
pikiran yang suci, jangan sampai membuat keputusan sendiri, (4) Orang itu harus dan wajib
mencari tambahan pengetahuan, jangan sekali-kali merasa cukup dengan pengetahuannya
sendiri, apalagi menolak pengetahuan orang lain, dan (5) Orang itu perlu dan wajib menjalankan
pengetahuannya yang utama, jangan sampai hanya tinggal pengetahuan saja. (Syukriyanto &
Mulkhan, 1985 : 4).
6|Halaman

Kyai Hadjid, Kyai Dahlan menyatakan, Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam
kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal fikirannya, untuk memikir, bagaimana
sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia harus
mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus menggunakan
fikirannya untuk mengoreksi soal itikad dan keyakinannya, tujuan hidup dan tingkahlakunya,
mencari kebenaran yang sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat,
akibatnya akan celaka, dan sengsara selamanya. Pendapat tersebut dikaitkan dengan ayat ke-44
Surat Al-Furqan, yang artinya: Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah
Masyarakat berkemajuan, yang ditandai oleh: (a) Masyarakat Islam ialah masyarakat yang
maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor
kehidupan secara serempak dan teratur/ terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu
mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan. Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan
itu jelas sekali bagaimana tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk
membentuk masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan citacita Islam yang berkemajuan.
Spirit dan jiwa yang berkemajuan juga tampak kuat dalam usaha-usaha Muhammadiyah,
yang diformulasikan dalam Anggaran Rumah Tangga, tetapi sesungguhnya merupakan pantulan
dari apa yang selama ini dilakukan gerakan Islam ini. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah ialah
sebagai berikut: (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan;
(2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan
untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad,
zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya; (4) Meningkatkan harkat, martabat,
dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; (5)
Memajukan

dan

memperbaharui

pendidikan

dan

kebudayaan,

mengembangkan

ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian; (6) Memajukan perekonomian
dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; (7) Meningkatkan kualitas
kesehatan

dan

kesejahteraan

masyarakat;

(8)

Memelihara,

mengembangkan,

dan

mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan; (9) Mengembangkan


komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan
luar negeri; (10) Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; (11) Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku
gerakan; (12) Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan
gerakan; (13) Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan
7|Halaman

pembelaan terhadap masyarakat; dan (14) Muhammadiyah berkomitmen untuk terus


mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal
kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri
Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi
reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan.
Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang
membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan,
ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia.

AKTUALISASI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH


Muhammadiyah sejak

kelahiran

hingga perjalanannya yang berusia satu abad

terus berkomitmen untuk menampilkan jatidiri dan aktualisasi Islam yang berkemajuan. Islam
yang murni (aseli, autentik) bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang yang maqbulah disertai
tajdid atau ijtihad atau pembaruan yang muaranya melahirkan kemajuan sepanjang kemauan
ajaran Islam. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan itulah, Muhammadiyah mampu
melintasi zaman dalam segala dinamika pasang-surut perjuangan yang dilalaluinya. Spirit Islam
yang berkemajuan itulah yang kemudian memberikan inspirasi bagi kemajuan berpikir dan
melangkah Muhammaddiyah pada saat ini dan ke depan.
Kini, persoalannya bagaimana mengaktualisasikan Islam yang berkemajuan itu dalam
gerakan Muhammadiyah? Ideologi atau suatu pandangan mendasar itu bukan sekadar sistem
paham tentang kehidupan, tetapi sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk
mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Artinya Islam yang berkemajuan yang dipahami
Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang bersifat kolektif dan
terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah dengan
pandangan atau ideologi Islam yang berkemajuan telah berkiprah untuk mewujudkan cita-citanya
membentuk masayarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga dari umat yang terbaik itu
kemudian terwujud kehidupan yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur dalam semesta
kehidupan. Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam yang
berkemajuan itu dituntut untuk direvitalisasi sehingga mencapai keunggulan yang tinggi baik
dalam pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di tengah
kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan saat ini.
Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum
memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggungjawab dan konsekuensi mengusung ideologi
atau pandangan Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern saat ini, lebihlebih untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah pergumulan
kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern. Karenya dalam usaha mengaktualisasikan
pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakuan langkah8|Halaman

langkah berikut.
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya meningkatkan
usaha-usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai pemikiran
resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep
Risalah Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk dilanjutkan, Majelis Tarjih telah
menyusun satu bagian yakni Risalah Islamiyah Bidang Akhlaq. Namun demikian selain buku
Himpunan Putusan Tarjih, terdapat pemikiran resmi hasil-hasil Musyawarah Nasional Tarjih yang
mengandung pandangan Islam yang berkemajuan. Termasuk Manhaj Tarjih, Fiqh Al-Maun, Fiqh
Antikorupsi, Fiqh Perempuan, Tanya Jawab Agama, dan lain-lain. Demikian juga dengan tafsir yang
disusun Tarjih, yakni Tafsir At-Tanwir sudah dimulai digarap dan dimuat rutin di Majalah Suara
Muhammadiyah secara bersambung. Termasuk pula berbagai hasil Muktamar Muhammadiyah
yang dihimpun menjadi buku Manhaj Gerakan Muhammadiyah. Maka agar para anggota, aktivis,
kader, dan pimpinan Muhammadiyah termasuk Aisyiyah memiliki pandangan Islam yang
berkemajuan maka semestinya membaca pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah tersebut.
Membaca dan memahami pemikiran-pemikiran resmi Muhammdiyah tersebut merupakan bagian
penting dari usaha mengaktualisasikan atau mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan. Di
sinilah pentingnya membaca dan tidak menyepelekan pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah
dan Aisyiyah yang harus dibudayakan di seluruh lingkungan Muhammadiyah. Tidak kecuali
membaca Majalah resmi Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah, yang di dalamnya memuat
pandangan-pandangan Islam yang berkemajuan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai ikhtiar untuk
meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran melalui berbagai diskusi,
halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam dan memperluas wawsan
pemikiran di lingkungan Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan
pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan
Islam yang berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi
keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah termasuk di
kalangan Aisyiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami perkembangan
pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca
meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan kehidupan,
apalagi merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi iqra
dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang dalam sejarah telah membangun peradaban dan
kejayaan Islam di era keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca dan
memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah kehilangan
arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah terbawa arus oleh berbagai
pemikiran dan gerakan yang berkembang di sekitar. Anggota pimpinan Muhammadiyah di seluruh
tingkatan dan lingkungan penting menggelorakan Hari Membaca, artinya tiada hari tanpa
9|Halaman

membaca

sebagai

tradisi

keilmuan

yang

menyatu

dengan

denyut

nadi

aktivitas

bermuhammadiyah. Seiring dengan itu perlu memasyarakatkan Taman Pustaka di lingkungan


Muhammadiyah dari pusat sampai ranting dan jamaah, termasuk pustaka keliling untuk
menyantuni masyarakat di sudut-sudut kota dan desa.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke luar. Anggota
Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan memperluas sebaran
pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke masyarakat luas. Melalui tulisan di media
massa, jejaring sosial, pengajian, pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai media publikasi
lainnya hendaknya senantiasa dipopulerkan dan dikembangkan pandangan Islam yang
berkemajuan. Hal itu sangat diperlukan selain untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan
pemikiran Islam yang dikembangkan Muhammadiyah, pada saat yang sama untuk mengimbangi
dan memperkaya pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini berkembang dan meluas di
masyarakat khususnya di lingkungan umat Islam. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan
Muhammadiyah dapat memberikan alternatif jalan tengah dari berbagai pemikiran keislaman
yang cenderung serba ekstrem. Namun dalam memasyarakatkan dan mendialogkan pandangan
Islam yang berkemajuan itu hendaklah dilakukan dengan cara-cara yang simpatik, santun, dialogis,
dan cerdas sehingga masyarakat dapat menerimanya dengan lapang hati. Tidak kalah penting
dalam memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan tersebut hendaklah disertai
argumentasi, rujukan, serta wawasan yang luas dan kaya sehingga dapat memberikan alternatif
pemikiran yang lebih unggul.
Keempat, al-ishlah fi al-amal, yakni selalu memperbarui amaliah Islam. Dalam hal ini
bagaimana Muhammadiyah mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan dalam amaliah
sebagaimana tercermin dalam akksi gerakannya. Muhammadiyah dengan seluruh majelis,
lembaga, organisasi otonom, dan amal usahanya penting untuk mengaktualisasikan pemikiranpemikiran Islam yang berkemajuan dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan ini. Amal
usaha, program, dan kegiatan di seluruh lingkungan Muhammadiyah haruslah mencerminkan
pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya baik yang sudah dilaksanakan selama ini maupun
yang hendak dikembangkan hendaknya pengelolaan dan model yang dikembangkan dalam amal
usaha, program, dan kegiatan seluruh institusi di lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik,
unggul, dan utama daripada gerakan-gerakan lain. Termasuk dalam cara berpikir danbertindak
anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah yang berwawasan Islam yang berkemajuan. Jangan
sampai anggota, kader, dan pimpinan di lingkungan Muhammadiyah jumud dan antikemajuan.
Demikian juga dalam pengelolaan amal usaha, program, dan kegiatan di lingkungan
Muhammadiyah tertinggal dari gerakan-gerakan yang lain. Dengan demikian Muhammadiyah
tidak sekadar berteori tentang Islam yang berkemajuan, tetapi mempraktikkan dan membuktikan
Islam yang berkemajuan di dunia kehidupan yang nyata. Islam yang berkemajuan itu harus
membumi sebagaimana dibuktikan oleh Kyai Dahlan dan perjalanan sejarah Muhammadiyah di
10 | H a l a m a n

usia satu abad ini.


Kelima, aktualisasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan langkah keempat, bagaimana
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan mewujudkan amaliah praksis. Dalam
tradisi pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara ilmu amaliah dan amal
ilmiah. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara iman dan amal shaleh yang
begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang menunjukkan bahwa Islam itu agama yang
mempertautkan hablu-minallah dan halu-minannas secara menyatu dan menyeluruh. Kyai Dahlan
bahkan telah menerjemahkan Islam sebagai agama iman dan amal, juga agama iman dan ilmu,
sekaligus agama iman, lmu, dan amal dalam teologi yang melahirkan praksis Al-Maun. Melalui
praksis Al-Maun Muhammadiyah sebagaimana dipelopori Kyai Dahlan telah membuktikan di
dunia nyata bahwa Islam peduli dan terlibat secara emansipatoris dalam usaha dakwah yang
membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kaum mustadhafin. Itulah teologi pembebasan
dalam perspektif Islam, yang penting untuk diaktalisasikan secara sistemik dalam usaha-usaha
Muhammadiyah bersama seluruh komponen gerakannya di berbagai bidang amal usaha, program,
dan kegiatan.
Keenam, Islam diaktualisasikan sebagai agama yang memuliakan perempuan. Islam
memuliakan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Dalam pandangan Islam kemuliaan
manusia bukan karena jenis kelamin, suku bangsa, ras, warna kulit, dan sejenisnya, tetapi karena
ketaqwaannya. Laki-laki dan perempuan atau perempuan dan laki-laki yang beriman dan beramal
shaleh dijamin Allah memperoleh kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dan pahala (ajra) dari
perbuatannya (QS Al-Nahl: 97). Islam hadir di jazirah Arab antara lain membebaskan perempuan
dari belenggu jahiliyah, yang saat itu mendiskriminasikan perempuan dan setiap anak perempuan
yang lahir bahkan dibunuh. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengikuti jejak
pejuangan Nabi Muhammad memelopori gerakan perempuan muslim Indonesia untuk berdakwah
dan beramal shaleh melalui berdirinya Aisyiyah tahun 1917.
Karena itu dengan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah dan Asiyiyah terus
bekomitmen dan melakukan berbagai usaha agar perempuan muslim pada khususnya dan
perempuan Indonesia pada umumnya dapat hidup mulia dan sederajat dengan laki-laki tanpa
diskriminasi untuk beriman dan beramal shaleh meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Langkah tersebut harus terus diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, institusi pendidikan,
dan dalam kehidupan masyarakat serta bangsa pada umumnya dalam relasi yang bermartabat dan
berkeadilan. Muhammadiyah dan Aisyiyah serta komponen Persyarikatan pada umumnya terus
bekiprah melakukan advokasi atas segala bentuk diskriminasi, kekerasan, pelecehan, serta
perlakuan tidak adil dan tidak manusia yang menimpa perempuan sebagaimana hal serupa
menimpa insan ciptaan Tuhan yang lainnya.
PENUTUP
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan telah berkiprah mencerahkan
11 | H a l a m a n

umat dan bangsa. Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tanggal
27 Desember 1961 menganugerahi Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional atas kiprah
yang bersejarah yakni: (1) KHA Dahlan telah memelopori kebangunan umat Islam Indonesia untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; (2) Dengan
organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada
bangsanya; Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan
umat, dengan dasar iman dan Islam; (3) Dengan organisasinya Muhammadiyah telah memelopori
amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa,
dengan jiwa ajaran Islam; dan (4) Dengan organisasinya Muhammadiyah bagian Wanita atau
Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan
berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria (Djarnawi, t.t).
Penghargaan pemerintah tersebut merupakan bentuk pengakuan yang objektif terhadap
usaha-usaha Muhammadiyah, yang sejak awal kelahirannya bekerja keras untuk memajukan
kehidupan umat dan bangsa tanpa pamrih. Karena itu kalau kemudian pemerintah dari pusat
sampai

bawah

memberikan

penghargaan,

membantu,

dan

mendukung

usaha-usaha

Muhammadiyah maka semuanya itu merupakan hal yang wajar dan semuanya akan kembali
kepada umat dan bangsa, bukan untuk Muhammadiyah. Pemerintah bahkan berkewajiban
mendukung, membantu, dan berperan dalam memfasilitasi gerakan-gerakan kemasyarakatan
yang dilakukan Muhammadiyah dan kekuatan masyarakat madani lainnya, karena sejatinya
Muhammadiyah telah meringankan beban pemerintah untuk sebesar-besarnya mencerdaskan,
memajukan, dan memakmurkan kehidupan bangsa sebagai kewajiban yang utama. Sebaliknya
manakala ada yang tidak mendukung atau menghambat langkah Muhammadiyah tentu karena
subjektivitas dan tidak paham sejarah dan kiprah Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan tidak akan pernah berhenti
menyinari negeri dan semesta kehidupan. Kemajuan senantiasa menyertai dan menjadi napas
gerakan Muhammadiyah sepanjang perjalanan gerakannya. Anggota, kader, dan elite pimpinan
Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan lingkungan mesti menghayati dan memahami
pandangan Islam yang berkemajuan untuk kemudian mengaktualisasikannya dalam seluruh usahausaha gerakan. Dengan spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah
mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari ijtihad dakwah Islam sebagai Din
al-Hadlarah dan menyebar risalah rahmatan lil-alamin untuk membangun peradaban yang utama
di muka bumi yang dianugerahkan Allah SWT.

*) Disarikan dari Buku Aktualisasi Islam Yang Berkemajuan oleh DR H Haedar Nashir (Ketua PP
Muhammadiyah) disampaikan pada Musypimda Aisyiyah Banjarnegara pada tanggal 29
30 Nopember 2014.

12 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai