Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep, istilah, dan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan
Muhammadiyah dideklarasikan pada Muktamar Satu Abad tahun 2010 di
Yogyakarta. Pandangan Islam yang berkemajuan tersebut merupakan bagian
dari substansi Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Di dalamnya
terkandung pula pandangan tentang kebangsaan, gerakan pencerahan, dan
kosmopolitanisme Islam.
Pandangan Islam yang berkemajuan merupakan ikhtiar untuk menggali
kembali api pemikiran Islam yang digagas dan diaktualisasikan oleh pendiri
Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan seratus tahun yang silam. Selain
itu, pandangan tersebut sekaligus menjadi bingkai pemikiran bagi
Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua dalam perjalanannya ke depan,
sehingga spirit pembaruan tetap berkesinambungan dalam gerakan
Muhammadiyah dan seluruh komponen organisasinya.
Islam itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu penting
untuk ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Jika Muhammadiyah
menekankan pada pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik ke
konsep dan pemikiran yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan
pandangan Islam yang berkemajuan itu bahkan memperdalam dan
memperluas tentang Islam sebagai ajaran yang menyeluruh atau
komprehensif, yang diturunkan ke muka bumi untuk membawa kemajuan
kepada seluruh umatnya di alam semesta.
Perumusan pandangan Islam yang berkemajuan bukanlah langkah yang
tiba-tiba dan bersifat slogan besar. Langkah tersebut diambil sebagai jalan
strategis yang memiliki fondasi dan orientasi yang kokoh dalam perjalanan

1
gerakan Muhammadiyah. Perumusan tersebut juga bukanlah langkah utopis
atau mengawang-awang dan seakan tidak membumi, karena pada
kenyataannya Muhammadiyah sejak awal kelahirannya hingga mampu
bertahan sampai satu abad lebih tidak lepas dari pandangan Islam yang
berkemajuan. Dengan demikian pandangan Islam yang berkemajuan dalam
Muhammadiyah bersifat aktual sehingga selalu dapat diaktualisasikan atau
diwujudkan atau dilaksanakan dalam berbagai aspek gerakan.
Karenanya pandangan Islam yang berkemajuan penting untuk diyakini,
dipahami, dan tidak kalah pentingnya diimplementasikan dalam seluruh
gerakan Muhammadiyah. Para anggota lebih-lebih kader dan pimpinan
Muhammadiyah di seluruh lingkungan dan komponennya dituntut untuk
memahami secara luas dan mendalam mengenai pandangan Islam yang
berkemajuan. Setelah itu bagaimana mewujudkan atau mengaktualisasikan
pandangan Islam yang berkemajuan dalam seluruh gerakannya termasuk
dalam melaksanakan usaha-usaha melalui amal usaha, program, dan kegiatan
untuk mencapai tujuan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Islam Berkemajuan?
2. Bagaimana ciri-ciri Islam Berkemajuan?

C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui pengertian Islam Berkemajuan?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Islam Berkemajuan?

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Konsep Muhammadiyah Tentang Islam Agama Berkemajuan
Islam adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Islam
memiliki landasan yang kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan
(al-fitrah al-munajalah), kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar
manusia yang dianugerahi Allah fitrah beragama (fitrah al-maqbulah),
sehingga agama ini disebut sebagai agama fitrah sebagaimana firman Allah:

       


        
      
 
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui1[1] (QS Ar-Rum: 30).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada
aspek-aspek kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal
atau umum, dan bahkan ada yang diberikan keleluasaan manusia untuk
mengaturnya. Dalam hal ini terutama masalah-masalah mu’amalah-
dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (al-mu’amalat) al-ibahah, hatta yaquma ad-
dalil ‘ala at-tahrim, bahwa asal muasal hukum mu’amalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam hal bagaimana mengurus
masyarakat, bangsa, dan negara. Islam hanya mengatur prinsip-prinsipnya
atau isyarat-isyarat.
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya
sebagai “majra’at al-akhirat” atau ladang akhirat. Islam memerintahkan

3
umatnya 8 Aktualisasi Islam Berkemajuan untuk merencanakan masa depan
sebagai bagian tidak terpisahkan dari bertaqwa, bahkan umat diperintahkan
untuk melakukan perubahan nasib dengan ikhtiar sebab Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya.
Muslim tidak boleh melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih
kebahagiaan abadi di akhirat dengan perbuatan baik sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran:
       
    
       
        

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karena itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan
sehingga menjadi sistem kehidupan yang utama bagi peradaban umat
manusia. Kewajiban berdakwah itu merupakan tanggungjawab pribadi
sekaligus kolektif, sehingga setiap muslim harus merasa terpanggil untuk
melakukannya dengan ikhlas dan niat beribadah tanpa paksaan.
Nabi membangun fondasi peradaban Islam selama 23 tahun dengan
penuh dinamika dilanjutkan oleh empat khalifah utama. Setelah itu peradaban
Islam meluas dan Islam menjadi agama peradaban dunia selama sekitar lima
abad lamanya. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mencapai puncaknya
ketika Barat saat itu tertidur lelap. Terbentuknya peradaban Islam yang utama

4
itu tidak lepas dari spirit ijtihad dan tajdid yang menyatu dalam kehidupan
umat Islam. Nabi sendiri melalui sebuah hadis memberikan perspektif, bahwa
pada setiap kehadiran abad baru datang mujadid yang akan memperbarui
paham agama. Maknanya bahwa pada setiap babakan sejarah yang penting
dan krusial selalui dibutuhkan pembaruan, sehingga Islam mampu menjawab
tantangan zaman. Islam dan umat Islam tidak boleh jumud atau statis,
sebaliknya harus dinamis dan progresif. Itulah spirit dan pandangan Islam
yang berkemajuan sebagai tonggak peradaban.
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut
tampak jelas hakikat Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai
kemajuan bagi umat manusia. Karenanya menjadi muslim dan umat Islam
semestinya mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap, dan tindakan yang
berwawasan kemajuan. Dengan Islam yang berkemajuan maka umat Islam
akan melahirkan peradaban yang menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta
alam.
Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed dalam sebuah Pengantar buku Islam
Berkemajuan mengatakan bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang
menjadi karakter Muhammadiyah, yaitu:
1. tauhid murni yang merupakan doktrin sentral ajaran Islam;
2. memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam;
3. melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif;
4. berorientasi kekinian dan masa depan;
5. bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama.
Istilah “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan” telah
melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam
perjalanan berikutnya. Pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kyai
Dahlan sejak meluruskan arah kiblat sampai mendirikan lembaga pendidikan
Islam, mengajarkan dan mempraktikkan Al-Ma’un, dan membentuk pranata-

5
pranata amaliah sosial Islam yang bersifat modern, semuanya menunjukkan
pada watak Islam yang berkemajuan.
Istilah “berkemajuan” juga diperkenalkan dalam memberikan ciri
tentang masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Muktamar ke-37
tahun 1968 dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
salah satu cirinya ialah “Masyarakat berkemajuan”, yang ditandai oleh: “(a)
Masyarakat Islam ialah masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat
menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor kehidupan
secara serempak dan teratur/ terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya
masyarakat itu mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan” (Dr. Haedar
Nashir, 2010:341).
Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali
bagaimana tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk
membentuk masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon
pandangan dan cita-cita Islam yang berkemajuan.

B. Ciri-ciri islam berkemajuan


Bahwa keberhasilan perjuangan Muhammadiyah yang berjalan
hampir satu abad pada hakikatnya merupakan rahmat dan karunia Allah SWT
yang patut di syukuri oleh seluruh warga . Dengan modal keikhlasan dan kerja
keras segenap anggota disertai dukungan masyarakat luas Muhammadiyah
tidak kenal lelah melaksanakan misi dakwah dan tajdid dalam memajukan
kehidupan umat , bangsa dan dunia kemanusiaan. Perjuangan
Muhammadiyah yang diwarnai dinamika pasang surut itu tidak lain untuk
mencapai tujuan terwujudnya masyarakat islam yang berkemajuan.

Adapun Ciri-ciri Islam Berkemajuan sebagai berikut :

1. Memiliki landasan ilmu ketauhidan

6
2. Berpegang teguh pada alqur’an dan assunah

3. Memperkukuh diri sebagai gerakanTajdid

4. Memiliki prinsip washatiyah

5. Memiliki komitmen gerakan

6. Memiliki pandangan keagamaan

7. Memiliki pandangan tentang kehidupan

8. Memiliki tanggung jawab kebangsaan dan kemanusiaan

1. Memiliki landasan ilmu tauhid

Tauhid adalah sikap dasar seorang muslim yang menjadikan Allah


sebagai satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segara
perintah dan larangan-Nya. Tauhid juga menjadikan seorang muslim
hanya menjadikan Allah Swt sebagai tujuan. Secara harfiyah, tauhid
artinya “satu”, yakni Tuhan yang satu, tiada Tuhan selain-Nya (keesaan
Allah). Tauhid terangkum dalam kalimat tahlil, yakni Laa Ilaaha Illaallaah
(tiada Tuhan selain Allah). Tauhid menjadi inti ajaran agama para nabi dan
rasul, sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad Saw sebagai nabi
dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi/rasul setelahnya.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”
(QS. An-Nahl: 36).

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu,


melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan

7
(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
(QS Al Anbiyaa’ : 25).

“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;


tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At Taubah: 31)

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya.


Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).”
(QS Az Zumar: 2-3).

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus” (QS Al Bayyinah: 5).

Tauhid adalah penopang utama yang memberikan semangat dalam


melakukan ketaatan kepada Allah. Orang yang bertauhid akan beramal
untuk dan hanya karena Allah semata. adapun macam-macam Tauhid
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah,
dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

1. Tauhid Rububiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya


pencipta dan pemelihara alam semesta; bahwa Allah adalah Rabb,
Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan
mengubah keadaan mereka. “Segala puji bagi Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang”
(QS. Al An’am: 1).
2. Tauhid Uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya
yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. “Hanya Engkaulah
yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan” (Qs. Al-Fatihah: 5).

8
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang
memiliki nama dan sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi
diri-Nya dalam Al Qur’an dan hadits, yakni Asmaul Husna.

2. Berpegang teguh pada Al Quran dan As Sunnah

Ada jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, bahwa mereka tidak akan
sesat selama mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, berpegang-
teguh kepada Alquran dan al Hadits. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak
akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha:
123, 124).

Aqidah merupakan hal yang terpenting yang harus diketahui oleh


setiap muslim. Pembahasan masalah aqidah hendaknya menjadi priorotas
pertama bagi para duat ilallah dalam membimbing dan berdakwah kepada
manusia. Kemudian seluruh madzhab yang ada di dalam Islam senantiasa
mengutamakan masalah aqidah dalam dakwahnya. Aqidah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Para ulama selalu menjadikan
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar dalam seluruh aspek agama.
Mereka tidak akan menyelisihi apa-apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Para ulama ahlussunnah wal jama’ah menjadikan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam berdakwah kepada
manusia. Karena keduanya merupakan sumber wahyu dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

9
Cara memahami independen (komprehensif, integratif), artinya
tidak terikat pada aliran teologi agama tertentu. Muhammadiyah lebih
dekat ke salafiyah, tapi tidak sama. Tidak terikat pada salah satu atau
beberapa mazhab, tapi bukan berarti antimazhab. Yang diambil ayatnya,
bukan pendapat.

3. Memperkukuh diri sebagai gerakan Tajdid

Kata tajdid diambil dari bahasa arab yaitu jaddada-yujaddidu-


tajdiidan yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian di jadikan jargon
dalam gerakan pembaruan islam agar terlepas dari bid’ah, takhayul dan
khurafat. Istilah at-tajdîd adalah istilah syar’i yang bersumber pada hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Sesungguhnya pada setiap
penghujung seratus tahun, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus
untuk umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka

Persyarikatan Muhammadiyah bertekad makin memperkukuh diri


sebagai gerakan tajdid atau pembaruan. Baik pemikiran maupun gerakan,
sepertinya merupakan karakteristik utama organisasi Islam modern ini.
Alasannya, masyarakat selalu berubah, ilmu pengetahuan dan teknologi
selalu berkembang maju dan alam sekitar pun mengalami perubahan.
Mengapa kita mesti statis dan konservatif ?

Tentu kita akan ketinggalan zaman jika kita tidak berpikir dinamis.
Maka KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sejak awal kiprahnya
telah menyerukan kepada umat Islam di Indonesia agar selalu
mengadakan pembaruan dalam pemahaman ajaran Islam. Ide pembaruan
bersumber dari sebuah Hadis yang artinya : “Sesungguhnya Allah
mengutus bagi umat ini pada tiap-tiap penghujung abad seorang yang akan
memperbarui pemahaman agama bagi umat tersebut”. Dari Hadis ini
ditarik kesimpulan, setiap abad akan muncul mujadid (reformer) Islam.

10
Menurut paham Muhammadiyah, tajdid mempunyai dua
pengertian, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Pertama, mengandung
pengertian purifikasi dan reformasi. Yaitu pembaruan dalam pemahaman
dan pengamalan ajaran Islam ke arah keaslian dan kemurniannya sesuai
dengan Alquran dan As-Sunnah Al-Maqbulah.

Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan


ibadah mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau
dinamisasi ( pengembangan ) dalam pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah
muamalah duniawi.

Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah


memasuki era globalisasi, karena pada era ini bangsa-bangsa di dunia
rnengalami interaksi antarbudaya yang sangat kompleks.

1. purifikasi (pemurnian dalam hal akidah, ibadah mahdah, dan akhlak)


2. dinamisasi (seluruh aspek kehidupan, seperti sosial, ekonomi, budaya,
ilmu pengetahuan sehingga menjadi aktual). Jangan sampai salah
pasang, antara pemurnian dan dinamisasi. Akibatnya, mengembangkan
akidah menjadi liberalisme, memurnikan budaya menjadi jumud.
Prinsip budaya: apa saja boleh, kecuali ada dalil yg melarangnya.

4. Memiliki prinsip washatiyah

Di dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang


wasathiyah,“Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu semua, umat
yang ‘wasatha’ agar kamu menjadi saksi atas sekalian manusia.” (Surah Al-
Baqarah, 2: 143)

Para ulama membahaskan pengertian wasathiyah dalam ayat ini.


Antaranya mereka mengambil manfaat daripada tafsiran Nabi sallallahu

11
‘alaihi wasallam sendiri terhadap wasathiyah. Apabila Nabi menterjemah
perkataan “wasatha”, sabda Baginda di dalam hadis riwayat Al-Bukhari
mengatakan bahawa “wasath itu adalah adil”. Apabila Nabi mengatakan
bahawa wasathiyah itu maksudnya adil, para ahli ilmu membahaskan apa
yang dimaksudkan dengan adil. Tidak ekstrim kanan maupun kiri.
Muhammadiyah mengambil jalan tengah, jalan yg diikuti Nabi Muhammad
sesuai Al Quran dan As Sunnah.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Haedar Nashir, “Muhammadiyah


Gerakan Pembaruan (2010)”, diuraikan secara rinci bahwa Muhammadiyah
menempatkan diri sebagai pengusung moderatisme. Menurut Nashir,
Muhammadiyah berberbeda dengan pandangan kaum tekstualis di satu ujung
spektrum dan liberal di ujung spektrum lainnya. Pada konteks tertentu
Muhammadiyah amat tekstual, dan pada konteks lain Muhammadiyah
cenderung terbuka. Pendekatan yang digunakan oleh Muhammadiyah sering
tergantung konteks. Muhammadiyah menegaskan jati dirinya sebagai gerakan
Islam tengahan (wasathiyah).

Pilihan untuk menjadi gerakan wasathiyah bukan sebuah kebetulan,


melainkan diputuskan secara matang dan terencana. Argumentasi yang
digunakan Muhammadiyah sebagai gerakan wasithiyah dapat dilihat dalam
Alquran, “dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang pertengahan…”
(Q.S. Al-Baqarah/ 2: 143). Ayat tersebut mendapatkan penguatan dari sebuah
hadis Nabi, “Khairul umuuri ausaathuhaa/ Sebaik-baik urusan adalah yang
pertengahan.” Ayat dan hadis ini saling menguatkan. Umat Islam ditakdirkan
menjadi kaum moderat yang tidak ekstrim. Sementara hadis Nabi tersebut
menjelaskan bahwa pilihan pemikiran dan gerakan terbaik tentu yang tidak
berlebihan (ghuluw).

12
Apakah makna wasathiyah itu sehingga menjadi pilihan
Muhammadiyah? Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqaayiis al-Lughah
menjelaskan bahwa wasathiyah terambil dari kata wasath yang berarti adil,
baik, tengah dan seimbang. Kata wasath mengandung makna yang selalu
berada pada posisi tengahan, seperti sifat berani merupakan tengahan dari
takut dan sembrono, dermawan tengahan dari sifat kikir dan pemboros. Dari
kata wasath lahir kata wasith (wasit) yang berarti penengah atau pelerai.

Dalam Alquran, kata wasath dan derivasinya disebut lima kali dengan
pengertian yang dekat dengan makna kebaikan. Kata wasath juga
menunjukkan titik temu dari semua sisi. Misalnya saja lingkaran yang
merupakan titik temu dari beragam sisi. Di sini menjadi jelas bahwa kata
wasath memiliki makna baik dan terpuji berlawanan dengan kata pinggir (ath-
tharf) yang berkonotasi negatif. Selain itu, sesuatu yang berada pada posisi
pinggir akan mudah sekali tergelincir. Sikap keberagamaan yang tawassuth
(pertengahan) berlawanan dengan sikap keberagamaan yang tatharruf
(pinggiran, berada di ujung), baik ujung kanan maupun ujung kiri.

Dalam bahasa Arab modern, kata tatharruf berkonotasi dengan makna


radikal, ektrim dan berlebihan. Dalam pandangan Ali bin Abi Thalib bahwa
orang yang paling baik akan memilih posisi di pertengahan, dimana orang
yang lalai berusaha untuk mencapainya dan orang yang berlebihan kembali
bersamanya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa gerakan wasathiyah
merupakan gerakan tengahan yang menjaga seseorang dari kecenderungan
menuju dua sikap ekstrim menuju sikap yang seimbang.

5. Memiliki komitmen gerakan

Muhammadiyah adalah gerakan islam yang mengemban misi dakwah


dan tajdid berasas islam, bersumber pada al-quran dan as sunah dan bertujuan

13
mewujudkan masyarakat islam yang sebenar benarnya. Muhammadiyah
sesuai jati dirinya senantiasa istiqomah untuk menunjukan komitmen yang
tinggi dalam memajukan kehidupan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan
sebagai wujud ikhtiar menyebarluaskan islam yang bercorak rahmatan
lil-‘alamin.

Muhammadiyah dalam usianya jelang satu abad telah banyak


mendirikan taman kanak-kanak, sekolah, perguruan tinggi,rumah sakit, balai
pengobatan,rumah yatim piatu, usaha ekonomi,penerbitan dan amal usaha
lainnya.

Kiprah dan langkah Muhammadiyah yang penuh dinamika itu masih


di rasakan belum mencapai puncak keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nya,sehingga Muhammadiyah semakin di tuntut untuk meneguhkan
dan merevitalisasi gerakannya ke seluruh lapangan kehidupan]

6. Memiliki pandangan keagamaan

Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya di berbagai bidang


kehidupan untuk kemajuan umat,bangsa,dan dunia kemanusiaan di landasi
oleh keyakinan dan pemahaman keagamaan bahwa islam sebagai ajaran yang
membawa misi kebenaran Ilahiyah harus di dakwahkan sehingga menjadi
rahmatan lil-‘alamin di muka bumi ini.

Misi dakwah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan


perwujudan dari semngat awal persyarikatan ini sejak didirikanya yang di
jiwai oleh pesan Allah dalam l-quran surat al-imron ayat 104 yang artinya:

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada
kebajikan , menyuruh kepada yang ma’ruf,dan mencegah dari yang
munkar,mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-imron : 104)

14
kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dikenal
sebagai pelopor gerakan tajdid (pembaruan) yang bersifat pemurnian
(purifikasi) dan perubahan kearah kemajuan (dinamisasi), yang semuanya
berpijak pada pemahaman tentang islam yang kokoh dan kuat. Semangat
tajdid tersebut didorong antara lain oleh sabda nabi Muhammad SAW yang
artinya:

“sesungguhnya Allah mengutus kepada umat manusia pada setiap kurun


seratus tahun orang yang memperbarui ajaran agamanya”.

Bahwa masyarakat islam yang sebenar benarnya yang menjadi tujuan


gerakan merupakan wujud aktualisasi ajaran islam dalam struktur kehidupan
kolektiv manusia yang memiki corak masyarakat tengahan (ummatan
wasatha) yang berkemajuan baik dalam wujud sistem nilai sosial budaya,
sistem sosial, dan lingkungan fisik yang di bangunnya.

7. Memiliki pandangan tentang kehidupan

Muhammadiyah memandang bahwa era kehidupan umat manusia saat


ini berada dalam suasana penuh paradoks. Kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat luar biasa di barengi dengan berbagai
dampak buruk seperti lingkungan hidup yang tercemar (polusi) dan
mengalami eksploitasi besar-besaran yang tak terkendali. Kemajuan
kehidupan modern yang melahirkan antitesis post-modern juga di warnai oleh
kecenderungan yang bersifat serba bebas (supra-liberal), serba boleh
(permisif), dan serba menafikan nilai (nihilisme), sehingga memiliki peluang
semakin terbuka bagi kemungkinan anti agama (agnotisme) dan anti tuhan
(atheisme) secara sistematis.

Di era global ini masyarakat memiliki kecenderungan penghambatan


bagi egoisme (ta’bid al-nafs), penghambatan terhadap materi (ta’bid al-
mawwad), penghambatan terhadap nafsu seksual (ta’bid al-syahawat) dan

15
penghambatan terhadap kekuasaan (ta’bid al-siyasiyyah) dan menggeser nilai
nilai fitri (otentik).

Karena itu Muhammadiyah mengajak seluruh kekuatan masyarakat,


bangsa, dan dunia untuk semakin berperan aktif dalam melakukan ikhtiar-
ikhtiar pencerahan di berbagai lapangan dan lini kehidupan sehinggan
kebudayaan umat manusia di alam baru ini menuju pada peradaban yang
berkemajuan sekaligus bermoral tinggi.

8. Memiliki tanggung jawab kebangsaan dan kemanusiaan

Muhammadiyah memandang bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah


berada dalam suasana transisi yang penuh pertaruhan. Keberhasilan atau
kegagalan dalam menyelesaikan krisis multi dimensi akan menentukan nasib
perjalanan bangsa kedepan.

Bangsa Indonesia juga tengah berada dalam cengkraman globalisasi ,


politik global dan berbagai tarik menarik kepentingan internasional yang di
warnai hegemoni dan ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan.

Dalam menghadapi masalah dan tantangan internal maupun eksternal


itu bangsa Indonesia memerlukan mobilisasi seluruh potensi dan kemampuan
baik berupa sumber daya manusia , sumber daya alam, modal sosial kultural
dan berbagai daya dukung nasional yang kuat dan di kelola dengan sebaik
baiknya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan telah
berkiprah mencerahkan umat dan bangsa. Pemerintah berkewajiban
mendukung, membantu, dan berperan dalam memfasilitasi gerakan-gerakan
kemasyarakatan yang dilakukan Muhammadiyah dan kekuatan masyarakat
madani lainnya, karena sejatinya Muhammadiyah telah meringankan beban
pemerintah untuk sebesar-besarnya mencerdaskan, memajukan, dan
memakmurkan kehidupan bangsa sebagai kewajiban yang utama. Sebaliknya
manakala ada yang tidak mendukung atau menghambat langkah
Muhammadiyah tentu karena subjektivitas dan tidak paham sejarah dan
kiprah Muhammadiyah.
Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya
sendiri sebelum memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggungjawab
dan konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan Islam yang
berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern pada saat ini, lebih-lebih
untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah
pergumulan kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan tidak akan
pernah berhenti menyinari negeri dan semesta kehidupan. Kemajuan
senantiasa menyertai dan menjadi napas gerakan Muhammadiyah sepanjang

17
perjalanan gerakannya. Anggota, kader, dan elite pimpinan Muhammadiyah di
seluruh tingkatan dan lingkungan mesti menghayati dan memahami
pandangan Islam yang berkemajuan untuk kemudian
mengimplementasikannya dalam seluruh usaha-usaha gerakan. Dengan spirit
dan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah mencerahkan umat,
bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari ijtihad dakwah Islam sebagai
agama berkemajuan dan menyebar risalah rahmatan lil-‘alamin untuk
membangun peradaban yang utama di muka bumi yang dianugerahkan Allah
SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta, Surya


Sarana Grafika
Kyai Syuja’. 2009. Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, Banten, Al-Wasath

18

Anda mungkin juga menyukai