Anda di halaman 1dari 33

TELAAH JURNAL

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS


DENGAN NEUROPATI DIABETIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen pengampu :
Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh:
A Ahmad Ihsan, S.Kep
Arif Rahman, S.Kep
Elis Parida, S.Kep
Marina Purnawaty, S.Kep
Rifki, S.Kep
Siti Aisyah, S.Kep
Siti Kurniasih, S.Kep
Taufik Irman, S.Kep
Wiki Fathul B, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami yang
tergabung dalam kelompok 2 dapat menyelesaikan telaah jurnal dengan judul
“Pengaruh Senam kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Neuropati
Diabetik”.
Telaah jurnal ini ini telah kami dokumentasikan dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki pendokumentasian asuhan keperawatan ini. Kami
berharap semoga asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat maupun
isnpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Kasus atau skenario klinis ...................................................... 3

C. Metode penelusuran bukti ...................................................... 3

D. Rumusan masalah .................................................................. 4

BAB II ANALISIS JURNAL .................................................................. 16

A. Hasil Penelusuran Bukti ....................................................... 16

B. Pembahasan ......................................................................... 20

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 26

A. Kesimpulan .......................................................................... 26

B. Saran..................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 28

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia ( Smeltzer, 2008). International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan pada tahun 2045 terdapat 629 juta orang
berusia 20-79 tahun hidup dengan diabetes melitus, dimana diabetes melitus tipe 2
merupakan tipe yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 90% dari semua kasus
diabetes melitus (IDF, 2017).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular (PTM), di
Indonesia prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur >
15 tahun adalah 6,9 % pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 10,9 % pada tahun
2018 atau mengalami peningkatan sebesar 4 % (Riskesdas, 2018).
Diabetes Mellitus Tipe II disebut Diabetes Mellitus yang tidak tergantung
insulin dan terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin)
dan gangguan sekresi insulin (Black & Hawks, 2014). Hal tersebut disebabkan
karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya
artinya terjadi defisiensi insulin relative, atau dapat dikatakan sel pankreas
mengalami desentisisasi terhadap glukosa akibatnya terjadilah penumpukan
glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Guyton, 2012)
Diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ tubuh. Komplikasi jangka panjang dapat ikut
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata)
dan komplikasi neuropati diabetes (Smeltzer, 2008).
Neuropati perifer pada diabetes melitus adalah adanya tanda dan gejala
kerusakan atau disfungsi saraf perifer pada ekstremitas bawah akibat paparan
hiperglikemia kronik (Dixit dan Maiya, 2014). Lebih dari 40% pasien diabetes
melitus tipe 2 mengalami neuropati perifer (Gogia dan Rao, 2017). Neuropati
perifer merupakan komplikasi yang sering dan umum ditemukan pada pasien

1
2

diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus sendiri merupakan penyebab kerusakan


saraf atau neuropati (Rani, Raman, Rachapalli, Pal, Kulothungan, dan Sharma,
2010).
Neuropati perifer diabetik menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada
pasien diabetes melitus, serta menghasilkan beban ekonomi yang besar (Salawu,
Shadrach, Adenle, Martins, Bukbuk, 2018). Neuropati perifer diabetik menjadi
predisposisi ulkus dan gangren pada kaki yang membutuhkan perawatan tepat dan
biaya besar (Gill, Yadav, Ramesh dan Bhatia, 2014).
Penurunan suplai darah ke ekstremitas atau gangguan sirkulasi perifer
ekstremitas bawah merupakan salah satu penyebab terjadinya ulkus diabetikum
pada kaki (Rebolledo et al, 2011). Penyakit arteri perifer ekstremitas bawah
merupakan penyebab ulkus diabetikum yang paling sering ditemukan. Sekitar 15%
penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetes dalam masa hidupnya (Leone et
al, 2012). Ulkus inilah yang memicu terjadinya infeksi dan amputasi, 50% ulkus
akan terinfeksi dan 25% membutuhkan tindakan amputasi (Singh et al, 2013).
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi DM yang paling sering ditemukan dan
mengancam kehidupan. Ulkus diabetikum adalah penyebab paling umum amputasi
kaki nontraumatik di seluruh dunia.
Tindakan pengobatan neuropati perifer diberikan untuk memperbaiki
gejala, nyeri, dan memperlambat perkembangan neuropati (Spallone dan Greco,
2013). Penanganan utama neuropati perifer diabetik ditujukan untuk memperoleh
kontrol glikemik yang optimal (Kaku, Vinik, Simpson, 2015).
Salah satu cara untuk meningkatkan kontrol glikemik adalah melalui
aktivitas fisik (Johnson et al., 2018). Aktivitas fisik merupakan salah satu landasan
dalam manajemen pasien diabetes melitus. Sebelum 2009, neuropati perifer
merupakan kontraindikasi aktivitas fisik yang membuat kaki menahan beban berat
badan seperti berjalan kaki. American Diabetes Association (ADA) menyarankan
pasien neuropati perifer melakukan jenis aktivitas fisik seperti berenang, bersepeda,
dan senam anggota tubuh bagian atas. ADA menyatakan tidak menghalangi pasien
diabetes melitus dengan neuropati perifer melakukan aktivitas fisik berjalan kaki
setelah terdapat penelitian yang menyatakan bahwa aktivitas fisik intensitas sedang
3

yang membuat kaki menahan beban berat badan seperti berjalan kaki tidak
meningkatkan kejadian ulkus kaki dengan syarat pasien selalu menggunakan alas
kaki dan tidak terdapat deformitas kaki berat (Kluding et al., 2017a). Aktifitas fisik
intensitas sedang selama 150 menit/minggu dapat memperbaiki derajat neuropati
perifer berupa bentuk neuropati perifer yang lebih ringan (ADA, 2016).
Kunjungan pasien DM di rawat inap RS Al Islam selama periode januari
sampai dengan juli 2019 sebesar 675 pasien (SIM-RS, 2019). Saat ini belum ada
tim diabetik maupun penyuluhan rutin tentang diabetik dan penanganannya yang
dilakukan di RS Al Islam Bandung. Termasuk media edukasi tentang senam
diabetik.
Berdasarkan uraian fenomena diatas, maka penulis akan melakukan kajian
literatur pengaruh senam/latihan pada kaki terhadap pasien diabetes melitus tipe 2
dengan neuropati perifer. Tujuan kajian literatur ini untuk mengetahui senam kaki
diabetik dan manfaatnya pada pasien diabetes melitus (DM).
B. Kasus atau skenario klinis
Pasien datang ke Rumah Sakit Al-Islam pada tanggal 20 Juli 2019 dengan
keluhan kaki sering kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu disertai kaki
bengkak dan ada luka di kedua jari jari kaki. Kaki sering kesemutan terutama
setelah duduk bersila atau setelah jongkok dalam waktu yang lama.
Pasien juga mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung
batu. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merendam kakinya dalam air
panas yang sudah dicampur garam dan air sirih selama 30 menit dan dilakukan
setiap pagi dan sore hari. Karena pasien mengalami penurunan sensasi rasa
sehingga tidak dapat merasakan kakinya terbakar oleh air rendaman yang panas,
yang membuat luka bakar grade 2 pada jari jari kedua kakinya. Dengan luka bakar
ini maka pasien berobat ke rumah sakit. Sebelumnya pasien sudah terbiasa dengan
pengobatan lantus yang diberikan setiap malam sebanyak 12 unit, dengan
memberikan injeksi langsung pada dirinya sendiri melalui otot di perut.
C. Metode penelusuran bukti
Metode penelusuran buku ini mencari referensi di Ebsco, Proquest dan
Google Scholar dengan kata kunci senam kaki, diabetes, neuropati. Penulis
4

mengambil dari rentang 2016 sampai 2018. Kata kunci pencarian digunakan dengan
mengkombinasikan kata kunci sehingga hasil temuan lebih spesifik. Kriteria inklusi
literatur yaitu full text article, terbit antara tahun 2016 sampai 2019 dan artikel
jurnal saja. Penelitian dilakukan terhadap responden usia muda dan lanjut usia dan
tidak mengalami ulkus diabetik. Intervensi yang dilakukan yaitu senam kaki
diabetik. Literatur yang relevan dengan topik dan terbit sejak 2016 sampai 2019
ditinjau.
Penulis menemukan beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi atau menghentikan neuropati diabetik, namun yang berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi ada 9 jurnal yang dapat dijadikan bahan telaah jurnal
sesuai dengan kondisi pasien .

D. Rumusan masalah
1. P (Patient/Problem)
Belum ada standar operasional prosedur untuk meningkatkan vaskulerisasi
perifer pada pasien neuropati diabetik di RS Al Islam Bandung.
Belum ada pemberian edukasi tentang senam kaki terhadap pasien diabetik
yang mengalami neuropati.
2. I (Intervention)
Latihan pada kaki/senam kaki diabetik
3. C (Comparisson)
Pembanding menggunakan jurnal penelitian senam kaki yang berbeda tempat
4. O (Outcome)
Tujuan yang dicari dalam telaah jurnal adalah
a. Pengaruh latihan kaki diabetik/senam kaki diabetik terhadap neuropati
b. Frekuensi latihan senam/latihan kaki diabetik
c. Prosedur latihan kaki diabetik/senam kaki diabetik
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
Judul Pengaruh Kombinasi Pengaruh Senam Kaki Senam Kaki Diabetik Efektivitas Senam Kaki The Influence Of
Senam Kaki Dan Terhadap Penurunan Skor Efektif Meningkatkan Diabetes Terhadap Diabetic Foot
Aroma Terapi Neuropati Dan Kadar Gula Ankle Brachial Index Sensitifitas Kaki dan Gymnastic To Body
Terhadap Abi Dan Darah Pada Pasien DM Pasien Diabetes Melitus Resiko Jatuh pada Balance Of Elderly
Tingkat Stres Pada Tipe 2 Tipe 2 Lansia DM Diabetes Mellitus
Penderita Dm Di Patients In Gatoel
Puskesmas Jajag Mojokerto Hospital
Diabetic Club
Nama Hirdes Harlan Yuanto, Rita Fitri Yulita, Agung Aria Wahyuni Sheylla Septina Muhith Abdul, Hannan
penulis Abu Bakar, Puji Astuti Waluyo, Rohman Azzam margaretta Mujib, Dwihelynarti S,
M. Himawan S, Tatik
Sutarti, Ismawati S.
Tahun 2018 2019 2016 2016 2018
Keyword ABI, tingkat sters, DM Senam Kaki, Skor Senam Kaki Diabetik Lansia DM, Senam Diabetic Foot
Neuropati, Kadar Gula Kaki, sensitifitas Kaki, Exercises, Body
Darah, Instrumen MNSI, Resiko Jatuh Balance, Diabetes
DM Tipe 2 Mellitus
Kriteria Umur kurang dari 50 Kriteria : Jenis Kelamin Kriteria umur 40-60 Kriteria umur 45-74 Lansia di perkumpulan
inklusi tahun, menderita DM laki-laki dan Perempuan , tahun, pasien DM tipe 2 tahun, pasien DM tipe 1 diabetic yang menderita
kurang dari 6 bulan, Lama Menderita Diabetes tanpa penyerta, tidak maupun DM type 2, diabetes militus di RS
DM tipe 1, tidak Mellitus ≥ 5 tahun, < 5 memiliki infeksi pada tidak menderita foot Gatoel Mojokerto
memiliki luka masalah tahun daerah kaki. ulcer, tidak
luka di kaki, diabetes menggunakan alat
melitus tipe 1, tanda- bantu jalan.

5
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
tanda vital : TD >
150/50 mmhg atau <
180/100 mmhg, HR
60-100x/menit,
pernapasan 16-
20x/menit, Hb > 9,5
gr/dl, kesadaran
composmentis
Kriteria Memiliki riwayat Peneliti tidak Peneliti tidak Pasien DM dengan Tidak dijelaskan pada
eksklusi jantung yang tidak mencantumkan kriteria mencantumkan kriteria dispneu, nyeri dada, penelitian ini
stabil (angina, gagal ekslusi ekslusi gangguan metabolisme,
jantung kongestif, gangguan persendian
miokarditis, stenosis seperti inflamasi dan
aorta berat, aritmia gangguan
yang membutuhkan muskuloskeletal seperti
perawatan), ada trauma dan injury.
riwayat rawat inap 3
bulan terakhir, lansia,
memiliki masalah luka
di kaki, alergi dengan
bau-bauan terutama
lavender.
Metode- Menggunakan desain Jenis penelitian ini adalah Jenis penelitian ini Jenis penelitian ini Penelitian ini dilakukan
logi penelitian Quasy Quasi eksperimen dengan adalah Quasi adalah True eksperimen menggunakan
Experimental dengan pendekatan Pretest- eksperimen dengan dengan pendekatan Pre desain Quasy
pendekatan pre test postest with Control pendekatan One group post test group design eksperimental dengan

6
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
dan post test control Group design. Teknik Pretest-postest design. dengan kelompok pendekatan Pre-
group design pengambilan sampel Populasi adalah seluruh kontrol. Populasi adalah PostTtest dengan
dilakukan dengan cara pasien diabetes melitus seluruh pasien diabetes Desain Grup Kontrol.
consecutive Sampling tipe 2 di salah satu melitus tipe 1 dan tipe 2
yaitu dengan cara subjek wilayah puskesmas di di Kelurahan Ketami
dipilih berdasarkan Kota Payakumbuh Kecamatan Pesantren
kriteria yang telah sebanyak 77 orang Kota Kediri sebanyak
ditentukan dengan jumlah dimana sampel diambil 78 orang dimana sampel
sample yalng digunakan menggunakan teknik diambil menggunakan
adalah 16 responden yang purposive sampling teknik concecutive
masuk dalam kelompok sebanyak 10 orang yang sampling sebanyak 33
intervensi dan 16 memenuhi kriteria umur orang yang memenuhi
responden yang masuk 40-60 tahun, pasien DM kriteria umur 60-74
dalam kelompok kontrol. tipe 2 tanpa penyerta, tahun, umur 45-59
Uji hipotesa digunakan tidak memiliki infeksi tahun sebanyak 6 orang,
beda rata-rata berpasangan pada daerah kaki. Pada kelompok
dan tidak berpasangan. intervensi diberikan
Penelitian ini dilakukan di latihan senam diabetik 2
PERSADIA RS TK. II kali perminggu selama
Dustira Cimahi dengan 30 menit selama 4
Karakteristik responden minggu dan kelompok
Jenis Kelamin dan lama kontrol dilakukan
menderita diabetes senam lansia. Penilaian
mellitus. sensitifitas kaki
menggunakan skala
yang didapat dengan

7
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
cara memberi
rangsangan pada 10 titik
ujung kaki. Sedangkan
penilaian resiko jatuh
menggunakan skala
Berg (Berg Balance
Scale (BBS)). Analisa
statistik menggunakan
SPSS 22 dengan
menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov
untuk normalitas
sampel dan uji
independen t-test untuk
perbedaan sensitifitas
kaki dan resiko jatuh.
Hasil Kombinasi senam kaki Penelitian ini memaparkan Penelitian ini Penelitian ini tidak 1. Sebelum diberikan
dengan aroma terapi bahwa mayorias jenis memaparkan bahwa memaparkan rata-rata latihan senam kaki
menjadikan tubuh kelamin responden adalah rata-rata umur pasien umur dengan jenis diabetes terhadap
menjadi rileks dan perempuan sebanyak 10 30-50 tahun dengan kelamin responden. kelompok kontrol
melancarkan orang (50 %) baik pada jenis kelamin sama Hasil rata rata dengan diabetes
peredaran darah kelompok intervensi banyak antara laki-laki sensitifitas kaki mellitus di RS
sehingga efektif maupun kelompok dan perempuan. Rata- individu pada kelompok Gatoel Mojokerto ,
memperbaiki nilai kontrol, Lama menderita rata nilai ABI sebelum senam kaki dan Keseimbangan
ABI dan menurunkan diabetes mellitus yang ≥ 5 dilakukan senam kaki kelompok kontrol tubuh cenderung
tingkat stres pada tahun pada kelompok adalah 0.62 dengan terdapat peningkatan,

8
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
pasien diabetes intervensi sebanyak 11 kategori obstruksi rata rata resiko jatuh berada kategori
melitus. responden (52,4%) dan sedang dan rata-rata pada kelompok senam sedang.
pada kelompok kontrol 10 nilai ABI setelah senam kaki dan kelompok 2. Setelah diberikan
responden (47,6%). Pada kaki adalah 0.93 dengan kontrol mengalami latihan kaki diabetes
kelompok intervensi kategori normal. Hasil penurunan, dengan di kelompok kontrol
terjadi terjadi penurunan uji lebih lanjut selisih rata rata dan intervensi pada
bermakna skor neuropati menggunakan Wilcoxon sensitivitas kaki pada lansia dengan
dan kadar gula darah test didapatkan hasil kelompok intervensi diabetes mellitus di
(p=0,001), sedangkan bahwa senam kaki dan kontrol sesudah Diabetic Club
pada kelompok kontrol diabetik efektif diberikan senam kaki Gatoel Rumah Sakit
tidk terjadi penurunan meningkatkan nilai (49,79-40,46=9,33) Mojokerto
secara bermakna skor ABI. dengan prosentase Keseimbangan
neuropati (p=0,069) dan efektifitas senam kaki tubuh mengalami
kadar gula darah terhadap peningkatan peningkatan dari
(p=0,184), adanya sensitifitas kaki adalah sedang ke kategori
perbedaan yang signifikan 36,31% yang diperoleh baik dalam
penurunan skor neuropati dari kelompok
dan kadar gula darah (9,33:40,46)x100%. intervensi.
antara kelompok Dapat disimpulkan 3. Ada efek
intervensi dan kelompok bahwa intervensi senam dilakukannya latihan
kontrol kaki efektif 17,68% senam kaki diabetic
(p=0,003);p=0,042). menurunkan resiko terhadap
Kesimpulan penelitian ini jatuh pada lansia. keseimbangan tubuh
bahwa pasien diabetes Terdapat perbedaan pada lansia penderita
mellitus tipe 2 yang yang bermakna nilai diabetes mellitus
diberikan tindakan senam sensitifitas kaki antara pada kelompok

9
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5)
kaki terjadi penurunan kelompok intervensi Diabetik Rumah
skor neuropati dan kadar dan kontrol sesudah Sakit Gatoel di
gula darah. pemberian senam kaki Mojokerto.
yaitu p<0,05 (p=0,007
pada ά=0,05), serta
terdapat perbedaan
yang bermakna nilai
resiko jatuh antara
kelompok intervensi
dan kontrol sesudah
pemberian senam kaki
yaitu p<0,05 (p=0,000
pada ά=0,05).

Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)


Judul PENGARUH Pengaruh senam kaki Ankle Brachial Index Pengaruh Senam Kaki
SENAM KAKI diabetes terhadap nilai (Abi) Sesudah Senam Diabetes Terhadap
TERHADAP Ankle Brachial Index Kaki Diabetes Pada Nilai Ankle Brachial
ANKLE BRACHIAL (ABI) dan Ipswich touch Penderita Diabetes Index Pada Pasien
INDEX (ABI) PADA test (IpTT) pada pasien Melitus Tipe 2 Diabetes Melitus Tipe
PASIEN DIABETES DM type 2 2 Di Rumah Sakit
MELITUS TIPE II Pacaran Kasih Gmim
Manado
Nama Saifudin Zukhri Indhit Tri Utami Tavip Dwi Wahyuni Inartry Mangiwa
penulis

10
Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
Mario E. Katuk Lando
Sumarauw
Tahun 2016 2018 2016 2017
Keyword Senam Kaki, Ankle Diabetes mellitus, Senam Senam kaki diabetes, Senam Kaki Diabetes,
Brachial Index (ABI), Kaki Diabetik, ABI, IpTT Ankle Brachial Index Nilai ABI, dan DM tipe
Diabetes Mellitus tipe (ABI), diabetes mellitus II
II
Kriteria penderita DM tipe II, Responden tidak Populasi dalam Pasien DM tipe 2
inklusi berumur 40-60 tahun, mengalami gangguan penelitian adalah semua
kadar gula puasa pendengaran, mampu penderita diabetes
antara 100-240 mg/dl melakukan mobilisasi melitus sanggar senam,
dan bersedia menjadi bebas, kesadaran penuh Sampel dalam
responden dan mau menjadi penelitian ini yaitu
responden purposive sampling
dengan jumlah sampel
15 orang
Kriteria Tidak disebutkan Responden dengan ulkus Tidak disebutkan Peneliti tidak
eksklusi diabetikum, responden mencantumkan kriteria
dengan akut limb iskemik, ekslusi
responden dengan
kelemahan fisik,
responden dengan tanda-
tanda hipoglikemia,
responden dengan
gangguan persendian, dan
respnden tidak kooperatif

11
Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
Metode- quasy experimental Penelitian ini penelitian yang Desain penelitian yang
logi dengan desain menggunakan metode dilakukan adalah digunakan dalam
penelitian one-group desain penelitian quasi menggunakan metode penelitian ini adalah
pre-post test with ekperimen pre post test Pre Eksperimental desain penelitian
control design. design with control group design dengan eksperimen semu
Rancangan one group (quasi experiment).
pretest dan post test Desain kuasi
dilakukan selama 6 hari eksperimen yang
digunakan adalah pre
and post test without
control (kontrol diri
sendiri). Penelitian
dilaksanakan pada
tanggal 01 November
2016 - 24 November
2016. Populasi dalam
penelitian adalah pasien
DM Tipe II pada poli
penyakit dalam di
Rumah Sakit Pancaran
Kasih GMIM Manado
yang berjumlah 382
pasien.
Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah
non probability

12
Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
sampling yaitu
purposive sampling
Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini
yaitu 30 responden.
Instrumen yang
digunakan oleh peneliti
yaitu doppler vaskular
dan aneroid
sphygmomanometer
untuk mengukur nilai
ABI serta lembar
observas
Hasil Hasil penelitian Terdapat peningkatan nilai Ada perbedaan yang Dalam penelitian ini
diperoleh bahwa ABI dan IpTT pada signifikan antara ankle ditemukan adanya
perbedaan rata-rata kelompok intervensi brachial index (ABI) pengaruh senam kaki
sirkulasi darah kaki sepanjang periode follow sebelum dan sesudah diabetes terhadap nilai
pada responden yang up ( pre test, post test I, senam kaki diabetes Ankle Brachial Index,
diberi intervensi dan post test II), dengan p dengan p value = 0,046. hal tersebut dapat
senam kaki adalah value 0,000 dilihat melalui uji
0,205 sedangkan pada Wilcoxon Sign Rank test
responden kelompok pada hasil observasi
kontrol yang tidak nilai Ankle Brachial
diberi intervensi Index sebelum
senam kaki perbedaan diberikan intervensi
rata-rata sirkulasi senam kaki diabetes dan

13
Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
darah responden lebih hasil observasi nilai
rendah yaitu sebesar Ankle Brachial Index
0,055. setelah diberikan
intervensi berupa senam
kaki diabetes pada 30
responden dengan
tingkat kepercayaan
95% dan tingkat
kemaknaan α = 0,05.
Dalam penelitian ini
didapatkan p-value =
0,000 (p-value < 0,05)
pada kelompok
Intervensi yang berarti
bahwa penelitian ini
menunjukan adanya
pengaruh yang
signifikan senam kaki
diabetes terhadap nilai
Ankle Brachial Index
pada pasien DM tipe II

14
Pertanyaan:
- Apakah Latihan/Senam kaki Diabetik efektif dalam meningkatkan aliran darah ke perifer sehingga mengurangi atau
menghilangkan gejala neuropati diabetik?

Kata Kunci : Senam kaki diabetic, Diabetik, Neuropati perifer

15
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Hasil Penelusuran Bukti


Hasil penelusuran literatur didapatkan total 9 artikel yang terbit sejak 2016 sampai 2019 yang relevan dengan topik dan dilakukan
peninjauan. Desain penelitian 9 artikel tersebut menggunakan Quasi eksperimen dengan pendekatan One group Pretest-postest design. Semua
artikel menjelaskan mengenai senam kaki pada pasien Diabetes Melitus type 1 dan 2 dengan neuropati perifer. Sampel penelitian diambil di rumah
sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya seperti Puskesmas. Kami meninjau dan membuat bahasan dari setiap artikel tentang pengaruh,
frekuensi dan prosedur latihan kaki diabetic/senam kaki diabetic terhadap neuropati.

TABEL PERBANDINGAN JURNAL

Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5) Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
JUDUL Pengaruh Pengeruh Senam Kaki Efektivitas The Pengaruh Pengaruh Ankle Pengaruh
JURNAL Kombinasi Senam Diabetik Efektif Senam Kaki Influence Of Senam senam kaki Brachial Senam Kaki
Senam Kaki Meningkatkan Diabetes Diabetic Kaki diabetes Index (Abi) Diabetes
Kaki dan Terhadap Ankle Brachial Terhadap Foot Terhadap terhadap Sesudah Terhadap
Aroma Penurunan Index Pasien Sensitifitas Gymnastic Ankle nilai ankle Senam Kaki Nilai Ankle
Terapi Skore Diabetes Kaki dan To Body Brachial brachial Diabetes Brachial
Terhadap Neuropati Melitus Tipe 2 Resiko Balance Of Index (Abi) index (ABI) Pada Index Pada
ABI dan Dan Kadar Jatuh pada Elderly Pada Pasien dan Ipswich Penderita Pasien
Tingkat Gula Darah Lansia DM Diabetes Diabetes touch test Diabetes Diabetes
Stres Pada Pada Mellitus Melitus (IpTT) pada Melitus Tipe Melitus Tipe
Pasien DM Pasien DM Patients In Tipe II pasien DM 2 2 Di Rumah
di Type 2 Gatoel type 2 Sakit

16
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5) Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
Puskesmas Mojokerto Pancaran
Jajag Hospital Kasih GMIM
Diabetic Manado
Club

RESPONDEN
- Usia < 50 tahun - 40-60 tahun 45-74 thn 34-70 thn 40-60 thn - 51-60 tahun 20 -70 tahun
- Lama DM < 6 bulan ≥ 5 Tahun - - - 1-5 tahun Laki2 dan
- Jenis - - L : 5, P : 5. - L :11/P :9 L: 4, P :11 perempuan
kelamin 6 12 orang
- Riwayat HT - - - - - 4 merokok, 18
- Merokok - - - - - orang tidak

JUMLAH 32 org 32 org 10 org 78 org 34 org 40 org 36 org 15 org 30 org
RESPONDEN
JENIS DM DM tipe 1 DM Type 2 DM tipe 2 DM type 1 DM type 1 DM tipe 2 DM Type 2 DM Type 2 DM tipe 2
dan type 2 dan type 2
FREKUENSI 5x/minggu 3 dalam 1 Setiap hari 2x/ minggu 2x/ minggu Tidak 3 x dalam 1 Setiap hari (2 5 kali dalam 1
LATIHAN minggu selama 4 selama 4 disebutkan minggu kali sehari) minggu
minggu minggu

LAMA 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit Tidak Tidak Tidak Tidak 30 menit
LATIHAN disebutkan disebutkan disebutkan disebutkan
JENIS Senam kaki Dorsofleks active lower Fleksi Latihan Senam kaki Dorsofleksi Senam kaki Fleksi,
LATIHAN terutama i, ROM dan extensi jari senam kaki diabetik dan terutama ekstensi,
pada daerah plantarflek peregangan jari kedua diabetic, plantarfleks pada daerah dorsofleksi
persendian si, invertor kaki kaki, rotasi tidak i persendian
dan evertor (stretching) ujung kaki dijelaskan
pada

17
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5) Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
pergelangan detail
kaki, rotasi gerakannya
tumit pada
pergelangan
kaki
ALAT UKUR Variabel Michigan spygnomanomet Penilaian Berg Sphygmom Simple Instrumen Aneroid
independen Neurophat er digital yang sensitifitas Balance anometer Hand Held yang sphygmoman
t yaitu y sudah kaki Scale dan Vascular digunakan ometer,
pelaksanaa Screening terkalibrasi menggunak (BBS), stethoscope Doppler pada Vaskular
n senam Instrument sebelumnya an skala untuk Ultrasound penelitian ini Doppler dan
kaki untuk yang mengukur Probe untuk meliputi Lembar
diabetes dipergunakan didapat tingkat ABI mengukur lembar observasi
menggunak untuk dengan cara ABI dan wawancara
an modul mengukur memberi Prosedur dan observasi
latihan dan tekanan darah rangsangan Diabetes dan untuk
untuk responden pada 10 titik UK 2017 pengukuran
mengukur (pengukuran ujung kaki untuk ABI
variabel secara manual) dengan menguku menggunaka
dependent menggunak IpTT n tensimeter
nilai ABI an kapas, digital, serta
menggunak sikat dan leaflet dan
an lembar jarum video (dalam
observasi lanset. bentuk CD)
berbentuk Sedangkan senam kaki
kuesioner penialian diabetes
DASS yang resiko jatuh
telah menggunak
tersedia dan an skala
tervalidasi Berg (Berg

18
Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5) Jurnal (6) Jurnal (7) Jurnal (8) Jurnal (9)
yaitu DASS Balance
42 Scale (BBS)
Hasil Ukur DASS 42 Skor DNP Nilai Mean ABI Sensitivitas Nilai BBS Nilai ABI Mean ABI Nilai ABI Nilai ABI
- Sebelum Normal 1 8,88 0,62 1,87 Baik 10 0,80 0,79 Normal 7 org 0,9-1,4=14 org
org Sedang 6 Iskemia 8 org 0,8-0,89 = 15
Berat 6 org Tinggi 1 0,5-0,79 = 1
- Sesudah Normal 6 7,06 0,93 2,49 Baik 15 1,005 0,85 Normal 11 org 0,9-1,4=29 org
org Sedang 2 Iskemia 4 org 0,8-0,89 = 1
Berat 2 org Tinggi 0 0,5-0,79 = 0

19
20

B. Pembahasan
Pada kasus Ny. S di ruang Darussalam 5 RS Al Islam Bandung ditemukan
bahwa pasien mengeluh kaki sering kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang
lalu disertai bengkak dan ada luka di kedua jari jari kaki. Kaki sering kesemutan
terutama setelah duduk bersila atau setelah jongkok dalam waktu yang lama. Hal
ini merupakan gejala dari neuropati diabetic. Selama di rumah Ny. S tidak pernah
melakukan latihan atau senam diabetic. Untuk itu diperlukan pengelolaan terhadap
kesehatan kaki pada penderita diabetes.
Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer yaitu mencegah agar tidak
terjadinya luka dan pencegahan skunder yaitu mencegah kecacatan akibat luka.
Tujuan pengelolaan diabetes yaitu hilangnya berbagai keluhan gejala diabetes dan
tercegahnya berbagai komplikasi pada pembuluh darah sehingga pasien dapat
menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman. Apabila seseorang terdiagnosa
diabetes mellitus maka sangat diperlukan pencegahan primer yaitu dengan
perawatan kaki seperti membersihkan kaki, memakai kaus kaki dan tidak berjalan
tanpa menggunakan alas kaki (Tjokroprawiro & Murtiwi, 2014;Waspadji, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sihombing, Nursiswati, & Prawesti
(2008) menyimpulkan bahwa perawatan kaki wajib dilakukan oleh setiap orang
khususnya pada pasien DM karena sangat rentan dan membutuhkan waktu yang
lama dalam proses penyembuhan apabila sudah terkena neuropati yang
mengakibatkan ulkus pada kaki. Melakukan perawatan kaki secara teratur dapat
mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60%. Untuk meningkatkan
vaskularisasi perawatan kaki dapat juga dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki
yang dikenal sebagai senam kaki diabetes (Black & Hawks, 2009;Smeltzer et al.,
2010; Lewis et al., 2011).
Senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah dan memperkuat otot-
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Senam kaki diabetes
juga digunakan sebagai latihan kaki. Latihan kaki dipercaya untuk mengelola
pasien yang mengalami DM, pasien DM setelah latihan kaki merasa nyaman,
21

mengurangi nyeri, mengurangi kerusakan saraf dan mengontrol gula darah serta
meningkatkan sirkulasi darah pada kaki (Taylor, 2010; Black & Hawks, 2009).
Latihan kaki dalam bentuk senam kaki dengan menggerakkan otot-otot
secara aktif akan merangsang endotel pembuluh darah untuk mengeluarkan atau
melepaskan nitrit oksida. Nitrit Oksida akan menstimulasi Soluble Guanilate
Cyclase (SGC) yang menyebabkan peningkatan sintesa siklik GMP dari Guanosin
Triphosphate (GTP) (Isral, 2014). Peningkatan siklik GMP ini akan menyebabkan
otot polos pembuluh darah tersebut relaksasi. Pada saat sel otot-otot polos relaksasi
maka pembuluh darah akan vasodilatasi sehingga aliran darah ke perifer kaki
menjadi lancar (Purnawarman & Nurkholis, 2014).
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non
invasive salah satunya adalah dengan pemeriksaan ankle brachial index (ABI).
Nilai ABI > 1.0 dan < 0.9 beresiko terjadi gangguan perifer, oleh karena itu skrening
yang tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur ABI. ABI merupakan
pemeriksaan non invasive pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda
dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat
mengakibatkan angiopati dan neuropati diabetik. ABI adalah metode sederhana
dengan mengukur tekanan darah pada daerah ankle (kaki) dan brachial (tangan)
memerlukan probe doppler. Hasil pengukuran ABI menunjukan keadaan sirkulasi
darah pada tungkai bawah dengan rentang nilai sama atau lebih 0,90 menunjukkan
bahwa sirkulasi ke daerah tungkai normal dan apabila kurang dari 0.90 dinyatakan
sirkulasi ke kaki mengalami obstruksi. Nilai ini didapatkan dari hasil perbandingan
tekanan sistolik pada daerah kaki dan tangan (Antono & Hamonangani, 2014;
Gitarja, 2015).
Penelitian yang dilakukan Utami (2018) menyatkan bahwa terdapat
peningkatan nilai ABI pada kelompok intervensi dari nilai mean sebelumnya 0,79
menjadi 0,85 setelah dilakukan intervensi senam kaki. Keseimbangan tubuh
penderita DM pun meningkat setelah dilakukan intervensi senam kaki (Muhith,
2018). Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Yulita, dkk (2019) yang
menemukan bahwa terjadi penurunan gejala neuropati dari sebelum intervensi
22

sebesar 8,88 menjadi 7,06 setelah dilakukan intervensi senam kaki. Pengukuran
dilakukan dengan alat ukur Michigan Neuropathy Screening Instrument (MNSI).
Pada jurnal ke 4 yang berjudul Efektivitas Senam Kaki Diabetes terhadap
Sensitifitas Kaki dan Resiko Jatuh pada Lansia DM (Sheylla) senam kaki digunakan
untuk latihan pasien DM agar memperlancar peredaran darah di ektremitas bawah,
menguatkan otot kaki, mencegah kelainan bentuk pada kaki dan mengatasi
keterbatasan gerak sendi. Alat yang disiapkan untuk senam kaki adalah kursi dan
kertas koran, sebelum melakukan tindakan monitor keadaan pasien secara umum,
pilih lingkungan yang nyaman serta jaga privacy pasien. Latihan fisik dilakukan 2
kali perminggu selama 30 menit selama 4 minggu. Indikasi latihan fisik dapat
dilakukan untuk penyandang DM tipe 1 maupun tipe 2. Senam ini dilakukan sejak
pasien didiagnosa DM sebagai tindakan pencegahan dini terjadi neuropati diabetik.
Adapun prosedur senam kaki yang digunakan pada penelitian ini sebagai
berikut :

Dengan tumit yang diletakkan di lantai, gerakan jari-jari kaki ke atas dan
kebawah, ulangi sebanyak 2 set x 10 repetisi.

Angkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu dengan tumit, lakukan gerakan
memutar keluar dengan pergerakan pada telapak kaki sebanyak 2 set x 10
repetisi, lakukan gerakan bergantian pada kaki yang satunya.
23

Angkat kaki sejajar, gerakan kaki ke depan dan kebelakang sebanyak 2 set x 10
repitisi.

Angkat kaki sejajar gerakan telapak kaki ke depan dan ke belakang sebanyak 2
set x 10 repetisi.

Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat. Lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari
angka 0 hingga 10 dilakukan secara bergantian.
24

Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut


menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.

Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.

Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran
tersebut. Sebagian koran di sobek - sobek menjadi kecil - kecil dengan kedua
kaki.
25

Kemudian pindahkan kumpulan sobekan - sobekan tersebut dengan kedua kaki


lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi. Lalu bungkus
semua sobekan - sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk
bola.

Penilaian sensitivitas kaki menggunakan skala didapat dengan cara


memberi rangsangan pada 10 titik ujung kaki dengan cara menggoreskan kapas.
Selanjutnya dilakukan penilaian jika terdapat respon yaitu didapat adanya gerakan
kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa ada rangsangan maka nilai 3
jika tidak ada rangsangan maka diteruskan dengan menggoreskan sikat pada ujung
jari kaki. Selanjutnya dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan
adanya gerakan kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa ada
rangsangan maka nilai 2 dan penilaian selesai. Jika ada rangsang maka diteruskan
dengan menusukkan pada ujung jari kaki dengan menggunakan jarum lanset yang
terpasang pada pena khusus untuk penusukkan pada daerah kapiler tanpa harus
melukai responden. Selanjutnya dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu
didapatkan adanya gerakan kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa
ada rangsang maka nilai 1, jika tidak ada respon yaitu tidak didapatkan adanya
gerakan kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan tidak terasa ada rangsang
maka nilai 0 dan penilaian selesai dilakukan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari semua jurnal yang ditelaah, senam kaki yang dilakukan terhadap pasien
DM dapat meningkatkan vaskulerisasi pada perifer. Vaskulerisasi yang baik
diharapkan dapat mempertahankan atau memperbaiki kerusakan sel-sel saraf.
Sehingga gejala neuropati pada pasien DM dapat dihilangkan. Pengaruh yang
didapatkan setelah intervensi terlihat dari hasil pengukuran dengan menggunakan
nilai ABI yang meningkat dibanding sebelum internsi. Keseimbangan tubuh
penderita DM pun mengalami peningkatan akibat menguatnya otot-otot kaki dan
persendian pada kaki (Muhith dkk, 2018).
Aktivitas fisik merupakan terapi suportif pada neuropati perifer diabetik yang
menjanjikan dan harus dilaksanakan dengan serius. Pasien diabetes melitus tipe 2
dengan neuropati perifer dapat melakukan senam kaki diabetik. Selain senam kaki,
terdapat berbagai macam pilihan aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh pasien
neuropati perifer diabetik mulai dari aerobik, latihan keseimbangan, peregangan,
resistance training, foot ankle exercise, tai chi bahkan yang paling ringan dan
mudah dilakukan yatu jalan kaki atau pun senam tangan dan latihan fisik di kursi
dapat memberikan manfaat pada perbaikan neuropati perifer.
Pasien diabetik sebaiknya melakukan aktifitas fisik yang terukur. Latihan yang
rutin dan dilakukan terus menerus penting untuk dilakukan. Manfaat aktivitas fisik
pada neuropati perifer adalah perbaikan gejala neuropati terutama nyeri neuropati,
mengurangi resiko jatuh, meningkatkan keseimbangan, dan memperbaiki
persarafan pada kulit pasien neuropati. Aktivitas fisik dapat membantu regenerasi
saraf, perbaikan fungsi mikrovaskular, meningkatkan kontrol glikemik,
menurunkan serum lipid, dan menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik terutama
aerobik dapat mencegah dan memperlambat perkembangan neuropati perifer.
Frekuensi latihan senam kaki sebaiknya dilakukan setiap minimal 2 hari
sekali satu sesi latihan. Secara umum, rekomendasi capaian aktivitas fisik pada

26
27

pasien neuropati perifer diabetik sama dengan pasien diabetes melitus yaitu mampu
melakukan aktivitas fisik intensitas sedang selama 150 menit seminggu yang
tersebar dalam tiga hari dimana tidak ada ditemukan 2 hari berturut-turut tanpa
aktivitas fisik (Kluding et al., 2017a).
Selama menjalani program aktivitas fisik, perlu dilakukan monitoring gejala
neuropati perifer, kadar glukosa darah, denyut jantung, dan tekanan darah. Efek
samping dari aktivitas fisik pada pasien neuropati perifer jarang ditemukan,
biasanya meliputi nyeri otot dan sendi, hipoglikemia, angina, dan iritasi kulit.
Prosedur latihan dengan menggerakan kedua kaki dan tungkai bawah dalam
beberapa kali pengulangan. Media yang digunakan untuk menggerakkan kaki
bawah dan jari kaki dengan menggunakan koran.
B. Saran
Adapun saran dan masukan yang dapat kami berikan dalam telaah jurnal kali
ini adalah
1. Bagi tempat pelayanan kesehatan
Disediakan media informasi baik berupa leaflet atau video tentang senam kaki
diabetik yang dapat disebarkan secara luas terhadap penderita penyakit DM.
2. Bagi pasien
Kesehatan bisa didapatkan dengan kesungguhan. Lakukan aktifitas fisik baik
berupa senam kaki maupun latihan fisik lainnya secara teratur.
3. Bagi perawat
Saran bagi perawat dalam berperan menjadi edukator untuk memberikan
edukasi kepada pasien serta melibatkan keluarga untuk melakukan latihan
fisik.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2016). Standards of medical care in diabetes


2016. Diabetes Care, 39(1), s1–s112. Retrieved from
http://care.diabetesjournals.org/ content/suppl/2015/12/21/39.Supple
ment_1.DC2/2016-Standards-ofCare.pdf
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Alih Bahasa Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika
Dixit, S., & Maiya, A. (2014). Diabetic peripheral neuropathy and its evaluation in
a clinical scenario : A review. Journal of Postgraduate Medicine, 60(1), 33-
40. Retrieved from DOI : 10.4103/0022- 3859.128805
Dixit, S., Maiya, A., & Shastry, B. (2014). Effect of aerobic exercise on quality of
life in population with diabetic peripheral neuropathy in type 2 diabetes : A
single blind, randomized controlled trial. Quality of Life Research, 23(5),
1629-1640. Retrieved from https://doi.org/10.1007/s11136-013- 0602-7
Dwi Wahyuni, Taviv. (Ankle Brachial Index (Abi) Sesudah Senam Kaki Diabetes
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Ejornal.umm.ac.id. vol 4 no 2.
Gill, H. K., Yadav, S. B., Ramesh, V., & Bhatia, E. (2014). A prospective study of
prevalence and association of peripheral neuropathy in indian patients with
newly diagnosed type 2 diabetes mellitus. Journal of Postgraduate
Medicine, 60(3), 270- 275. Retrieved . .from doi:http://remote-lib.ui.ac.id:2
090/10.4103/0022-3859.138750
Gogia, S., & Rao, C. R. (2017). Prevalence and risk factors for peripheral
neuropathy among type 2 diabetes mellitus patients at a tertiary care hospital
in coastal karnataka. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism,
21(5), 665-669. Retrieved from
doi:http://remotelib.ui.ac.id:2090/10.4103/ijem.IJEM _43_17
Guyton A.C., Hall J.E. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
International Diabetes Federation. (2017). IDF diabetes atlas Eighth edition 2017.
Retrieved from https://www.diabete.qc.ca/en/underst and-
diabetes/resources/getdocume ntutile/IDF-DA-8e-EN-finalR3.pdf
Isral, G. N., & Sulastri, D. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Nitric
Oxide ( NO ) Plasma pada Masyarakat di Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3 (2): 173–177
Johnson, N. A., Barwick, A. L., Searle, A., Spink, M. J., Twigg, S. M., & Chuter,
V. H. (2018). Self-reported physical activity in communitydwelling adults
with diabetes and its association with diabetes complications. Journal of
Diabetes and Its Complications. 30(30), 1-6. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/ j.jdiacomp.2018.10.017
Kaku, M., Vinik, A., & Simpson, D.M. (2015). Pathway in the diagnosis and
management of diabetic polyneuropathy. Curr Diab Rep, 15(35), 1-16.
Retrieved from DOI 10.1007/s11892-015-0609-2
Kluding, P. M., Singleton, J. R., Pasnoor, M., Dimachkie. M. M., Barohn. R. J.,
Smith. A. G. , Marcus, R. L. (2017b). Activity for diabetic polyneuropathy

28
29

(adapt) : Study design and protocol for a 2-site randomized controlled trial.
Physical Therapy, 97(1), 20–30. Retrieved from
https;//doi:10.2522/ptj.20160200
Kluding, P.M., Pasnoor, M., Singh, R., D’Silva, L.J., Yoo, M., Billinger, S.A.,
Lemaster, J. W., Dimachkie, M. M., Herbelin, L., Douglas, E. W. (2015).
Safety of aerobic exercise in people with diabetic peripheral neuropathy :
Single group clinical trial. Physical Therapy, 95(2), 223- 234. Retrieved
from http://ptjournal.apta.org
Leone, S., Pascale, R., Vitale, M., Esposito, S., (2012). Epidemiology of Diabetic
Foot. Infez Med. 2012;20 Suppl 1:8-13. Diakses 07 Maret 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22982692
Margareta, Sheylla Septina. Efektivitas Senam Kaki Diabetes Terhadap Sensitifitas
Kaki dan Resiko Jatuh pada Lansia DM.
Mangiwa, Inartry, Katuk, Mario E., Sumarouw, Lando. (2017). Pengarih Senam
Kaki Diabetes Terhadap Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien DM Tipe
II di RUmah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Ejournal keperawatan
Vol 5 Nomor 1,
Muhith, Abdul., et al. (2018). The Influence Of Diabetic Foot Gymnastic To Body
Balance Of Elderly Diabetes Mellitus Patients In Gatoel Mojokerto
Hospital Diabetic Club. IJNMS.
Purnawarman, A., & Nurkhalis. (2014). Pengaruh Latihan Fisik terhadap Fungsi
Endotel. Jurnal Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 14 (2).
Rani, P. K., Raman, R., Rachapalli, S. R., Pal, S. S., Kulothungan, V., & Sharma,
T. (2010). Prevalence and risk factors for severity of diabetic neuropathy in
type 2 diabetes mellitus. Indian Journal of Medical Sciences, 64(2), 51-57.
Retrieved from doi:http://remote-lib.ui.ac.id: 2090/10.4103/0019-
5359.94400
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan. Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20
Rebolledo, et al. (2011). The Pathogenesis of the Diabetic Foot Ulcer : Prevention
and Management. http : //www. Intechopen.com/books/global-perspective-
on-diabeticfoot-ulcerations.
Sari, Awinda. Wardy, Anwar. Dan Sofiani, Yani ( 2019). Efektivitas Perbandingan
Buerger Allen Exercise Dan Senam Kaki Terhadap Nilai Abi Pada Penderita
Dm Tipe II. Journal of Telenursing Vol 1 nomor 1.
Singh, S., Dinker, R. (2013). Diabetic Foot Ulcer – Diagnosis and Management.
Clinical Research on Foot & Ankle, 1 (3): 1–9.
https://doi.org/10.4172/2329- 910X.1000120
Smeltzer, S., & Bare, B. G. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing (12th ed). USA : Elsevier Inc
Spallone, V., dan Greco. C. (2013). Painful and painless diabetic neuropathy : One
disease or two?. Curr Diabetes Rep, 13, 533-549. Retrieved from DOI
10.1007/s11892-013-0387-7
30

Utami, Indhit Tri. (2018). Pengaruh senam kaki diabetes terhadap nilai ankle
brachial index (ABI) dan Ipswich touch test (IpTT) pada pasien DM type 2.
Wacana Kesehatan Vol 3 no 2.
Wahyuni, Aria dan Arisfa, Nina (2016). Senam Kaki Diabetik Efektif
Meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
IPTEK terapan V9.i2.
Yuanto, Hirdes Harlan., Bakar, Abu dan Astuti, Puji. (). Pengaruh Kombinasi
Senam Kaki Dan Aroma Terapi Terhadap Abi Dan Tingkat Stres Pada
Penderita Dm Di Puskesmas Jajag.
Yulita, Rita Fitri., Waluyo, Agung., Azzam, Rohman. (2019). Pengaruh Senam
Kaki Terhadap Penurunan Skor Neuropati Dan Kadar Gula Darah Pada
Pasien DM Tipe 2. Journal of Telenursing Vol 1 nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai