Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KAKI DIABETES

DAN

PERAWATAN KAKI DIABETES

Oleh:

ABDUL AZIZ
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sembahkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan rahmatNya kepada kita semua sehingga penulis dapat juga menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ KAKI DIABETES DAN PERAWATAN KAKI DIABETES“

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Terima kasih.

Pandeglang, Agustus 2018

Abdul Aziz
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………....

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………...
1.4 Kegunaan Penulisan ……………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….

2.1 Patofisiologo Kaki Diabetes ………………………………………

2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes ………………………………………….

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes …………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….

3.2 Saran ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,defek kerja insulin atau
keduanya. Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemi ini, dapat
ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa
darah sampai batas aman untuk menghindari komplikasi kronik DM.

Komplikasi DM dapat terjadi pada semua tingkat sel dan semua tingkat pembuluh darah
kecil ( mikrovaskuler ) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada
otot jantung ( kardiomiopati ). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik
DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi
infeksi saluran kemih, tuberculosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus/gangrene diabetes. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik
DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter, perawat, pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes
berakhir dengan kecatatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih
merupakan masalah yang rumit dan belum terkelola dengan maksimal disamping
ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan permasalahan biaya yang besar yang
tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.

Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang aktif
mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah.
Di RSUPN dr Ciptomangukusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar.
Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16 % dan 25 % ( data
RSUPNCM tahun 2003 ). Nasib para penyandang pasca amputasipun masih sangat buruk.
Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan
meninggal 3 tahun pasca amputasi.
Oleh karena itu penulis tertarik memilih makalah dengan judul “ KAKI DIABETES DAN
PERAWATAN KAKI DIABETES “

1.2 Rumusan masalah


Beberapa masalah dalam Kaki Diabetes yang akan dibahas atara lain :
1. Patofisiologi Kaki Diabetes
2. Klasifikasi Kaki Diabets
3. Pengelolaan Kaki Diabetes

1.3 Tujuan penulisan:


1. Mengetahui patofisiologi Kaki Diabetes
2. Mengetahui klasifikasi Kaki Diabetes
3. Mengetahui pengelolaan Kaki Diabetes

1.4 Kegunaan Penulisan


1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai yang berhubungan dengan Kaki
Diabetes.
2. Sebagai salah satu tugas studi dalam program CWT.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi Kaki Diabetes

Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang

menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik neuropati

sensorik maupun motorik dan autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit

dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak

kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan

lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes


2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana seperti klasifikasi

Edmondsdari King’s Collage Hospital London, Klasifikasi Liverpool yang sedikit lebih ruwet,

sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga

klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki

diabetes. Suatu klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh internasional.

Working group on diabetic foot (Klasifikasi PEDIS 2003 – lihat lampiran). Adanya klasifikasi

kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan mempermudah para peneliti dalam

membandingkan hasil penelitian dari berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi

PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi atau

neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu

ulkus gangren dengan critical limb ischermia (P3) tentu lebih memerlukan tindakan untuk

mengevaluasi dan memperbaiki keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi

menonjol (14), tentu pemberian antiobiotik harus kuat. Demikian juga faktor mekanik

dominan (insentive foot,S2), tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus

diutamakan.

Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan pengelolaan adalah

klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes (Edmonds 2004-2005) :

Stage 1 : Normal Foot

Stage 2 : High Risk Foot

Stage 3 : Ulcerated Foot

Stage 4 : infected Foot

Stage 5 : Necrotic Foot

Stage 6 : Unsalvable Foot


Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan semuanya dapat dikerjakan

pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist / chiropodist maupun oleh dokter umum

/ perawat.

Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan

yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan specialist.

Untuk stage 5 apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan

suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah, utamanya dokter ahli

bedah vascular/ahli bedah plastik dan rekonstruksi.

Untuk optimalisasi pengelolaan pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat

berbagai faktor yang harus dikendalikan, yaitu ;

Mechanical control – pressure control

Metabolic control

Vascular control

Educational control

Wound control

Microbiological control – infection control

Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hal yang berbeda pula. Misalnya pada

stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection control belum diperlukan,

sedangkan untuk stadium 3 dan selanjutnya tentu semua faktor tersebut harus dikendalikan,

disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang baik. Sebaliknya, untuk stadium 1

dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. Peran rehabilitasi

medis dalam usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta
berbagai usaha untuk non – weight beraring lain merupakan contoh usaha yang sangat

bermanfaat untuk mengurangi kecacatan akibat deformatis yang terjadi pada kaki diabetes.

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan

terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan

kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan

pengelolaan ulkus / gangren diabetik yang sudah terjadi).

PENCEGAHAN PRIMER

Kiat – Kiat Pencegahan Terjadinya Kaki Diabetes

Penyuluhan mengenai tejadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan kaki diabetes.

Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang

DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak

terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun dokter sebagai

dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki

penyandang DM sambil mengingatkan kembali mengenai pencegahan dan cara perawatan

kaki yang baik. Berbagai kejadian atau tindakan kecil yang tampak sepele dapat

mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya

sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki pasien setelah

mereka melepaskan sepatu dan kausnya.

Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko terjadinya dan resiko

besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar resiko terjadi

masalah (fryberg): 1). Sensasi normal tanpa deformitas, 2). Sensasi normal dengan deformitas

atau tekanan plantar tinggi 3). Insensitivitas tanpa deformitas 4). Iskemia tanpa deformitas 5).
Kombinasi / complicated (a) kombinasi insensitivitas, iskemia dan deformitas (b) riwayat

adanya tukak, deformitas charcot.

Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan

dengan keadaan resiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat

besarnya resiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar

pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang baik, berbagai

hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah.

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori resiko tersebut : untuk kaki yang kurang

merasa / insensitif (kategori 3 dan 5) , alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi

kaki yang insensitif tesebut.

Kalau sudah deformatis (kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus mengenai sepatu / alas

kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan kaki.

Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan

benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki.

Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana seyogyanya perlu dikerahkan

untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha pencegahan sekunder yang

akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.

PENCEGAHAN SEKUNDER

Pengelolaan Holistik Ulkus atau Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multi-displiner sangat diperlukan. Berbagai hal

yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat

digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama :


Mechanical control – pressure control

Wound control

Microbiological control – infection control

Vascular control

Metabolic control

Educational control

Untuk pengelolaan ulkus / gangrene diabetik yang optimal, berbagai hal dibawah ini

merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan

sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus / gangren diabetic.

Kontrol metabolik, keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaikik. Konsentrasi

glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor

terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan

insuilin untuk menormalisasi konsentrasi glukosa darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan

diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga

diperhatikan dan diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat

oksigenisasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat

menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.

Kontrol vascular, keadaan vascular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.

Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan pasien dan juga sesuai

keadaan pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai

cara sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis

posterior serta tambah pengukuran tekanan darah disamping itu saat ini juga tersedia berbagai

fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non – inovasif
maupun invasive dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure,

toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.

Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan

pembuluh dara perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa :

Modifikasi Faktor Resiko

Stop merokok

Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis

Hiperglikemia

Hipertensi

Dislipidemia

Terapi Farmakologis

Kalau mengacau pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat

aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya

yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki

penyandang DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan

pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki potensi pada penyakit pembuluh darah kaki

penyandang DM.

Revaskularisasi

Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio intermiten yang

hebat, tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan

gambaran pembuluh darah yang lebih jelas, sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih

mudah melakukan rencana tindakan dan mengejarkannya.


Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi prosedur

endosvascular-PTCA. Pada keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan trombo-arterektomi.

Dengan berbagai teknik bedah tersebut,vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki, sehingga

hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular sudah lebih

memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang juga

masih banyak jumlahnya.

Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan

oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun demikian masih

banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki

diabetes.

Wound control, perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus

dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin.

Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak

sekali macam dressing (pembalut) yang masing – masing tentu dapat dimanfaatkan dengan

keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang mengandung komponen zat

penyerap seperti carbonated dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih

produktif. Demikian pula hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan

dapat bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan

bahwa tindakan debridemen yang adekuat merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan

dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat

tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan netrotik yang harus dikeluarkan tubuh,

dengan demikian tentu sangat mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus / gangren.

Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti

cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari
dressing, dll. Demikian pula berbagai cara debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk

mempercepat pembersihan jaringan nektotik luka, seperti preparat enzim.

Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing yang

dapat dipertahakan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan luka kronik

seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus

dipertahankan. Yakinlah bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian

penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam

rangka proses penyembuhan.

Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses

selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epiteliasasi.

Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi

dengan salin. Cara tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat perawatan kaki diabetes.

Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control seperti:

dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb, untuk mempercepat kesembuhan

luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen untuk mendapatkan bakteri E coli dapat menghasilkan

berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula dilaporkan pemakaian manggot (belatung) lalat (lalat

hijau) untuk membantu membersihkan luka. Berbagai laporan tersebut umumnya belum

berdasar penelitian besar dan belum cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam

pengelolaan yang rutin kaki diabetes.

Microbiological control. Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk

setiap daerah yang berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, umumnya didapatkan

pola kuman yang polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob

untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan spectrum luas.

Mencakup kuman gram positif dan negatif seperti misalnya golongan sefalosporin,
dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti misalnya

metronidazol).

Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat

badan – weight bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh,

apalagi kalau luka tersebut terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki charcot. Peran

jajaran rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga mencolok ini juga sangat

mencolok.

Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat dilakukan antara lain

dengan:

Removable cast walker

Total contact casting

Temporary shoes

Felt padding

Crutches

Wheelchair

Electric carts

Craddled insoles

Berbagai cara angrene dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti: 1).

Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2). Prosedur koreksi bedah seperti operasi

operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, achiles tendon lengthening, partial

calcanectomy.

Education control. Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetes.

Dengan penyuluhan yang baik penyandang DM dan Ulkus / angrene angrene maupun
keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang

diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk

pengelolaan kaki diabetes. Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus angrene dan kemudian

segera setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk

mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis

berlanjut sampai sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para amputee

menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi

tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi

berikut memberikan prognosis yang jauh lebih buruk daripada ulkus yang pertama.

2.4 Manajemen Perawatan Kaki


Dengan perawatan kaki yang tepat dan perubahan posisi yang sering pasien dapat
menjaga kesehatan kulit dengan mencegah penekanan di satu titik. Disamping itu, perawatan
juga harus dilakukan dengan program latihan. Pasien dengan neuropati disarankan untuk
memilih program pelatihan yang sesuai seperti senam aerobic, berenang, bersepeda atau menari
(yoga). Berikut ini adalah program perawatan kaki yang harus dilakukan klien dengan diabetes
melitus:

1. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes secara mandiri

Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas khusus (senam
kaki, memeriksa dan merawat kaki) yang dilakukan oleh para diabetesi atau individu yang
beresiko sebagai upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum. Kegiatan ini
sebaiknya dilakukan secara rutin dan minimal sekali sehari.
1.1) Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)
o Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau
terutama telapak kaki dari luka atau kelainan yang lain (gambar 2.2)
o Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik
o Jika penglihatan klien berkurang, maka klien dapat meminta bantuan anggota
keluarga atau orang lain untuk memeriksanya.

1.2) Area pemeriksaan kaki


 Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail), robekan atau
retakan pada kuku.
 Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah ada kulit
retak, melepuh, luka, atau perdarahan.
 Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah terdapat kalus
(kapalan), palantar warts, atau kulit telapak kaki yang retak (fisura).
 Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa adanya kelainan kaki seperti kaki bunion,
charchot’s atropathy, hammer toe, clawed toe.
Bunion Charchot’s atropathy
Hammer toe Clawed toe
 Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan adanya kulit berkerak.
 Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah kaki (IDF,
2009).

1.3) Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki


 Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera
 Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk menghindari
cedera ketika menyabun.
 Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki, terutama
sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.
 Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit kering dan
pecah pecah.
 Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan kelembapan dan
akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme (fungi) (Nico, A,
2008).

1.4) Perawatan kuku kaki


 Potong dan Rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan
berikan cream pelembab kuku.
 Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau
terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam (gambar 2.9). Jika ragu,
Anda bisa meminta bantuan keluarga atau dokter untuk memotong kuku Anda (Nico, A,
2008)
 Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras, sulit dipotong,
rendam kaki dengan air hangat selama ± 5 menit.

1.5) Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki diabetes


 Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki
 Hindari penggunaan plester pada kulit
 Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau peralatan
listrik untuk memanaskan kaki ketika mengalami nyeri)
 Jangan gunakan batu /silet untuk mengurangi kapalan (callus)
 Jangan gunakan pisau /silet untuk memotong kuku kaki
 Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut

2. Pemilihan alas kaki yang baik

Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang
keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering
terluka dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting untuk merawat kaki dan
memakai sepatu yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih sepatu yaitu:

 Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak
terkecuali di dalam rumah
 Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar optimal karena
aktifitas.
 Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu
tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
 Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki
terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang
lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi
lebih panjang dari jari kaki terpanjang (jempol kaki) untuk menghindari cedera (gambar
2.10) (IDF, 2009)
 Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian atas,
bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
 Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan benda
asing sebelum memakainya.
 Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang
terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan kaos kaki yang
berwarna terang (putih). Khusus pada wanita dianjurkan untuk tidak memakai stocking.
 Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:
o Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan duduk, karena
bentuk kaki berubah saat Anda berdiri).
o Perhatikan garis kaki Anda dan garis sepatu Anda
o Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian terlebar kaki
sudah aman dan nyaman serta adakah kemungkinan kaki akan mengalami kram di
dalam sepatu.
 Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi
darah tetap baik (Canadian Family Physician, 2001:1014)

3. Senam kaki diabetes

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam
kaki juga dapat memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi. (Sumosardjuno, S, 1986 dalam Tyo, A, 2009)

3.1) Indikasi dan kontra indikasi


3.2.1) Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes melitus dengan
tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita
diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan dini
3.2.2) Kontraindikasi
Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsneu atau nyeri dada dan
orang yang depresi, khawatir atau cemas.
3.3) Persiapan

 Persiapan alat: kertas koran 2 lembar dan kursi (jika tindakan dilakukan
dengan duduk)
 Persiapan lingkungan: lingkungan yang nyaman dan tenang, privacy terjaga

3.4) Pelaksanaan
1. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas
bangku dengan kaki menyentuh lantai (gambar 2.13)

2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari - jari kedua belah kaki diluruskan keatas
lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari - jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali (gambar 2.25)
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari - jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan putar dengan pergerakkan
pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali (gambar 2.16).
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari – jari ke depan turunkan
kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.
10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
11. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki (gambar 2.18). Cara ini dilakukan hanya sekali
saja.
 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua tingkat sel

dan semua tingkatan angrene. Komplikasi kronik pada pembuluh darah besar dapat

terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai bawah ) yang dapat berupa

kerentanan berlebih terhadap infeksi (ulkus/angrene diabetes).

Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti karena

sering berakhir dengan kecacatan dan kematian.

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes yang dapat digunakan dalam

mempermudah pengelolaan kaki diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus/gangrene

Pengelolaan kaki diabetes meliputi pencegahan primer dan sekunder dengan

melibatkan ahli rehabilitasi medis yang sangat diperlukan untuk mengurangi

kecacatan yang mungkin timbul.

3.2 Saran

- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk

mencegah komplikasi kronik pada kaki.

- Melibatkan ahli rehabilitasi medis dalam mengurangi kecacatan yang mungkin

terjadi pada pasien DM.


DAFTAR PUSTAKA

Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab

infeksi kaki diabetes. Tesis PPDS ILmu Penyakit Dalam FKUI 2005

Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta 2002

Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3

RSUPN dr Cipto Mangunkusumo 2003

Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam . FKUI 2014

Sarwono Waspadji. Pengelolaan Kaki Diabetes Sebagai Suatu Model Pengelolaan

Holistik Di BIdang Ilmu Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai

Guru Besar Tetap IPD FKUI 2014

Anda mungkin juga menyukai