KAKI DIABETES
DAN
Oleh:
ABDUL AZIZ
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sembahkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan rahmatNya kepada kita semua sehingga penulis dapat juga menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ KAKI DIABETES DAN PERAWATAN KAKI DIABETES“
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.
Terima kasih.
Abdul Aziz
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,defek kerja insulin atau
keduanya. Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemi ini, dapat
ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa
darah sampai batas aman untuk menghindari komplikasi kronik DM.
Komplikasi DM dapat terjadi pada semua tingkat sel dan semua tingkat pembuluh darah
kecil ( mikrovaskuler ) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada
otot jantung ( kardiomiopati ). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik
DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi
infeksi saluran kemih, tuberculosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus/gangrene diabetes. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik
DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter, perawat, pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes
berakhir dengan kecatatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih
merupakan masalah yang rumit dan belum terkelola dengan maksimal disamping
ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan permasalahan biaya yang besar yang
tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang aktif
mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah.
Di RSUPN dr Ciptomangukusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar.
Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16 % dan 25 % ( data
RSUPNCM tahun 2003 ). Nasib para penyandang pasca amputasipun masih sangat buruk.
Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan
meninggal 3 tahun pasca amputasi.
Oleh karena itu penulis tertarik memilih makalah dengan judul “ KAKI DIABETES DAN
PERAWATAN KAKI DIABETES “
PEMBAHASAN
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit
dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana seperti klasifikasi
Edmondsdari King’s Collage Hospital London, Klasifikasi Liverpool yang sedikit lebih ruwet,
sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga
klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki
Working group on diabetic foot (Klasifikasi PEDIS 2003 – lihat lampiran). Adanya klasifikasi
kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan mempermudah para peneliti dalam
membandingkan hasil penelitian dari berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi
PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi atau
neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu
ulkus gangren dengan critical limb ischermia (P3) tentu lebih memerlukan tindakan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi
menonjol (14), tentu pemberian antiobiotik harus kuat. Demikian juga faktor mekanik
dominan (insentive foot,S2), tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus
diutamakan.
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan pengelolaan adalah
klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes (Edmonds 2004-2005) :
pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist / chiropodist maupun oleh dokter umum
/ perawat.
Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan
Untuk stage 5 apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan
suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah, utamanya dokter ahli
Untuk optimalisasi pengelolaan pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat
Metabolic control
Vascular control
Educational control
Wound control
Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hal yang berbeda pula. Misalnya pada
stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection control belum diperlukan,
sedangkan untuk stadium 3 dan selanjutnya tentu semua faktor tersebut harus dikendalikan,
disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang baik. Sebaliknya, untuk stadium 1
dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. Peran rehabilitasi
medis dalam usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta
berbagai usaha untuk non – weight beraring lain merupakan contoh usaha yang sangat
bermanfaat untuk mengurangi kecacatan akibat deformatis yang terjadi pada kaki diabetes.
Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan
terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan
kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan
PENCEGAHAN PRIMER
Penyuluhan mengenai tejadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan kaki diabetes.
Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang
DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua pihak
terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun dokter sebagai
dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki
kaki yang baik. Berbagai kejadian atau tindakan kecil yang tampak sepele dapat
mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya
sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki pasien setelah
Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko terjadinya dan resiko
besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar resiko terjadi
masalah (fryberg): 1). Sensasi normal tanpa deformitas, 2). Sensasi normal dengan deformitas
atau tekanan plantar tinggi 3). Insensitivitas tanpa deformitas 4). Iskemia tanpa deformitas 5).
Kombinasi / complicated (a) kombinasi insensitivitas, iskemia dan deformitas (b) riwayat
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan
dengan keadaan resiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat
besarnya resiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar
pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang baik, berbagai
hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah.
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori resiko tersebut : untuk kaki yang kurang
merasa / insensitif (kategori 3 dan 5) , alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi
Kalau sudah deformatis (kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus mengenai sepatu / alas
Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan
Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana seyogyanya perlu dikerahkan
untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha pencegahan sekunder yang
PENCEGAHAN SEKUNDER
Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multi-displiner sangat diperlukan. Berbagai hal
yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat
Wound control
Vascular control
Metabolic control
Educational control
Untuk pengelolaan ulkus / gangrene diabetik yang optimal, berbagai hal dibawah ini
merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan
Kontrol metabolik, keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaikik. Konsentrasi
glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor
insuilin untuk menormalisasi konsentrasi glukosa darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan
diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga
diperhatikan dan diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat
oksigenisasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat
Kontrol vascular, keadaan vascular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan pasien dan juga sesuai
keadaan pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai
cara sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis
posterior serta tambah pengukuran tekanan darah disamping itu saat ini juga tersedia berbagai
fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non – inovasif
maupun invasive dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure,
toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan
Stop merokok
Hiperglikemia
Hipertensi
Dislipidemia
Terapi Farmakologis
Kalau mengacau pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat
aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya
yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki
penyandang DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan
pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki potensi pada penyakit pembuluh darah kaki
penyandang DM.
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio intermiten yang
gambaran pembuluh darah yang lebih jelas, sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih
Dengan berbagai teknik bedah tersebut,vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki, sehingga
hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular sudah lebih
memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang juga
oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun demikian masih
banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
diabetes.
Wound control, perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus
dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin.
Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak
sekali macam dressing (pembalut) yang masing – masing tentu dapat dimanfaatkan dengan
keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang mengandung komponen zat
penyerap seperti carbonated dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih
produktif. Demikian pula hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan
dapat bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan
bahwa tindakan debridemen yang adekuat merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan
dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat
tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan netrotik yang harus dikeluarkan tubuh,
dengan demikian tentu sangat mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus / gangren.
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti
cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari
dressing, dll. Demikian pula berbagai cara debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing yang
dapat dipertahakan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan luka kronik
seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus
dipertahankan. Yakinlah bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian
penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses
Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi
dengan salin. Cara tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat perawatan kaki diabetes.
Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control seperti:
dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb, untuk mempercepat kesembuhan
luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen untuk mendapatkan bakteri E coli dapat menghasilkan
berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula dilaporkan pemakaian manggot (belatung) lalat (lalat
hijau) untuk membantu membersihkan luka. Berbagai laporan tersebut umumnya belum
berdasar penelitian besar dan belum cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam
Microbiological control. Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk
setiap daerah yang berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, umumnya didapatkan
pola kuman yang polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob
untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan spectrum luas.
Mencakup kuman gram positif dan negatif seperti misalnya golongan sefalosporin,
dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti misalnya
metronidazol).
Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat
badan – weight bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh,
apalagi kalau luka tersebut terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki charcot. Peran
jajaran rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga mencolok ini juga sangat
mencolok.
Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat dilakukan antara lain
dengan:
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric carts
Craddled insoles
Berbagai cara angrene dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti: 1).
Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2). Prosedur koreksi bedah seperti operasi
operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, achiles tendon lengthening, partial
calcanectomy.
Education control. Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetes.
Dengan penyuluhan yang baik penyandang DM dan Ulkus / angrene angrene maupun
keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk
pengelolaan kaki diabetes. Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus angrene dan kemudian
segera setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk
mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis
berlanjut sampai sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para amputee
menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi
tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi
berikut memberikan prognosis yang jauh lebih buruk daripada ulkus yang pertama.
Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas khusus (senam
kaki, memeriksa dan merawat kaki) yang dilakukan oleh para diabetesi atau individu yang
beresiko sebagai upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum. Kegiatan ini
sebaiknya dilakukan secara rutin dan minimal sekali sehari.
1.1) Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)
o Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau
terutama telapak kaki dari luka atau kelainan yang lain (gambar 2.2)
o Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik
o Jika penglihatan klien berkurang, maka klien dapat meminta bantuan anggota
keluarga atau orang lain untuk memeriksanya.
Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang
keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering
terluka dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting untuk merawat kaki dan
memakai sepatu yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih sepatu yaitu:
Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak
terkecuali di dalam rumah
Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar optimal karena
aktifitas.
Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu
tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki
terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang
lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi
lebih panjang dari jari kaki terpanjang (jempol kaki) untuk menghindari cedera (gambar
2.10) (IDF, 2009)
Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian atas,
bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan benda
asing sebelum memakainya.
Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang
terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan kaos kaki yang
berwarna terang (putih). Khusus pada wanita dianjurkan untuk tidak memakai stocking.
Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:
o Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan duduk, karena
bentuk kaki berubah saat Anda berdiri).
o Perhatikan garis kaki Anda dan garis sepatu Anda
o Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian terlebar kaki
sudah aman dan nyaman serta adakah kemungkinan kaki akan mengalami kram di
dalam sepatu.
Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi
darah tetap baik (Canadian Family Physician, 2001:1014)
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam
kaki juga dapat memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi. (Sumosardjuno, S, 1986 dalam Tyo, A, 2009)
Persiapan alat: kertas koran 2 lembar dan kursi (jika tindakan dilakukan
dengan duduk)
Persiapan lingkungan: lingkungan yang nyaman dan tenang, privacy terjaga
3.4) Pelaksanaan
1. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas
bangku dengan kaki menyentuh lantai (gambar 2.13)
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari - jari kedua belah kaki diluruskan keatas
lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari - jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali (gambar 2.25)
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari - jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan putar dengan pergerakkan
pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali (gambar 2.16).
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari – jari ke depan turunkan
kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.
10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
11. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki (gambar 2.18). Cara ini dilakukan hanya sekali
saja.
Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua tingkat sel
dan semua tingkatan angrene. Komplikasi kronik pada pembuluh darah besar dapat
terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai bawah ) yang dapat berupa
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti karena
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes yang dapat digunakan dalam
3.2 Saran
- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk
Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab
infeksi kaki diabetes. Tesis PPDS ILmu Penyakit Dalam FKUI 2005
Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3
Holistik Di BIdang Ilmu Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai