Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DIABETES MILITUS

Disusun oleh:
1. Hestin Ayu Lestari (202201006)
2. Sheryel Auradinda Herlambang (202201015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANG
T.A 2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul Diabetes militus ini telah
disetujui untuk dipresentasikan

Tanggal : ...................................

Oleh :

Pembimbing

Ns. Atik Pramesti Wilujeng S. Kep., M. Kep

NIDN. 0730018504

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan Diabetes Militus

Kami berharap dengan adanya makalah penelitian ini, dapat menambah


wawasan dan pengetahuan para pembaca. Makalah penelitian ini membahas tentang
Diabetes Militus beserta asuhan keperawatan. Makalah penelitian ini ditulis sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan medikal bedah 1. Dalam upaya penyelesaian makalah ini penulis telah
mengerjakan dengan maksimal.

Kami mengucapkan banyak terimkasih kepada pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Serta tidak lupa kami sampaikan
bahwa makalah penelitian ini jauh dari kata sempurna dan kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dan memperbaiki
makalah ini.

Banyuwangi, 19 September 2023


Penyusun,

Semua Anggota Kelompok


DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). DM merupakan salah satu
penyakit metabolic kronik, dan jika tidak dilakukan pengobatan dan perawatan yang
tepat dapat mengakibatkan kondisi yang membahayakan bahkan dapat menyebabkan
komplikasi (Aris, 2019).

Tahun 2003, WHO memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk
dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
meningkat menjadi 333 juta (Awad, 2014). Organisasi International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada kelompok usia 20-79 tahun, terdapat
463 juta orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau sama dengan 9,3%
dari jumlah total penduduk pada usia tersebut. Di Asia Tenggara, dimana Indonesia
salah satu negara di dalamnya, menempati peringkat ke-3 dengan jumlah penderita
diabetes melitus sebesar 11,3% (Widiasari et al., 2021).

Diabetes melitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik, yang temuan


umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat, yang dikenal sebagai
hiperglikemia. Hiperglikemia berat dapat menimbulkan gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan
dan penurunan kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi
ketoasidosis atau nonketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan gangguan
sekresi dan/atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang dan
gangguan fungsional berbagai jaringan dan organ (Widiasari et al., 2021).

1.2 Tujuan
1.1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyunsun askep pada pasien dengan diabetes militus
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anotomi fisiologi pankreas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari diabetes militus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dari klasifikasi diabetes militus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dari etiologi diabetes militus
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi diabetes militus
6. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko dari diabetes militus
7. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala klinis dari diabetes militus
8. Mahasiswa mampu menjelasan penatalaksanaan dari diabetes militus
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi dari diabetes militus
10. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan diabetes
militus

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat praktik

Makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan dalam menambah


wawasan terkait diabetes militus

1.3.2 Manfaat teoritis

Makalah ini menjelaskan bahwa betapa pentingnya kita mengetahui


apa itu diabetes militus

1.4 Sistematika Penulisan


Cover

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Sistematika penulisan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Diabetes Militus


2.2 Klasifikasi Diabetes Militus
2.3 Patofisiologi Diabetes Militus
2.4 Faktor resiko Diabetes Militus
2.5 Gejala klinis Diabetes Militus
2.6 Penatalaksanaan Diabetes Militus
2.7 Komplikasi Diabetes Militus

BAB 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka

Lembar Konsultasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Pankreas merupakan kelenjar retroperitoneal dengan
panjang sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal 2,5 cm (1 inchi). Pankreas berada di
posterior kurvatura mayor lambung. Pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor dan
biasanya terhubung ke duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan
ampula Vateri. Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas
adalah bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim
pencernaan ke dalam usus, dan juga organ endokrin yang membuat dan
mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol metabolisme energi dan
penyimpanan seluruh tubuh (Parasmita, 2020)

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas

Menurut (Parasmita, 2020) jaringan penyusun pankreas terdiri dari:


 Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur dan
disebut sebagai asinus/Pancreatic acini merupakan jaringan yang menghasilkan
enzim pencernaan ke dalam duodenum.
 Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of Langerhans
yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan
glukagon ke dalam darah

Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans

Menurut (Parasmita, 2020) pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel
yaitu:

 Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon

 Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin

 Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin

 Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas


2.2 Pengertian Diabetes Militus
Definisi diabetes adalah hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin baik absolut maupun relatif.1-4 Secara klinis, diabetes melitus (DM)
dibedakan atas empat bentuk yaitu (1) DM tipe-1 yang sebelumnya sering disebut
dengan insulin dependent diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2)
DM tipe-2 atau non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) (Wisman et al.,
2016).

Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin
secara absolut atau relatif (Ariana, 2016).

Diabetes melitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik, yang temuan


umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat, yang dikenal sebagai
hiperglikemia. Hiperglikemia berat dapat menimbulkan gejala seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan
dan penurunan kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi
ketoasidosis atau non- ketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan
gangguan sekresi dan/atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka
panjang dan gangguan fungsional berbagai jaringan dan organ (Widiasari et al., 2021)

2.3 Klasifikasi Diabetes Militus


2.2.1 Diabetes Militus Tipe 1 (Tipe A) / IDDM
Penyakit diabetes mellitus tipe 1 biasanya disebut insulin dependent. Diabetes
mellitus tipe 1 ini terjadi pada usia muda dibawah 30 tahun. Seseorang yang
menderita diabetes mellitus tipe 1 perlu dilakukan suntik insulin. Suntik insulin
dilakukan karena glukosa darah dalam tubuh tidak dapat memproduksi insulin
sebagaimana mestinya (Aris, 2019).

2.2.2 Diabetes Militus Tipe 2 (Tipe B) / NIDDN


Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanyadisebut non-insulin dependent yang
ditandai dengan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Tipe ini sering
diderita oleh seseorang yang berusia diatas 40 tahun. Hal ini terjadi ketika tubuh
manusia tidak dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya disebabkan faktor keturunan, obesitas, kurangaktivitas, penyakit lain dan
usia (Aris, 2019).

2.4 Etiologi Diabetes Militus


Pada diabetes militus tipe 1 (A)/IDDN Penyebab rusaknya sel beta pada pankreas
yang menimbulkan diabetes mellitus tipe I sehingga insulin tidak bisa mengubah gula
menjadi glikogen, akan tetapi ada kemungkinan bahwa sebab dari peyakit ini adalah
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang terserang diabetes mellitus tipe I itu meliputi faktor adanya infeksi dari
virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan obat-obatan yang
mengandung senyawa kimia yang dapat merusak sel-sel pancreas (Raharjo, 2018).

Pada diabetes militus tipe 2 (B)/NIDDN terjadinya karna adanya penurunan


sensitivitas dari insulin artinya meskipun insulin cukup jumlahnya namun tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya untuk menurunkan kadar glukosa darah akibat
kerusakan pada reseptor insulin di sel, hormon insulin tidak dapat berkaitan dengan
reseptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel (Raharjo, 2018).

2.5 Patofisiologi Diabetes Militus


Pada diabetes militus tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi tersebut merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti islet
dalam darah. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan
dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang
dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas
yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan
terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral (Laila,
2018).
Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahap awal yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk
mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal. Akan tetapi semakin lama
sel beta tidak sanggup mengkompensasi resistensi insulin karena fungsinya yang
semakin menurun dan berakibat terhadap peningkatan glukosa darah Terdapat
beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2, diantaranya
adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat keluarga, dan diet tinggi
lemak (Saputra, 2017).

Pathway diabetes militus

2.6 Faktor resiko Diabetes Militus


Faktor risiko penyakit diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana kesehatan
pada seseorang terkena penyakit diabetes mellitus. Apabila kondisi ini tidak ada
penanganan khusus maka dapat memperburuk keadaan dan dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit komplikasi ataupun kematian. Terdapat beberapa faktor risiko
pada penyakit diabetes mellitus seperti (Aris, 2019):

1. Faktor Kelainan Genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap


diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga
tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak
(Ariana, 2016).

2. Faktor Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis


menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan tersebut, tertama setelah usia 45 tahun pada
mereka yang berat badannnya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi
terhadap insulin (Ariana, 2016).

3. Gaya Hidup Stres

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang


manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.
Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.
Terapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko
terkena diabetes (Ariana, 2016).

4. Pola Makan yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko


terkena diabetes. Kurang gizi dapat merusak pankreas, kurang baikkan
obesitas mengakibatkan gangguan kerja insulin (Ariana, 2016).

2.7 Gejala klinis Diabetes Militus


1) Sering buang air kecil / poliuri.

Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu
diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil menjadi banyak.
Bahkan saat tidur di malam hari kerap terganggu karena harus bolak balik ke
kamar kecil.

2) Haus dan banyak minum / polidipsi.

Banyaknya urin yang keluar menyebabkan cairan tubuh berkurang


sehingga kebutuhan akan air (minum) meningkat

3) Fatigue (lelah).

Rasa lelah muncul karena energy menurun akibat berkurangnya


glukosa dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa
optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin
sehingga orang tersebut kekurangan energi.
4) Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi, disebabkan oleh
menurunnya kadar gula.

Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi pancreas meningkat


(produksi insulin meningkat), menimbulkan hipoglikemik (kadar gula
rendah).

5) Meningkatnya rasa lapar / polifagia.

Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar (cell starvation), pasien


merasa sering lapar dan ada peningkatan asupan makanan.

6) Meningatnya berat badan.

Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang kebanyakan mengalami


penurunna berat bada, penderita tipe 2 sering kali mengalami peningkatan
berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat karena
hormonlainnya juga terganggu.

7) Gangguan mata.

Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa


mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya kemumpuhan
pada otot mata.

2.8 Penatalaksanaan Diabetes Militus


a. Edukasi
Edukasi dilakukan dengan tujuan untuk promosi kesehatan, sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan pengelolaan DM secara holistik (Putri et
al., 2020).
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi nutrisi atau merencanakan pola makanan agar tidak


meningkatkan indeks glikemik kasus Diabetes Mellitus. Faktor yang dapat
berpengaruh terhadap respon glikemik makanan yaitu cara memasak, proses
penyiapan makanan, bentuk makanan serta komposisi yang terdapat pada
makanan (karbohidrat, lemak dan protein) (Putri et al., 2020). Prinsip
pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu (Ariana,
2016).

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh otot


tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang memerlukan energi disebut
dengan latihan jasmani. Latihan jasmani yang dilakukan setiap hari dan
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45 menit) merupakan
salah satu pilar dalam pengendalian Diabetes Mellitus . Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Putri et
al., 2020).

d. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan secara bersamaan dengan terapi nutrisi
yang dianjurkan serta latihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri atas obat
oral dan injeksi. Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dapat dibagi menjadi 3 (Putri et al., 2020) yaitu :
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfniturea dan glinid
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindon
3) Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan : penghambat
glucosidase alfa
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) 5
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
e. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan
glukosa darah secara berkala yang dapat dilakukan oleh kasus DM yang
telah mendapatkan edukasi dari tenaga kesehatan terlatih. PGDM dapat
memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian seperti
glukosa darah setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atau
sewaktu-waktu pada kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa PGDM
mampu memperbaiki pencapaian kendali glukosa darah, menurunkan
morbiditas, mortalitas serta menghemat biaya kesehatan jangka panjang
yang terkait dengan komplikasi akut maupun kronik (Putri et al., 2020).

2.9 Komplikasi Diabetes Militus


Manajemen diri sangat diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi.
Komplikasi DM ini dapat memengaruhi nyaris setiap organ dalam tubuh, termasuk
jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, saluran pencernaan, gigi, dan gusi
(Ariana, 2016).

a. Komplikasi pada Jantung dan Pembuluh Darah

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah umum bagi


banyak orang yang tidak mengelola atau mengendalikan kondisi diabetes
mereka. Kerusakan saraf atau pembuluh darah juga dapat menjadi penyebab
masalah pada kaki, yang pada beberapa kasus yang langka juga menyebabkan
amputasi. Sering kali, komplikasi ini biasanya terjadi tanpa adanya gejala
awal, sehingga penderita biasanya langsung mengalami serangan jantung atau
stroke (Ariana, 2016).

b. Komplikasi pada Mata

Diabetes telah menjadi salah satu penyebab kehilangan daya penglihatan


pada orang dewasa berusia 20 sampai dengan 74 di Amerika Serikat.
Komplikasi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan penglihatan, termasuk
kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan
semestinya. Kondisi tersebut termasuk katarak, glaucoma, dan retinopati
diabetik, yang melibatkan pembuluh darah kecil pada mata (Ariana, 2016).

c. Komplikasi pada Ginjal

Gangguan ginjal merupakan masalah lanjutan yang dapat menimpa


penderita diabetes yang tidak mengelola atau mengendalikan kondisinya.
Bahkan, diabetes telah menjadi penyebab utama gagal ginjal pada orang
dewasa di Amerika Serikat. Penyakit ginjal pada tahap awal biasanya tidak
menunjukkan gejala apapun. Baru ketika kondisi sudah lebih memburuk,
terjadi pembengkakan pada kaki (Ariana, 2016).

d. Komplikasi pada Saraf

Kadar glukosa darah yang tinggi lama-kelamaan dapat membahayakan


saraf penderita. Bahkan, komplikasi pada saraf dialami oleh sebagian besar
penderita diabetes. Pada umumnya seseorang yang kondisi diabetesnya tidak
dikendalikan akan mengalami komplikasi saraf seperti neuropati diabetik
perifer. Kondisi lainnya adalah neuropati autonomik yang muncul dari
kerusakan saraf yang mengendalikan organ dalam. Gejala yang menunjukan
kondisi ini termasuk gangguan seksual, masalah pencernaan, kesulitan dalam
merasakan apakah kandung kemih sudah penuh atau belum, rasa pusing dan
pingsan, atau bahkan tidak dapat mengetahui kapan kadar glukosa darah
kurang baik rendah (Ariana, 2016).

e. Komplikasi pada Gigi dan Gusi

Diabetes meningkatkan risiko penyakit gusi, yang biasanya ditandai


dengan gusi merah, membengkak, dan mudah berdarah. Penderita diabetes,
selain mengelola kondisinya, juga sangat disarankan untuk melakukan kontrol
gigi secara teratur dan merawat gigi setiap hari. Hal ini dilakukan agar
penderita dapat menghindari masalah gusi dan kerusakan gigi (Ariana, 2016).
2.10 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
BAB 4
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, R. (2016). Etiologi Penyakit Diabetes Melitus. 1–23.
Aris, F. (2019). Penerapan Data Mining untuk Identifikasi Penyakit Diabetes Melitus
dengan Menggunakan Metode Klasifikasi. Router Research, 1(1), 1–6.
Awad, N. (2014). GAMBARAN FAKTOR RESIKO PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II Di POLIKLINIK ENDOKRIN BAGIAN / SMF FK-UNSRAT RSU Prof .
1, 45–49.
Laila. (2018). Glukosa Darah. 5–25.
Parasmita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Debridement
Ulkus Digiti Ke III Pada Penderita Diabetes Melitus DI Ruang Jlamprang
RSUD Bendan Kota Pekalongan. 5–34.
http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/150
Putri, O., Wanda, N. P., Kusuma, D., & Gusti, A. (2020). Gambaran Tingkat
Konsumsi Serat Dan Kadar Glukosa Darah Kasus Dm Tipe 2 Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Wangaya Denpasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit. (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta), 2,
1–15. https://riantigorgeouss.files.wordpress.com/2012/03/askep-diabetes.pdf
Saputra, Y. E. (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Ny.T
Dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan Terhadap Diet Magelang Di RSUD Tidar
Kota Magelang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_Bintang_Syarifatul_Hidayah_163110159_Poltekkes_
Kemenkes2.pdf
Widiasari, K. R., Wijaya, I. M. K., & Suputra, P. A. (2021). Diabetes Melitus Tipe 2:
Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana. Ganesha Medicine, 1(2), 114.
https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006
Wisman, W., Siregar, C. D., & Deliana, M. (2016). Pemberian Insulin pada Diabetes
Melitus Tipe-1. Sari Pediatri, 9(1), 48. https://doi.org/10.14238/sp9.1.2007.48-
53
LEMBAR KONSULTASI

NO TANGGAL KETERANGAN REVISI TTD DOSEN


. PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai